Saudagar Minangkabau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dasimarajo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(245 revisi perantara oleh 66 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Tambah rujukan}}
'''Pedagang Minangkabau''' merujuk pada profesi sekelompok masyarakat yang berasal dari ranah [[Minangkabau]]. Disamping profesi dokter, guru, dan ulama, menjadi pedagang merupakan mata pencarian bagi sebagian besar masyarakat Minangkabau. Biasanya profesi ini menjadi batu loncatan bagi perantau Minangkabau setibanya di perantauan.
'''Saudagar Minangkabau''' merujuk pada profesi sekelompok masyarakat yang berasal dari ranah [[Minangkabau]].<ref>[http://travel.kompas.com/read/2013/09/09/0746257/Jejak.Para.Perantau "Jejak Para Perantau"] Kompas.com, 9 September 2013.</ref>
 
== Sejarah ==
===Sebelum abad ke-18===
Pedagang-pedagang besar Minangkabau telah menjejakan kakinya sejak abad ke-7.<ref>http://www.minangforum.com/showthread.php?t=2288</ref> Mereka menjadi pedagang berpengaruh yang beroperasi di pantai barat dan pantai timur [[Sumatra]]. Pedagang Minang banyak menjual hasil bumi seperti lada, yang mereka bawa dari pedalaman Minangkabau ke [[Selat Malaka]] melalui sungai-sungai besar seperti [[Sungai Kampar|Kampar]], Indragiri, dan Batang Hari. Sejak kemunculan [[Kerajaan Sriwijaya]], banyak pedagang Minangkabau yang bekerja untuk kerajaan. Di sepanjang pantai barat Sumatra, para pedagang ini membuka pos-pos perdagangannya di kota-kota utama dari Aceh hingga Bengkulu, seperti [[Meulaboh]], [[Barus, Tapanuli Tengah|Barus]], Tiku, [[Pariaman]], [[Padang]], dan [[Bengkulu]]. Peranan pedagang Minangkabau mulai menurun sejak dikuasainya pantai barat Sumatra oleh [[Kesultanan Aceh]].<ref>{{cite book |last=Reid|first=Anthony|title=Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680}}</ref>
Selama berabad-abad, perdagangan hasil tambang dan pertanian Minangkabau telah menjadi salah satu sumber utama dalam kemajuan ekonomi [[Samudra Hindia]] yang dinamis. Pedagang-pedagang besar Minangkabau telah melakukan perdagangan sejak abad ke-7. Mereka menjadi pedagang berpengaruh yang beroperasi di pantai barat dan pantai timur [[Sumatra]]. Perdagangan emas pada mulanya menjadi perdagangan utama masyarakat Minang. Lembah [[Tanah Datar]] merupakan tempat penting sebagai penghasil emas untuk ekonomi Minangkabau.<ref name="Dobbin">{{cite book|last=Dobbin|first=Christine|title=Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam dan Gerakan Padri: Minangkabau 1784-1847|year=2008|isbn=979-373-126-5}}</ref>{{rp|69}} Upaya mencari emas kadang-kadang mendorong terjadinya perpindahan penduduk. Keberadaan orang Minangkabau di barat laut [[Jambi]], disebabkan oleh upaya pencarian emas.<ref name="Marsden">{{cite book|title=The History of Sumatra|last=Marsden|first=William|authorlink=William Marsden|coauthors=|year=1966|publisher=Oxford University Press|location=London|isbn=|url=|accessdate=}}</ref>{{rp|79}} Diundang oleh Raja Regale dan para pendahulunya, banyak orang Minang menyeberang [[Selat Malaka]] menuju [[Johor]] untuk mengumpulkan debu emas dan bongkahannya. Pedagang emas Minangkabau umumnya adalah wiraswastawan terkemuka, yang mengandalkan sistem politik [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]] untuk memberikan perlindungan apabila ia membawa kafilahnya yang terdiri atas seratus orang lebih berjalan menuruni lereng berbatu [[Bukit Barisan]] menuju pelabuhan di pantai barat. Pada akhir abad ke-18, tambang-tambang emas mulai habis dan perdagangannya mencapai titik nadir.
 
Setelah cadangan emas mengalami penurunan, perdagangan komoditas menjadi basis utama bisnis orang Minang. Perdagangan lada, akasia, dan gambir berkembang pesat pada abad ke-15 hingga abad 18.<ref>[http://travel.kompas.com/read/2013/09/07/0903529/Jejak.Perdagangan.Rempah "Jejak Perdagangan Rempah"] Kompas.com, 7 September 2013.</ref> Dilanjutkan dengan perdagangan kopi di abad ke-18 hingga 19. Mereka membawa barang dagangan dari pedalaman Minangkabau ke Selat Malaka atau [[Samudra Hindia]] untuk dijualkan kepada pedagang-pedagang asing. Ke pantai timur, perdagangan banyak dilakukan melalui sungai-sungai besar seperti [[Sungai Kampar|Kampar]], [[Sungai Siak|Siak]], [[Batang Kuantan|Indragiri]], dan [[Batang Hari]]. Dari kegiatan perdagangan ini, banyak pedagang Minang yang bermigrasi dan mendirikan koloni di sepanjang pesisir barat dan timur Sumatra, bahkan hingga ke [[semenanjung Malaysia]]. Di pantai barat mereka mendirikan pos-pos dagang di [[Meulaboh]], [[Barus, Tapanuli Tengah|Barus]], [[Sorkam, Tapanuli Tengah|Sorkam]], [[Natal, Mandailing Natal|Natal]], [[Tiku]], [[Pariaman]], [[Padang]], hingga [[Bengkulu]]. Di pesisir timur, koloni dagang mereka terbentang dari [[Kabupaten Batubara|Batubara]], [[Pelalawan]], hingga [[Kota Jambi|Jambi]].
Munculnya kaum Paderi di Sumatera Barat pada akhir abad ke-18, merupakan kebangkitan kembali pedagang Minangkabau yang dirintis oleh para ulama Wahabi. Pedagang ini kembali mendapatkan ancaman dari Kolonial Hindia Belanda sejak dibukanya pos perdagangan Belanda di Padang. [[Perang Paderi]] yang berlangsung selama 30 tahun lebih telah meluluhlantakan perdagangan Minangkabau sekaligus penguasaan wilayah ini dibawah kolonial Hindia-Belanda.<ref>{{cite book |last=Dobbin|first=Christine|title=Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi}}</ref>
 
Sejak kemunculan [[Kerajaan Sriwijaya]] dan dilanjutkan dengan [[Kesultanan Malaka]], banyak pedagang Minangkabau yang bekerja untuk kerajaan. Peranan pedagang Minangkabau mulai menurun sejak dikuasainya pantai barat Sumatra oleh [[Kesultanan Aceh]], kemudian oleh [[Belanda]].<ref>{{cite book|last=Reid|first=Anthony|title=Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680|publisher=Yayasan Obor|year=1992}}</ref> Dibukanya [[Penang]] dan [[Singapura]] di Selat Malaka, menggairahkan kembali perdagangan antara Minangkabau dengan dunia luar. Dari perdagangan komoditas dengan kota-kota tersebut, banyak desa-desa di [[Dataran Tinggi Minangkabau]] yang mendadak kaya raya. Disamping menjadi pedagang perantara, pedagang Minang juga banyak yang menjadi pedagang lintas selat, yang mana peran ini banyak dimainkan oleh pengusaha Minang yang bermukim di [[Kabupaten Batu Bara|Batubara]]. Dengan kapal-kapal mereka, pedagang ini mengangkut aneka komoditas yang datang dari pedalaman untuk dijual di pasaran [[Singapura]].<ref name="Dobbin"/> Selain berdagang di Selat Malaka, para pebisnis lintas selat ini juga beroperasi di pantai barat Sumatra, [[Kepulauan Karimata]], [[Selat Sunda]], [[Laut Jawa]], [[Laut Sulu]], hingga [[Kepulauan Maluku]]. Disamping tiga orang bersaudara: [[Nakhoda Bayan]], [[Nakhoda Intan]], dan [[Nakhoda Kecil]]; [[Nakhoda Mangkuto]], yang kemudian dilanjutkan oleh putranya [[Nakhoda Muda]], merupakan beberapa pedagang lintas selat yang sukses berdagang komoditas.<ref>{{cite book|title=De Biografie van een Minangkabausen Peperhandelaar in de Lampongs|year=1961|publisher=Martinus Nijhoff|last=Mūda|first=Nakhodā|editor=Gerardus Willebrordus Joannes Drewes|language=Belanda}}</ref>
Di tahun 1950-an, banyak pedagang Minangkabau yang sukses berbisnis diantaranya Hasyim Ning, Rahman Tamin, Agus Musin Dasaad, dan Sidi Tando. Pada masa Orde Baru, kebijakan pemerintah yang berpihak kepada pedagang Tionghoa sangat merugikan pedagang Minangkabau. Kesulitan berusaha dialami oleh pedagang Minang pada saat itu, terutama masalah pinjaman modal di bank serta pengurusan ijin usaha.
 
