Pendidikan karakter: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k pembersihan kosmetika dasar
→‎Studi di Inggris Raya: Pembaruan tentang studi penelitian di Inggris.
 
(11 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
 
'''Pendidikan karakter''' adalah bentuk [[kegiatan]] [[manusia]] yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik dan diperuntukkan bagi generasi selanjutnya.<ref name="Kusuma A">Doni Kusumah A. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta:Grasindo.3-5</ref> Tujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus-menerus dan melatih [[kemampuan]] diri demi menuju ke arah hidup yang lebih baik.<ref name="Kusuma A" /> Konsep karakter dapat mengekspresikan berbagai atribut, termasuk kehadiran atau kurangnya [[kebajikan]] seperti [[empati]], [[keberanian]], [[:en:Cardinal virtues|ketabahan]], [[:en:Honesty|kejujuran]], dan [[kesetiaan]], atau perilaku atau [[:en:Habit|kebiasaan]] yang baik; atribut ini juga merupakan bagian dari [[:en:Soft skills|''soft skill'' seseorang]]. [[Karakter]] [[moral]] terutama mengacu pada kumpulan kualitas yang membedakan satu individu dari yang lain – meskipun pada tingkat budaya, kelompok perilaku moral yang dianut oleh kelompok sosial dapat dikatakan menyatukan dan mendefinisikannya secara budaya sebagai berbeda dari yang lain. Psikolog Lawrence Pervin mendefinisikan karakter moral sebagai "disposisi untuk mengekspresikan perilaku dalam pola fungsi yang konsisten di berbagai situasi"<ref>{{Cite book|last=Pervin|first=Lawrence A.|date=1994|url=http://dx.doi.org/10.1037/10143-014|title=Personality stability, personality change, and the question of process.|location=Washington|publisher=American Psychological Association|pages=315–330}}</ref> Sama seperti, filsuf Marie I. George menyebut karakter moral sebagai "jumlah dari kebiasaan dan watak moral seseorang" Aristoteles telah mengatakan, "kita harus mengambil sebagai tanda keadaan karakter kesenangan atau rasa sakit yang terjadi pada tindakan."<ref>{{Cite book|last=Aristotle|date=2002-02-28|url=http://dx.doi.org/10.1093/oseo/instance.00262116|title=Book II|publisher=Oxford University Press}}</ref>
 
== Pengertian Pendidikan Karakter ==
Menurut [[Prof. H. Pramula Mahrus Razzan, Lc, M.Sc, M.Th, Ph.D]], [[Pendidikan Karakter]] adalah suatu ilmu pengetahuan yang berfungsi memperbaiki karakter manusia yang perlu ditanamkan sejak dini guna mencetak generasi berakhlak dan bermoral [[Pancasila]] yang masih dalam lingkup [[Revolusi Mental]].
 
== Gambaran Umum ==
Baris 58 ⟶ 55:
=== Studi di Inggris Raya ===
 
Di Inggris, sekolah harus mengembangkan pendidikan karakter. Karakter didefinisikan sebagai konsep yang kompleks tetapi mencakup kebajikan seperti kepercayaan diri, keberanian, kejujuran, kemurahan hati, integritas dan keadilan. Pemerintah Inggris merekomendasikan agar tim kepemimpinan di sekolah mengembangkan karakter melalui promosi seperangkat nilai-nilai sekolah dan merencanakan semua pelajaran mata pelajaran untuk mengembangkan karakter. Studi penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter dapat meningkatkan pencapaian pendidikan, kehadiran dan keterlibatan. Pendidikan karakter juga dapat meningkatkan kepercayaan diri, minat dalam bekerja, ketahanan dan membantu kesejahteraan mental. <ref name="UK Government: Department of Education">Character Education Framework Guidance. 2019. URL: https://assets.publishing.service.gov.uk/media/5f20087fe90e07456b18abfc/Character_Education_Framework_Guidance.pdf</ref>
Antara 2017 dan 2020, sebuah proyek [[Universitas Birmingham|University of Birmingham]] meneliti perspektif pribadi dan keyakinan profesional guru Pendidikan Agama di Inggris. Ada kesepakatan yang kuat di antara guru Pendidikan Agama sampel bahwa Pendidikan Agama berkontribusi terhadap pengembangan karakter, dengan 97,7% guru Pendidikan Agama sangat setuju atau setuju dengan sentimen ini. Guru Pendidikan Agama dengan keyakinan agama lebih cenderung berpikir agama itu sendiri mempromosikan karakter yang baik. Dalam artikel jurnal yang diterbitkan kemudian, perbedaan dalam cara guru di sekolah agama dan non-iman mendekati pengetahuan dan pemahaman kebajikan juga diidentifikasi <ref name="Metcalfe, Jason and Moulin-Stożek, Daniel">Religious Education Teachers' Perspectives on Character Education. 2020. British Journal of Religious Education. URL: https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/01416200.2020.1713049 43 (3): 349-360</ref>
 
