Tuanku Tambusai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Datuk18 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(25 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Nama Mandailing|[[Suku Mandailing|Mandailing]]|[[Harahap]]}}
{{Infobox religious biography|honorific-prefix=Muhammad Saleh <br> Sultan Zainal Abidin <br> Syekh Al Wasil Syamsudin|institute=|honorific-suffix=|native_name=|native_name_lang=|image=Tuanku Tambusai.jpg|alt=|caption=|religion=[[Islam]]|church=<!-- or: |churches = -->|ordained=|school=|lineage=|sect=|subsect=|temple=|order=|death_date=12 November 1882 (umur 98)|name=Tuanku Tambusai|founder=|philosophy=|known_for=|education=|other_names=-''De Padrische Tijger van Rokan'' atau Harimau Paderi dari Rokan|dharma_names=<!-- or: | dharma_name = -->|monastic_name=|pen_name=|posthumous_name=|nationality={{IDN}}|flourished=|home_town=|birth_name=|birth_date={{Birth date|1784|11|5}}|birth_place=[[Tambusai, Rokan Hulu]], [[Riau]]|denomination=|death_place=[[Negeri Sembilan]], [[Malaysia]]|location=|teacher=<!-- or | guru = -->|resting_place_coordinates=<!-- {{coord|latitude|longitude|type:landmark|display=inline,title}} -->|spouse=|partner=|children=|parents=|mother=|father=|reincarnation_of=|title=|period=|consecration=|predecessor=|successor=|reason=|rank=|death_cause=|resting_place=|students=<!-- or | disciples = -->|works=<!-- or | literary_works = -->|ordination=|initiation=|initiation_date=|initiation_place=|initiator=|profession=|previous_post=|present_post=|post=|website=<!-- {{URL|example.com}} -->|signature=|background=<!-- optional header background color -->|module=|ethnicity=[[Suku Minangkabau|Minangkabau]]}}'''Tuanku Tambusai''' ({{lahirmati|[[Tambusai, Rokan Hulu|Tambusai]], [[Rokan Hulu]], [[Riau]]|5|11|1784|[[Negeri Sembilan]], [[Malaysia|Malaya Britania]]|12|11|1882}}) adalah salah seorang tokoh [[Paderi]] terkemuka.
{{Nama Minangkabau|[[Suku Minangkabau|Minangkabau]]|[[Kondang Kopuh]]}}
{{Infobox person
|name = Tuanku Tambusai
|image = Tuanku Tambusai.jpg
|alt =
|caption =
|birth_name = Muhammad Saleh
|birth_date = {{Birth date|1784|11|5}}
|birth_place = [[Tambusai, Rokan Hulu|Tambusai]], [[Rokan Hulu]], [[Riau]]
|death_date = {{Death date and age|1882|11|12|1784|11|5}}
|death_place = [[Negeri Sembilan]], [[Malaya Britania]]
|nationality =
|other_names = -''De Padrische Tijger van Rokan'' atau Harimau Paderi dari Rokan
|known_for =
|occupation =
}}
'''Tuanku Tambusai''' ({{lahirmati|[[Tambusai, Rokan Hulu|Tambusai]], [[Rokan Hulu]], [[Riau]]|5|11|1784|[[Negeri Sembilan]], [[Malaysia|Malaya Britania]]|12|11|1882}}) adalah salah seorang tokoh [[Paderi]] terkemuka.
 
== Latar belakang ==
Tuanku Tambusai lahir di [[Dalu-dalu]] dalu dalu adalah desa yang berbatasan dengan Sumatra Utara, nagari Tambusai, Rokan Hulu, Riau. Dalu-dalu merupakan salah satu desa [[pedagang Minangkabau]] yang didirikan di tepi sungai Sosah, anak [[sungai Rokan]]. Tuanku Tambusai memiliki nama kecil Muhammad Saleh, yang setelah pulang haji, dipanggilkan orang Tuanku Haji Muhammad Saleh.<ref>Muhammad Radjab, Perang Paderi di Sumatra Barat (1803-1838), Balai Pusataka, 1964</ref>
 
Tuanku Tambusai merupakan anak dari pasangan [[Minangkabauperantau Minang]], Tuanku Imam Maulana Kali dan Munah. Ayahnya berasal dari nagari Rambah (rambah adalah kecamatan yang berbatasan dengan bangun purba) dan merupakan seorang guru agama Islam. Oleh Raja Tambusai ayahnya diangkat menjadi imam dan kemudian menikah dengan perempuan setempat. Ibunya berasal dari nagari Tambusai yang bersuku Kandang Kopuh. Sesuai dengan tradisi Melayu KamparMinang yang matrilineal, suku ini diturunkannya kepada Tuanku Tambusai.<ref>Mahidin Said, Rokan: Tuanku Tambusai Berjuang, Sri Dharma N.V</ref>
 
Beliau adalah [[Kerajaan Rokan IV Koto|Sultan Rokan IV Koto]] ke-14, sekaligus sultan terakhir dengan nama gelar Sultan Zainal Abidin.
 
