Revolusi Nasional Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(120 revisi perantara oleh 45 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{pp-vandalism}}
{{Infobox military conflict
| conflict = Revolusi Nasional Indonesia
| partof = Pasca [[Perang Dunia Kedua]]
| image = [[Berkas:Indonesian National Revolution montage.jpg|290px]]
| caption = '''Searah jarum jam dari pojok kanan:'''
{{flatlist|
* Keadaan mobil milik [[Aubertin Walter Sothern Mallaby|Brigadir Mallaby]] yang terbakar, dimana ia dibunuh pada 30 Oktober 1945 saat [[Pertempuran Surabaya]]
Baris 9 ⟶ 10:
* Delegasi dari Indonesia dan Belanda kembali lagi ke [[Linggajati, Cilimus, Kuningan|Linggajati]] untuk mengadakan [[Perundingan Linggajati]]
* [[Padang]] setelah [[Agresi Militer Belanda II]]
* [[Soekarno]] dan [[Mohammad Hatta]] sebelum dibuang ke [[Berastagi]], [[
* [[Ratu Juliana]] menandatangani penyerahan kedaulatan Indonesia di [[Ridderzaal]]
}}
| date = 29 September 1945 – 27 Desember 1949{{br}}(4 tahun, 3 bulan, 2 hari)
| place = [[Indonesia]]
| casus = [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]]<br>Menyerahnya [[Jepang]] pada [[Perang Dunia Kedua]]
| territory =
| result = • Kemerdekaan Indonesia
• Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia dalam [[Konferensi Meja Bundar]]
• Terbentuknya [[Republik Indonesia Serikat]]
|combatant1={{flagicon|Indonesia}} [[Sejarah Indonesia (1945–1949)|Republik Indonesia]]▼
• Terbentuknya [[Uni Indonesia-Belanda]]
▲| combatant1 = {{flagicon|Indonesia}} [[Sejarah Indonesia (1945–1949)|Republik Indonesia]]
* [[PDRI]]
* [[TNI|BKR/TKR/TRI/TNI]]
Baris 33 ⟶ 34:
'''Didukung oleh:'''
{{flagcountry|Australia}}<ref name="downer">{{cite web|url=http://www.foreignminister.gov.au/speeches/1998/980709_ai_sovereignty.html|title=Australia & Indonesia's Independence:The Transfer Of Sovereignty: Documents 1949|publisher=Minister for Foreign Affairs|access-date=11 May 2013|archive-date=29 October 2013|archive-url=https://web.archive.org/web/20131029194548/http://www.foreignminister.gov.au/speeches/1998/980709_ai_sovereignty.html|url-status=live}}</ref> <small>(setelah tahun 1947)</small>
{{flagcountry|India}}<ref>Foreign Policy of India: Text of Documents 1947–59 (p. 54)</ref> <small>(setelah tahun 1947)</small>
{{flagcountry|Amerika Serikat}}<ref
|combatant2={{flagcountry|Belanda}}▼
{{Flag|Uni Soviet}}{{br}}<small>(diplomasi)
▲| combatant2 = {{flagcountry|Belanda}}
<small>(sejak tahun 1946)</small>
*{{flagcountry|Hindia Belanda}}
**[[Koninklijk Nederlands-Indische Leger|KNIL]]
**[[NICA]]
*{{flagicon image|Flag of the State of East Indonesia.svg}} [[Negara Indonesia Timur]]
* {{flagicon image|Flag of Pontianak Sultanate.svg}} [[Kesultanan Pontianak]]
*{{flagicon image|Flag of Legion of Ratu Adil.svg}} [[Angkatan Perang Ratu Adil]]
*{{flagicon|Republik Tiongkok}} [[Pao An Tui]] (保案队) <small>(mengklaim netralitas)</small>
{{
*{{flagdeco|British Raj}} [[Kemaharajaan Britania]] <small>
'''Didukung oleh:'''
{{flagcountry|Australia}} <small>(hingga tahun 1946)</small>
----
{{flag|Kekaisaran Jepang}} <small>(hingga tahun 1946)</small>
Baris 53 ⟶ 60:
<small>Konflik internal:</small><br>
{{flagicon image|Flag of Islamic State of Indonesia.svg}} [[Darul Islam]]
{{flagicon image|Flag of the Communist Party of Indonesia.svg}} [[Pemberontakan PKI 1948|Republik Soviet Indonesia]].
