| caption = Masjid Raya Piladang pada 2020
| building_name = Masjid Raya Piladang
| location = Lurah SandiangPasandiang, Jorong Piladang, Nagari Koto Tangah Batu Hampar, KecamatanKec. Akabiluru, KabupatenKab. Lima Puluh Kota, SumatraSumatera Barat, Indonesia.
| religious_affiliation = Islam
| leadership =
| ownership = Wakaf
| module1 = {{Location map many
|border=infobox
| SumatraSumatera Barat
| caption = Lokasi di SumatraSumatera Barat
| label = Masjid Raya Piladang
| link =
| coordinates = {{coord|-0.26214926207|100.57182257167}}
}}
| creator = Syekh Muhammad Salieh Piladang 1826 - 1910 M / 1248 - 1332 H (Suku Guci)
}}
'''Masjid Raya Piladang''' adalah sebuah [[masjid]] yang berada di [[Lurah SandiangPasandiang, Jorong Piladang, Koto Tangah Batu Hampa|Lurah Pasandiang]], [[Jorong]] Piladang, [[Nagari]] [[Koto Tangah Batu Ampa, Akabiluru, Lima Puluh Kota|Koto Tangah Batu Hampa]], KecamatanKec. [[Akabiluru, Lima Puluh Kota|Akabiluru]], [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Kab. Lima Puluh Kota]], [[SumatraSumatera Barat]]. Menurut catatan [[Kementerian Agama Republik Indonesia]], masjid ini didirikan oleh Syekh Muhammad Salieh pada tahun 1884.<ref name=":2">{{Cite web|title=Masjid Raya Piladang Limapuluh Kota Sumbar, Masjid Tua Saksi Bisu Agresi Militer Belanda II|url=https://tribunpekanbarutravel.tribunnews.com/2022/04/04/masjid-raya-piladang-limapuluh-kota-sumbar-masjid-tua-saksi-bisu-agresi-militer-belanda-ii|website=TribunPekanbaru Travel|language=id-ID|access-date=2023-01-05}}</ref><ref name=":0" /> Sementara itu, sumber lain menyebutkan pembangunannya sudah dimulai sejak 1879.<ref name=":1">{{Cite web|title=SELAMATKAN MASJID 138 TAHUN YANG MULAI RETAK|url=https://insanbumimandiri.org/campaign/masjid-138-tahun|website=Insan Bumi Mandiri|access-date=2021-10-22}}</ref>
Masjid ini berdiri di atas lahan seluas 1.600 m² dengan luas bangunan 900 m².<ref name=":0">{{Cite web|title=Sistem Informasi Masjid|url=https://simas.kemenag.go.id/profil/masjid/297532|website=simas.kemenag.go.id|access-date=2021-10-22}}</ref> Pada 30 September 2009, bangunannya mengalami kerusakan akibat [[Gempa bumi SumatraSumatera Barat 2009|gempa bumi yang mengguncang SumatraSumatera Barat]]. Setelah itu pada tahun 2017, dilakukan renovasi pada bangunan meliputi pemasangan plafon, perbaikan kubah, perbaikan dinding, dan penggantian keramik.<ref name=":1" />
== Sejarah ==
=== Pembangunan ===
Masjid iniRaya Piladang dibangun Oleh Syekh Muhammad Salieh dari pesukuan [[Suku Guci|Guci]] diantaraberkisar tahun. 1871, '''1879''', 1884, 1886 . dulunya tak sebesar yang berdiri saat ini-1880.
Syekh Muhammad Salieh juga digelari sebagai ''Datuak Inyiak,'' dan ia merupakan seorang adik dari [[Penghulu|pangulu]] suku Guci di Pasandiang, Tigo Alua Piladang. Abang atau kakak dari Syekh Salieh bergelar [[Suku Guci|Datuak Pangka Marajo]].
Ihwal pembangunannya seiring dengan pendirian kampung yang kini dikenal dengan Piladang oleh masyarakat adat dari beberapa kaum.
