Gajah Mada: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Verosaurus (bicara | kontrib) Tag: Pembatalan |
k Perbaikan Pengetikan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(27 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Prime Minister
| name = Gajah Mada<br>𑼔𑼙𑼲𑽂𑼪𑼣
| nationality = {{flagicon|Indonesia|naval|size=23px}} [[Majapahit]]
| image
| caption =
| office3 = Patih [[Kahuripan]]
| monarch3 = [[Jayanegara]]
| term_start3 = [[1319]]
| term_end3 = [[1321]]
| office2 = Patih
| monarch2 = [[Jayanegara]]
<br/> [[Tribhuwana Wijayatunggadewi]]
| term_start2 = [[1321]]
| term_end2 = [[1334]]
| office1 =
| order1 =
| monarch1 = [[Tribhuwana Wijayatunggadewi]]<br/>[[Hayam Wuruk]]
| term_start1 = {{circa|
| term_end1 = {{circa|1364}}
| predecessor1 =
| successor1 = Gajah Enggon
| battles = Pemberontakan Ra Kuti<br>Pemberontakan Keta dan Sadeng <br> Perang Bedahulu<br>[[Perang Bubat]]<br>Padompo<ref group="Catatan">Sangat mungkin Gajah Mada masih berperan di Majapahit setelah peristiwa Bubat. Munandar menafsirkan bahwa beliau memimpin sendiri serangan ke Dompo bersama laksamana Wiramandalika Mpu Nala. Tafsir tentang peranan Gajah Mada dalam Padompo dapat dilihat di karya sastra koleksi Kesultanan Bima berjudul "Cerita Asal Bangsa Jin dan Segala Dewa-Dewa", hanya saja nama Gajah Mada tidak disebut secara langsung melainkan diibaratkan dengan Bima. Uraian kisahnya pun telah dilingkupi dengan berbagai mitos, legenda, dongeng, dan juga peristiwa sejarah sezaman ketika naskah itu pertama kali digubah dalam abad ke-17 dan 19. Lihat {{harvnb|Munandar
| allegiance = {{flagicon|Indonesia|naval
|size=23px}} [[Majapahit]]
| birth_date
| birth_place = Tumapel
| death_date = [[1364]]
| death_place = {{flagicon|Indonesia|naval
|size=23px}} [[Majapahit]]
| spouse =
| blank1 = [[Agama]]
| data1 = [[Syaiwa]]
}}
'''Gajah Mada''' (lahir {{Circa|
Pasca Insiden Bubat thn 1357 Masehi, Beliau diasingkan Ke Desa Madakaripura ,Probolinggo Hingga Akhir Hayat dan Meninggal dunia pada Thn 1364 Masehi.
Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya, yaitu [[Sumpah Palapa]], yang tercatat di dalam [[Pararaton]].<ref>Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka.</ref> Ia menyatakan tidak akan memakan ''[[palapa]]'' sebelum berhasil menyatukan [[Nusantara]]. Meskipun ia adalah salah satu tokoh sentral saat itu, sangat sedikit catatan-catatan sejarah yang ditemukan mengenai dirinya. Wajah sesungguhnya dari tokoh Gajah Mada, saat ini masih kontroversial.<ref>{{cite book |first=Restu |last=Gunawan |coauthors= |title=Muhammad Yamin dan cita-cita persatuan Indonesia |publisher=University of Michigan Press|year=2005 |isbn=}}</ref> Banyak masyarakat Indonesia masa sekarang yang menganggapnya sebagai [[pahlawan]]<!-- opini buku, bukan penetapan resmi --> dan simbol [[nasionalisme]] Indonesia<ref>[http://www.eastjava.com/books/majapahit/html/gajah.html Memory of Majapahit: Gajah Mada]</ref> dan persatuan Nusantara.<ref>{{cite book |first=Muhammad |last=Yamin |coauthors= |title=[http://books.google.co.id/books?id=QE4ZK9pvA14C&lpg=PA85&dq=sejarah%20banjar&pg=PA85#v=onepage&q=sejarah%20banjar&f=false Gadjah Mada, pahlawan persatoean Noesantara] |publisher=Balai Poestaka |year=1945 |isbn= 9789794073230}} [http://books.google.co.id/books?id=QE4ZK9pvA14C&lpg=PR4&pg=PR4#v=onepage&q&f=false ISBN 979-666-195-0] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150405211000/http://books.google.co.id/books?id=QE4ZK9pvA14C&lpg=PR4&pg=PR4#v=onepage&q&f=false |date=2015-04-05 }}</ref>▼
▲Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya, yaitu [[Sumpah Palapa]], yang tercatat di dalam [[Pararaton]].<ref>Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka.</ref> Ia menyatakan tidak akan
== Penggambaran rupa ==
Baris 45 ⟶ 47:
*Arca Bima, No.2776/286b.