| commander1 = {{flagicon|Indonesia}} [[Soekarno]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Mohammad Hatta]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Soedirman]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Oerip Soemohardjo]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Soetan Sjahrir]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Hamengkubuwana IX]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Pakubuwana XII]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Abdul Haris Nasution|A.
| commander2 = {{flagicon|
----
{{flagicon image|Flag of Islamic State of Indonesia.svg}} [[Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo|Sekarmadji Kartosoewirjo]]{{executed}}<br>{{flagicon image|Flag of Islamic State of Indonesia.svg}} [[Abdul Kahar Muzakkar]] {{KIA}}
----
{{flagicon image|Flag of the Communist Party of Indonesia.svg}} [[Musso]] {{
| strength1 = '''[[Badan Keamanan Rakyat|BKR]]/[[Tentara Keamanan Rakyat|TKR]]/[[Tentara Republik Indonesia|TRI]]/[[Tentara Nasional Indonesia|TNI]]''':<br>150.000<br>'''Laskar rakyat''':<br>diperkirakan 60,000<br>'''Relawan Muda:''' 100,000<br>'''Relawan Jepang''':
| strength2 = '''Belanda''': <br>
| casualties1 =
| casualties2 =
| casualties3 = 51,421 warga Indonesia Tewas
| notes =
}}
{{Sejarah Indonesia}}
'''Revolusi Nasional Indonesia'''{{efn|Sering disebut sebagai '''Perang Kemerdekaan Indonesia'''}} adalah sebuah konflik bersenjata dan pertentangan diplomasi antara [[Republik Indonesia]] yang baru lahir melawan [[Kerajaan Belanda]] yang dibantu oleh [[Sekutu Perang Dunia II|pihak Sekutu]], diwakili oleh [[Inggris]]. Rangkaian peristiwa ini terjadi mulai dari mendaratnya pasukan sekutu Inggris pertama kali di [[Jakarta]] pada 29 September 1945 yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Christinson setelah ditandatanganinya Civil Affairs Agreement. Konflik ini berlangsung selama 4 tahun hingga pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh [[Kerajaan Belanda]] pada 27 Desember 1949.<ref>{{Cite web|url=https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20393389-Sedjarah%20revolusi%20nasional%20indonesia%20tahapan%20revolusi%20bersendjata%201945-1950,%201966.pdf|title=SEDJARAH REVOLUSI NASIONAL INDONESIA Tahapan Revolusi Bersendjata 1945-1950 |website=lib.ui.ac.id|access-date=2022-11-27}}</ref> Meskipun demikian, gerakan revolusi itu sendiri telah dimulai pada tahun 1908, yang saat ini diperingati sebagai tahun dimulainya [[kebangkitan nasional Indonesia]].