===Abad ke-18 hingga saat ini===
Di Malaysia, juga banyak pedagang Minangkabau yang sukses berbisnis, antara lain ialah [[Tunku Tan Sri Abdullah]] yang menggeluti bisnis manufaktur dan produksi baja dengan bendera bisnis [[Melewar Corporation]].
Pada paruh kedua abad ke-18, tanaman dan industri baru berkembang pesat di Minangkabau. Hal ini segera merangsang para pengusaha dan pedagang untuk meraih kekayaan yang lebih. Kekayaan inilah kemudian yang meletakkan jalan serta fondasi bagi berkembangnya [[Kaum Padri|Gerakan Padri]], sebuah gerakan pembaruan keagamaan yang dipelopori oleh [[Haji Miskin]], [[Haji Piobang]], dan [[Haji Sumanik]]. Di pantai muncul tambak-tambak garam, di daerah [[Agam]] budidaya kapas maju dengan pesat dan menyediakan bahan untuk penenunan katun yang makin lama makin giat. Di Luhak [[Lima Puluh Kota]] ditanam pohon gambir yang pada waktu itu dipakai sebagai obat, yang kemudian menjadi komoditas ekspor.<ref name="Lombard"/>{{rp|106}}
 
Pada awal abad ke-19, pedagang-pedagang [[Eropa]] terutama Belanda, mulai mendominasi perdagangan Minangkabau. [[Perang Padri]] yang berlangsung selama 30 tahun lebih berusaha untuk mengusir pedagang-pedagang Belanda yang banyak beroperasi di daerah pedalaman. Mereka berusaha untuk memonopoli semua komoditas dagang yang dihasilkan ranah Minangkabau. Kekalahan pasukan Padri, telah meluluhlantakan perdagangan Minangkabau sekaligus penguasaan wilayah ini di bawah pemerintahan [[Hindia Belanda]].<ref name="Dobbin"/> Meski berada di bawah cengkeraman kolonial Hindia Belanda, pada masa inipun ranah Minang juga melahirkan beberapa pengusaha besar, diantaranya ialah [[Abdul Gani Rajo Mangkuto]] dan [[Muhammad Saleh]]. Pada tahun 1914, beberapa pedagang Minang yang dikepalai oleh [[Taher Marah Soetan]] mendirikan Sarikat Usaha. Selain untuk memperkuat bisnis orang Minang, serikat ini juga bertujuan untuk memajukan pendidikan dan perjuangan kemerdekaan.<ref>Audrey R. Kahin, Rebellion to Integration: West Sumatra and the Indonesian Polity, 1926-1998, Amsterdam University Press, 1999</ref>
==Jenis usaha==
===Restoran===
(''Lihat : [[Restoran Padang]]'')
 
Kebangkitan pedagang Minang terjadi kembali pasca-kemerdekaan. Di antara tahun 1950–1970, banyak pengusaha Minangkabau yang sukses berbisnis. Antara lain [[Hasyim Ning]], [[Rahman Tamin]], dan [[Rukmini Zainal Abidin]]. Pada masa itu, mereka termasuk kelompok masyarakat yang paling besar kekayaannya di Indonesia.<ref name="Lombard">{{cite book|first=Denys|last=Lombard|title=Nusa Jawa: Silang Budaya|chapter=Jaringan Asia|year=1996|publisher=Gramedia Pustaka Utama|location=Jakarta}}</ref>{{rp|107}} Di Malaysia, karena [[Kebijakan Ekonomi Baru Malaysia|kebijakan pemerintah yang mengutamakan pedagang pribumi]], banyak pengusaha Minang yang berhasil. Diantaranya adalah [[SM Nasimuddin SM Amin|Nasimuddin Amin]], [[Kamarudin Meranun]], dan juga keluarga kerajaan [[Negeri Sembilan]] yang memiliki beberapa perusahaan. Di penghujung era Orde Baru, beberapa pengusaha Minang yang dimotori oleh [[Abdul Latief (pengusaha)|Abdul Latief]], [[Aminuzal Amin]], [[Nasroel Chas]], dan [[Fahmi Idris]] mendirikan perusahaan ''joint venture'' Nagari Development Corporation (NDC), yang bertujuan untuk memajukan masyarakat Minangkabau.
Usaha rumah makan merupakan jenis usaha yang banyak digeluti oleh pedagang Minang. Jaringan Restoran Minang atau yang biasa dikenal dengan Restoran Padang tersebar ke seluruh kota-kota di Indonesia, bahkan hingga ke [[Malaysia]] dan [[Singapura]]. Disamping Restoran Padang yang secara umum hampir digeluti oleh semua daerah asal perantau. Terdapat juga daerah tertentu yang memiliki ciri khas dan merek dagang dalam usaha rumah makannya. Pedagang asal Kapau, [[Kabupaten Agam|Agam]] biasanya menjual nasi ramas yang dikenal dengan Nasi Kapau. Pedagang [[Pariaman]] banyak yang menjual Sate Padang. Sedangkan pedagang asal Kubang, [[Payakumbuh]] menjadi penjual martabak, dengan merek dagangnya Martabak Kubang. Restoran Sederhana yang dirintis oleh Bustamam menjadi jaringan Restoran Padang terbesar dengan lebih dari 60 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia.<ref>http://ranahminang.web.id/modules/news/article.php?storyid=93</ref>
 
===Tekstil= Kultur ==
Berdagang merupakan salah satu kultur yang menonjol dalam masyarakat Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, berdagang tidak hanya sekadar mencari nafkah dan mengejar kekayaan, tetapi juga sebagai bentuk eksistensi diri untuk menjadi seorang yang merdeka. Dalam budaya Minang yang egaliter, setiap orang akan berusaha untuk menjadi seorang pemimpin. Menjadi subordinat orang lain, sehingga siap untuk diperintah-perintah, bukanlah sebuah pilihan yang tepat. Prinsip "lebih baik menjadi pemimpin kelompok kecil daripada menjadi anak buah organisasi besar" (''elok jadi kapalo samuik daripado ikua gajah'') merupakan prinsip sebagian besar masyarakat Minang. Menjadi seorang pedagang merupakan salah satu cara memenuhi prinsip tersebut, sekaligus menjadi orang yang merdeka. Dengan berdagang, orang Minang bisa memenuhi ambisinya, dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan keinginannya, hidup bebas tanpa ada pihak yang mengekang sehingga banyak perantau muda Minangkabau lebih memilih berpanas-panas terik di pinggir jalan, berteriak berjualan kaos kaki, daripada harus kerja menjadi pegawai yang acap kali diperintah.<ref name=Ratten>{{cite book |last=Ratten|first=Vanessa|title=Entrepreneurial Connectivity: Network, Innovation and Strategy Perspectives|publisher=Springer Nature|year=2021|location=Singapore|pages=47}}</ref>
Di pasar tradisional kota-kota besar Indonesia, pedagang Minangkabau banyak yang menggeluti perdagangan tekstil. Di [[Jakarta]], pedagang Minangkabau mendominasi pusat-pusat perdagangan tradisional, seperti Pasar Tanah Abang, Pasar Senen, Pasar Blok M, Pasar Jatinegara, dan Pasar Bendungan Hilir. Dominansi pedagang tekstil Minangkabau juga terjadi di [[Medan]] dan [[Pekan Baru]], Jika di Medan pedagang Minangkabau mendominasi Pasar Sukaramai, maka di Pekan Baru mereka dominan di Pasar Pusat dan Pasar Bawah. Di [[Surabaya]], pedagang tekstil asal Minang banyak dijumpai di [[Pasar Turi]].
 
