|predecessor=[[Yusya|Yusya bin Nun]]
|successor=[[Luqman al-Hakim|Luqman]]}}}}
'''Alal-Khidr''' ({{IPAc-en|ˈ|x|ɪ|d|ə|r}}) ({{lang-ar|ٱلْخَضِر|al-Khaḍir}}) juga ditranskripsi menjadi '''Khadir, Khader, al-Khidr, Khizar, Kathir, Khazer, Khadr, Khedher, Khizir, Khizar,''' dan '''Khilr''' adalah sosok yang dijelaskan tetapi tidak disebutkan namanya dalam [[al-Qur'an]] sebagai hamba [[Allah]] yang saleh yang memiliki kebijaksanaan besar atau pengetahuan mistik. Dalam berbagai tradisi [[Islam]] dan non-Islam, Khidr digambarkan sebagai utusan, [[nabi]] atau [[wali]],<ref>Brannon Wheeler ''Prophets in the Quran: An Introduction to the Quran and Muslim Exegesis'' A&C Black 2002 {{ISBN|978-0-826-44956-6}} page 225</ref><ref>Bruce Privratsky ''Muslim Turkistan: Kazak Religion and Collective Memory'' Routledge, 19 Nov 2013 {{ISBN|9781136838170}} p. 121</ref> yang menjaga laut, mengajarkan ilmu rahasia<ref>John P. Brown ''The Darvishes: Or Oriental Spiritualism'' Routledge 2013 {{ISBN|978-1-135-02990-6}} page 100</ref> dan membantu mereka yang berada di dalam kesulitan.<ref>M. C. Lyons ''The Arabian Epic: Volume 1, Introduction: Heroic and Oral Story-telling'' Cambridge University Press 2005 {{ISBN|9780521017381}} p. 46</ref> Dia cenderung ditonjolkan sebagai wali Islam, [[Ibnu Arabi]].<ref>{{cite encyclopedia |last=Reynolds |first=Gabriel Said |title=Angels |encyclopedia=Encyclopaedia of Islam, Third Edition |url=http://dx.doi.org/10.1163/1573-3912_ei3_COM_23204 |doi=10.1163/1573-3912_ei3_COM_23204 |date=2009 |isbn=9789004181304}}</ref> Sosok Khidr telah [[Sinkretisme|disinkronkan]] dari waktu ke waktu dengan berbagai tokoh lainnya termasuk ''Dūraoša''<ref>{{Cite web|url=https://iranicaonline.org/|title=Welcome to Encyclopaedia Iranica|website=iranicaonline.org}}</ref> dan [[Sroush|Sroūsh]] di Iran,<ref>Gürdal Aksoy, ''Dersim: Alevilik, Ermenilik, Kürtlük'', Ankara, 2012, p. 65-80, Dipnot yayınevi (in Turkish), {{ISBN|9786054412501}}; Anna Krasnowolska, ''ḴEZR'', Encyclopedia Iranica, 2009</ref><ref name="ḴEŻR – Encyclopaedia Iranica">{{cite web|url=http://www.iranicaonline.org/articles/kezr-prophet |title=ḴEŻR – Encyclopaedia Iranica |website=Iranicaonline.org |access-date=2017-01-13}}</ref><ref>{{cite web |url=https://www.academia.edu/16493921 |title="Hızır versus Hızır: Kültür Tarihi, Din Sosyolojisi ve Astroloji Bağlamında Dersim Aleviliğinde Xızır", in Kızılbaşlık, Alevilik, Bektaşilik (Tarih-Kimlik-İnanç-Ritüel), Derleyenler: Yalçın Çakmak - İmran Gürtaş, İstanbul, 2015: İletişim | Gürdal Aksoy |website=Academia.edu |date=1970-01-01 |access-date=2017-01-13 }}{{Pranala mati|date=April 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> [[Sargis Zoravar]]<ref>Aksoy 2012, p. 65-80; Elizabeth Key Fowden, ''The Barbarian Plain: Saint Sergius between Rome and Iran'', Berkeley, 1999, University of California Press; F.W. Hasluck, 'Ambiguous Sanctuaries and Bektashi Propaganda', ''The Annual of the British School at Athens'', Vol. 20 (1913/1914), p. 101-2</ref><ref>{{cite web|url=http://rbedrosian.com/Folklore/Hasluck_1913_1914_Sanctuaries.pdf |title=Ambiguous Sanctuaries and Bektashi Propaganda |access-date=2014-09-14 |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20140628120236/http://rbedrosian.com/Folklore/Hasluck_1913_1914_Sanctuaries.pdf |archive-date=2014-06-28 }}</ref> dan [[Georgius|Saint George]] di [[Asia Kecil]] dan [[Levant]] ([[Suriah]]),<ref>{{cite web |last1=Adil |first1=Nazim |title=Saint George (Khidr) Slays the Dragon and Becomes a Saint |url=https://sufilive.com/Saint-George-Khidr-as-Slays-the-Dragon-and-Becomes-a-Saint--1797.html |website=SufiLive |publisher=[[Naqshbandi Haqqani Sufi Order]] |access-date=1 December 2021}}</ref> [[Sammael]] (penuntut ilahi) dalam [[Yudaisme]], [[Elia]] di antara [[Druze]], [[Yohanes Pembaptis]] di [[Armenia]], dan [[Jhuhelal imam Sufi|Jhulelal]]<ref name="Kumar2014">{{cite book|work=Contemporary Hinduism|last=Kumar|first=P. Pratap|date=2014-09-11|chapter-url=https://books.google.com/books?id=7Wd_BAAAQBAJ&pg=PA121|access-date=2020-07-04 |publisher=[[Routledge]]|page=121|chapter=Contemporary Hinduism in North India|title=Sindhi Hindus|isbn=9781317546368}}</ref> di Sindh dan Punjab di Asia Selatan.<ref>{{cite web |last1=Jatt |first1=Zahida Rehman |title=Jhulay Lal's cradle of tolerance |url=https://www.dawn.com/news/1185942 |website=Dawn News |date=3 June 2015 |access-date=17 July 2019}}</ref><ref>Theo Maarten van Lint, "The Gift of Poetry: Khidr and John the Baptist as Patron Saints of Muslim and Armenian šīqs – Ašułs", Van Ginkel J.J., [[Heleen Murre-van den Berg|Murre-van den Berg H.L.]], Van Lint T.M. (eds.), ''Redefining Christian Identity. Cultural Interaction in the Middle East since the Rise of Islam'', Leuven-Paris-Dudley, Peeters, 2005 (Orientalia Lovaniensia Analecta 134), p. 335-378 {{ISBN|90-42914181}}</ref><ref>H.S. Haddad, "Georgic" Cults and Saints of the Levant, ''Numen'', Vol. 16, Fasc. 1, Apr. 1969, p. 21-39, see {{JSTOR|3269569}}; J. Mackley, "St. George: patron saint of England?", paper presented to: Staff Researches Seminar, University of Northapmton, 5 May 2011</ref><ref>{{Cite web |last=Raz |first=Dan Savery |title=Israel's forgotten tribe |url=https://www.bbc.com/travel/article/20130820-israels-forgotten-tribe |access-date=2022-05-30 |website=www.bbc.com |language=en}}</ref><ref>{{cite web|url=http://nectar.northampton.ac.uk/4030/8/Mackley20114030.pdf |author=Mackley, J. |title=St George: patron saint of England? |date=5 May 2011 |website=Nectar.northampton.ac.uk |access-date=2017-01-13}}</ref><ref>{{cite thesis |title=Image and Community: Representations of Military Saints in the Medieval Eastern Mediterranean |degree=PhD |last=Badamo |first=Heather A. |publisher=University of Michigan |date=2011 |hdl=2027.42/89747}}</ref>
Meskipun tidak disebutkan namanya di dalam Al-Qur'an, ia disebut oleh para cendekiawan Muslim sebagai sosok yang dijelaskan dalam [[al-Qur'an]] [[Surah Al-Kahf|18:65–82]] sebagai hamba Tuhan yang telah diberi "ilmu" dan yang didampingi dan ditanyai oleh nabi [[Yudaisme|Yahudi]], [[Musa]] tentang banyak tindakan yang tampaknya tidak adil atau tidak pantas yang dia (Khidr) lakukan (menenggelamkanyakni merusak kapal, membunuh seorang pemudaanak, membalas ketidakramahan dengan memperbaiki tembok). Di akhir cerita Khidr menjelaskan keadaan yang tidak diketahui Musa, membuat setiap tindakan yang dilakukannya menjadi adil dan pantas.