Selama sekitar empat tahun, beberapa peristiwa berdarah terjadi secara sporadis. Selain itu, terdapat pula pertikaian politik serta dua intervensi internasional. Dalam peristiwa ini, pasukan Belanda hanya mampu menguasai kota-kota besar di pulau [[Jawa]] dan [[Sumatra]], tetapi gagal mengambil alih kendali di desa dan daerah pinggiran. Karena sengitnya perlawanan bersenjata serta perjuangan diplomatik, Belanda berhasil dibuat tertekan untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.{{sfn|Friend|2003|p=35}}
Baris 76 ⟶ 83:
== Latar belakang ==
Pergerakan nasionalis untuk mendukung kemerdekaan Indonesia dari [[Kerajaan Belanda]], seperti [[Budi Utomo]], [[Partai Nasional Indonesia]], [[Sarekat Islam]] dan [[Partai Komunis Indonesia]] tumbuh dengan cepat di pertengahan abad ke-20. [[Budi Utomo]], [[Sarekat Islam]] dan gerakan nasional lainnya memprakarsai strategi kerja sama dengan mengirim wakil mereka ke [[Volksraad]] (dewan rakyat) dengan harapan Indonesia akan diberikan hak memerintah diri sendiri tanpa campur tangan [[Kerajaan Belanda]].{{sfn|Vandenbosch|1931|p=1051-1069}} Sedangkan gerakan nasionalis lainnya memilih cara nonkooperatif dengan menuntut kebebasan pemerintahan Indonesia sendiri dari [[Belanda]]. Pemimpin gerakan
Pendudukan [[Indonesia]] oleh [[Jepang]] selama tiga setengah tahun masa [[Perang Dunia Kedua]] merupakan faktor penting untuk revolusi berikutnya. Belanda hanya memiliki sedikit kemampuan untuk mempertahankan penjajahan di Hindia Belanda. Hanya dalam waktu tiga bulan, Jepang berhasil menguasai [[Sumatra]]. Jepang kemudian berusaha untuk mengambil hati kaum nasionalis dengan menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia dan mengizinkan penggunaan [[bahasa Indonesia]] di ruang publik. Ini menimbulkan lahirnya organisasi-organisasi perjuangan di seluruh negeri.{{sfn|Vickers|2005|p=85}}
Baris 83 ⟶ 90:
== Proklamasi kemerdekaan ==
{{Main article|Proklamasi Kemerdekaan Indonesia}}
<blockquote class="toccolours" style="text-align:left; width:30%; float:right; padding:10px 15px; display:table;"><div class="center"></div>
Baris 98 ⟶ 106:
Pada akhir bulan [[Agustus 1945]], pemerintahan republikan telah berdiri di Jakarta. [[Kabinet Presidensial]] dibentuk, dengan Soekarno sendiri sebagai ketuanya. Hingga pemilihan umum digelar, [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] dibentuk untuk membantu Presiden dan bertindak hampir sebagai badan legislatif. Komite serupa juga dibentuk di tingkat provinsi dan kabupaten. Mendengar berita pembentukan pemerintah pusat di Jakarta, beberapa [[raja]] menyatakan menggabungkan diri dengan Indonesia. Sementara beberapa lainnya belum menyatakan sikap atau menolak mentah-mentah, terutama yang pernah didukung oleh pemerintah Belanda.{{sfn|Ricklefs|1993|p=214}}
[[Berkas:Indonesia flag raising witnesses 17 August 1945.jpg|256px|kiri|jmpl|Pengibaran bendera Merah Putih setelah pembacaan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945.]]
Khawatir Belanda akan berusaha merebut kembali kekuasaan di Indonesia, pemerintah yang baru dibentuk tersebut dengan cepat menyelesaikan persoalan administrasi. Saat itu, pemerintahan masih sangat terpusat di pulau Jawa, sementara kontak ke luar pulau masih sangat sedikit.{{sfn|Friend|2003|p=33}} {{sfn|Ricklefs|1993|p=215}} Pada 14 November 1945, [[Sutan Sjahrir]] menjadi [[Daftar Perdana Menteri Indonesia|perdana menteri pertama]] mengetuai kabinet [[Kabinet Sjahrir I|Sjahrir I]].
