Kadipaten Pakualaman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fachrian Muzaqi (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Nusantara1945 (bicara | kontrib)
Jenis pemerintahan Monarki Kepangeranan (Kadipaten)
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(19 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Former Country
| native_name = ꦤꦒꦫꦶꦦꦏꦸꦮꦭꦩ꧀ꦩꦤ꧀{{jav|ꦑꦢꦶꦥꦠꦺꦤ꧀ꦦꦏꦸꦲꦭꦩꦤ꧀}}<br>{{sub|''Kadipatèn Pakualaman''}}
| conventional_long_name = Kadipaten Pakualaman
| common_name = Kadipaten Pakualaman
| continent = Asia
| region = Asia Tenggara
| country = Indonesia
| religion = mayoritas {{ubl|[[Islam]] (resmi)|[[Kejawen]]}}
| p1 = Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
| s1 = Daerah Istimewa Yogyakarta
Baris 12:
| year_end = Sekarang
| date_start = 17 Maret
| date_end = 4 Maret 1950
| event_start = Perjanjian 1813
| event_end = Pengundangan UU No. 3 Tahun 1950
Baris 19:
| image_flag = Flag of Pakualaman.svg
| image_coat = Emblem of Pakualaman.svg
| symbol_type = Lambang{{unbulleted list|Lambang|(''Poho'')}}
| image_map = Mataram Baru 1830.png
| image_map_caption = Wilayah Pakualaman pada tahun 1830 pada peta berwarna kuning dan berada di sebelah barat daya.
| capital = [[Pakualaman, Yogyakarta|Kabupaten Kota Pakualaman]]
| common_languagesofficial_languages = [[bahasa Jawa|Jawa]]
| government_type = Monarki[[Kepangeranan]]
| title_leader = Adipati
| leader1 = KGPAA [[Paku Alam I]]
Baris 48:
|heir_apparent=[[Kusuma Bimantara dari Pakualaman|BPH Kusuma Bimantara]]}}
 
'''Kadipaten Pakualaman''' ({{lang-jv|ꦑꦢꦶꦭꦠꦺꦤ꧀ꦦꦏꦸꦲꦭꦩꦤ꧀ꦑꦢꦶꦥꦠꦺꦤ꧀ꦦꦏꦸꦲꦭꦩꦤ꧀|Kadipatèn Pakualaman}}) atau '''NagariPraja Pakualaman''' adalah [[protektorat|negara vasal]] [[wilayah dependensi|dependen]] dari [[:en:French and British interregnum in the Dutch East Indies|Pemerintah Pendudukan Inggris]] dan kemudian [[Hindia Belanda]], yang berbentuk kerajaan[[Keadipatian|monarki kadipaten]] [[otonomi|otonom]] di [[Pulau Jawa]] bagian tengah. Kedaulatan dan kekuasaan pemerintahan negaraPakualaman diatur dan dilaksanakan menurut perjanjian/ atau kontrak politik yang dibuat oleh negara induk bersama-sama negara dependen. Sama halnya dengan [[Mangkunegaran]], penguasa Pakualaman tidak memiliki otoritas yang sama tinggi dengan [[Kasunanan Surakarta]] dan [[Kasultanan Yogyakarta]]. Penguasanya tidak berhak menyandang gelar [[Susuhunan]] (Sunan) ataupun [[Sultan]], melainkan sebagai Pangeran Miji yang bergelar [[Adipati]].
 
SebagaiSetelah menyatakan bergabung dengan [[Republik Indonesia]] pada tahun [[1945]] dan sebagai konsekuensi dari bentuk negara kesatuan yang dipilih oleh Republik Indonesia sebagaiselaku negara induk, maka pada tahun [[1950]] status negara dependen Kadipaten Pakualaman (bersama-sama dengan [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]]) diturunkan menjadi [[daerah istimewa]] [[Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta|setingkat provinsi]] dengan nama [[Daerah Istimewa Yogyakarta]].
 
== Pembentukan ==
Baris 93:
 
=== Masa kemerdekaan ===
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Sultan [[Hamengkubuwana IX]] dan Sri Paduka [[Paku Alam VIII]] mengirimkan ucapan selamat kepada [[Soekarno]]-[[Hatta]] atas kemerdekaan Indonesia dan atas terpilihnya mereka sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Dukungan kedua pemimpin monarki ini semakin kuat kepada republik setelah terbitnya {{ke wikisource|Amanat 5 September 1945}} yang berisikan integrasi monarki Yogyakarta ke dalam Republik Indonesia. Dari peristiwa tersebut, Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman resmi bergabung dalam Republik Indonesia dengan status daerah istimewa setingkat provinsi, dimanadi mana pelaksanaannya disahkan pada tahun 1950. Sultan diangkat sebagai Gubernur, dan Sri Paku Alam sebagai Wakil Gubernur.
 
