Karambangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mengkonversikan 2 referensi
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
k →‎top: clean up, added orphan tag
 
(4 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{hapusOrphan|a7|helpdate=offMaret 2023}}
 
 
'''Karambangan''' (''Mongkarembangan'')<ref>{{Cite web|title=Liputan Humas|url=https://dgip.go.id/artikel/detail-artikel/plt-dirjen-ki-serahkan-sertifikat-ig-tenun-nambo-milik-kabupaten-banggai-sulawesi-tengah?kategori=liputan-humas|website=dgip.go.id|access-date=2023-03-05}}</ref> merupakan jenis permainan musik [[gitar]] [[tunggal]] dengan [[irama]] [[tradisional]] yang berasal dari Kabupaten Poso, dan [[Kabupaten Tojo Una-una]], [[Sulawesi Tengah]].
 
Karambangan berasal dari [[Bahasa]] Bare'e<ref name=":0">{{Cite book|url=https://www.opacperpus.sonobudoyo.com/index.php?keywords=Suku%20bare'e&search=search|title=Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta {{!}} Perpustakaan Museum Negeri Sonobudoyo}}</ref> yang merupakan bahasanya [[Orang Tojo|Suku Bare'e]], Karambangan berasal dari [[Bahasa]] Bare'e yaitu Ngkarembangan, Mongkare, atau Mongkarembangan yang berarti memetik atau mengutik (kuti) dan hal ini berarti memetik atau mengutik (kuti) gitar. Dan kini di zaman Moderen, Ngkarembangan disebut Karambangan.
 
Syair dalam musik Karambangan berupa Kayori dan Ledoni. Kayori dan Ledoni merupakan istilah yang banyak beredar di wilayah Pu'umboto, To Lage sampai [[Tojo, Tojo Una-Una|Desa Tojo]], istilah Kayori dan Ledoni sebenarnya sama, keduanya merupakan pantun.
Baris 16 ⟶ 15:
'''Karambangan''', begitu biasa masyarakat Sulawesi tengah menyebut untuk sebuah seni musik yang dimainkan dari petikan gitar dan sebuah alat musik yang terbuat dari tulang-tulang hewan yang diikat tali digesek dengan sebuah tulang yang halus seperti biola serta gendang yang di tabuh dengan tulang hewan buruan. Itulah salah satu musik tradisional masyarakat Sulawesi Tengah.
 
Karambangan<ref>'''Musik{{Cite Karambangan''',web|title=Warisan warisanBudaya budayaTakbenda tak{{!}} benda dari Sulawesi Tengah, ''[Beranda|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=11754]", Diakses 4 Maret 2023|website=warisanbudaya.''kemdikbud.go.id|access-date=2023-03-05}}</ref> merupakan Warisan Budaya Tak Benda dari [[Kabupaten Poso]], [[Tojo, Tojo Una-Una|Desa Tojo]], dan [[Kabupaten Tojo Una-una]], [[Sulawesi Tengah]].
 
==Jenis Karambangan==
Baris 38 ⟶ 37:
 
==Fungsi Karambangan==
Hadirnya musik karambangan di tanah Poso-Ampana di tahun 2001<ref>'''Karambangan''' ''[https://www.opacperpus.sonobudoyo.com/index.php?keywordsname=Suku%20bare%27e&search=search]", Diakses 1 Maret:0" 2023.''</ref> semakin menambah perbendaharaan musik di daerah ini. Alunan musiknya yang begitu lembut dan menyentuh hati serta ditandai dengan ritme yang khas telah membuat musik karambangan begitu popular dan dianggap sebagai pengiring yang tepat untuk tarian Dero. Pada awalnya gitar yang digunakan dalam musik karambangan merupakan kreasi sendiri yang menggunakan kayu lenguru sebagai bahan dasar, serta dawainya terbuat dari tali suasa (dawai terbuat dari kuningan murni yang diambil dari salah satu elemen tape merek National keluaran awal.), sehingga mengeluarkan bunyi lebih merdu dan berbeda dari gitar pada umumnya).
 
Maka tak heran kalau kemudian musik karambangan dipercaya laksana magnet yang bisa menarik gadis bare'e (Mea) hingga melompat keluar jendela di tengah malam hanya karena ingin mencari asal bunyi itu. Daya tarik inilah yang kemudian membuat musik karambangan menjadi salah satu medium seni yang tepat untuk mencari jodoh. Karena ketika seorang pria memainkan musik karambangan, itu berarti yang bersangkutan sedang mencari pasangan hidup. Selain sebagai alat untuk mencari jodoh, musik karambangan juga menjadi media ekspresi seni, sarana hiburan dan media penyampaian pesan bagi masyarakat Poso-Ampana ditahun tersebut.
Baris 44 ⟶ 43:
Melalui musik karambangan ini para seniman dapat menyampaikan pesan baik itu berupa nasehat atau linga-linga, dan ungkapan hati mereka lewat lirik lagu karambangan atau lebih dikenal dengan istilah Kayori. Kebiasaan dan tradisi orang Poso-Ampana yang mengutamakan hidup bersama sesuai dengan moto '''Sintuwu Maroso:''”dalam kebersamaan terdapat kekuatan”'''''<ref>{{Cite book|title=Wujud, Arti, dan Fungsi Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli Bagi Masyarakat Pendukungnya: Sumbangan Kebudayaan Daerah Sulawesi Tengah Terhadap Kebudayaan Nasional|last=Thaha, dkk|first=Tjatjo|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|year=1998|isbn=|location=|pages=44}}</ref>, menjadikan musik Karambangan sebagai sarana untuk dapat menumbuhkan rasa kebersamaan. Hal ini dapat kita lihat jelas pada acara-acara tertentu seperti acara kematian misalnya, musik Karambangan menjadi hiburan bagi mereka yang mengalami kedukaan melalui kayori-kayori yang dibawakan.
 
Di samping itu musik Karambangan sering dinyanyikan oleh nyanyian pemujaan kepada PueMpalaburu, ataupun ungkapan isi hati pencipta kayori dan ledoni tersebut, dan dijaman sekarang pemujaan kepada PueMpalaburu tersebut telah ber[[agama Islam]]<ref>AdaNtananto Bare'e, ''[https://www.opacperpus.sonobudoyo.com/index.php?keywordsname=Suku%20bare%27e&search=search]", Diakses 1 Maret:0" 2023.''</ref> dan [[Orang Tojo|Suku Bare'e]] di Poso-Ampana tersebut tetap Mongkarambangan (''Karambangan''), dan juga dijadikan pendamping keluarga melewati waktu penantian jenazah yang disemayamkan di rumah duka ataupun malam-malam Tahlil.
 
== Referensi ==