Berkembangnya kultur dagang dalam masyarakat Minang, disebabkan adanya harta pusaka tinggi yang menjamin kepemilikan tanah dan keberlangsungannya bagi setiap kaum di Minangkabau. Dengan kepemilikan tanah tersebut, posisi masyarakat Minang tidak hanya sebagai pihak penggarap saja, melainkan juga menjadi pedagang langsung yang menjual hasil-hasilnya ke pasaran.{{citation needed}}
===Kerajinan===
Orang Minang banyak melakukan perdagangan dari hasil kerajinan. Para pedagang ini banyak yang menggeluti kerajinan perak, emas, sepatu, dan baju. Kebanyakan dari mereka berasal dari [[Silungkang, Sawahlunto]] dan [[Pandai Sikek]], Agam. Disamping itu perajin Minang juga banyak yang menggeluti usaha jual-beli barang-barang antik, dimana usaha ini biasanya digeluti oleh pedagang asal [[Sungai Puar, Agam]].<ref>{{cite book |last=Naim|first=Mochtar|title=Merantau}}</ref>
 
Selain itu, kultur merantau yang menanamkan budaya mandiri, menjadikan profesi berdagang sebagai pekerjaan pemula untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karenanya menjadi pedagang kaki lima sering menjadi pekerjaan awal bagi banyak perantau Minang.{{citation needed}}
===Percetakan===
Bisnis percetakan merupakan jenis usaha yang banyak dijalankan oleh pedagang Minang. Usaha percetakan yang mereka jalani meliputi percetakan undangan dan buku. Bahkan dari usaha percetakan ini berkembang menjadi usaha penerbitan buku dan toko buku. Usaha percetakan banyak digeluti oleh pedagang asal [[Sulit Air, X Koto Diatas, Solok|Sulit Air]], [[Kabupaten Solok|Solok]]. Salah satu tokoh sukses yang menggeluti bisnis percetakan ini ialah H.M Arbie yang berbasis di kota Medan.<ref>http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0307/08/dikbud/415150.htm</ref>
 
== Jenis usaha ==
===Hotel dan Travel===
=== Restoran ===
Bisnis pariwisata terutama jaringan perhotelan dan travel juga banyak digeluti oleh pengusaha Minangkabau. Di Jakarta, jaringan Hotel Grand Menteng merupakan jaringan bisnis hotel terbesar milik orang Minang. Di Pekan Baru, disamping Best Western Hotel milik Basrizal Koto, ada Hotel Pangeran yang dimiliki oleh Sutan Pangeran. Bisnis travel di geluti oleh pengusaha asal Payakumbuh, Rahimi Sutan di bawah bendera Natrabu Tour.<ref>http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0305/25/latar/331202.htm</ref>
{{utama|Rumah makan Padang}}
 
Usaha rumah makan merupakan jenis usaha yang banyak digeluti oleh pedagang Minang. Jaringan restoran Minang atau yang biasa dikenal dengan restoran Padang tersebar ke seluruh kota-kota di Indonesia, [[Malaysia]], [[Singapura]], [[Australia]], bahkan hingga ke [[Belanda]] dan [[Amerika Serikat]].<ref>[https://travel.okezone.com/read/2022/06/09/301/2608831/selain-indonesia-ini-7-negara-yang-ada-rumah-makan-padang Selain Indonesia, Ini 7 Negara yang Ada Rumah Makan Padang]</ref><ref>[https://regional.kompas.com/read/2011/07/06/05533939/Wow.Rumah.Makan.Padang.Ada.di.New.York Wow, Rumah Makan Padang Ada di New York!]</ref> Disamping itu terdapat juga usaha restoran yang memiliki ciri khas dan merek dagang yang dijalani oleh pedagang dari daerah tertentu. Pedagang asal [[Kapau, Tilatang Kamang, Agam|Kapau]] (dekat Bukittinggi) biasanya menjual nasi ramas yang dikenal dengan [[Nasi kapau]]. Pedagang [[Pariaman]], [[Guguk, Lima Puluh Kota|Dangung-Dangung]], dan [[Kota Padang Panjang|Padang Panjang]] banyak yang menjual [[Sate padang]] serta [[Soto padang]]. Sedangkan pedagang asal [[Kubang, Guguk, Lima Puluh Kota|Kubang]] (dekat [[Kota Payakumbuh|Payakumbuh]]) menjadi penjual martabak, dengan merek dagangnya Martabak Kubang.
===Pendidikan===
Bisnis pendidikan juga menjadi pilihan bagi orang Minang. Usaha ini biasanya digeluti oleh para pendidik yang pada mulanya bekerja pada sekolah negeri atau swasta. Dari pengalaman tersebut, mereka bisa mengembangkan sekolah, universitas, atau tempat kursus sendiri yang akhirnya berkembang secara profesional. Di Jakarta, setidaknya terdapat tiga universitas milik orang Minang, yaitu Universitas Jayabaya, [[Universitas Persada Indonesia YAI]], dan [[Universitas Borobudur]].
 
[[Sederhana (restoran)|Restoran Sederhana]] yang dirintis oleh [[Bustamam]] menjadi jaringan restoran Padang terbesar dengan 200 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan Malaysia.<ref>[https://entrepreneur.bisnis.com/read/20201208/263/1327896/restoran-sederhana-jaringan-rumah-makan-padang-yang-melegenda Restoran Sederhana, Jaringan Rumah Makan Padang yang Melegenda]</ref><ref>Hasril Chaniago, Kisah Hidup Haji Bustamam Pendiri Restoran Sederhana, 2019</ref> Selain Sederhana, jaringan restoran Minang lainnya yang telah berekspansi ke mancanegara adalah Sari Ratu, Garuda, dan Natrabu.
===Media===
Bakat menulis dan ilmu jurnalistik yang dimiliki oleh orang Minang, telah melahirkan beberapa perusahaan media besar di Indonesia. Antara lain ialah koran Oetoesan Melajoe yang didirikan oleh Sutan Maharaja pada tahun 1915, majalah Panji Masyarakat yang didirikan oleh [[Hamka]], koran Pedoman yang didirikan oleh [[Rosihan Anwar]], koran Waspada yang didirikan oleh [[Ani Idrus]], majalah Kartini yang didirikan oleh [[Lukman Umar]], majalah Femina yang didirikan oleh putra-putri [[Sutan Takdir Alisjahbana]], dan jaringan televisi [[Lativi|TV One]] yang didirikan oleh [[Abdul Latief]].
 