== Pandangan agama ==
Baris 64 ⟶ 61:
 
== Eksperimen ilmiah ==
Dalam satu percobaan yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1985, karakter moral seseorang didasarkan pada apakah seseorang telah menemukan [[:en:Dime (United States coin)|sepeser]] pun di [[:en:Public phone booth|bilik telepon umum]] atau tidak. Temuannya adalah bahwa 87% subjek yang menemukan sepeser pun di bilik telepon mengirimkan amplop tertutup dan ditujukan yang ditinggalkan di stan dalam kesalahan nyata oleh orang lain, sementara hanya 4% dari mereka yang tidak menemukan sepeser pun yang membantu.   Beberapa orang <sup>merasa</sup> sangat meresahkan bahwa orang akan dipengaruhi oleh faktor-faktor [[:en:Trivia|moral yang sepele]] dalam pilihan mereka apakah akan memberikan [[bantuan]] berbiaya rendah kepada orang lain. John M. Doris mengangkat masalah [[:en:Ecological validity|validitas ekologis]] – apakah temuan eksperimental mencerminkan [[fenomena]] yang ditemukan dalam [[konteks]] alam. Dia menyadari bahwa hasil ini berlawanan dengan [[:en:Counterintuitive|intuisi dengan cara]] kebanyakan dari kita berpikir tentang perilaku yang relevan secara moral.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Doenecke|first=Justus D.|date=1973-10|title=American Transcendentalism: An Anthology of Criticism|url=http://dx.doi.org/10.1080/03612759.1973.9947030|journal=History: Reviews of New Books|volume=2|issue=1|pages=15–15|doi=10.1080/03612759.1973.9947030|issn=0361-2759}}</ref>
 
Eksperimen lain yang dilakukan yang meminta [[mahasiswa]] di [[:en:Cornell|Cornell]] untuk memprediksi bagaimana mereka akan berperilaku ketika dihadapkan dengan salah satu dari beberapa [[:en:Moral dilemma|dilema moral]], dan untuk membuat [[:en:Prediction|prediksi]] yang sama untuk [[:en:Peer group|rekan-rekan]] mereka. Lagi dan lagi, orang-orang meramalkan bahwa mereka akan lebih [[:en:Generosity|murah hati]] dan [[:en:Kindness|baik]] daripada yang lain. Namun ketika dimasukkan ke dalam dilema moral, subjek tidak berperilaku murah hati atau sebaik yang mereka prediksi. Dalam istilah [[:en:Psychological terms|psikologis]], subjek eksperimen berhasil mengantisipasi tingkat dasar perilaku moral dan secara akurat memprediksi seberapa sering orang lain, secara umum, akan [[:en:Self sacrifice|mengorbankan diri]].<ref name=":1" />
Baris 73 ⟶ 70:
[[:en:Situationism (psychology)|Situasionisme]] dapat dipahami sebagai terdiri dari tiga klaim sentral:<ref name=":2">{{Cite book|date=2012-05-04|url=http://dx.doi.org/10.4324/9780203140109-8|title=Moral Philosophy|publisher=Routledge|isbn=978-0-203-14010-9|pages=43–58}}</ref>
 
* Klaim non-ketahanan: ciri-ciri karakter moral tidak konsisten di berbagai spektrum situasi yang relevan dengan sifat. Apa pun ciri-ciri karakter moral yang dimiliki individu adalah situasi yang spesifik.
* Klaim Konsistensi: sementara ciri-ciri karakter moral seseorang relatif stabil dari waktu ke waktu, ini harus dipahami sebagai konsistensi sifat-sifat spesifik situasi, bukan sifat-sifat yang kuat.
* Klaim Fragmentasi: ciri-ciri karakter moral seseorang tidak memiliki [[integritas]] [[:en:Evaluative|evaluatif]] yang disarankan oleh Klaim Integritas. Mungkin ada perpecahan yang cukup besar dalam karakter moral seseorang di antara sifat-sifat karakter khusus situasinya.
Baris 88 ⟶ 85:
 
[[Kategori:Pendidikan]]
[[Kategori:Psikologi Pendidkan]]
[[Kategori:Karakter]]
[[Kategori:Moralitas]]
[[Kategori:Psikologi Pendidkanpendidikan]]