}}
Penggambaran rupa Gajah Mada yang populer di media sebenarnya adalah imajinasi dari [[Mohammad Yamin]], di bukunya yang berjudul "Gajah Mada: Pahlawan Persatuan Nusantara", terbit pertama kali tahun 1945. Pada suatu hari di tahun 1940-an, Yamin mengunjungi Trowulan untuk melihat lokasi bekas kerajaan Majapahit. Ia menemukan pecahan terakota, salah satunya celengan berupa wajah seorang pria berwajah gempal dan berambut ikal. Berdasar
Ada pula gambaran lain soal sosok Gajah Mada, berbeda dari yang diilustrasikan M. Yamin, yakni hasil penelitian arkeolog [[Universitas Indonesia]] Agus Aris Munandar. Dia mengilustrasikan Gajah Mada selayaknya sosok Bima dalam pewayangan, yakni berkumis melintang.<ref>{{Cite news|url=https://news.detik.com/berita/d-3106104/sejarawan-wajah-gajah-mada-karya-m-yamin-pertama-ada-tahun-1945|title=Sejarawan: Wajah Gajah Mada Karya M Yamin Pertama Ada Tahun 1945|last=Damarjati|first=Danu|date=29 Desember 2015|work=[[Detik.com|detikcom]]|access-date=14 Agustus 2019|archive-date=2023-04-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20230425002658/https://news.detik.com/berita/d-3106104/sejarawan-wajah-gajah-mada-karya-m-yamin-pertama-ada-tahun-1945|dead-url=no}}</ref> Dalam media populer, Gajah Mada kebanyakan ditampilkan bertelanjang dada, memakai kain sarung, dan menggunakan senjata berupa [[keris]]. Meskipun ini mungkin benar dalam tugas sipil, pakaian lapangannya mungkin berbeda: Seorang patih Sunda menerangkan, seperti yang tertulis dalam kidung Sundayana, bahwa Gajah Mada mengenakan ''[[karambalangan]]'' (lapis logam di depan dada—''[[Plastron|breastplate]]'') berhias timbul dari emas, bersenjata tombak berlapis emas, dan perisai penuh dengan hiasan dari intan berlian.<ref>Berg, Kindung Sundāyana (Kidung Sunda C), Soerakarta, Drukkerij “De Bliksem”, 1928.</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.nusantarareview.com/baju-baja-emas-gajah-mada.html|title=Baju Baja Emas Gajah Mada|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|date=6 August 2018|website=Nusantara Review|archive-url=https://web.archive.org/web/20230405135919/https://www.nusantarareview.com/baju-baja-emas-gajah-mada.html|archive-date=2023-04-05|dead-url=no|access-date=14 August 2019}}</ref>▼
▲Ada pula gambaran lain soal sosok Gajah Mada, berbeda dari yang diilustrasikan M. Yamin, yakni hasil penelitian arkeolog [[Universitas Indonesia]] Agus Aris Munandar. Dia mengilustrasikan Gajah Mada selayaknya sosok Bima dalam pewayangan, yakni berkumis melintang.<ref>{{Cite news|url=https://news.detik.com/berita/d-3106104/sejarawan-wajah-gajah-mada-karya-m-yamin-pertama-ada-tahun-1945|title=Sejarawan: Wajah Gajah Mada Karya M Yamin Pertama Ada Tahun 1945|last=Damarjati|first=Danu|date=29 Desember 2015|work=[[Detik.com|detikcom]]|access-date=14 Agustus 2019}}</ref> Dalam media populer, Gajah Mada kebanyakan ditampilkan bertelanjang dada, memakai kain sarung, dan menggunakan senjata berupa [[keris]]. Meskipun ini mungkin benar dalam tugas sipil, pakaian lapangannya mungkin berbeda: Seorang patih Sunda menerangkan, seperti yang tertulis dalam kidung Sundayana, bahwa Gajah Mada mengenakan ''[[karambalangan]]'' (lapis logam di depan dada—''[[Plastron|breastplate]]'') berhias timbul dari emas, bersenjata tombak berlapis emas, dan perisai penuh dengan hiasan dari intan berlian.<ref>Berg, Kindung Sundāyana (Kidung Sunda C), Soerakarta, Drukkerij “De Bliksem”, 1928.</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.nusantarareview.com/baju-baja-emas-gajah-mada.html|title=Baju Baja Emas Gajah Mada|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|date=6 August 2018|website=Nusantara Review|archive-url=|archive-date=|dead-url=|access-date=14 August 2019}}</ref>
{{multiple image
| image3 = Seated Male Deity Holding a Cuirass (Chest Armour) last quarter of the 10th–first half of the 11th century.jpg *Sebuah [[kuiras]] yang dipersembahkan oleh seorang [[brahmana]], digambarkan di candi Borobudur.
