Sultanah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Klaim: pembersihan kosmetika dasar
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.9.5
 
Baris 38:
Gelar sultanah juga sering digunakan untuk merujuk pada wanita yang tidak pernah menyandang gelar ini secara resmi.
 
Pada abad pertengahan, [[Syajaruddur]] berkuasa pada tahun 1250 atas Mesir, mengakhiri masa kekuasaan keturunan [[Shalahuddin Al-Ayyubi]] di kawasan tersebut.<ref>{{cite book |last=Hitti |first=Philip Khuri |authorlink=Philip Khuri Hitti |title=History of Syria: including Lebanon and Palestine |chapter-url=http://books.google.com/books?id=91YymsCw5DIC&pg=PA629 |accessdate=2010-03-01 |edition=2nd |origyear=1951 |year=2004 |publisher=Gorgias Press |location=Piscataway, NJ |isbn=978-1-59333-119-1 |oclc=61240442 |page=629 |chapter=Chapter XLVII: Ayyūbids and Mamlūks }}{{Pranala mati|date=Juli 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Walaupun beberapa sumber menyatakan bahwa dia menyandang gelar sultanah,<ref>{{cite book |editor-last=Meri |editor-first=Josef W. |title=Medieval Islamic Civilization: An Encyclopedia |url=http://books.google.com/books?id=LaV-IGZ8VKIC&pg=PA730 |accessdate=2010-03-01 |volume=Volume 2: L–Z, index |year=2006 |publisher=Routledge |location=New York |isbn=978-0-415-96692-4 |oclc=314792003 |page=730 |quote=... Shajar al-Durr was proclaimed sultana (the feminine form of sultan) of the Ayyubid dominions, although this was not recognized by the Syrian Ayyubid princes.}}</ref> ''The Cambridge History of Islam'' menolak pernyataan tersebut dan menyatakan "bentuk wanita, sultanah, tidak dikenal di Arab: gelar ''sulṭān'' muncul pada koin Syajaruddur yang masih tersisa."<ref>{{cite book |editor1-last=Holt |editor1-first=P. M. |editor2-last=Lambton |editor2-first=Ann K. S. |editor3-last=Lewis |editor3-first=Bernard |editor3-link=Bernard Lewis |title=The Cambridge History of Islam |url=http://books.google.com/books?id=4AuJvd2Tyt8C&pg=PA210 |accessdate=2010-03-01 |year=1977 |publisher=Cambridge University Press |isbn=978-0-521-29135-4 |oclc=3549123 |page=210}}</ref>
 
Raziya al-Din, yang sering disebut sebagai [[Razia Sultana|Razia Sultan]], adalah Sultan Delhi di [[India]] dari 1236 sampai Mei 1240. Sebagaimana beberapa putri pada masa itu, dia dilatih untuk memimpin pasukan dan mengurus kerajaan bila diperlukan.<ref name="herstory">Gloria Steinem (Introduction), [http://www.crescentlife.com/thisthat/feminist%20muslims/razia.htm ''Herstory: Women Who Changed the World,''] eds. Deborah G. Ohrn and Ruth Ashby, Viking, (1995) p. 34-36. ISBN 978-0670854349 {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090827171625/http://www.crescentlife.com/thisthat/feminist%20muslims/razia.htm |date=2009-08-27 }}</ref> Dia adalah pemimpin perempuan pertama dari [[Kesultanan Delhi]].<ref name=t>[http://dsal.uchicago.edu/reference/gazetteer/pager.html?objectid=DS405.1.I34_V02_404.gif Table of Delhi Kings: Muazzi Slave King] The Imperial Gazetteer of India, 1909, v. 2, ''p. 368.''.</ref> Dia menolak disebut sultanah lantaran makna sultanah di tempat itu bermakna "istri sultan," dan dia menggunakan gelar sultan sebagaimana penguasa laki-laki yang lain.<ref>{{cite book|last1=O’Brien|first1=Derek|title=Derek Introduces: 100 Iconic Indians|publisher=Rupa Publications|isbn=8129134136}}</ref> Sebagaimana Syajaruddur, Raziya juga sering disebut sultanah oleh Barat, sangat mungkin untuk membedakannya dengan sultan pria.