Bank Central Asia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alex Neman (bicara | kontrib)
Mommy Debby (bicara | kontrib)
Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(27 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
| company_name = PT Bank Central Asia Tbk
| company_logo = Bank Central Asia.svg
| logo_caption = Logo BCA yang menggambarkan [[cengkih]], digunakan sejak 1977. Adapun ''wordmark''-nya digunakan sejak 1991.
| company_type = [[Perusahaan publik|Publik]]
| traded_as = {{BEI|BBCA}}<br/>Komponen [[LQ45]]
| industry = [[Jasa keuangan]]
| founder =
| foundation = 10{{start Agustusdate and age|1955|8|10}} (perusahaan)<br>[[21 Februari]] [[1957]] (bank)
| location = [[Menara BCA]], [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| key_people = [[Djohan Emir Setijoso]] (KomisarisPresiden UtamaKomisaris)<br />[[Jahja Setiaatmadja]] (CEOPresiden Direktur)<br />[[Armand Hartono]] (Wakil CEOPresiden Direktur)
| equity = {{profitincrease}} Rp. 209242,5 Triliuntriliun (20212023)
| owner = [[Djarum]]PT Dwimuria Investama Andalan (54,94%)
| num_employees = 26.917 (2023)
| revenue = {{profitincrease}} Rp. 8799,969 Triliuntriliun (20212023)
| slogan = Senantiasa di Sisi Anda
| net_income = {{profitincrease}} Rp. 3148,426 Triliuntriliun (20212023)
| assets = {{profitincrease}} Rp. 1.408,2881 Triliuntriliun (20212023)
| subsid = [[BCA Insurance]]{{br}}[[BCA Life]]{{br}}[[BCA Finance]]{{br}}[[BCA Syariah]]{{br}}[[BCA Multifinance]]{{br}}[[BCA Sekuritas]]{{br}}[[Bank Digital BCA|BCA Digital]]{{br}}[[BCA Finance Limited]]{{br}}[[Central Capital Ventura]]
| homepage = [http://www.{{url|bca.co.id BCA.co.id]<br /> [http://www.klikbca.com KlikBCA.com]}}
}}
'''PT Bank Central Asia Tbk''' (atau biasa disingkat menjadi '''BCA''') ({{BEI|BBCA}}) adalah [[bank]] swasta terbesar di [[Indonesia]]. Bank ini didirikan pada [[21 Februari]] [[1957]] dan pernah menjadi bagian penting dari [[Grup Salim Group]]. Sekarang bank ini dimiliki oleh salah satu grup produsen rokok terbesar keempatterkemuka di Indonesia, [[Djarum]].
 
== Sejarah ==
Baris 34 ⟶ 36:
 
===Perkembangan 1997-2002===
[[Berkas:BCA Darmo.jpg|jmpl|Kantor cabang BCA di Jalan Raya Darmo, [[Surabaya]].]]
Kepemilikan Salim Group dalam banknya ini harus berakhir pada akhir 1990-an akibat sejumlah krisis. Sebenarnya, tanda-tanda itu sudah muncul di akhir 1997. Di saat [[krisis finansial Asia 1997]] mulai menimpa Indonesia, di tanggal 14 November 1997 (dua minggu setelah likuidasi 16 bank), tersiar kabar burung dari [[Medan]] bahwa Liem sebagai pengendali BCA wafat dan cabangnya di Singapura ditutup. Sontak saja, masyarakat yang baru trauma atas likuidasi bank, menyerbu kantor cabangnya dan menarik dananya (''[[Penarikan dana besar-besaran|bank run]]/rush'') yang mencapai Rp 500 miliar. Untuk menepis kabar tersebut, Liem yang saat itu ada di Singapura, kembali ke Jakarta dan hadir di peluncuran produk baru [[Indomobil]] untuk meyakinkan masyarakat lewat siaran [[televisi]] bahwa ia sehat-sehat saja.<ref name=Th/><ref>[https://books.google.co.id/books?newbks=1&newbks_redir=0&hl=id&id=8t7sAAAAMAAJ&dq=bca+meninggal+Liem++1997+likuidasi&focus=searchwithinvolume&q=liem Informasi, Masalah 209-214]</ref>
 