*
*Patung dewa memegang sebuah [[kuiras]], dari [[Nganjuk]], [[Jawa Timur]], pada masa sebelumnya (abad ke-10 sampai ke-11).
}}
Menurut Munandar, pada awalnya Gajah Mada diarcakan sebagai tokoh Brajanata dalam [[Cerita Panji|cerita panji]], dan sebagai Bima dalam cerita [[Mahabharata]] pada masa kemudian. Pada awalnya Gajah Mada tidak langsung diarcakan sebagai tokoh Bima, ia diarcakan sebagai tokoh Brajanata karena kisah Panji lebih dulu dikenal daripada kegiatan pembuatan arca-arca Bima yang agaknya mulai berlangsung pada pertengahan abad ke-15. Pemuliaan Gajah Mada pada tahap pertama bersifat profan—adalah dalam bentuk pengarcaannya sebagai Brajanata, namun selanjutnya terjadi pemuliaan Gajah Mada dalam tahap kedua yang lebih bersifat sakral, yaitu disetarakan dengan Bima sebagai salah satu aspek
Arca Bima dibuat pada masa akhir Majapahit dalam pertengahan abad ke-15. Ciri-cirinya adalah: a) Memakai mahkota ''supit urang'' (rambutnya dibentuk 2 lengkungan di puncak kepala seperti jepitan udang), b) Berkumis melintang, c) Berbadan tegap, d) Memakai kain ''poleng'' (hitam-putih), e) Lingganya selalu digambarkan menonjol.
== Arti nama ==
Kata "Gajah" mengacu kepada hewan yang besar yang disegani hewan lainnya, dalam mitologi Hindu dipercaya sebagai ''[[wahana]]'' (hewan tunggangan) dari dewa Indra. Gajah juga dihubungkan dengan [[Ganesa]], dewa berkepala gajah berbadan manusia, putra [[Siwa]] dan [[Parwati]]. Adapun kata "Mada" dalam bahasa Jawa kuno artinya mabuk, bisa dibayangkan jika seekor gajah sedang mabuk, ia akan berjalan seenaknya, beringas, menerabas segala rintangan. Maka apabila dihubungkan dengan tokoh Gajah Mada, nama itu dapat ditafsirkan dalam 2 sifat, yaitu:
# Ia menganggap dirinya sebagai wahana raja, pelaksana perintah-perintah raja, sebagaimana gajah [[Airawata]] menjadi wahana dewa Indra.
# Ia adalah orang yang seakan-akan mabuk dan beringas apabila menghadapi berbagai rintangan yang akan menghambat kemajuan kerajaan. Sungguh merupakan pilihan nama yang tepat dan agaknya nama itu telah dipikirkan masak-masak maknanya sebelum dipakai untuk nama dirinya.
Dalam prasasti Gajah Mada diketahui julukan lain beliau, yaitu Rakryan Mapatih Jirnnodhara. Mungkin nama itu hanya sekadar gelaran bagi Gajah Mada, tetapi dapat pula dipandang sebagai nama resminya. Arti kata ''Jirnnodhara'' adalah "pembangun sesuatu yang baru" atau "pemugar sesuatu yang telah runtuh/rusak". Dalam pengertian harfiah Gajah Mada adalah pembangun ''caitya'' bagi [[Kertanagara|Kertanegara]] yang semula belum ada. Dalam pengertian kiasan ia dapat dipandang sebagai pemugar dan penerus gagasan Kertanegara dalam konsep ''[[Dwipantara|Dwipantara Mandala]]''.