Pengusaha Minang lainnya yang bergerak di bidang makanan adalah keluarga [[Bustanil Arifin]] yang merupakan pemegang lisensi [[Pizza Hut]] dan Marugame Udon. Saat ini jaringan restoran di bawah bendera Sriboga itu sudah memiliki lebih dari 600 cabang di seluruh Indonesia.<ref>[https://industri.kontan.co.id/news/sarimelati-kencana-pzza-rajin-tambah-gerai-pizza-hut-di-tahun-ini Sarimelati Kencana (PZZA) Rajin Tambah Gerai Pizza Hut di Tahun Ini]</ref> Pengusaha kuliner lainnya Syamsalis dan Evalinda Amir, juga sukses mengembangkan usaha ayam gorengnya masing-masing dengan merek Sabana Fried Chicken dan D'Besto. Kedua ''brand'' tersebut telah memiliki ratusan gerai dan tersebar di beberapa kota di Indonesia.<ref>{{Cite web |url=https://www.majalahfranchise.com/franchise/425/sabana-fried-chicken |title=Franchise Sabana Fried Chicken |access-date=2020-04-04 |archive-date=2020-02-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20200220235820/http://majalahfranchise.com/franchise/425/sabana-fried-chicken |dead-url=yes }}</ref><ref>{{Cite web |url=https://www.liputan6.com/bisnis/read/4810859/intip-rahasia-sukses-dbesto-punya-300-outlet-dan-ribuan-karyawan-kurang-dari-10-tahun |title= Intip Rahasia Sukses Dbesto Punya 300 Outlet dan Ribuan Karyawan Kurang Dari 10 tahun|access-date=2023-09-21}}</ref>
===Keuangan===
Bisnis di industri keuangan, seperti perbankan, sekuritas, dan asuransi juga merupakan pilihan bagi pengusaha Minang. Bahkan pengusaha Minang, [[Sutan Sjahsam]] yang juga adik perdana menteri pertama Indonesia [[Sutan Sjahrir]], merupakan perintis [[Pasar modal|pasar modal]] di Indonesia. Sjahsam juga seorang pialang saham dan mendirikan perusahaan sekuritas, Perdanas. Disamping itu ekonom [[Syahrir (ekonom)|Syahrir]] juga aktif dalam bisnis sekuritas dengan mendirikan Syahrir Securities. Di bisnis perbankan, ada pengusaha Minang lainnya, [[Anwar Sutan Saidi]], yang mendirikan Bank Nasional.<ref>http://www.cimbuak.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=1076</ref>
 
=== Kerajinan ===
==Silaturahmi pedagang==
Orang Minang banyak melakukan perdagangan dari hasil kerajinan. Para pedagang ini banyak yang menggeluti kerajinan perak dan kulit. Dari bahan kulit, mereka banyak membuat tas, sepatu, dompet, serta ikat pinggang. Kebanyakan mereka berasal dari [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]], [[Kota Pariaman|Pariaman]], [[Kota Payakumbuh|Payakumbuh]], [[Kota Sawahlunto|Sawahlunto]], dan [[Kabupaten Solok|Solok]]. Di Jakarta, para pengusaha ini banyak ditemui di kawasan [[Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur|Penggilingan]] dan [[Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan|Cipulir]], di Bandung di sekitar [[Cibaduyut]], serta di Medan, mereka banyak berkumpul di kawasan [[Sukaramai I, Medan Area, Medan|Sukaramai]]. Sedangkan kerajinan emas biasa digeluti oleh masyarakat [[IV Koto Aur Malintang, Padang Pariaman|Aur Malintang]] dan [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]]. Kawasan Blok M dan Cikini, merupakan lokasi utama para pedagang emas Minang di Jakarta. Salah satu pedagang emas yang cukup sukses di Jakarta adalah Azwar "Sagi" Wahid.<ref>[https://www.tribunsumbar.com/subhanallah-h-sagi-bagikan-rp-3-miliar/ Subhanallah, H Sagi Bagikan Rp 3 Miliar]</ref>
Untuk membangun jaringan dan silaturahmi antar pedagang Minangkabau, maka diadakanlah pertemuan yang dikenal dengan Silaturahmi Saudagar Minang. Silaturahmi ini pertama kali diadakan di Padang pada tahun 2007 yang dihadiri tak kurang dari 700 pengusaha Minang dari seluruh dunia.<ref>http:///www.saudagarminang.com</ref>
 
Disamping itu, banyak pula yang menggeluti usaha jual-beli barang-barang antik. Bisnis ini biasanya digeluti oleh pedagang asal [[Sungai Puar, Agam|Sungai Puar]].<ref name="Naim">{{cite book|last=Naim|first=Mochtar|authorlink=Mochtar Naim|title=Merantau|publisher=Gadjah Mada University Press|year=1973}}</ref> Pedagang barang antik Minangkabau banyak ditemui di [[Cikini, Menteng|Cikini]], [[Jakarta Pusat]] dan [[Ciputat, Tangerang Selatan]]. Jaringan pedagang antik Minang yang telah terbentuk sejak dekade 1930-an itu, banyak mengambil benda-benda keramik zaman [[Dinasti Ming]] atau [[Dinasti Qing|Qing]] dari wilayah [[Sulawesi]] atau [[Maluku]].
==Pedagang sukses==
* [[Djohor Soetan Perpatih]], menjadi seorang pedagang sukses di tahun 1930-an. Bersama saudaranya [[Djohan Soetan Soelaiman]], dia mendirikan toko Djohan Djohor yang terkenal dengan aksi mendiskon barang yang menyebabkan toko-toko Cina di Pasar Senen, [[Pasar Baru, Sawah Besar|Pasar Baru]], dan Kramat menurunkan harga dagangannya.<ref>majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2002/08/12/LK/mbm.20020812.LK79822.id.html - 30k - </ref>
* [[Hasyim Ning]] merupakan pengusaha Minang sejak era Orde Lama. Bisnisnya bergerak di bidang otomotif, yaitu sebagai agen tunggal pemegang merek mobil-mobil asal [[Eropa]] dan [[Amerika Serikat]]. Hasyim pernah dijuluki pers sebagai "Raja Mobil dan Henry Ford Indonesia". Dia sempat dituding sebagai boneka kapitalis ketika pada tahun 1954 perusahan yang dipimpinnya, Indonesia Service Company, mendapat kredit lunak sebesar 2,6 juta dollar AS dari Development Loan Fund.<ref>{{cite book |last=Navis|first=Ali Akbar|title=Pasang Surut Pengusaha Pejuang-Hasyim Ning|published=Grafitipers|year=1986}}</ref> Selain itu bisnis Hasyim juga merambah perhotelan dan biro perjalanan.<ref>http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1973/12/15/PT/mbm.19731215.PT63546.id.html</ref>
* [[Abdul Latief]] merupakan sosok sukses pengusaha Minangkabau di Jakarta. Bisnis Abdul Latief meliputi properti dan media dibawah bendera ALatief Corporation. Pasaraya dan TV One merupakan perusahaan terbesar milik Latief. Selain sukses sebagai pengusaha, Latief juga menjabat sebagai [[Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia|menteri Tenaga Kerja]] di pemerintahan [[Orde Baru]].
* [[Basrizal Koto]] merupakan pengusaha asal Pariaman yang menggeluti bisnis media, hotel, pertambangan, dan peternakan. Basrizal yang dikenal dengan Basko memiliki hotel yang berbasis di Pekan Baru dan Padang. Selain itu dia memiliki peternakan sapi terbesar di Asia Tenggara.<ref>http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-minggu/profil/1id70615.html</ref>
* [[Rahimi Sutan]], pengusaha Minangkabau yang sukses menggeluti bisnis travel, biro perjalanan, dan rumah makan. Saat ini Natrabu Tour, perusahaan travel miliknya, bertebaran di seluruh daerah tujuan wisata di Indonesia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.<ref>http://kompas.com</ref>
 
==Lihat= pulaPercetakan ===
Bisnis percetakan merupakan jenis usaha yang banyak dijalankan oleh pedagang Minang. Usaha percetakan yang mereka jalani meliputi percetakan undangan dan buku. Bahkan dari usaha percetakan ini berkembang menjadi usaha penerbitan buku dan toko buku. Usaha percetakan banyak digeluti oleh pedagang asal Sulit Air. Beberapa pengusaha yang sukses menggeluti bisnis ini ialah [[Kasuma Sutan Pamuntjak]] ([[Penerbit Djambatan|Djambatan]]), Lukman Sa'ad ([[Yudhistira (penerbit)|Yudhistira-Ghalia]]), [[Lucya Andam Dewi]] (Bumi Aksara), [[Rozali Usman]] (Remaja Rosdakarya), [[Muhammad Arbie]] (Madju),<ref>{{Cite web |url=http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0307/08/dikbud/415150.htm |title=Salinan arsip |access-date=2009-06-04 |archive-date=2007-12-29 |archive-url=https://web.archive.org/web/20071229214049/http://www.kompas.com/kompas-cetak/0307/08/dikbud/415150.htm |dead-url=yes }}</ref> [[Mawardi Labay El-Sulthani]] (Al Mawardi Prima), [[Asril Das]] (Lubuk Agung), Remon Agus (Zikrul Hakim Bestari), serta [[Rainal Rais]] (Rora Karya).
* [[Masakan Padang]]
 