"Ceritanya dulu, sama-sama duduk ninik mamak, datuak di sini, baru dibangun masjid,"
Berkonstruksi utama kayu, masjid ini awalnya dibangun dengan ukuran 10x10 meter.<ref name=":2" />
Dulunya bangunan masjid ini tak sebesar bangunan yang berdiri saat ini. Pembangunannya diiringi dengan pendirian sebuah nagari yang kini dikenal dengan Jorong Piladang oleh masyarakat adat dari beberapa kaum. ''"Ceritanya dulu, sama-sama duduk (bersama) ninik, mamak dan datuak di sini, baru (setelah itu) dibangun masjid".'' Masjid ini berkonstruksi utama kayu dan pada awalnya dibangun dengan ukuran 12. x 12 meter.
Menggunakan atap ijuk, Masjid Raya Piladang ini dulunya ditumpang dengan tiang kayu dari pohon utuh berukuran besar. Di bagian tengah masjid terdapat satu tiang yang lebih besar dari tiang lainnya atau dikenali dengan "Tunggak Macu". Tiang itu ukurannya sebesar 3 kali rangkulan tangan orang dewasa.
Kayu-kayu tersebut dicari oleh warga di kawasan hutan Sungai Baringin.
Menggunakan atap ijuk, Masjid Raya Piladang ini dulunya ditopang dengan tiang kayu dari pohon utuh berukuran besar. Di bagian tengah masjid terdapat satu tiang yang lebih besar dari tiang lainnya atau dikenali dengan "Tunggak Macu", tiang ini berukuran sebesar 3 kali rangkulan tangan orang dewasa. Kayu-kayu tersebut dicari oleh warga di kawasan hutan [[Sungai Beringin, Payakumbuh, Lima Puluh Kota|Sungai Baringin]], kemudian kayu yang telah ditebang diangkut secara gotong royong ke lokasi pembangunan masjid melalui aliran sungai. Pembangunan masjid pun dilakukan secara [[gotong royong]], mulai dari membentuk arsitektur masjid hingga bangunan jadi. Pada sekitar tahun 1900, atap masjid yang awalnya ijuk berganti dengan seng. karena pada saat itu juga banyak surau - surau yang mengganti atap seng. Pada tahun 1926 Masjid Piladang runtuh dan rusak berat akibat [[Gempa bumi Padang Panjang 1926|gempa yang terjadi di padang panjang]]. Setelah itu masjid dibangun kembali dengan kayu hingga akhirnya diganti dengan dinding beton beberapa tahun setelah merdeka, <ref>Ja'far Jalil, ''kisah seorang wali nagari Piladang masa lampau (2023)''</ref>
Kemudian kayu yang telah ditebang diangkut secara gotong royong ke lokasi pembangunan masjid melalui aliran sungai.
Pembangunan masjid pun dilakukan secara gotong royong. Mulai dari membentuk arsitektur masjid hingga bangunan jadi.
[[Berkas:Masjid Raya Piladang 2020 03.jpg|jmpl|Bagian Dalam Masjid pada tahun 2020]]
Tak seperti masjid-masjid tua pada umumnya, masjid ini didirikan tidak dengan atap yang berundak-undak atau bertingkat. Pada saat dibangun, masjid ini diberikandinamakan nama '''"Masjid Piladang''"'', dan beberapa tahun setelah merdekakemerdekaan, nama masjid ini berganti menjadi "Masjid Raya Piladang". Bentuk atapnya pun baru setelah merdeka juga dibuat bertingkat bersamaan dengan mengganti dinding kayu menjadi tembok. Masjid ini sudah mengalami sejumlah renovasi dan perubahan besar-besaran sejak dibangun. Salah satunya saat bangunan masjid mengalami kerusakan berat akibat guncangan [[Gempa bumi Sumatera Barat 2009|gempa]] pada 30 September 2009, Masjid ini pun cukup lama digunakan dalam kondisi memprihatinkan karena dindingnya banyak yang retak. Pada tahun 2017, masjid ini pun direnovasi, meliputi pemasangan plafon, perbaikan kubah, perbaikan dinding, dan penggantian keramik.<ref name=":1" />
"Atapnya baru sekarang dibuat bertingkat seperti ini, setelah direnovasi," Masjid ini sudah mengalami sejumlah renovasi dan perubahan besar-besaran sejak dibangun.
