Pertempuran Lima Hari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pemicu terjadinya pertempuran lima hari semarang
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Membatalkan 1 suntingan by 114.122.40.227 (bicara): Suntingan tidak membangun (twinkle)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(26 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Military Conflict
|conflict=Pertempuran Lima Hari
|partof=[[Sejarah Indonesia (1945-1949)|Revolusi Nasional Indonesia]]
| image = File:Becak_Tugu_Muda_Semarang_Central_Java.jpg
|date= [[15 Oktober]]–[[19 Oktober]] [[1945]]
| image_size =
|place=[[Semarang]], [[Indonesia]]
| caption = [[Tugu Muda]] di Semarang untuk memperingati pertempuran
|date= 15–19 Oktober 1945
|place=[[Kota Semarang|Semarang]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]
|result=Gencatan senjata
|combatant1={{flag|Indonesia}}
|combatant2={{flag|Kekaisaran Jepang|name=Jepang}}
|commander1={{flagdeco|Indonesia}} dr. [[Kariadi]] {{KIA}}<br>{{flagdeco|Indonesia}} [[Wongsonegoro]]
|commander2=Jenderal{{flagdeco|Empire Nakamura<br>Mayorof Japan}} Kido Shinichirō
| units1 = {{flagdeco|Indonesia}} Pemuda Indonesia<br>{{flagdeco|Indonesia}} [[Badan Keamanan Rakyat|BKR]]<br>{{flagdeco|Indonesia}} Polisi
|casualties1=2.000
| units2 = {{flagdeco|Empire of Japan}} Batalyon Infanteri Khusus ke-5 (Kido Butai), Yagi Butai (batalion Resimen Infanteri ke-42, Divisi ke-5, Angkatan Darat ke-2), dan unit-unit yang lebih kecil
|casualties2=850
| strength1 = 7.000
| strength2 = 441{{sfn|Panitia Penyusunan Sejarah Pertempuran Lima Hari Semarang|1977|pp=156}}–949{{sfn|Panitia Penyusunan Sejarah Pertempuran Lima Hari Semarang|1977|pp=114}}
|casualties1=2.000 orang tewas (termasuk warga sipil)
|casualties2=150–850 orang tewas<br>61 terluka<br>231 hilang
}}
{{Campaignbox Revolusi Nasional Indonesia}}
[[Berkas:Becak Tugu Muda Semarang Central Java.jpg|jmpl|Monumen Pertempuran Lima Hari yang dinamakan Tugu Muda.]]
 
'''Pertempuran Lima Hari''' adalah serangkaian pertempuran antara rakyat [[Indonesia]] melawan Tentara Jepang .<ref>{{Cite web|title=Tugu Muda Semarang, Monumen Mengenang Peristiwa Bersejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang|url=https://halosemarang.id/tugu-muda-semarang-monumen-mengenang-peristiwa-bersejarah-pertempuran-lima-hari-di-semarang|website=Halo Semarang|language=id-ID|access-date=2020-08-31}}</ref> Yang terjadi dari tanggal 15 - 20 Oktober 1945. Awal mula pertempuran ini karena tawanan Jepang yang kabur saat akan dipindahkan dari Cepiring ke Bulu. Setelah itu, Jepang melakukan serangan mendadak kepada warga bahkan tersiar kabar bawah Jepang memberi racun pada cadangan air minum warga Semarang. Untuk memastikan Dr. Kariadi melakukan uji laboratorium. Namun Dr. Kariadi di tembak oleh Jepang, yang mengakibatkan para warga Semarang marah dan terjadinya perang.
'''Pertempuran Lima Hari''' adalah adalah bentrokan antara pasukan Jepang dari [[Angkatan Darat ke-16 (Jepang)|Tentara Keenambelas]] dan pasukan Indonesia yang terdiri dari personil [[Badan Keamanan Rakyat]] dan pemuda pada bulan Oktober 1945 di kota [[Kota Semarang|Semarang]], [[Jawa Tengah]]. Pertempuran ini dianggap sebagai bentrokan besar pertama yang melibatkan militer Indonesia.