* [[Negeri Sembilan]]
=== Pariwisata ===
Bisnis pariwisata terutama jaringan perhotelan dan travel juga banyak digeluti oleh pengusaha Minangkabau. Di Jakarta, hotel-hotel kelas menengah banyak yang dimiliki oleh pengusaha Minang. [[Amir Rasydin Datuk Basa]] merupakan salah seorang pengusaha hotel yang memiliki jaringan cukup besar. Hotel milik pengusaha Minang yang cukup terkenal antara lain Hotel Ambhara, Hotel Sofyan, Hotel Grand Menteng, Hotel Sentral, Oasis Amir Hotel, Hotel Royal Kuningan, Hotel Treva, Hotel Maharani, Hotel Maharadja, Hotel Kaisar, dan Hotel Mega. Di [[Pekanbaru]], disamping Grand Suka Hotel milik [[Zairin Kasim]], ada pula Hotel Mutiara Merdeka punya Muhammad Nazir, dan Hotel Pangeran milik Syarifudin Dt. Pangeran. Di Medan, terdapat Hotel Madani yang dikelola oleh [[Masri Nur]], Garuda Plaza Hotel yang dimiliki [[Hendra Arbie]], serta Raz Hotel & Convention punya Sofyan Raz. Di Bandung, terdapat Grand Asrilia Hotel punya Asril Das dan Hotel Cihampelas milik Herman Muchtar. Di [[Kota Batam|Batam]] ada Harbour Bay Amir Hotel yang dikelola Amir Rasydin. Di [[Kota Bandar Lampung|Bandar Lampung]], [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]], dan [[Batusangkar (kota)|Batusangkar]] ada Hotel Emersia milik Merry Warti. Di [[Kota Ternate|Ternate]] dan Bukittinggi ada Muara Hotel yang dikelola Ismi Anas. Sedangkan [[Oesman Sapta Odang]] mengelola Grand Mahkota Hotel di [[Kota Pontianak|Pontianak]] dan [[Kota Singkawang|Singkawang]] serta The Stones Hotel di [[Bali]].<ref>{{Cite web |url=http://properti.bisnis.com/read/20130710/107/150013/president-suite-the-stone-hotel-kuta-cetak-rekor-dunia |title=President Suite The Stone Hotel Kuta Cetak Rekor Dunia |access-date=2018-10-06 |archive-date=2018-10-06 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181006194743/http://properti.bisnis.com/read/20130710/107/150013/president-suite-the-stone-hotel-kuta-cetak-rekor-dunia |dead-url=yes }}</ref> Tidak hanya di Indonesia, pengusaha Minang juga menggarap bisnis penginapan hingga ke mancanegara. Salah satunya adalah [[Fahmi Idris]] yang mengembangkan Regent Beverly Whilshire, di kawasan [[Beverly Hills, California]].<ref>Majalah Tempo, Rumah BSB, Markas Kodel, 31 Maret 1990</ref>
 
Di bidang tur dan travel, Natrabu (National Travel Bureau) tercatat sebagai salah satu perusahaan travel tertua di Indonesia. Didirikan oleh [[Rahimi Sutan]] di Jakarta, perusahaan ini sudah eksis sejak tahun 1958.<ref>[https://katasumbar.com/ternyata-pencetus-bisnis-travel-agent-pertama-di-indonesia-adalah-perantau-asal-payakumbuh-ini-sosoknya/ Ternyata Pencetus Bisnis Travel Agent Pertama di Indonesia Adalah Perantau Asal Payakumbuh, Ini Sosoknya]</ref> Selain aktif menyelenggarakan kegiatan konferensi dan ekspo, Pacto Ltd yang dikelola oleh keluarga [[Hasyim Ning]] serta Royalindo Expoduta yang dimiliki [[Iqbal Alan Abdullah]] juga merupakan perusahaan tur dan travel terkemuka di Indonesia.<ref>[https://bisniswisata.co.id/raty-ning-selalu-ada-peluang-untuk-bisnis-mice-daring/ Raty Ning: Selalu Ada Peluang Untuk Bisnis MICE Daring]</ref>
 
Di [[Sumatera Barat]], [[Nelson Septiadi]] merupakan salah seorang pengusaha Minang yang bergelut di bisnis taman hiburan. Ia adalah pemilik Minang Fantasi, sebuah arena permainan terbesar kedua di Indonesia.<ref>padang-today.com [http://padang-today.com/%3Fmod%3Dberita%26today%3Ddetil%26id%3D28144?mod=wisata&today=detil&id=60 Mifan, Dufan Terbesar kedua di Tanah Air]{{Pranala mati|date=April 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Di [[Bali]], selain mengelola kafe dan toko suvenir, [[Yunasril Anga]] merupakan pengusaha Minang yang aktif mempromosikan pulau dewata ke dunia internasional.
 
=== Pendidikan ===
Bisnis pendidikan juga menjadi pilihan bagi orang Minang. Usaha ini biasanya digeluti oleh para pendidik yang pada mulanya bekerja pada sekolah negeri atau swasta. Dari pengalaman tersebut, mereka bisa mengembangkan sekolah, universitas, atau tempat kursus sendiri yang akhirnya berkembang secara profesional. Di Jakarta, terdapat beberapa universitas atau perguruan tinggi milik orang Minang, yaitu [[Universitas Jayabaya]] didirikan oleh [[Moeslim Taher]], [[Universitas Persada Indonesia YAI]] didirikan oleh Julius Sukur, [[Universitas Borobudur]] didirikan oleh [[Basir Barthos]], serta The London School of Public Relations yang didirikan oleh [[Prita Kemal Gani]]. Di [[Batam]], Yayasan Vitka milik [[Asman Abnur]] mengelola dua perguruan tinggi, yakni Institut Teknologi Batam dan Batam Tourism Polytechnic.<ref>[https://www.jpnn.com/news/politeknik-pariwisata-batam-siap-cetak-chef-terkenal?page=2 Politeknik Pariwisata Batam Siap Cetak Chef Terkenal]</ref> Sedangkan di kota [[Medan]], [[Djanius Djamin]], yang dikenal sebagai aktivis, akademisi dan pengusaha juga mendirikan perguruan tinggi yang bernama Universitas Tri Karya.
 
=== Media ===
Bakat menulis dan ilmu jurnalistik yang dimiliki oleh orang Minang, telah melahirkan beberapa perusahaan media besar di Indonesia, diantaranya [[Kartini (majalah)|Kartini Grup]] yang didirikan oleh [[Lukman Umar]], [[Femina|Femina Grup]] yang didirikan oleh putra-putri [[Sutan Takdir Alisjahbana]], [[Galamedia|Gala]] yang didirikan oleh Syamsuyar Adnan, dan stasiun televisi [[Lativi]] yang didirikan Abdul Latief. Di Malaysia, [[Hussamuddin Yaacub]] merupakan konglomerat Minang yang merajai bisnis media cetak negeri tersebut. Bersama kakaknya Fickry Yaacub, ia mendirikan Karangkraf Grup.<ref>Antara Rahsia Kejayaan Datuk Hussamuddin Yaacub, Pengasas Kumpulan Karangkraf [http://www.sinarharian.com.my/rencana/antara-rahsia-kejayaan-datuk-hussamuddin-yaacub-pengasas-kumpulan-karangkraf-1.7159?localLinksEnabled=false sinarharian.com.my] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131216154247/http://www.sinarharian.com.my/rencana/antara-rahsia-kejayaan-datuk-hussamuddin-yaacub-pengasas-kumpulan-karangkraf-1.7159?localLinksEnabled=false |date=2013-12-16 }}</ref>
 
Selain itu, beberapa media ternama yang didirikan oleh orang Minang adalah koran Warta Berita, Soeloeh Melajoe, dan Oetoesan Melajoe oleh [[Mahyuddin Datuk Sutan Maharadja]], majalah ''Panji Masyarakat'' oleh [[Hamka]], koran ''Pedoman'' oleh [[Rosihan Anwar]], koran ''[[Waspada (surat kabar)|Waspada]]'' oleh [[Ani Idrus]], harian ''[[Kedaulatan Rakyat]]'' oleh [[H. M. Samawi]], harian ekonomi ''Neraca'' oleh [[Zulharmans]], dan harian ''Berita Indonesia'' oleh [[Rusli Amran]].
 