Baris 104 ⟶ 112:
Beberapa minggu setelah Jepang menyerah, [[Giyugun]] dan [[Heiho]] dibubarkan oleh pemerintah Jepang. Struktur komando dan keanggotaan [[Pembela Tanah Air|PETA]] dan Heiho pun hilang. Karena itu, pasukan republikan yang mulai tumbuh di bulan September, tetapi lebih banyak berupa kelompok-kelompok kecil milisi pemuda yang tidak terlatih, yang biasanya dipimpin oleh seorang pemimpin karismatik.{{sfn|Ricklefs|1993|p=214}} Ketiadaan struktur militer yang patuh pada pemerintah pusat menjadi masalah utama revolusi kala itu.{{sfn|Friend|2003|p=35}} Dalam masa awal pembentukan struktur militer, perwira Indonesia yang dilatih Jepang mendapat pangkat yang lebih tinggi dibanding perwira yang dilatih oleh Belanda. Pada 12 November 1945, dalam sebuah konferensi antar panglima-panglima divisi militer di Yogyakarta seorang mantan guru sekolah berumur 30 tahun bernama [[Sudirman]] terpilih menjadi [[Panglima Tentara Nasional Indonesia|panglima Tentara Keamanan Rakyat]], bergelar "Panglima Besar".{{sfn|Reid|1974|p=78}}
=== Sistem presidensial menuju sistem parlementer ===
Pernyataan [[van Mook]] untuk tidak berunding dengan [[Soekarno]] adalah salah satu faktor yang memicu perubahan sistem pemerintahan dari [[Sistem presidensial|presidensial]] menjadi [[Sistem parlementer|parlementer]]. Gelagat ini sudah terbaca oleh pihak Republik Indonesia, karena itu sehari sebelum kedatangan [[Pihak Sekutu di Perang Dunia II|Sekutu]], tanggal [[14 November]] [[1945]], [[Soekarno]] sebagai kepala [[Kabinet Presidensial|pemerintahan republik]] diganti oleh [[Sutan Sjahrir]] yang seorang [[sosialis]] dianggap sebagai figur yang tepat untuk dijadikan ujung tombak diplomatik, bertepatan dengan naik daunnya partai sosialis di [[Belanda]].
Terjadinya perubahan besar dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia (dari [[Sistem presidensiil|sistem Presidensiil]] menjadi [[Sistem parlementer|sistem Parlementer]]) memungkinkan perundingan antara pihak RI dan Belanda. Dalam pandangan [[Inggris]] dan [[Belanda]], [[Sutan Sjahrir]] dinilai sebagai seorang moderat, seorang intelek, dan seorang yang telah berperang selama pemerintahan Jepang.
Ketika Syahrir mengumumkan [[Kabinet Sjahrir I|kabinetnya]], [[15 November]] [[1945]], Letnan [[Gubernur Jendral]] [[van Mook]] mengirim kawat kepada [[Kementerian Koloni (Belanda)|Menteri
Pihak Republik Indonesia memiliki alasan politis untuk mengubah sistem pemerintahan dari Presidensiil menjadi Parlementer, karena seminggu sebelum perubahan pemerintahan itu, [[Den Haag]] mengumumkan dasar rencananya. Ir Soekarno menolak hal ini, sebaliknya [[Sjahrir]] mengumumkan pada tanggal [[4 Desember]] [[1945]] bahwa pemerintahnya menerima tawaran ini dengan syarat pengakuan [[Belanda]] atas Republik Indonesia.
Baris 128 ⟶ 136:
Sebelum berita tentang, [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|proklamasi kemerdekaan Indonesia]] menyebar ke pulau-pulau lain, banyak masyarakat Indonesia yang jauh dari ibu kota [[Jakarta]] tidak percaya. Saat berita mulai menyebar, banyak dari orang Indonesia datang untuk menyatakan diri mereka sebagai pro-republik, dan suasana revolusi menyapu seluruh negeri. {{sfn|Ricklefs|1993|p=214-215}} Kekuatan luar di dalam negeri telah menyingkir, seminggu sebelum tentara Sekutu masuk ke Indonesia, dan Belanda telah mulai melemah kekuatannya dikarenakan perang. Di sisi lain, pasukan Jepang, sesuai dengan ketentuan diminta untuk menyerah dan meletakkan senjata, dan juga menjaga ketertiban umum.