== Etimologi ==
== Narasi al-Qur'an ==
Dalam kitab suci Muslim, [[al-Qur'an]], [[surah Al-Kahf|surah al-Kahf]] ayat 65–82, [[Musa]] bertemu dengan Hamba Allah, yang disebut dalam al-Qur'an sebagai ''"salah satu hamba Kami yang telah Kami beri rahmat dari Kami dan yang telah Kami ajarkan ilmu dari diri Kami sendiri"''.<ref>{{QuranAl Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-usc|ayat/surah/18|65}}?from=64&to=66 Al Kahfi (18): 64-66]</ref> Cendekiawan Muslim mengidentifikasinya sebagai Khiḍr, meskipun ia tidak disebutkan secara eksplisit dalam al-Qur'an dan tidak ada rujukan bahwa ia abadi atau secara khusus dikaitkan dengan pengetahuan esoterik atau kesuburan.{{sfn|Wheeler|2002|p=23}} Asosiasi-asosiasi ini muncul belakangan dalam keilmuan al-Khidr.{{sfn|Wheeler|2002|pp=23–24}}
Al-Qur'an menyatakan bahwa mereka bertemu di persimpangan dua lautan, di mana seekor ikan yang ingin dimakan oleh Musa dan hambanya telah lolos.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/18?from=60&to=65 Al Kahfi (18): 60-65]</ref> Musa meminta izin untuk menemani Hamba Allah agar Musa dapat belajar ''"pengetahuan yang benar tentang apa yang diajarkan (kepadanya)"''.<ref>{{QuranAl Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-usc|ayat/surah/18|?from=66&to=66 Al Kahfi (18): 66}}]</ref> Sang Hamba memberi tahu dia bahwa ''"sesungguhnya kamu (Musa) tidak dapat memiliki kesabaran terhadap saya. Dan bagaimana kamu dapat memiliki kesabaran tentang hal-hal yang pemahamanmu tidak lengkap?"''<ref>{{CiteAl Qur'an, [https://quran|.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/18|?from=67&to=68 Al Kahfi (18): 67-68}}]</ref> Musa berjanji untuk bersabar dan menaatinya tanpa ragu, dan mereka berangkat bersama. SetelahKetika mereka menaiki kapalsebuah [[perahu]], Hamba TuhanAllah merusak kapalperahu tersebut. Melupakan sumpahnya, Musa berkata, ''"Apakah kamu membuat lubang di dalamnya untuk menenggelamkan penghuninyapenumpangnya? Sungguh kamu telah melakukan hal yang menyedihkan."'' Sang Hamba mengingatkan Musa akan peringatannya, ''"Bukankah sudah kukatakan bahwa engkau tidak akan bisa bersabar terhadapku?"'' dan Musa memohon untuk tidak ditegur.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/18?from=69&to=73 Al Kahfi (18): 69-73]</ref>
Selanjutnya, Hamba TuhanAllah membunuh seorang pemudaanak. Sekali lagi Musa berteriak dengan heran dan cemas, dan sekali lagi Hamba Allah mengingatkan Musa akan peringatannya, dan Musa berjanji bahwa dia tidak akan melanggar sumpahnya lagi, dan jika dia melakukannya dia akan minta diri dari kehadiranhadapan Hamba Allah.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/18?from=74&to=76 Al Kahfi (18): 74-76]</ref> Mereka kemudian melanjutkan ke kotasuatu negeri di mana mereka ditolak keramahtamahannya. Kali ini, alih-alih merugikan siapa pun atau apa pun, Hamba TuhanAllah memperbaiki tembokdinding (rumah) tua yang hampir roboh di desa. Sekali lagi Musa heran dan melanggar sumpahnya untuk ketiga kalinya dan yang terakhir kalinya, menanyakan mengapa Hamba Allah tidak menuntut ''"sebagianmeminta imbalan untuk (pekerjaan) itu"''.<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/18?from=77&to=77 Al Kahfi (18): 77]</ref>
Hamba TuhanAllah menjawab, ''"Ini akan menjadi pemisahan(sebab) perpisahan antara aku dan kamu; sekarang aku akan memberitahumu tentang pentingnya apa-apa yang kamu tidak bisa memiliki kesabaran."''