 
Dengan menyerahnya Jepang, pihak berwenang Indonesia berusaha untuk menyita senjata Jepang untuk mengantisipasi kembalinya Belanda. Ketegangan meningkat setelah garnisun Semarang menolak untuk menyerahkan senjata mereka, dan setelah sebuah insiden yang memicu [[Pembantaian penjara Bulu|pembantaian warga sipil Jepang]], pertempuran pun pecah antara pasukan Jepang dan Indonesia.
 
== Kronologi ==
* Pada [[1 Maret]] [[1942]], [[tentara]] [[Jepang]] mendarat di [[Pulau Jawa]], dan tujuh hari kemudian, tepatnya, [[8 Maret]], pemerintah kolonial [[Belanda]] menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak itu, Indonesia diduduki oleh Jepang
* Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di [[Hiroshima]] dan [[Nagasaki]]. Peristiwa itu terjadi pada [[6 Agustus|6]] dan [[9 Agustus]] [[1945]] Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia kemudian memproklamirkanmemproklamasikan kemerdekaannya pada [[17 Agustus]] [[1945]].
* Hal pertama yang menyulut kemarahan para pemuda [[Indonesia]] adalah ketika pemuda [[Indonesia]] memindahkan tawanan [[Jepang]] dari Cepiring ke Bulu, dan di tengah jalan mereka kabur dan bergabung dengan pasukan ''[[Kidō Butai]]'' dibawah pimpinan Jendral Nakamura dan Mayor Kido. Pada saat itu pasukan ''Kidō Butai'' berjumlah 2000 orang. Selain itu, pasukan ini terkenal karena keberaniannya, dan untuk maksud mencari perlindungan mereka bergabung bersama pasukan ''Kidō Butai'' di Jatingaleh.<ref>{{Cite book|last=|first=|date=|url=https://books.google.co.id/books?id=tJahSbd9aesC&pg=PA40&dq=pertempuran+lima+hari+di+semarang&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiUwqWpyMXrAhWJSH0KHT0jC40Q6AEwBHoECAQQAg#v=onepage&q=pertempuran%20lima%20hari%20di%20semarang&f=false|title=IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah)|location=|publisher=PT Grafindo Media Pratama|isbn=978-979-758-339-2|pages=40|language=id|url-status=live}}</ref>
* Setelah kaburnya tawanan Jepang, pada Minggu, [[14 Oktober]] [[1945]], pukul 6.30 WIB, pemuda-pemuda rumah sakit mendapat instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di depan [[Pusat Rumah Sakit Rakyat|RS Purusara]]. Mereka menyita sedan milik Kempetai dan merampas senjata mereka. Sore harinya, para pemuda ikut aktif mencari tentara Jepang dan kemudian menjebloskannya ke Penjara Bulu. Sekitar pukul 18.00 WIB, pasukan Jepang bersenjata lengkap melancarkan serangan mendadak sekaligus melucuti delapan anggota polisi istimewa yang waktu itu sedang menjaga sumber air minum bagi warga Kota Semarang [[Reservoir Siranda]] di [[Candi, Candisari, Semarang|Candilama]]. Kedelapan anggota Polisi Istimewa itu disiksa dan dibawa ke markas ''Kidō Butai'' di Jatingaleh. Sore itu tersiar kabar tentara Jepang menebarkan racun ke dalam reservoir itu. Rakyat pun menjadi gelisah. Cadangan air di Candi, desa Wungkal, waktu itu adalah satu-satunya sumber mata air di kota [[Semarang]]. Sebagai kepala RS Purusara (sekarang [[Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Dokter Kariadi|RSUP Dr. Kariadi]]) Dokter Kariadi berniat memastikan kabar tersebut. Selepas Magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah Sakit Purusara, yang memberitahukan agar [[dr. Kariadi]], Kepala [[Laboratorium]] Purusara segera memeriksa Reservoir Siranda karena berita Jepang menebarkan racun itu.