=== Tekstil ===
Di pasar tradisional kota-kota besar Indonesia, pedagang Minangkabau banyak yang menggeluti perdagangan tekstil. Di [[Jakarta]], pedagang Minangkabau mendominasi pusat-pusat perdagangan tradisional, seperti [[Pasar Tanah Abang]], [[Pasar Senen]], [[Blok M Square|Pasar Blok M]], [[Pasar Jatinegara]], dan Pasar Cipulir. Dominasi pedagang tekstil Minangkabau juga terjadi di Medan dan [[Pekan Baru]]. Jika di Medan pedagang Minangkabau mendominasi [[Pusat Pasar|Pajak Sentral]], Pasar Ikan Lama, dan Pasar Sukaramai, maka di Pekan Baru mereka dominan di Pasar Pusat dan Pasar Bawah. Di luar itu, beberapa sentra pengusaha tekstil Minang adalah [[Kuala Lumpur]], [[Kota Palembang|Palembang]], [[Kota Surabaya|Surabaya]], [[Kota Bandung|Bandung]], [[Kota Batam|Batam]], [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]], dan [[Kota Pekalongan|Pekalongan]]. Di Kuala Lumpur, para pengusaha Minang banyak dijumpai di Wisma Yakin dan [[Kampung Baru, Kuala Lumpur|Kampung Baru]],<ref>Sismudjito, Rizabuana Ismail and Darul Amin Abdul Munaf, The Rise and Tide of the Minangkabau Traditional Trading in Kuala Lumpur: A Preliminary Research, Indonesian Journal of Geography, Vol. 47 No. 1, June 2015: 69 - 76</ref> sedangkan di [[Surabaya]] mereka berdagang di [[Pasar Turi]]. Disamping itu, di Bandung banyak pedagang Minang yang menempati [[Pasar Baru Trade Center]] dan Pasar Kota Kembang, serta di Batam mereka berjualan di [[Nagoya Hill Superblock|Nagoya]]. Pada masa Orde Lama, [[Rahman Tamin]] merupakan salah seorang pengusaha tekstil terbesar di Indonesia.
 
=== Fesyen ===
Selain menjadi pedagang bahan, banyak pula pengusaha Minang yang mengolah bahan menjadi produk-produk fesyen. Diantara mereka yang terjun ke bisnis ini ialah para perancang busana yang kemudian membuka butiknya sendiri. Beberapa diantaranya adalah [[Itang Yunasz]] (SZ), [[Iwan Tirta]] (Iwan Tirta Private Collection), [[Ria Miranda]] (Riamiranda), [[Sjamsidar Isa]] (Studio One), [[Monika Jufry]] (Sessa), dan [[Fomalhaut Zamel]]. Disamping itu ada pula pengusaha yang bukan sebagai perancang namun terjun ke industri fesyen, seperti [[Elidawati Ali Oemar]] dan Feny Mustafa. Elzatta yang dikembangkan oleh Elidawati serta Shafira dan Zoya, dua merek besutan Feny, outletnya telah hadir di seluruh Indonesia.<ref>[https://swa.co.id/beritabca/bca/feny-shafira-mustafa-membangun-bisnis-bermodal-kepercayaan-dan-networking Feny “Shafira” Mustafa: Membangun Bisnis Bermodal Kepercayaan dan Networking]</ref>
 
=== Keuangan ===
Bisnis di industri keuangan, seperti perbankan, sekuritas, dan asuransi juga merupakan pilihan bagi pengusaha Minang. Bahkan pengusaha Minang, [[Soetan Sjahsam]] yang juga adik perdana menteri pertama Indonesia [[Sutan Sjahrir]], merupakan perintis [[pasar modal]] di Indonesia. Sjahsam juga seorang pialang saham dan mendirikan perusahaan sekuritas, Perdanas. Disamping Sjahsam, ekonom [[Syahrir (ekonom)|Syahrir]] juga aktif dalam bisnis sekuritas dengan mendirikan perusahaan Syahrir Securities. Di bisnis modal ventura dan ''multi finance'', [[Arwin Rasyid]] mendirikan TEZ Capital & Finance<ref>[https://www.wartaekonomi.co.id/read216447/gebrakan-perusahaan-multifinance-arwin-rasyid Gebrakan Perusahaan Multifinance Arwin Rasyid]</ref> Sedangkan di bisnis perbankan, pengusaha asal [[Sungai Puar, Agam|Sungai Puar]] [[Anwar Sutan Saidi]], mendirikan Bank Nasional pada tahun 1930.<ref>Audrey Kahin, Dari Pemberontakan Ke Integrasi Sumatera Barat dan Politik Indonesia 1926-1998, Yayasan Obor Indonesia</ref> Pada masa Orde Baru, beberapa pengusaha Minang yang terjun di bisnis perbankan dan asuransi antara lain [[Hasyim Ning]] (Bank Perniagaan Indonesia), Anwar Syukur (Bank Anrico), serta [[Roestam Moenaf]] ([[Asuransi Bintang]]).
 
=== Kesehatan dan Kosmetik ===
Industri kesehatan juga merupakan bidang yang banyak digeluti oleh pengusaha Minang. Beberapa dokter dari kalangan Minangkabau, banyak yang membuka rumah sakit umum serta rumah sakit ibu dan anak yang tersebar di kota-kota besar Indonesia, diantaranya adalah [[Rizal Sini]] yang mendirikan [[Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Jakarta|Rumah Sakit Bunda]], keluarga Awaloeddin yang mengembangkan jaringan [[Primaya Hospital Group|Rumah Sakit Primaya]],<ref>[https://swa.co.id/swa/trends/management/gaya-bos-awal-bros-didik-12-anaknya Gaya Bos Awal Bros Didik 12 Anaknya]</ref>, Lidesma yang mengelola jaringan Rumah Sakit Ananda, serta [[Nurzahedi]] yang membangun Aulia Hospital.
 
Disamping itu, ada pula pengusaha Minang yang terjun ke industri obat-obatan. Salah satunya adalah [[Rukmini Zainal Abidin]]. Bersama suaminya ia mendirikan pabrik obat PT Tunggal Idaman Abdi dan Apotek Tunggal.<ref>Sebuah Hacienda Di Salemba, Majalah Tempo, 27 Oktober 1973</ref> Perempuan Minang lainnya, [[Nurhayati Subakat]], berhasil menjual produk-produk kosmetik, dengan merek dagang Wardah dan Emina.<ref>Jackie Ambadar, Miranty Abidin, Yanty Isa; Rencana Usaha, 2010</ref>
 
=== Properti ===
Sejak berkembangnya industri properti pada dasawarsa 1980-an, banyak pengusaha Minang yang terjun ke dalam bisnis ini. Mereka banyak membangun proyek perumahan, apartemen, dan sentra bisnis di kota-kota utama Indonesia. Pada tahun 1991, [[Nasroel Chas]] meluncurkan pusat bisnis prestisius, ''Sudirman Central Business District'' di kawasan [[Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan|Senayan]], Jakarta.<ref>Tanpa Pinjaman dari Luar, Majalah Tempo, 4 Juli 1992</ref> Proyek ini merupakan proyek percobaan bagi pengembangan pusat-pusat bisnis di seluruh Indonesia. Pengusaha properti lainnya adalah [[Yendra Fahmi]] yang mengelola beberapa gedung perkantoran di Jakarta, seperti Sudirman Suites dan Menara Kuningan. Selain itu [[Is Anwar Datuk Rajo Perak]] merupakan pemilik gedung perkantoran Is Plaza di [[Matraman, Jakarta Timur|Matraman, Jakarta]], serta Abdul Latief yang menjadi pemilik Menara Sentraya di [[Kebayoran Baru, Jakarta Selatan|Kebayoran Baru, Jakarta]]. [[Belly Saputra]], ''owner'' Riyadh Group, membangun beberapa kompleks apartemen di Jakarta dan Bandung. Ia juga mengelola Bally Internasional Hotel & Convention Centre di Cilegon, serta membangun pusat perbelanjaan di Malaysia.<ref>[https://industri.kontan.co.id/news/akuisisi-2-perusahaan-di-malaysia-riyadh-group-akan-ipo-30-40 Akuisisi 2 perusahaan di Malaysia, Riyadh Group akan IPO 30%-40%]</ref> Pengusaha Minang lainnya, [[Nuzli Arismal]] yang dijuluki sebagai "raja pasar", banyak mengelola pusat-pusat perbelanjaan. Diantaranya adalah Blok F Tanah Abang (Jakarta), Pasar Cipadu (Tangerang), dan Abdurrahman bin Auf Trade Center (Bandung).
 