[[Vakum kekuasaan|
Pada bulan September 1945, pemerintah republik yang dibantu laskar rakyat telah mengambil alih kendali atas infrastruktur-infrastruktur utama, termasuk stasiun [[Kereta Api Indonesia|kereta api]] dan [[trem]] di kota-kota besar di Jawa.{{sfn|Ricklefs|1993|p=215-216}} Untuk menyebarkan pesan-pesan revolusioner, para pemuda mendirikan stasiun radio dan koran, serta grafiti yang penuh dengan sentimen nasionalis. Di sebagian besar pulau-pulau di Indonesia, komite perjuangan dan laskar-laskar milisi dibentuk.{{sfn|Vickers|2005|p=97}} Koran kaum republik dan jurnal-jurnal perjuangan terbit di Jakarta, [[Yogyakarta]] dan [[Surakarta]], yang betujuan memupuk generasi penulis yang dikenal sebagai [[Angkatan 45]].{{sfn|Ricklefs|1993|p=215-216}}
Baris 166 ⟶ 174:
=== Revolusi sosial ===
{{Bagian tanpa referensi|date=Juli 2023}}
[[Revolusi sosial]] yang terjadi setelah proklamasi berupa penentangan terhadap pranata sosial Indonesia yang terlanjur terbentuk pada masa penjajahan Belanda, dan terkadang juga merupakan hasil kebencian terhadap kebijakan pada masa penjajahan Jepang. Di seluruh negara, masyarakat bangkit melawan kekuasaan [[aristokrasi]] dan kepala daerah dan mencoba untuk mendorong penguasaan lahan dan sumber daya alam atas nama rakyat. Kebanyakan revolusi sosial ini berakhir dalam waktu singkat, dan dalam kebanyakan kasus gagal terjadi.
Kultur kekerasan dalam konflik yang dalam memecah belah negara ini saat dalam pengusaan Belanda sering kali terulang di paruh akhir abad keduapuluh. Istilah revolusi sosial banyak digunakan untuk aktivitas berdarah yang dilakukan kalangan kiri yang melibatkan baik niat altruistik, untuk mengatur revolusi sosial sebenarnya, dengan ekspresi balas dendam, kebencian, dan pemaksaan kekuasaan. Kekerasan adalah salah satu dari sekian banyak hal yang dipelajari rakyat selama masa penjajahan Jepang, dan tokoh-tokoh yang diidentifikasi sebagai tokoh feodal, antara lain para raja, bupati, atau kadang sekadar orang-orang kaya, sering kali menjadi sasaran penyerangan, kadang disertai pemenggalan, serta pemerkosaan juga sering menjadi senjata untuk melawan wanita-wanita feodal. Di daerah pesisir Sumatra dan Kalimantan yang dikuasai kesultanan, misalnya, para sultan dan mereka yang mendapat kekuasaan dari Belanda, langsung mendapat serangan begitu pemerintahan Jepang angkat kaki. Penguasa sekuler Aceh, yang menjadi basis kekuasaan Belanda, turut dieksekusi
Kebanyakan orang Indonesia pada masa ini hidup dalam ketakutan dan kebimbangan, hal ini terutama terjadi pada populasi yang mendukung kekuasaan Belanda atau mereka yang hidup di bawah kontrol Belanda. Teriakan kemerdekaan yang begitu populer, "Merdeka ataoe mati!" sering kali menjadi pembenaran untuk pembunuhan yang terjadi di daerah kekuasaan Republik. Para pedagang sering kali mengalami situasi sulit ini. Di satu sisi, mereka ditekan oleh pihak Republik untuk memboikot semua ekspor ke Belanda, sementara di sisi lain polisi Belanda juga tidak mengenal ampun bagi para penyelundup yang justru menjadi tumpuan ekonomi pihak Republik. Di beberapa wilayah, istilah "kedaulatan rakyat" yang diamanatkan dalam pembukaan [[UUD 1945]] dan sering digunakan para pemuda untuk menuntut kebijakan proaktif dari para pemimpin, sering kali berakhir tidak hanya menjadi tuntutan atas komoditas gratis, tetapi juga perampokan dan pemerasan