Salah satunya saat bangunan masjid mengalami kerusakan berat akibat guncangan gempa pada 30 September 2009 silam di Sumbar. Namun kala itu, masjid ini cukup lama digunakan dalam kondisi memprihatinkan karena dindingnya banyak yang retak. Pada 2017, masjid ini baru direnovasi, meliputi pemasangan plafon, perbaikan kubah, perbaikan dinding, dan penggantian keramik.<ref name=":1" />
Kini, berdasarkan catatan [[Kementerian Agama Republik Indonesia]], Masjid Raya Piladang berdiri kokoh di atas tanah seluas 1.600 meter persegim² dengan luas bangunan 900 meterm², persegiDi sekeliling masjid terdapat beberapa kolam ikan, dan di area masjid juga terdapat bak air berukuran besar yang dijadikan masyarakat setempat sebagai tempat mandi dan ber[[Wudu|wudhu]]. Pada sisi barat yang sejajar dengan mihrab, terdapat bangunan berupa menara memanjang bertingkat dua yang merupakan bangunan awal masjid.<ref name=":0" />
Di sekeliling masjid terdapat beberapa kolam ikan. Di area masjid juga terdapat bak air berukuran besar yang dijadikan masyarakat setempat sebagai tempat mandi.
Saat ini, pada sisi barat sejajar dengan mihrab, terdapat bangunan berupa menara memanjang bertingkat dua yang merupakan bangunan awal masjid.<ref name=":0" />
=== Pada Masa Agresi Militer Belanda II 1948 ===
[[BerkasFile:Masjid Raya Piladang 1960Masjid_Raya_Piladang_1960_2.jpg|jmpl220x124px|297x297pxthumb|Acararight|Murid - Murid Khatam Al - Quran diDi Masjid Raya Piladang pada tahunTahun 1960an ]]
Sehari setelah pembentukan dan pengumuman Kabinet [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia|Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) tanggal 22 Desember 1948 .]] , Belanda Selain [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]]menyerang beberapa kota kecil di Sumatera jugaBarat diseperti serang[[Kota olehBukittinggi|Bukittinggi]] Belanda,dan salah satunya adalah[[Kota Payakumbuh |Payakumbuh]]. Beberapa nagari yang dekat dengan Kota Payakumbuh diserang dari udara dengan pesawat Catalina sehingga mengakibatkan hancurnya beberapa fasilitas hancur dan mengenai beberapa penduduk terkena dampaknya pada tanggal 23 Desember 1948. ▼
Shalat Jum'at Berlangsung ditengah dentuman Peluru Belanda di Masjid Raya Piladang
Sebelumnya padadi hari Minggu,tanggal 19 Desember 1948 di sekitar jam 09.00 pagi , terlihat tiga buah pesawat tempur milik pasukan tentara Belanda dengan sangat cepat dan begitu rendahnya menuju arah Piobang lalu , pesawat itu melepaskan tembakan serta menjatuhkan Bom tepat Lapangan terbang [[Piobang, Payakumbuh, Lima Puluh Kota|Piobang]] Payakumbuh. ▼
▲Sehari setelah pembentukan dan pengumuman Kabinet [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia|Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) tanggal 22 Desember 1948.]] Selain [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]] beberapa kota kecil di Sumatera juga di serang oleh Belanda, salah satunya adalah Payakumbuh. Beberapa nagari yang dekat dengan Kota Payakumbuh diserang dari udara dengan pesawat Catalina sehingga mengakibatkan hancurnya beberapa fasilitas dan mengenai beberapa penduduk pada tanggal 23 Desember 1948.
Seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris KapupatenKab. Limapuluh, Anwar ZA (1993)mengungkapkan Sebagaibahwa berikut: “tembakanTembakan dari pesawat udara yang dilancarkan Belanda mengenai dua buah bis yang bermuatan penuh : sebuah bis terkena tembakan di Jorong Piladang (arah barat kota payakumbuh) dan'','' seluruh penumpangnya pun menjadi korban dan satu lagi di Batang Tabik juga mengorbankan seluruh penumpang bis . Semuapara korban itutersebut diangkatdibawa ke [[RSUrumah sakit Payakumbuh ]] dan dibaringkandiletakkan di kamar jenazah ,. Kondisi beberapa jenazah ada yang pontong badannya buntung, pecah kepalanya pecah, putuskakinya kakiputus dan sebagainya. ▼
▲Sebelumnya pada hari Minggu, 19 Desember 1948 sekitar jam 09.00 pagi terlihat tiga buah pesawat tempur milik pasukan tentara Belanda dengan sangat cepat dan begitu rendahnya menuju arah Piobang lalu melepaskan tembakan serta menjatuhkan Bom tepat Lapangan terbang [[Piobang, Payakumbuh, Lima Puluh Kota|Piobang]] Payakumbuh.
Pada 23 Desember tersebut sekitar jam 11.00 siang, terlihat beberapa kendaraan sertadan Tanktank baja milik pasukan Belanda menggunakan senjata lengkap sampai di Simpang [[Batuhampar, Akabiluru, Lima Puluh Kota|Batu Hampar]]. setelah itu, mereka langsung menembaki Rakyatrakyat dansekitar, ada juga yang selamatbeberapa dari seranganmereka tersebut bagiada yang bisaselamat karena berhasil meloloskan diri dengan caradan bersembunyi. Lalu pasukan belandaBelanda kembali ke Poskoposko mereka di Bukit TinggiBukittinggi, namun tak lama kemudian sekitar jam 15.00 sore pasukan Belanda kemabalikembali datangmenuju ke arah Payakumbuh dari Kota Bukitinggi., Melihat pasukan Belanda itu datang , rakyat langsung pontangkocar- pantingkacir lariberlari untuk bersembunyi demi menyelamatkan diri. Pada malam harinya terlihat api yang sangat besar berkobar diarah Payakumbuh sekitar Jam 19.00. Lalu,Setelah setidaknyakejadian adaitu sekitar 13 orang pemuda Jorong Piladang berangkat menuju Payakumbuh untuk melakukan perang gerilya dengan membawa senjata seadanya yaitu bambu runcing. ▼
▲Seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris Kapupaten Limapuluh, Anwar ZA (1993) Sebagai berikut: “tembakan dari pesawat udara yang dilancarkan Belanda mengenai dua buah bis yang bermuatan penuh: sebuah bis terkena tembakan di Jorong Piladang (arah barat kota payakumbuh) dan seluruh penumpangnya menjadi korban dan satu lagi di Batang Tabik juga mengorbankan seluruh penumpang bis . Semua korban itu diangkat ke [[RSU Payakumbuh]] dan dibaringkan di kamar jenazah,ada yang pontong badannya, pecah kepalanya, putus kaki dan sebagainya.