== Wilayah ==
Kadipaten Pakualaman dahulu berkuasa atas wilayah di sekitar [[Pura Pakualaman]] yang telah menjadi bagian dari Kecamatan [[Pakualaman, Yogyakarta|Pakualaman]]. Wilayah lain yang masuk dalam kekuasaan Kadipaten Pakualaman ialah wilayah [[Kabupaten Adikarto]] yang telah menjadi bagian selatan dari Kabupaten Kulon Progo. Kadipaten Pakualaman juga menguasai wilayah Karang Kemuning yang berpusat di Brosot dan mencakup empat distrik, yaitu Galur, Tawangharjo, Tawangsongko, dan Tawangkerto.<ref>{{Cite book|last=Sulistyowati, N. A., dan Priyatmoko, H.|date=2019|url=http://repository.usd.ac.id/37889/1/Ebook_Toponim%20Jogja-.pdf|title=Toponim Kota Yogyakarta|location=Jakarta|publisher=Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=978-623-7092-08-7|pages=320|url-status=live}}</ref> Selain itu, Kadipaten Pakualaman juga diberi kekuasaan atas wilayah [[Parakan, Temanggung|Parakan]] (Kedu), serta sebagian [[Bagelen, Purworejo|Bagelen]] dan [[Klaten]]. Pembagian ini merupakan hasil yang ditetapkan oleh Pemerintah Inggris setelah peristiwa [[Geger Sepehi]].
Berdasar pembagian yang ditetapkan pemerintah Inggris setelah peristiwa Geger Sepoy, kadipaten Pakualaman berhak atas wilayah Kabupaten Kota Pakualaman (sekarang menjadi wilayah kemantren [[Pakualaman, Yogyakarta|Pakualaman]] di [[Kota Yogyakarta]]), Karang Kemuning (selanjutnya disebut Kabupaten [[Adikarto]]), [[Parakan, Temanggung|Parakan]] (Kedu), serta sebagian [[Bagelen, Purworejo|Bagelen]] dan [[Klaten]]. Namun, kekalahan [[Diponegoro]] dalam [[Perang Jawa]] pada 1830 mengakibatkan Kasultanan dan Pakualaman harus menyerahkan wilayah ''mancanagara'' mereka masing-masing kepada pemerintah Belanda. Alhasil, wilayah Pakualaman menjadi sebatas Kabupaten Kota Pakualaman dan Adikarto saja. Adapun Kabupaten Adikarto dihapus pada 1951, dan digabung bersama dengan [[Kulon Progo]] yang saat itu merupakan wilayah Kasultanan Yogyakarta. Wilayah Adikarto mencakup kawasan pesisir kabupaten Kulon Progo saat ini.
 
Berdasar pembagian yang ditetapkan pemerintah Inggris setelah peristiwa Geger Sepoy, kadipaten Pakualaman berhak atas wilayah Kabupaten Kota Pakualaman (sekarang menjadi wilayah kemantren [[Pakualaman, Yogyakarta|Pakualaman]] di [[Kota Yogyakarta]]), Karang Kemuning (selanjutnya disebut Kabupaten [[Adikarto]]), [[Parakan, Temanggung|Parakan]] (Kedu), serta sebagian [[Bagelen, Purworejo|Bagelen]] dan [[Klaten]]. Namun, kekalahan [[Diponegoro]] dalam [[Perang Jawa]] pada 1830 mengakibatkan Kasultanan dan Pakualaman harus menyerahkan wilayah ''mancanagara'' mereka masing-masing kepada pemerintah Belanda. Alhasil, wilayah Pakualaman menjadi sebatas Kabupaten Kota Pakualaman dan Adikarto saja. Adapun Kabupaten Adikarto dihapus pada 1951, dan digabung bersama dengan [[Kulon Progo]] yang saat itu merupakan wilayah Kasultanan Yogyakarta. Wilayah Adikarto mencakup kawasan pesisir kabupaten Kulon Progo saat ini.
 
Setelah penyerahan wilayah ''mancanagara'' pada tahun 1830, Pakualaman menjadi monarki dengan wilayah terkecil dari tiga pecahan Mataram lainnya.
Baris 118 ⟶ 120:
Negeri Pakualaman berusaha mengembangkan budaya yang mempunyai ciri berbeda dengan Kesultanan untuk menunjukkan independensi status ''pricipality''-nya. Hal ini dapat dilihat misalnya dari bentuk pakaian tradisional yang dikenakan. Pengembangan budaya ini dimulai sejak [[Paku Alam II]].
 
Budaya Jawa gaya Pakualaman merupakan salah satu sub-kebudayaan Jawa yang cukup unik, dimanadi mana terdapat ''[[mestizo]]'' atau percampuran antara budaya gaya [[Keraton Surakarta Hadiningrat|Surakarta]] dan [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Yogyakarta]] dalam beberapa pakaian, tarian, batik dan gamelan. Pengaruh Surakarta mulai dikembangkan pada masa [[Paku Alam VII]], dimanadi mana ia menikah dengan GBRAA Retno Puwoso yang merupakan salah satu anak dari [[Pakubuwana X]], raja Surakarta saat itu.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Tradisi Pakualaman Harus Dipertahankan|url=https://radarjogja.jawapos.com/breaking-news/2015/02/18/tradisi-pakualaman-harus-dipertahankan/|website=jawapos.com|publisher=|access-date=09 Oktober 2022}}</ref>
 
== Pertahanan dan Keamanan ==