== Upaya pertama diplomasi ==
=== Perundingan Linggarjati ===
{{utama|Perundingan Linggarjati}}
Bulan Agustus pemerintah Belanda melakukan usaha lain untuk memecah halangan dengan menunjuk tiga orang Komisi Jendral datang ke [[Jawa]] dan membantu [[Van Mook]] dalam perundingan baru dengan wakil-wakil republik itu. Konferensi antara dua belah pihak diadakan di bulan Oktober dan November di bawah pimpinan yang netral seorang komisi khusus [[Inggris]], [[Lord Killearn]]. Bertempat di bukit [[Linggarjati]] dekat [[Cirebon]]. Setelah mengalami tekanan berat -terutama Inggris- dari luar negeri, dicapailah suatu persetujuan tanggal [[15 November]] [[1946]] yang pokok
# Belanda mengakui secara ''de facto'' Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi [[Sumatra]], [[Jawa]] dan [[Pulau Madura|Madura]]. [[Belanda]] harus meninggalkan wilayah ''de facto'' paling lambat [[1 Januari]] [[1949]],
# Republik Indonesia dan [[Belanda]] akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama [[Republik Indonesia Serikat]], yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia,
# Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
Baris 186 ⟶ 195:
==== Agresi Militer Belanda I ====
{{main|Agresi Militer Belanda I}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Militaire kolonne tijdens de eerste politionele actie TMnr 10029134.jpg|jmpl|Deretan tentara Belanda saat Operasi Product.]]
Pada tengah malam 20 Juli 1947, Belanda meluncurkan serangan militer yang disebut sebagai [[Agresi Militer Belanda I]] (''Operatie Product''), dengan tujuan utama menghancurkan kekuatan republikan. Aksi militer ini melanggar perjanjian Linggarjati, dan dianggap pemerintah belanda sebagai [[aksi polisionil]] untuk penertiban dan penegakkan hukum. Pasukan Belanda berhasil memukul pasukan Republikan dari Sumatra serta Jawa Barat dan Jawa Timur. Republikan kemudian memindahkan pusatnya ke [[Yogyakarta]]. Pasukan Belanda juga menguasai perkebunan di Sumatra, instalasi minyak dan batu bara, serta pelabuhan-pelabuhan besar di Jawa.
Baris 194 ⟶ 203:
=== Pemberontakan Komunis ===
{{main|Peristiwa Madiun}}
Pada 18 September 1948 Republik Soviet Indonesia diproklamasikan di [[Madiun]]<ref>{{Cite news|url=https://nasional.sindonews.com/berita/784793/15/madiun-negara-republik-soviet-indonesia|title=Madiun, Negara Republik Soviet Indonesia|work=[[Sindonews.com]]}}</ref> oleh anggota PKI yang berniat menjalankan sebuah pusat pembangkangan atas kepemimpinan Soekarno Hatta, yang dianggap budak Jepang dan Amerika. Pertempuran antara TNI dan PKI ini, tetap dimenangkan pihak [[TNI]] dalam beberapa minggu, dan pemimpinnya, Muso, terbunuh. [[RM Suryo]], Gubernur Jawa Timur pada masa itu, beberapa petugas kepolisian, dan pemimpin
perang dingin antara Amerika Serikat dan blok Soviet.<ref name="RICKLEFSp230">Ricklefs (1991), page 230</ref>
Baris 208 ⟶ 217:
[[Berkas:RI Transfer Signing.jpg|ka|254x254px|jmpl|Wakil Presiden Indonesia, [[Mohammad Hatta|Hatta]] dan Ratu Belanda, [[Juliana dari Belanda|Juliana]] menandatangani kedaulatan Indonesia di Den Haag, Belanda.]]
[[Berkas:Soevereiniteitsoverdracht Indonesie-2000px Foto Jan Zweerts.jpg|thumb|Akta Penyerahan Kedaulatan Indonesia dengan stempel agung Ratu Juliana.]]