<ref>{{Cite book|last=|first=|date=|url=https://books.google.co.id/books?id=weQ8qJUme4UC&pg=PA117&dq=pertempuran+lima+hari+di+semarang&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiUwqWpyMXrAhWJSH0KHT0jC40Q6AEwA3oECAMQAg#v=onepage&q=pertempuran%20lima%20hari%20di%20semarang&f=false|title=Ringkasan Pengetahuan Sosial|location=|publisher=Grasindo|isbn=978-979-025-688-0|pages=117|language=id|url-status=live}}</ref> Dokter Kariadi kemudian dengan cepat memutuskan harus segera pergi ke sana. Suasana sangat berbahaya karena tentara Jepang telah melakukan serangan di beberapa tempat termasuk di jalan menuju ke Reservoir Siranda. Isteri dr. Kariadi, drg. Soenarti mencoba mencegah suaminya pergi mengingat keadaan yang sangat genting itu. Namun dr. Kariadi berpendapat lain, ia harus menyelidiki kebenaran desas-desus itu karena menyangkut nyawa ribuan warga Semarang. Akhirnya drg. Soenarti tidak bisa berbuat apa-apa. Ternyata dalam perjalanan menuju Reservoir Siranda itu, mobil yang ditumpangi dr. Kariadi dicegat tentara Jepang di [[Jalan Pandanaran]]. Bersama tentara pelajar yang menyopiri mobil yang ditumpanginya, dr. Kariadi ditembak secara keji. Ia sempat dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB. Ketika tiba di kamar bedah, keadaan dr. Kariadi sudah sangat gawat. Nyawa dokter muda itu tidak dapat diselamatkan. Ia gugur dalam usia 40 tahun satu bulan.<ref name=":0">{{Cite web|title=Pertempuran Lima Hari di Semarang|url=https://historia.id/historiografis/articles/pertempuran-lima-hari-di-semarang-PKN8G|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2020-08-31}}</ref>
* Pertempuran itu berhenti ketika [[Gubernur]] [[Jawa Tengah]] [[Wongsonegoro]] dan pimpinan [[Tentara Keamanan Rakyat|TKR]] berunding dengan komandan tentara Jepang. Proses gencatan senjata dipercepat, ketika Brigadir Jendral Bethel dan sekutu ikut berunding pada tanggal 20 Oktober 1945. Pasukan sekutu kemudian melucuti [[senjata]] dan menawan para tentara Jepang.<ref>{{Cite book|last=ix|first=untuk smp/mts kelas|date=|url=https://books.google.co.id/books?id=YmOIewkhJZsC&pg=PA44&dq=pertempuran+lima+hari+di+semarang&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiUwqWpyMXrAhWJSH0KHT0jC40Q6AEwCHoECAgQAg#v=onepage&q=pertempuran%20lima%20hari%20di%20semarang&f=false|title=Ilmu Pengetahuan Sosial 3|location=|publisher=Grasindo|isbn=978-979-462-882-9|pages=44|language=id|url-status=live}}</ref>
 
Baris 30 ⟶ 40:
== Tokoh-tokoh yang terlibat ==
Mengenai pertempuran lima hari di Semarang ini, ada beberapa tokoh yang terlibat adalah sbb:
# dr. [[Kariadi]], dokter yang akan mengecek cadangan air minum di daerah [[Candi, BandunganCandisari, Semarang|Candi]] yang kabarnya telah diracuni oleh Jepang. Ia juga merupakan Kepala Laboratorium Dinas Pusat Purusara.
# Mr. [[Wongsonegoro]], [[Daftar Gubernur Jawa Tengah|Gubernur Jawa Tengah]] yang sempat ditahan oleh [[Jepang]].
# Dr. Sukaryo dan Sudanco Mirza Sidharta, tokoh [[Indonesia]] yang ditangkap oleh [[Jepang]] bersama Mr. Wongsonegoro.
# Mayor Kido (Pemimpin ''Kidō Butai''), pimpinan Batalion ''Kidō Butai'' yang berpusat di Jatingaleh.
# drg. Soenarti, Istri dr. kariadiKariadi
# [[Kasman Singodimejo]], Perwakilanperwakilan perundingan gencatan senjata dari Indonesia.
# Jenderal Nakamura, perwira tinggi yang ditangkap oleh TKR di Magelang