Setelah rumor itu pergi, Salim Group mulai menjajaki rencana konsolidasi bank dalam menghadapi krisis moneter. Pada tanggal yang sama saat rumor palsu tentang kematian Liem beredar, anaknya Anthony menyepakati pembelian 19% saham [[Bank Danamon]] yang direncanakan akan ditingkatkan bagi menyehatkan keuangan bank swasta tersebut. Tidak hanya itu, juga muncul wacana akan adanya [[merger]] antara BCA dengan sejumlah anak usahanya di bidang perbankan, yaituseperti Bank Windu Kentjana, [[Bank Multicor]], [[Bank Risjad Salim Internasional]] dan [[Bank Citra Makmur Asia|Bank Yama]].<ref>[https://books.google.co.id/books?newbks=1&newbks_redir=0&hl=id&id=FGkqAAAAMAAJ&dq=bca+bank+yama+multicor&focus=searchwithinvolume&q=multicor Panji masyarakat, Volume 1]</ref> Meskipun demikian, rencana tersebut kemudian hanya menjadi wacana, dan ide meningkatkan kepemilikan saham di Bank Danamon sendiri harus dibatalkan akibat bank tersebut menderita kesulitan likuiditas dan harus diambilalih [[Badan Penyehatan Perbankan Nasional]] (BPPN) pada April 1998.<ref name=Th/>
 
Akhirnya, citra BCA sebagai bank kuat pun runtuh bersama dengan kejatuhan rekan Liem, Presiden Soeharto pada Mei 1998. Keterkaitan Liem dengan sang Presiden, membuat banyak cabang BCA dirusak, dibakar dan dijarah pada [[Kerusuhan Mei 1998]] - diperkirakan mencapai 122 cabang dan 150 ATM di berbagai wilayah yang terdampak kerusuhan dengan kerugian Rp 3 miliar. Tidak lama setelah itu, BCA terdampak ''rush'' keduanya yang lebih dahsyat dibanding pada November 1997, yang berlangsung sejak 18 Mei dan makin besar sejak 21 Mei 1998. Hanya dalam beberapa hari, 12% simpanan BCA sudah ditarik massal oleh nasabahnya. Entah disengaja atau tidak, yang pasti menurut Anthony Salim, hal tersebut wajar mengingat keterkaitan BCA dengan rezim Orde Baru yang baru saja tumbang dan dibenci publik. Bukannya mereda, penarikan massal pun makin menggila ketika pada 25 Mei 1998, kabar burung lain beredar bahwa Liem meninggal.<ref name=Th/>
 
Meskipun Anthony dan Abdullah Ali berusaha menepis kabar kebangkrutan BCA dengan rencana menyuntikkan Rp 1 miliartriliun ke bank tersebut, dan upaya bantuan dari sejumlah bank untuk membantu BCA, akhirnya pemerintah memutuskan untuk mengambilalih pengendalian BCA sebagai ''Bank Take Over'' (BTO) di tanggal 28 Mei 1998. Sebelumnya, sejak 25 Mei, BCA sudah diletakkan di bawah pengawasan BPPN sebagai bank dalam penyehatan.<ref name=ekstraa/> Menurut Liem, pengambilalihan itu tidak adil karena mereka tidak diberi kesempatan lagi untuk menyelamatkan asetnya yang berharga tersebut. Belakangan, pemegang saham dari [[keluarga Cendana]] (Sigit dan Tutut) juga menyerahkan seluruh sahamnya ke pemerintah sejak Juni 1998.<ref name=Th/> Sebagai ganti manajemen Salim Group, pemerintah menempatkan orang-orang [[BRI]] dan [[BNI]] sebagai pengelola baru bank ini.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=FQ5YAAAAMAAJ&q=bunga+cengkeh+BCA&dq=bunga+cengkeh+BCA&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjPm_3P8IT4AhWYUGwGHUKjDCEQ6AF6BAgGEAI Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 10,Masalah 1-10]</ref> Beralihnya pengendalian BCA ke tangan pemerintah berhasil mengembalikan kepercayaan nasabahnya akan bank ini, dimana di bulan Desember 1998, dana pihak ketiga telah kembali ke tingkat sebelum krisis dan asetnya mencapai Rp 67,93 triliun, lebih tinggi dari Desember 1997 yang sebesar Rp 53,36 triliun.
 