Perkiraan yang meninggal dalam peperangan untuk kemerdekaan Indonesia dari rakyat sipil dan pejuang yang terbunuh sebanyak 97,421 hingga 100,000 korban jiwa dari pihak [[Indonesia]].<ref>{{cite web|url=https://historibersama.com/jumlah-korban-indonesia-imperial-global-forum/?lang=id|title=Jumlah Korban Indonesia – Imperial & Global Forum}}</ref> Selain itu, tentara [[Inggris]] yang berjumlah
Tentara Jepang yang ikut serta dalam perang kemerdekaan ini dan tidak kembali ke Jepang bahkan setelah Indonesia merdeka, diberi penghargaan oleh pemerintah Indonesia dan juga diberikan uang pensiun. Ketika meninggal, mereka dimakamkan dalam pemakaman kenegaraan oleh militer Indonesia.
Gerakan revolusi nasional Indonesia ini memberikan efek langsung pada kondisi [[ekonomi]], [[sosial]] dan [[budaya]] [[Indonesia]] itu sendiri, di antaranya kekurangan bahan makanan, dan bahan bakar. Ada dua efek dalam ekonomi yang ditimbulkan oleh gerakan nasional Indonesia yang berdampak langsung dengan ekonomi [[Kerajaan Belanda]] dan [[Indonesia]], keduanya kembali untuk membangun ekonomi mereka secara berkelanjutan setelah [[Perang Dunia II]] dan gerakan revolusi Indonesia. [[Republik Indonesia]] mengatur kembali setiap hal yang dibutuhkan oleh rakyat Indonesia yang awalnya diblokade oleh [[Belanda]].
== Permintaan maaf Belanda ==
Pada tahun 2013, pemerintah Belanda meminta maaf kepada rakyat Indonesia atas kekerasan yang dilancarkan selama perang kemerdekaan.<ref>{{cite news|last1=Jatmiko|first1=Andi|last2=Karmink|first2=Niniek|date=2020-03-10|title=Dutch king apologises for colonial killings in Indonesia|url=https://www.belfasttelegraph.co.uk/news/world-news/dutch-king-apologises-for-colonial-killings-in-indonesia-39032071.html|newspaper=Belfasttelegraph|access-date=2023-02-14}}</ref> Pada 2016, Menteri Luar Negeri Belanda [[Bert Koenders]] meminta maaf atas kekejaman tentara Belanda dalam pembantaian 400 rakyat Indonesia di sebuah desa pada tahun 1947.<ref name="dw">dw.com 17 February 2022: [https://www.dw.com/en/netherlands-apologizes-to-indonesia-over-war-crimes/a-60817847 ''Netherlands apologizes to Indonesia over war crimes'']</ref>
Dalam kunjungan kenegaraannya pada tahun 2020, Raja Belanda [[Willem-Alexander dari Belanda|Willem-Alexander]] di hadapan Presiden [[Joko Widodo]] menyampaikan permintaan maaf terhadap brutalitas tentara Belanda.<ref name="dw2">dw.com 17 February 2022: [https://www.dw.com/en/netherlands-apologizes-to-indonesia-over-war-crimes/a-60817847 ''Netherlands apologizes to Indonesia over war crimes'']</ref> Permintaan maaf ini dianggap cukup mengejutkan karena permintaan maaf langsung dari raja menuai opini pro kontra di Belanda.<ref>{{Cite web|last=Tasevski|first=Olivia|date=2024-09-24|title=The Dutch Are Uncomfortable With Being History’s Villains, Not Victims|url=https://foreignpolicy.com/2020/08/10/dutch-colonial-history-indonesia-villains-victims/|website=Foreign Policy|language=en-US|access-date=2024-09-24}}</ref>