[[Berkas:Masjid Raya Piladang 1960an - Luthfi Razzaq & Desmiarti.jpg|kiri|jmpl|Masjid Raya Piladang 1960anAntara -Tahun Luthfi1958 Razzaq & Desmiarti.jpg '''Foto ini diambil oleh almarhum bapak dari ibu Desmiarti yang berada di Lurah Sandiang, Piladang pada- tahun1965 1960anM. ''']] ▼
Keesokan harinya pada Jum'at,tanggal 24 Desember 1948 , dalamdemi keadaan yang sangat genting ditengah-tengahmelindungi ancaman nyawa dari tentara Belanda sehingga, Pasar Jum'at Nagari Piladang waktu itu terpaksa ditutup serta rumah-rumah warga harus di kosongkan dan ditinggalkan untuk menyelamatkan diri. Pada pelaksanaan Ibadah Shalat Jum'at walaupun Pasukan tentara belanda tetapBelanda berkeliaran menyerang warga dengan senjata Api dan Bom , tapitetapi hal tidak menyusutkan keimanan Masyarakat Jorong Piladang waktuuntuk itumelaksanakan merekaibadah tetap[[Salat melaksanakanJumat]] Ibadahdengan Shalatpenuh Jum'atjihad, sampai sekarang sejarah pada hari tersebut masih tertulis di dinding Masjid Raya Piladang . Walaupundengan diluartujuan Masjidagar tentaramasyarakat Belandatidak masihbuta sajadengan melepaskansejarah. tembakannyaApalagi, kerumah-rumahsejarah wargauntuk perjuangan mempertahankan Negara Indonesia. ▼
Berbagai macam letusan dari darat dan udara tidak dapat sambutan dari pihak kita. Tentera [[KNIL-KL]] Belanda menduduki Kota Payakumbuh tanpa perlawanan. PDRI dan Belanda pun ibarat berkejaran dengan maut. Tak lama setelah anggota petinggi PDRI melewati kota Payakumbuh, maka Belanda pun menguasai penuh kota Payakumbuh pada tanggal 24 Desember sore, keesokan harinya Pesawat Capung milik pasukan tentara Belanda tersebut masih terlihat terbang diatas wilayah Jorong Piladang. Rakyat pada saat itu masih bisa tenang karena pasukan tentara tersebut tidak melepaskan serangan tapi hanya melakukan pantauan.
▲Pada 23 Desember tersebut sekitar jam 11.00 siang terlihat beberapa kendaraan serta Tank baja milik pasukan Belanda menggunakan senjata lengkap sampai di Simpang [[Batuhampar, Akabiluru, Lima Puluh Kota|Batu Hampar]]. setelah itu, mereka langsung menembaki Rakyat dan ada juga yang selamat dari serangan tersebut bagi yang bisa meloloskan diri dengan cara bersembunyi. Lalu pasukan belanda kembali ke Posko mereka di Bukit Tinggi, namun tak lama kemudian sekitar jam 15.00 sore pasukan Belanda kemabali datang ke arah Payakumbuh dari Kota Bukitinggi. Melihat pasukan Belanda itu datang rakyat langsung pontang-panting lari untuk bersembunyi demi menyelamatkan diri. Pada malam harinya terlihat api yang sangat berkobar diarah Payakumbuh sekitar Jam 19.00. Lalu, setidaknya ada 13 orang pemuda Jorong Piladang berangkat menuju Payakumbuh untuk melakukan perang gerilya dengan membawa senjata seadanya yaitu bambu runcing.
▲[[Berkas:Masjid Raya Piladang 1960an - Luthfi Razzaq & Desmiarti.jpg|kiri|jmpl|Masjid Raya Piladang 1960an - Luthfi Razzaq & Desmiarti.jpg '''Foto ini diambil oleh almarhum bapak dari ibu Desmiarti yang berada di Lurah Sandiang, Piladang pada tahun 1960an.''']]
▲Keesokan harinya pada Jum'at, 24 Desember 1948 dalam keadaan yang sangat genting ditengah-tengah ancaman nyawa dari tentara Belanda sehingga Pasar Jum'at Nagari Piladang waktu itu terpaksa ditutup serta rumah-rumah warga harus di kosongkan dan ditinggalkan untuk menyelamatkan diri. Pada pelaksanaan Ibadah Shalat Jum'at walaupun Pasukan tentara belanda tetap berkeliaran menyerang warga dengan senjata Api dan Bom tapi tidak menyusutkan keimanan Masyarakat Jorong Piladang waktu itu mereka tetap melaksanakan Ibadah Shalat Jum'at di Masjid Raya Piladang. Walaupun diluar Masjid tentara Belanda masih saja melepaskan tembakannya kerumah-rumah warga.
Sampai sekarang secerca sejarah pada hari Jum'at tersebut masih tertulis di dinding Masjid Raya Piladang dengan tujuan agar masyarakat tidak buta dengan sejarah. Apalagi, sejarah perjuangan mempertahan Negara Indonesia ini. Masjid Raya Piladang terletak di belakang pasar Jum'at Piladang sekitar 400 Meter dari pasar tersebut dibangun pada tahun 1879 M. Letusan bermacam ragam dari darat dan udara, tak dapat sambutan dari pihak kita. Tentera [[KNIL-KL]] Belanda menduduki Kota Payakumbuh tanpa perlawanan. PDRI dan Belanda pun ibarat berkejaran dengan maut. Tak lama setelah anggota petinggi PDRI melewati kota Payakumbuh, maka Belanda pun menguasai penuh kota Payakumbuh pada tanggal 24 Desember sore.