Rupanya, BCA kemudian telah menyedot [[Bantuan Likuiditas Bank Indonesia]] (BLBI) dalam jumlah yang amat besar - mencapai Rp 26,5 triliun pada ''rush'' tersebut yang diberikan pada 25 Mei, 28 Mei dan 26 Juni 1998.<ref name=ekstraa>[https://books.google.co.id/books?id=_wVnDwAAQBAJ&pg=PA421&dq=BCA+BLBI+26&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiX9rbvk4T4AhVZSWwGHcBGBhkQ6AF6BAgJEAI#v=onepage&q=BCA%20BLBI%2026&f=false BLBI Extraordinary Crime ; Satu Analisis Historis dan Kebijakan]</ref><ref name=frajil/> Hutang tersebut masih belum ditambah suntikan modal pemerintah ke BCA dan denda yang diberikan setelah BCA diambilalih pemerintah ketika terbongkar bahwa BCA melanggar batas peminjaman (''lending limit'') ke perusahaan-perusahaan milik Grup Salim sendiri (diperkirakan mencapai 90% dari pinjamannya),<ref name=prmoz/><ref name=frajil>[https://books.google.co.id/books?id=Jd19AgAAQBAJ&pg=PR112&dq=BCA+BLBI+IBRA&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjIkoT0qIT4AhUYFLcAHXoBB78Q6AF6BAgHEAI#v=onepage&q=BCA%20BLBI%20IBRA&f=false Financial Fragility and Instability in Indonesia]</ref> dengan total semuanya mencapai US$ 5 miliar.<ref name=Th/><ref name=ritme>[https://books.google.co.id/books?id=-A_MKbt9QIgC&pg=PA91&dq=bca+sigit+tutut&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwi4uo72koT4AhVKR2wGHfzkCAQ4ChDoAXoECAMQAg#v=onepage&q=bca%20sigit%20tutut&f=false The Rhythm of Strategy: A Corporate Biography of the Salim Group of Indonesia]</ref> Untuk menyelesaikannya, Salim kemudian menyerahkan banyak asetnya (108 buah) ke BPPN yang ditampung oleh PT Holdiko Perkasa, mencapai Rp 52,7 triliun.<ref name=hitem>[https://books.google.co.id/books?id=xMxfDwAAQBAJ&pg=PA316&dq=BCA+BLBI+52,6&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiDmpzBlIT4AhUWR2wGHZoPBz0Q6AF6BAgFEAI#v=onepage&q=BCA%20BLBI%2052%2C6&f=false Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia: Sebuah Investigasi 1997-2007, Mafia ...]</ref> Meskipun penyelesaian utang BCA ke pemerintah ini dalam perkembangannya menuai kontroversi, karena adanya dugaan penggelembungan harga aset dan permainan harga, yang diduga menguntungkan Salim,<ref name=Th/><ref name=ritme/> yang pasti sejak 11 Maret 2004, Anthony Salim sudah mendapatkan Surat Keterangan Lunas (SKL) dari BPPN yang melepaskannya dari masalah hutangnya diatas.<ref>[https://bisnis.tempo.co/read/40677/anthony-salim-telah-dapatkan-surat-lunas-utang Anthony Salim Telah Dapatkan Surat Lunas Utang]</ref> Menurut Anthony, kehilangan BCA merupakan suatu pengalaman menyedihkan bagi dirinya.<ref name=Th/> Belakangan, baru pada Januari 2017, Grup Salim baru memasuki dunia perbankan kembali dengan membeli [[Bank Ina Perdana]].<ref>[https://katadata.co.id/intannirmala/ekonopedia/61af72fd49d1c/jalanbank-ina-di-tangan-salim-group-si-mantan-pengelola-bca Jalan Bank Ina di Tangan Salim Group si Mantan Pengelola BCA]</ref>
Baris 52 ⟶ 53:
 