Pada 17 Februari 2022, sejarahwan Belanda merilis penelitian yang berjudul ''Kemerdekaan, Dekolonisasi, Kekerasan dan Perang di Indonesia, 1945-1950.'' Penelitian ini diikuti oleh ahli sejarahwan dari 3 institusi: [[Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde]] (KITLV), Institusi Belanda untuk Sejarah Militer (NIMH) dan [[Institut NIOD untuk Pembelajaran Perang, Holokaus dan Genosida]].<ref>{{cite web|date=19 January 2022|title=Presentation results research 'Independence, Decolonization, Violence and War in Indonesia, 1945–1950'|url=https://www.kitlv.nl/presentation-results-research-independence-decolonization-violence-and-war-in-indonesia-1945-1950/|website=kitlv.nl|access-date=2023-02-14}}</ref><ref>{{cite web|title=Onafhankelijkheid, Dekolonisatie, Geweld en Oorlog in Indonesië 1945–1950|url=https://www.aup.nl/en/series/onafhankelijkheid-dekolonisatie-geweld-en-oorlog-in-indonesie-1945-1950|publisher=[[Amsterdam University Press]]|access-date=2023-02-14}}</ref> Penelitian ini juga dibantu oleh 17 sejarahwan Indonesia dari [[Universitas Gadjah Mada]].<ref>{{Cite web|date=2022-05-24|title=Parlemen Belanda Gelar Debat Kekerasan Era Perang Kemerdekaan Indonesia|url=https://historia.id/politik/articles/parlemen-belanda-gelar-debat-kekerasan-era-perang-kemerdekaan-indonesia-6mJe9/page/1|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2024-09-24}}</ref> Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa Belanda telah menggunakan kekerasan yang sistematis dan berlebihan selama perang. Menurut tinjauan tersebut, "Penggunaan kekerasan ekstrem oleh angkatan bersenjata Belanda tidak hanya meluas, tetapi juga sering disengaja" dan "diizinkan di setiap level: politik, militer, dan hukum." Pada hari yang sama setelah penelitian itu dirilis, Perdana Menteri Belanda [[Mark Rutte]] menyatakan permintaan maaf atas kekerasan ekstrim yang dilakukan oleh [[Angkatan Bersenjata Belanda]] secara sistematis dan tersebar luas dan kegagalan pemerintahan Belanda dalam mengakuinya.<ref name="dw2" /><ref>{{Cite news|last=Boffey|first=Daniel|date=2022-02-17|title=Dutch PM apologises for state’s role in abuses in 1940s Indonesian war|url=https://www.theguardian.com/world/2022/feb/17/dutch-state-condoned-extreme-violence-in-indonesian-war-inquiry-concludes|newspaper=The Guardian|language=en-GB|issn=0261-3077|access-date=2024-09-24}}</ref>
Meskipun telah meminta maaf, pemerintah Belanda masih belum mengakui sepenuhnya bahwa beberapa peristiwa seperti [[Pembantaian Westerling]] adalah kejahatan perang. Pada tahun 1969, setelah wawancara fantastis oleh seorang veteran Belanda yang aktif di Indonesia, pemerintah Belanda menyatakan bahwa walaupun ada tindakan kekerasan yang berlebihan, seluruh pasukan Belanda secara keseluruhan mematuhi kaidah perang dan pernyataan ini tidak pernah direvisi.<ref>{{Cite web|last=Christiaens|first=Tom|date=2022-02-17|title=Netherlands Guilty of ‘Systematic Extreme Violence’ in Indonesia|url=https://www.the-low-countries.com/article/dutch-army-guilty-of-systematic-extreme-violence-in-indonesia/|website=the low countries|access-date=2024-09-24}}</ref>
== Catatan kaki ==
{{reflist|20em}}
{{Notelist|20em}}
== Referensi ==
Baris 405 ⟶ 423:
|last = Yong Mun Cheong
|title = ''The Indonesian Revolution and the Singapore Connection, 1945–1949''
|url = https://archive.org/details/indonesianrevolu0000yong
|year = 2004
|publisher = KITLV Press
|