Keesokan harinya Pesawat Capung milik pasukan tentara Belanda tersebut masih terlihat terbang diatas Wilayah Jorong Piladang. Rakyat waktu itu masih bisa tenang karena pasukan tentara tersebut tidak melepaskan serangan tapi hanya melakukan pantauan.
Khutbah Jum'at dilaksanakan dengan penuh Jihad oleh Chatib Arifin di Masjid Raya Piladang (Jum'at, 25 Februari 1949)<ref name=":3">{{Cite book|last=Nasrun|first=Thahar Dt. Mangindo Nan Kuniang|date=2011|title=Piladang 1949 - Berita Harian MPRN Piladang|location=Piladang|publisher=Yayasan Islam Tigo Alua Piladang|url-status=live}}</ref>
=== Kekejaman Belanda yang menelan banyak korban ===
Warga yang saat itu menjadi korban :
-* Haji Talib, (60 tahunTahun, (Piladang)
- Muhammad, 40 tahun (Sungai Cubadak) ▼
- M.Rusin, 45 tahun (Sungai Cubadak)
-* Rifa'i,Muhammad 25(40 Tahun, (PiladangSungai Cubadak)
- Nazar, 25 Tahun ([[Mungka, Lima Puluh Kota|Mungka]]) ▼
▲-* Muhammad,M. 40 tahunRusin ( 45 Tahun, Sungai Cubadak)
* Rifa'i (25 Tahun, Piladang)
▲-* Nazar , (25 Tahun , ([[Mungka, Lima Puluh Kota|Mungka]])
Kemudian belanda kembali ke Simpang [[Batusangkar (kota)|Batu Sangkar]] Piladang yang kendaraannya telah menunggu. Sekitar jam 12.00 siang mereka kembali datang dengan melepas tembakan ke arah rumah-rumah warga dan sampailah pada waktu masuk Sholat Jum’at.
Seusai shalat dilaksanakan secara berjama'ah warga tidak langsung pulang. Karena akan ada acara Renungan Suci ([[Tafakkur]]) mengenang kekejaman Belanda yang menelan Banyak Korban Jiwa sambil memberikan semangat pantang menyerah dan terus mengobarkan semangat perlawanan serta petunjuk untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi.
Sekitar jam 14.00 siang kembali 2 Unit Kendaraan Serdadu Belanda melepaskan Tembakan dengan membabi Buta di sepanjang jalan raya Payakumbuh menuju tempat peristirahatan mereka di Bukittinggi. Sejenak warga mulai tenang dengan kepergian Belanda Namun hanya berselang 3 Jam setelah itu tentara Belanda kembali meluncur ke Payakumbuh, dengan sedikit tenang namun warga tetap waspada.<ref name=":3">{{Cite book|last=Nasrun|first=Thahar Dt. Mangindo Nan Kuniang|date=2011|title=Piladang 1949 - Berita Harian MPRN Piladang|location=Piladang|publisher=Yayasan Islam Tigo Alua Piladang|url-status=live}}</ref>
== Referensi ==
*{{Cite web|date=2021-11-27|title=Masjid Raya Piladang dan Dentuman Peluru Belanda Ketika Shalat Jumat|url=https://suluah.cekricek.id/masjid-raya-piladang-dan-dentuman-peluru-belanda-ketika-shalat-jumat/|website=Suluah.com|language=id-ID|access-date=2021-12-14}}
{{masjid-stub}}
{{coord|0|15|43.484|S|100|34|17.893|E|type:building|display=title}}
[[Kategori:Masjid di SumatraSumatera Barat]]
[[Kategori:Kabupaten Lima Puluh Kota]]
|