=== Pertambangan ===
Industri pertambangan adalah salah satu bisnis yang diminati oleh pengusaha Minang. Mereka mulai banyak menggeluti bidang ini sejak dibukanya permodalan asing pada masa Orde Baru. Pengusaha Minang yang sukses di bidang ini antara lain Aminuzal Amin, Oesman Sapta Odang, Yendra Fahmi, [[Edi Yosfi]], dan [[Bonny Z. Minang]]. Sedangkan [[Emil Abbas]] (Easco), Syarief Tando (Petrobuild Indonesia), dan Muhammad Kasmir (Uniteda Arkato) menjalankan perusahaan alat berat serta infrastruktur bagi perusahaan pertambangan. Di Malaysia pada akhir abad ke-19, [[Mohamed Taib bin Haji Abdul Samad]] merupakan pengusaha pertambangan yang sukses. Bersama saudaranya, Abbas bin Haji Abdul Samad, dia membuka pertambangan timah di [[Selangor]].<ref>Persatuan Melayu Selangor (PMS), Riwayat Hidup Haji Abdullah bin Haji Mohd. Taib, 15 April 1934</ref> Setelah lepas dari Inggris, [[Tunku Imran]] dan [[Tunku Naquiyuddin]] dari keluarga kerajaan [[Negeri Sembilan]], merupakan pengusaha pertambangan yang memiliki kekayaan cukup besar di Malaysia.
 
=== Perfilman ===
Para pengusaha Minang juga merupakan pelopor dalam pengembangan industri film di Indonesia pasca-kemerdekaan. [[Usmar Ismail]] pendiri [[Perfini]] dan [[Djamaluddin Malik]] pemilik Persari, merupakan dua tokoh perfilman yang dijuluki sebagai "Bapak Film Indonesia".<ref>http://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4b9bce2f4931f_djamaludin-malik#.W7lpJxG-ldg</ref> Selain itu, [[Naziruddin Naib]] juga merupakan produser film Indonesia yang aktif di masa Orde Lama. Pada masa Orde Baru, keluarga [[Soekarno M. Noer]] lewat perusahaannya [[Karnos Film]] giat memproduksi aneka sinetron, diantaranya yang cukup melegenda adalah [[Si Doel Anak Sekolahan]]. Di era reformasi, [[Nan Achnas]] adalah salah satu pengusaha yang aktif memproduksi film-film Indonesia. Di [[Malaysia]], sineas Minang yang cukup aktif memproduksi film adalah [[Rosnani Jamil]] dan [[U-Wei bin Haji Saari]].
 
=== Transportasi ===
Pada industri transportasi, beberapa pengusaha Minang juga turut ambil bagian. Di Malaysia, [[Kamarudin Meranun]] merupakan ''co-founder'' dan Chairman dari maskapai penerbangan [[AirAsia]]. Di Indonesia, beberapa bus pariwisata dan [[Bus antarkota|bus antarkota]] dikelola oleh pengusaha Minang. Diantaranya ialah Anas Sutan Jamaris ([[Anas Nasional Sejahtera|ANS]]), Bahauddin Sutan Barbangso Nan Kuniang ([[Naikilah Perusahaan Minang|NPM]]), Alizar Datuk Bagindo ([[Gumarang Jaya]]), Hasanuddin Adnan ([[Siliwangi Antar Nusa|SAN]]), Djohar (Bintang Kedjora), Nazar Zakaria (Transport Express), serta Afrinaldi (EPA Star). Selain itu ada pula yang menggeluti bisnis logistik yaitu Arisal Aziz ([[Indah Logistik|Indah Logistik Cargo]]) serta pengusaha pelayaran yakni [[A. Murady Darmansjah]] (Ghalaya Abadi Persada Line).
 
== Jaringan dan tantangan ==
Jaringan dan silaturahmi antarpedagang Minangkabau, terbangun antara lain melalui pertemuan yang dikenal dengan sebutan ''Silaturahmi Saudagar Minang'' (SSM); yang pertama kali diadakan di Padang pada tahun 2007 dan dihadiri tak kurang dari 700 pengusaha Minang dari seluruh dunia.<ref>[http://www.antaranews.com/berita/73803/700-pengusaha-padang-se-dunia-bertemu-saat-lebaran "700 Pengusaha Padang se-Dunia Bertemu Saat Lebaran"] ANTARA News, 14 Agustus 2007.</ref>
 
Tidak seperti para pendahulunya, seperti Djohan & Djohor, Rahman Tamin, dan Hasyim Ning, yang merupakan pengusaha-pengusaha Indonesia terkemuka pada masanya,<ref>[https://books.google.co.id/books?id=woSrAZ13P2IC&pg=PA51&lpg=PA51&dq=rahman+tamin+sidi+tando+hasyim+ning+djohan+djohor+soetan+sjahsam&source=bl&ots=sWGCsWu9qG&sig=ruwPQjihCVVoOWC5UQJqYVzfAoE&hl=en&sa=X&ved=0CCUQ6AEwAWoVChMI0POX8P2VxwIVTo-OCh2HHgVf#v=onepage&q&f=false Indonesia: The Rise of Capital] Richard Robison, ''Equinox Publishing'', 2009, ISBN 978-979-3780-65-8.</ref> pencapaian pengusaha Minangkabau dewasa ini jauh menurun.<ref>http://www.forbes.com/indonesia-billionaires/list/#tab:overall</ref><ref>{{Cite web |url=http://thejakartaglobe.beritasatu.com/archive/150-richest-indonesians-7/ |title=Salinan arsip |access-date=2015-07-31 |archive-date=2015-07-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150727043109/http://thejakartaglobe.beritasatu.com/archive/150-richest-indonesians-7/ |dead-url=yes }}</ref> Demikian pula, potensi kerjasama pengusaha di rantau terhadap pembangunan di Provinsi Sumatera Barat masih belum memperlihatkan hasil yang signifikan,<ref>{{cite book
|title = Merajut potensi rantau: Solusi urang awak menghadapi masa depan
|authors = Firdaus, Risman Bustaman, Zulfison
|publisher = Kartika Insan Lestari
|year = 2005
|url = https://books.google.co.id/books?id=3utuAAAAMAAJ&q=kerjasama+pedagang+minang&dq=kerjasama+pedagang+minang&hl=id&sa=X&ved=0CB4Q6AEwAWoVChMI0qWC4q-MxwIV2NSOCh0eIQhU
|page = 20-21, 183
|id = ISBN 979-97798-6-3, 9789799779861
}}</ref> mengingat pada tahun 2021 berdasarkan [[Daftar provinsi di Indonesia menurut IPM|Indeks Pembangunan Manusia]] Sumatera Barat berada di peringkat ke-9 di Indonesia.<ref>{{Cite web |url=http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1622 |title=Salinan arsip |access-date=2015-07-31 |archive-date=2015-08-01 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150801023823/http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1622 |dead-url=yes }}</ref>
 