===Perkembangan pasca-divestasi===
[[Berkas:Menara BCA.jpg|jmpl|Menara BCA, gedung kantor pusat BCA di atas pusat perbelanjaan [[Grand Indonesia]], [[Jakarta Pusat]]. BCA menempati gedung ini sebagai kantor pusatnya sejak 1 September 2008.]]
Sebenarnya, pasca beberapa kali pergantian kepemilikan tersebut, tercatat pemilik lama masih memiliki sedikit saham. Salim Group sendiri awalnya memiliki 7,2% sahamnya pasca BCA diambilalih pemerintah, yang kemudian merosot menjadi hanya 1,76% (milik Anthony Salim) dan sampai saat ini masih dipegangnya.<ref>[https://www.cnbcindonesia.com/market/20210604140643-17-250628/terkuak-tak-ada-anthoni-salim-di-pemegang-saham-bca-dijual Terkuak! Tak Ada Anthoni Salim di Pemegang Saham BCA, Dijual?]</ref> Saham itu berkurang akibat harus diserahkan lagi ke pemerintah dalam rangka pembayaran BLBI BCA.<ref>[https://books.google.co.id/books?newbks=1&newbks_redir=0&hl=id&id=XjJXAAAAMAAJ&dq=BCA+salim+7%2C2%25&focus=searchwithinvolume&q=7%2C2%25 Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 15,Masalah 1-2]</ref> Kemudian, pemerintah juga sempat memiliki sisa saham pasca penjualan BCA ke Farallon. Saham ini dilepas pada tahun 2004-2005, masing-masing 1,4% dan 5,02% oleh BPPN dan Pemerintah Republik Indonesia melalui [[Perusahaan Pengelola Aset]] (PPA).<ref name=tirz/> Seperti telah dijelaskan, bahwa pemegang saham BCA pasca divestasi adalah Farindo Investment yang merupakan [[perusahaan patungan]] Alaerka (Djarum) dan Farallon.<ref name=kretex/> Sebenarnya, bisnis perbankan bukan barang baru bagi perusahaan milik keluarga Hartono tersebut, karena sebelumnya mereka sudah memiliki [[Bank Haga]] dan [[Bank Hagakita|Hagakita]]. Awalnya, kendali Djarum di konsorisum Farindo hanya sebesar 5%.<ref>[https://books.google.co.id/books?newbks=1&newbks_redir=0&redir_esc=y&hl=id&id=UYoMAQAAMAAJ&dq=bank+hagakita+djarum&focus=searchwithinvolume&q=hagakita Behind Indonesia's headlines: mengungkap cerita di balik berita : 50 kasus asli Indonesia]</ref>
 
Baris 64:
 
== Komposisi Pemegang Saham ==
Pemegang Saham PT Bank Central Asia Tbk (BCA) per 31 Oktober 2020, adalah:<ref>https://www.bca.co.id/id/tentang-bca/hubunganHubungan-investorInvestor/sahamInformasi-bca{{Pranala mati|date=Juni 2021 |bot=InternetArchiveBot |fixSaham/Kepemilikan-Saham-attempted=yes }}BCA Pemegang Saham Pengendali BCA</ref>
{| class="wikitable"
|-
Baris 87:
| 4 || Komisaris || [[Raden Pardede]]*
|-
| 5 || Komisaris || [[Sumantri [[Slamet Iman Santoso]]*
|-
| colspan = 4 | '''<big>Dewan Direksi'''</big>
Baris 93:
| 1 || Presiden Direktur || [[Jahja Setiaatmadja]]<ref>https://finansial.bisnis.com/read/20110512/90/30420/jahja-setiaatmadja-jadi-dirut-bca</ref>
|-
| 2 || Wakil Presiden Direktur || [[Armand Hartono|Armand Wahyudi Hartono]]
|-
| 3 || Wakil Presiden Direktur || [[Hendra Lembong|Gregory Hendra Lembong]]
|-
| 4 || Direktur || [[Subur Tan]]