== Lahirnya Gajah Mada ==
Baris 85 ⟶ 90:
[[Berkas:Gajah-Mada.jpg|ka|150px|jmpl|Sebuah arca dari [[Museum Trowulan]]. Mohammad Yamin menggunakan arca tanah liat ini sebagai dasaran penggambaran rupa Gajah Mada.]]
== Biografi ==
Tidak ada informasi dalam sumber sejarah yang tersedia saat pada awal kehidupannya, kecuali bahwa ia dilahirkan sebagai seorang biasa yang kariernya naik saat menjadi ''Bekel'' (kepala pasukan) ''Bhayangkara'' (pengawal Raja) pada masa [[Jayanagara|Prabu Jayanagara]] (1309–1328). Terdapat sumber yang mengatakan bahwa ''Gajah Mada'' bernama lahir ''Mada,''<ref>''Lihat'': [[Lempengan Tembaga Batur]], [[Prasasti Bendasari]] dan [[Prasasti Prapancasarapura]]</ref> sedangkan nama ''Gajah Mada''<ref>''Lihat'': [[Prasasti Kediri I]], [[Prasasti Singasari]] dan [[Prasasti Walandit]]</ref> kemungkinan merupakan nama sejak menjabat sebagai patih.<ref>R. S. Subalidinata, Sumarti Suprayitno, Anung Tedjo Wirawan ''Sejarah dan perkembangan cerita murwakala dan ruwatan dari sumber-sumber sastra Jawa'', University of Michigan Press (1985)</ref>
Menurut [[Pararaton]], Gajah Mada sebagai komandan pasukan khusus [[Bhayangkara]] berhasil menyelamatkan [[Jayanagara|Prabu Jayanagara]] ([[1309]]–[[1328]]) ke desa Badander dan memadamkan pemberontakan Ra Kuti (salah seorang Dharmaputra, pegawai istana yang diistimewakan sejak masa Raden Wijaya). Sebagai balas jasa, dalam pupuh ''Désawarnana'' atau ''Nāgarakṛtāgama'' karya [[Prapanca]]<ref>''Désawarnana'' atau ''Nāgarakṛtāgama'' diitemukan pertama kali saat penyerangan di Puri Cakranegara, Lombok (1894), dengan teks dalam huruf Bali. Pada bulan Juli [[1978]], ditemukan kembali di beberapa tempat di Bali yaitu: di Amlapura (Karang Asem), di Geria Pidada, di Klungkung dan dua naskah lagi di Geria Carik Sideman.</ref> disebutkan bahwa Jayanagara mengangkat Gajah Mada menjadi patih [[Kahuripan]] (1319). Dua tahun kemudian, dia menggantikan Arya Tilam yang mangkat sebagai patih di Daha / [[Kediri]]. Pengangkatan ini membuatnya kemudian masuk ke strata sosial elitis istana Majapahit pada saat itu. Selain itu, Gajah Mada digambarkan pula sebagai "seorang yang mengesankan, berbicara dengan tajam atau tegas, jujur dan tulus ikhlas serta berpikiran sehat".<ref name="Hendrik Kern, Nāgarakṛtāgama">{{cite book |first=Hendrik |last=Kern |coauthors= |title=H. Kern: deel. De Nāgarakṛtāgama, slot. Spraakkunst van het Oudjavaansch |publisher=M. Nijhoff |year=1918 |isbn=}}</ref><ref>{{cite book |first=Stuart O. |last=Robson |coauthors= |title=Désawarnana (Nagarakrtagama) by Mpu Prapanca|publisher=Leiden: KITLV Press |year=1995 |isbn=}}</ref>
Pasca Jayanagara mangkat, Arya Tadah yang merupakan [[Mahapatih|
Tribuwana Wijayatunggadewi yang menjadi Rani Kahuripan menjadi pelaksana tugas pemerintahan Majapahit. Bahkan setelah Gayatri meninggal pada 1331, Tribhuwana Wijayatunggadewi tetap sebagai Maharani dari kerajaan Majapahit. Setelah [[Keta]] dan [[Sadeng]] dapat ditaklukan oleh Gajah Mada, barulah pada tahun [[1334]], Gajah Mada diangkat menjadi [[Mahapatih|
== Sumpah Palapa ==
{{Main|Sumpah Palapa}}
Ketika pengangkatannya sebagai [[
Menurut sejarawan Slamet Muljana dalam ''Tafsir Sejarah Nagarakretagama'', sumpah Gajah Mada itu menimbulkan kegemparan. Para petinggi kerajaan seperti Ra Kembar, Ra Banyak, Jabung Tarewes, dan Lembu Peteng merespons dengan negatif. Tindakan mereka membuat Gajah Mada sangat marah karena ditertawakan. Hal ini diperkuat juga oleh Muhammad Yamin dalam ''Gajah Mada: Pahlawan Pemersatu Nusantara''. Gajah Mada pun meninggalkan paseban dan terus pergi menghadap Batara Kahuripan, Tribhuana Tunggadewi. Dia sangat berkecil hati karena dapat rintangan dari Kembar, walaupun Arya Tadah membantu sekuat tenaga.