Sewaktu kecil Muhammad Saleh telah diajarkan ayahnya ilmu bela diri, termasuk ketangkasan menunggang kuda, dan tata cara bernegara.<ref>{{cite book |last=Soedarmanta|first=J. B.|title=Jejak-jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia}}</ref>
 
== Gerakan Paderi ==
Untuk memperdalam ilmu agama, Tuanku Tambusai pergi belajar ke [[Bonjol, Pasaman|Bonjol]] dan [[Rao, Pasaman|Rao]] di [[SumatraSumatera Barat]]. Disana ia banyak belajar dengan ulama-ulama Islam yang berpaham Paderi, hingga dia mendapatkan gelar fakih. Ajaran Paderi begitu memikat dirinya, sehingga ajaran ini disebarkan pula di tanah kelahirannya. Disini ajarannya dengan cepat diterima luas oleh masyarakat, sehingga ia banyak mendapatkan pengikut. Semangatnya untuk menyebarkan dan melakukan pemurnian Islam.<ref>{{cite book |last=Dobbin|first=Christine|title=Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi, Minangkabau 1784 – 1847}}</ref>
 
== Melawan Belanda ==
Perjuangannya dimulai di daerah Rokan Hulu dan sekitarnya dengan pusat di Bentengbenteng Dalu-Daludalu. Kemudian ia melanjutkan perlawanan ke wilayah [[Natal, Mandailing Natal|Natal]] pada tahun 1823. Tahun 1824, ia memimpin pasukan gabungan Dalu-dalu, Lubuksikaping, Padanglawas, Angkola, Mandailing, dan Natal untuk melawan Belanda. Dia sempat menunaikan ibadah [[haji]] dan juga diminta oleh [[Tuanku Imam Bonjol]] untuk mempelajari perkembangan [[Islam]] di Tanah [[Arab]].<ref>Nain, Sjafnir Aboe, (2004), ''Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB)'', transl., Padang: PPIM.</ref>
 
Dalam kurun waktu 15 tahun, Tuanku Tambusai cukup merepotkan pasukan Belanda, sehingga sering meminta bantuan pasukan dari [[Jakarta|Batavia]]. Berkat kecerdikannya, benteng Belanda Fort Amerongen sebuah benteng milik Belanda dapat dihancurkan. Bonjol yang telah jatuh ke tangan Belanda dapat direbut kembali walaupun tidak bertahan lama. Tuanku Tambusai tidak saja menghadapi Belanda, tetapi juga sekaligus pasukan Raja Gedombang (''regent'' Mandailing) dan Tumenggung Kartoredjo, yang berpihak kepada Belanda. Oleh Belanda ia digelari “''De Padrische Tijger van Rokan''” (Harimau Paderi dari Rokan) karena amat sulit dikalahkan, tidak pernah menyerah, dan tidak mau berdamai dengan Belanda. Keteguhan sikapnya diperlihatkan dengan menolak ajakan Kolonel Elout untuk berdamai. Pada tanggal 28 Desember 1838, benteng Dalu-dalu jatuh ke tangan Belanda. Lewat pintu rahasia, ia meloloskan diri dari kepungan Belanda dan sekutu-sekutunya. Ia kemudian mengungsi danke wafatkampung Rasah di [[KotaSeremban Kediri(Daerah)|KediriSeremban]], pada tanggal[[Negeri 12 November 1882Sembilan]], beliau oleh masyarakat(sekarang [[Kota Kediri|KediriMalaysia]]), dikenaldan denganwafat namadisana Syekhpada Altanggal Wasil12 SyamsudinNovember (Mbah1882. Wasil).
 
Karena jasa-jasanya yang pernah menentang penjajahankolonial [[Hindia Belanda]], pada tahun 1995 pemerintah mengangkatnya sebagai pahlawan nasional.<ref>{{Cite web |url=https://ditulis.id/peletakan-prasasti-kepahlawanan-tuanku-tambusai/ |title=Prasasti Kepahlawanan Tuanku Tambusai |access-date=2010-04-16 }}</ref>
 
== Catatan kaki ==
Baris 28 ⟶ 43:
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia|Tambusai]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Islam IndonesiaMalaysia]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau|Tambusai]]
[[Kategori:Ulama Riau|Tambusai]]
 
 
{{IndoMalaysia-bio-stub}}