== Saudagar sukses ==
* [[Abdul Gani Rajo Mangkuto]], saudagar besar komoditas asal [[Koto Gadang, IV Koto, Agam]], dan merupakan orang yang paling besar kekayaannya di [[Sumatra Tengah]] pada masa [[Hindia Belanda]].
* [[Abdul Latief (pengusaha)|Abdul Latief]] merupakan sosok sukses pengusaha Minangkabau di Jakarta. Bisnis Abdul Latief meliputi properti, agrobisnis, media, dan hotel di bawah bendera [[ALatief Corporation]]. Pasaraya dan Lativi merupakan perusahaan terbesar milik Latief. Selain sukses sebagai pengusaha, Latief juga menjabat sebagai [[Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia|Menteri Tenaga Kerja]] di pemerintahan [[Orde Baru]].
* [[Anwar Sutan Saidi]], ia merupakan salah satu dari sedikit konglomerat Indonesia sebelum masa kemerdekaan dan merupakan pendiri Bank Nasional.
* [[Basrizal Koto]] merupakan pengusaha asal Pariaman yang menggeluti bisnis media, hotel, pertambangan, dan peternakan. Basrizal yang dikenal dengan Basko memiliki hotel yang berbasis di Pekanbaru dan Padang. Selain itu, dia memiliki peternakan sapi terbesar di Asia Tenggara.<ref>{{Cite web |url=http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-minggu/profil/1id70615.html |title=Salinan arsip |access-date=2009-06-03 |archive-date=2009-06-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20090608071610/http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-minggu/profil/1id70615.html |dead-url=yes }}</ref>
* [[Datuk Hakim Thantawi]], merupakan pengusaha yang bergerak di bidang pertambangan dan perdagangan di bawah bendera Grup Thaha.
* [[Djohan Soetan Soelaiman]], menjadi seorang pedagang sukses pada tahun 1930-an. Bersama saudaranya [[Djohor Soetan Perpatih]], dia mendirikan toko Djohan Djohor yang terkenal dengan aksi mendiskon barang yang menyebabkan toko-toko Tionghoa di Pasar Senen, [[Pasar Baru, Sawah Besar|Pasar Baru]], dan Kramat (ketiganya berada di Jakarta) menurunkan harga dagangannya.
* [[Fahmi Idris]] merupakan salah satu pengusaha Minang yang juga seorang politisi. Fahmi mendirikan grup bisnis Kodel yang bergerak di bidang perdagangan, industri, dan investasi. Fahmi yang telah berbisnis sejak tahun 1967, sempat berhenti kuliah dari [[Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia|FEUI]] untuk mulai berwirausaha.
* [[Hasyim Ning]], merupakan pengusaha Minang sejak era Orde Lama. Bisnisnya bergerak di bidang otomotif, yaitu sebagai agen tunggal pemegang merek mobil-mobil asal [[Eropa]] dan [[Amerika Serikat]]. Dia juga merupakan pendiri [[Lippo Bank]]. Hasyim pernah dijuluki pers sebagai "Raja Mobil dan Henry Ford Indonesia". Dia sempat dituding sebagai boneka kapitalis ketika pada tahun 1954 perusahan yang dipimpinnya, Indonesia Service Company, mendapat kredit lunak sebesar 2,6 juta dollar AS dari Development Loan Fund.<ref>{{cite book|last=Navis|first=Ali Akbar|title=Pasang Surut Pengusaha Pejuang: Otobiografi Hasyim Ning|authorlink=Ali Akbar Navis|publisher=Grafitipers|year=1986}}</ref> Selain itu, bisnis Hasyim juga merambah perhotelan dan biro perjalanan.
* [[Kamarudin Meranun]], seorang pengusaha Malaysia asal [[Guguak Tabek Sarojo, IV Koto, Agam|Guguak Tabek Sarojo, Agam]], yang merupakan salah satu pendiri [[AirAsia]] dan Tune Group.
* [[Muhammad Saleh]] adalah seorang nakhoda Minangkabau, yang memulai bisnisnya dengan membawa barang serta aneka komoditas dari satu kota ke kota lainnya di pantai barat Sumatra. Kemudian Saleh memperluas bisnisnya dengan menjadi kontraktor garam, serta komoditas untuk pasaran pedalaman Minangkabau.<ref>{{cite book|first=Akira|last=Nagazumi|title=Indonesia Dalam Kajian Sarjana Jepang|chapter=Rantau Pariaman, Dunia Saudagar Pesisir Minangkabau Abad XIX|publisher=Yayasan Obor Indonesia|year=1986}}</ref>
* [[SM Nasimuddin SM Amin|Nasimuddin Amin]], seorang pengusaha Malaysia keturunan Minangkabau. Ia merupakan pendiri sekaligus pemilik konglomerasi NAZA Group, yang bergerak pada bisnis otomotif, keuangan, properti, dan perkebunan.
* [[Nurhayati Subakat]], pengusaha kosmetik, pendiri PT Pusaka Tradisi Ibu yang memproduksi kosmetik dengan merek dagang ''Wardah Cosmetic''.
* [[Rahimi Sutan]], pengusaha Minangkabau yang sukses menggeluti bisnis travel, biro perjalanan, dan rumah makan. Natrabu Tour, perusahaan travel miliknya, sempat memiliki kantor cabang di seluruh daerah tujuan wisata di [[Indonesia]], [[Jepang]], [[Inggris]], dan [[Amerika Serikat]].
* [[Rahman Tamin]], seorang pengusaha tekstil dengan merek Ratatex (Rahman Tamin Textile) yang terkenal hingga mancanegara. Tamin mengendalikan berbagai macam bisnisnya yang membentang antara Padang-Singapura-Jakarta.
* [[Tunku Naquiyuddin]], konglomerat Malaysia, pemilik dan ''chairman'' pada perusahaan Antah Holdings Berhad yang bergerak di banyak bidang usaha.
* [[Tunku Tan Sri Abdullah]], merupakan pengusaha Minang-Malaysia yang sukses. Di bawah bendera [[Melewar Corporation]], bisnisnya meliputi produksi baja dan manufaktur.
 
=== Pengusaha muda ===
Dari kalangan generasi muda, mulai dikenal beberapa nama yang telah memperlihatkan prestasi sebagai pedagang/pengusaha yang tangguh, diantaranya:
* [[Ahmad Sahroni]], pengusaha kapal tongkang yang memulai usahanya benar-benar dari bawah. Prestasinya juga membuat ia dipercaya memimpin komunitas penggemar/pemilik Ferrari Indonesia. Ia kemudian juga terjun ke dunia politik dan duduk sebagai anggota DPR-RI melalui Partai NasDem.
* [[Iman Usman]], pendiri perusahaan teknologi di bidang pendidikan, [[Ruangguru]].
* [[Ismail Ning]], putra dari Hasyim Ning dan [[Ratna Maida Ning]] yang mengelola beberapa perusahaan, diantaranya Pacto Ltd, PT Pembangunan Jaya, PT Jaya Konstruksi, dan lainnya.
* [[Muhammad Lutfi]], salah seorang pendiri dan pemilik [[Mahaka Media|Mahaka Grup]] yang bergerak di bidang penerbitan, media massa, energi dan lain-lain. Ia pernah menjabat Ketua [[HIPMI]] dan Kepala [[Badan Koordinasi Penanaman Modal]] (BKPM), sebelum menjadi Menteri Perdagangan Indonesia.
* [[Nadiem Makarim]], seorang pengusaha muda yang mengembangkan aplikasi transportasi daring [[GO-JEK|Go-Jek]]. Untuk melengkapi jasa transportasi, saat ini Go-Jek juga menyediakan fasilitas Go-Food (pesan makan), dan Go-Send (jasa pengiriman barang).
* [[Pandu Patria Sjahrir]], pengusaha muda yang menjadi ''angel investor'' beberapa perusahaan rintisan di Asia Tenggara sekaligus pengelola [[TBS Energi Utama|PT TBS Energi Utama Tbk]].
* [[Raja Sapta Oktohari]], pengusaha muda Indonesia yang mengelola beberapa perusahaan yang tergabung dalam OSO Group. Ia juga pernah dipercaya menjabat Ketua Umum HIPMI.
== Lihat pula ==
* [[Daftar tokoh Minangkabau#Pelaku ekonomi|Daftar saudagar Minangkabau]]
* [[Perantau Minang]]
* [[Restoran Padang]]
 
== Referensi ==
{{reflist|2}}
 
[[Kategori:Minangkabau]]
[[Kategori:Ekonomi Indonesia]]
[[Kategori:Diaspora Indonesia]]