Arya Tadah memang pernah berjanji akan memberi bantuan dalam segala kesulitan kepada Gajah Mada. Namun, menurut Slamet Muljana, Arya Tadah sebenarnya juga ikut menertawakan program politik Gajah Mada itu karena pada hakikatnya, Arya Tadah alias Empu Krewes tidak rela melihat Gajah Mada menjadi patih ''amangkubumi'' sebagai penggantinya. Pengepungan Sadeng dan Keta di Jawa Timur terjadi pada tahun 1331. Ketika itu yang menjadi
Gajah Mada melaksanakan politik penyatuan Nusantara selama 21 tahun, yakni antara tahun 1336 sampai 1357. Isi program politik ialah menundukkan negara-negara di luar wilayah Majapahit, terutama negara-negara di seberang lautan, yakni Gurun (Lombok), Seram, Tanjung Pura (Kalimantan), Haru (
===
Walaupun ada sejumlah pendapat yang meragukan sumpahnya, Gajah Mada memang hampir berhasil menaklukkan Nusantara. Dibantu oleh Laksamana Nala, Gajah Mada memulai kampanye penaklukannya dengan menggunakan pasukan laut ke daerah [[Sumatra|Swarnnabhumi]] (Sumatra) tahun [[1339]], pulau [[Bintan]], [[Tumasik]] (sekarang [[Singapura]]), [[Semenanjung Malaya]], kemudian pada tahun [[1343]] bersama dengan [[Arya Damar]] menaklukan [[Kerajaan Bedahulu|Bedahulu]] (di [[Bali]]) dan kemudian
Pada zaman pemerintahan [[Hayam Wuruk|Prabu Hayam Wuruk]] (1350–1389) yang menggantikan Tribhuwanatunggadewi, Gajah Mada terus melakukan penaklukan ke wilayah timur sampai tahun 1357 seperti [[Bali|Logajah]], [[Gurun]], Sukun, [[Taliwang, Sumbawa Barat|Taliwung]], [[Sape, Bima|Sapi]], [[pulau Gunung Api|Gunungapi]], [[Seram]], [[Karimunjawa|Hutankadali]], [[Lombok Timur|Sasak]], [[Bantaeng|Bantayan]], [[Luwu]], [[Buton]], [[Kabupaten Kepulauan Banggai|Banggai]], Kunir, [[Kangean|Galiyan]], [[Kabupaten Selayar|Salayar]], [[Sumba]], Muar ([[Saparua]]), [[Pulau Solor|Solor]], [[Kota Bima|Bima]], Wandan ([[Banda]]), [[Kota Ambon|Ambon]], [[Kabupaten Fak-fak|Wanin]], Seran, [[Timor]], dan [[Kabupaten Dompu|Dompo]].
=== Dilema ===
Terdapat dua wilayah di [[Pulau Jawa]] yang terbebas dari invasi Majapahit yakni [[Pulau Madura]] dan [[Kerajaan Sunda]], karena kedua wilayah ini mempunyai keterkaitan erat dengan [[Raden Wijaya|Nararya Sanggramawijaya]] atau secara umum disebut dengan [[Raden Wijaya]] pendiri Kerajaan Majapahit sekaligus raja pertama dari Kerajaan Majapahit (Lihat: Prasasti Kudadu 1294<ref>[[Prasasti Kudadu]] dibuat oleh [[Raden Wijaya|Narrya Sanggramawijaya]] pada bulan Bhadrapada tahun Saka 1216 (sekitar Agustus s.d. September 1294 Masehi)</ref> dan [[Pararaton]] Lempengan VIII, Lempengan X s.d. Lempengan XII<ref>BRANDES, J.L.A. - Pararaton (Ken Arok): het boek der Koningen van tumapěl en Majapahit. Tekst,vert.& comm.bew.d.N.J.Krom. Batavia 1920</ref> dan [[Invasi Yuan-Mongol ke Jawa]] pada tahun 1293) sebagaimana diriwayatkan pula dalam ''Kidung Panji Wijayakrama''.
== Perang Bubat ==
Baris 129 ⟶ 132:
Adapun ''Kidung Sunda'' menyebutkan bahwa Gajah Mada tidak meninggal. Kidung ini membeberkan bahwa Gajah Mada moksa dalam pakaian kebesaran bak Dewa Visnu. Dia moksa di halaman kepatihan kembali ke khayangan. Namun, Agus Aris Munandar menyatakan bahwa akhir kehidupan Gajah Mada lenyap dalam uraian ketidakpastian karena dia malu dengan pecahnya tragedi Bubat. Selanjutnya, menurut Agus, bisa ditafsirkan bahwa Gajah Mada memang sakit dan meninggal di Kota Majapahit atau di area ''Karsyan'' yang tak jauh dari sana. Itu sebagaimana dengan keterangan kembalinya Rajasanagara ke ibu kota Majapahit dalam ''Nagarakretagama'', segera setelah mendengar sang patih sakit.
Absennya Gajah Mada dalam politik Majapahit meninggalkan luka bagi sang raja. Hayam Wuruk sangat bersedih. Bahkan dikisahkan raja itu begitu putus asa. Dia langsung menemui ibunya, kedua adik, dan kedua iparnya untuk membicarakan pengganti kedudukan sang [[
Hayam Wuruk pun mengadakan sidang Dewan Sapta Prabu untuk memutuskan pengganti Gajah Mada. Karena tidak ada satu pun yang sanggup menggantikan Patih Gajah Mada, Hayam Wuruk kemudian memilih empat Mahamantri Agung dibawah pimpinan Mpu Nala Tanding untuk selanjutnya membantunya dalam menyelenggarakan segala urusan negara. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Mereka pun digantikan oleh dua orang mentri yaitu Gajah Enggon dan Gajah Manguri. Akhirnya Hayam Wuruk memutuskan untuk mengangkat Gajah Enggon sebagai [[
== Penghormatan ==
Baris 142 ⟶ 145:
== Budaya populer ==
* Gajah Mada memiliki kampanye untuk peradaban Melayu dalam paket ekspansi game ''[[Age of Empires II: The Age of Kings|Age of Empires II]]'', ''Rise of the Rajas''. Kampanye tersebut berkisar pada berdirinya kerajaan Majapahit dengan invasi Mongol, penaklukan Nusantara setelah Sumpah Palapa dan Tragedi Bubat yang menyebabkan kejatuhannya. Beliau juga muncul di ''[[Age of Empires II: Definitive Edition|Age of Empires II Definitive Edition]]''.<ref>{{Cite news|url=https://www.jawapos.com/oto-dan-tekno/teknologi/22/12/2016/wow-ada-kerajaan-majapahit-dan-gajah-mada-di-game-age-of-empire-cobain-yuk/|title=Wow, Ada Kerajaan Majapahit dan Gajah Mada di Game Age of Empire, Cobain Yuk!|last=JawaPos.com|date=22 Desember 2016|work=JawaPos.com|language=id|access-date=6 Oktober 2019|archive-date=2022-09-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20220914030945/https://www.jawapos.com/oto-dan-tekno/teknologi/22/12/2016/wow-ada-kerajaan-majapahit-dan-gajah-mada-di-game-age-of-empire-cobain-yuk/|dead-url=no}}</ref>
*Gajah Mada muncul dalam paket ekspansi Brave New World untuk video game PC Sid Meier's ''[[Civilization V]]'' sebagai pemimpin peradaban Indonesia.<ref>{{Cite news|url=https://www.merdeka.com/teknologi/gajah-mada-dan-majapahit-hadir-di-game-civilization-v.html|title=Gajah Mada dan Majapahit hadir di game Civilization V|work=[[Merdeka.com]]|language=id|access-date=6 Oktober 2019|last=Susanto|first=Dwi Andi|editor-last=Susanto|editor-first=Dwi Andi|archive-date=2022-09-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20220914031016/https://www.merdeka.com/teknologi/gajah-mada-dan-majapahit-hadir-di-game-civilization-v.html|dead-url=no}}</ref>
*Gajah Mada dimunculkan dalam dua episode sinetron ''[[Lorong Waktu (seri televisi 1999)|Lorong Waktu 2]]'' dengan diperankan oleh [[Diding Yacob]].<ref>{{cite web |url=https://www.vidio.com/watch/112180-lorong-waktu-2-episode-18 |title=Lorong Waktu 2 Episode 18: Zidan Mencari Nenek Moyangnya (Bag 1) |author=<!--Not stated--> |date= |website=[[Vidio.com]] |publisher=[[Demi Gisela Citra Sinema]] dan [[SCTV]] |access-date=7 April 2021 |quote= |archive-date=2021-10-15 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211015220408/https://www.vidio.com/watch/112180-lorong-waktu-2-episode-18 |dead-url=no }}</ref><ref name=manusiapurba>{{cite web |url=https://www.vidio.com/watch/2111810-lorong-waktu-2-episode-19 |title=Lorong Waktu 2 Episode 19: Zidan Mencari Nenek Moyangnya (Bag 2) |author=<!--Not stated--> |date= |website=[[Vidio.com]] |publisher=[[Demi Gisela Citra Sinema]] dan [[SCTV]] |access-date=7 April 2021 |quote= |archive-date=2021-04-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210420222457/https://www.vidio.com/watch/2111810-lorong-waktu-2-episode-19 |dead-url=no }}</ref>
* Sinetron berjudul ''[[Gajah Mada (sinetron)|Gajah Mada]]'' pernah ditayangkan di MNCTV pada tahun 2013.
* Gajah Mada juga disebut sebagai Perdana Menteri [[Majapahit]] dalam anime ''[[Joukamachi no Dandelion]]''.<ref>{{Cite news|url=https://www.idntimes.com/hype/entertainment/rizal/unsur-indonesia-di-dalam-anime-jepang-1/13|title=Tak Disangka, 13 Anime Ini Punya Unsur Indonesia di Dalamnya|work=IDN Times|language=id|access-date=21 April 2020|archive-date=2022-09-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20220914031000/https://www.idntimes.com/hype/entertainment/rizal/unsur-indonesia-di-dalam-anime-jepang-1/13|dead-url=no}}</ref>
*Novel seri [[Gajah Mada (roman)|Gajah Mada]] oleh [[Langit Kresna Hariadi]] yang diterbitkan pada tahun 2004.<ref>{{Cite web|title=Gajah Mada Series by Langit Kresna Hariadi|url=https://www.goodreads.com/series/65061-gajah-mada|website=www.goodreads.com|access-date=2021-03-08|archive-date=2022-09-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20220914031050/https://www.goodreads.com/series/65061-gajah-mada|dead-url=no}}</ref>
== Lihat pula ==
Baris 163 ⟶ 167:
== Pustaka ==
* {{id}} {{cite book |first=Agus Aris |last=Munandar |title=Gajah Mada: Biografi Politik |publisher=Komunitas Bambu |location=Jakarta |year=2010 |isbn=979-3731-72-9 |ref=harv}}
* {{en}} {{cite book |first=Theodoor Gautier Thomas |last=Pigeaud |title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume III: Translations |edition=3 (revisi) |publisher=Martinus Nijhoff |location=The Hague |year=1960 |isbn=978-94-011-8772-5 |ref=harv}}
* {{id}} {{cite book |first=Muhammad |last=Yamin |title=Gadjah Mada, Pahlawan Persatoean Noesantara |publisher=Balai Poestaka |year=1945 |isbn=9794073237 |ref=harv}}
{{Authority control}}
|