<ref>Al Qur'an, [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/18?from=78&to=78 Al Kahfi (18): 78]</ref> Banyak tindakan yang tampaknya jahat, jahat atau muram, sebenarnya penyayangbermakna sebaliknya. ''"Perahu itu adalah milik seorang miskin, yang dirusak untuk mencegah pemiliknyaagar tidak jatuh ke tangan seorang raja yang merebutdzalim yang senang merampas setiap perahu denganyang bagus paksakeadaannya. Adapun anak laki-laki itu, orang tuanya adalah orang-orang yang beriman dan kami khawatir dia akan membuat kemaksiatan dan sikap tidak berterima kasih menimpa mereka. Tuhan akan mengganti anak itu dengan anak yang lebih baik dalam kesucian, kasih sayang dan ketaatan. Adapun tembokdinding rumah yang dipugar, di bawah tembok itu ada harta milik dua anak yatim piatu yang tak berdaya yang ayahnya adalah orang saleh. Sebagai utusan Tuhan, saya memperbaiki tembokdinding tersebut, menunjukkanagar kebaikandapat Tuhanbertahan dengan menghadiahi kesalehan ayahhingga anak-anak yatim, dan agar ketika tembok tersebut menjadi lemah kembalidewasa dan runtuh,dapat anakmengambil yatimharta tersebutmilik akanmereka menjadiyang lebihtersimpan tuaitu"''.<ref>Al danQur'an, kuat[https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/18?from=79&to=82 danAl akanKahfi mengambil(18): harta milik mereka".79-82]</ref><ref>{{cite book|title=The New Encyclopedia of Islam |author=Cyril Glasse |publisher=Altamira |year=2001 |page=257}}</ref>
== Narasi Hadis ==
== Pandangan Islam ==
=== Sunni ===
Sarjana Persia, sejarawan dan penafsir Alal-Qur'an [[Muhammad ibnbin Jarir ath-Thabari ]], menulis tentang Khidr di dalam babnyabukunya ''Tarikh[[Sejarah ath-ThabariPara Nabi dan Raja]]'', pada sebuah bab yang berjudul ''"Kisah al-Khidir dan Sejarahnya; dan: Sejarah Musa, Yusya, dan Hamba-Nya Yosua.Tuhan"''. Ath-Thabari menjelaskan beberapa versi cerita tradisional seputar Khiḍr. Di awal bab, ath-Thabari menjelaskan bahwa dalam beberapa variasi, Khiḍr adalah sezaman dengan raja mitos Persia [[Afridun]], yang sezaman dengan [[Ibrahim]], dan hidup sebelum zaman [[Musa]].<ref>{{cite book|last=AlAth-TabariThabari|title=The History of al-Tabari|year=1991|url={{Google Books|I22m81qrlZ8C|plainurl=yes}}|isbn=978-0-7914-0687-8|publisher=State University of New York|location=Albany|pages=1–2|ref={{sfnref|athAth-Thabari|1991}}}}</ref> Al-Khiḍr juga dikatakan telah ditunjuk untuk menjadi pelopor raja [[Zulkarnain]], yang dalam versi ini diidentifikasi sebagai raja Afridun.{{sfn|athAth-Thabari|1991|page=2}} Dalam versi khusus ini, Khiḍr melintasi Sungai Kehidupan dan, tidak menyadari sifat-sifatnya, meminumnya dan menjadi abadi.{{sfn|athAth-Thabari|1991|page=3
2–3}} Ath-Thabari juga menceritakan bahwa al-Khidr dikatakan sebagai putra seorang lelaki yang beriman kepada Ibrahim, dan yang beremigrasi bersama Ibrahim ketika dia meninggalkan [[Babilonia]].{{sfn|athAth-Thabari|1991|page=3}}
Khiḍr juga biasanya diasosiasikan dengan [[Elia]], bahkan disamakan dengannya, dan ath-Thabari membuat perbedaan dalam kisah berikutnya di mana al-Khiḍr adalah orang Persia dan Elia adalah orang [[Bani Israil|Israel]]. Menurut versi cerita al-Khiḍr ini, Khidr dan Elia bertemu setiap tahun selama musim festival tahunan.{{sfn|athAth-Thabari|1991|page=3}}
Ath-Thabari tampaknya lebih cenderung percaya bahwa Khiḍr hidup pada masa Afridun sebelum Musa, daripada bepergian sebagai pendamping Ibrahim dan meminum air kehidupan.{{sfn|athAth-Thabari|1991|page=4–5}} Dia tidak menyatakan dengan jelas mengapa dia memiliki preferensi ini, tetapi tampaknya lebih memilih rantai sumber (''isnad'') dari cerita sebelumnya daripada yang terakhir.
Berbagai versi dalam Sejarah ath-Thabari kurang lebih sejajar satu sama lain dan catatan dalam al-Qur'an. Namun, dalam cerita yang diceritakan ath-Thabari, Musa mengaku sebagai orang yang paling berpengetahuan di bumi, dan Tuhan mengoreksinya dengan menyuruhnya mencari Khidr. Musa disuruh membawa ikan asin, dan begitu dia menemukan ikan itu hilang, dia akan menemukan Khiḍr. Musa berangkat dengan seorang teman seperjalanan, dan begitu mereka mencapai batu karang tertentu, ikan-ikan itu menjadi hidup, melompat ke dalam air, dan berenang menjauh. Pada titik inilah Musa dan temannya bertemu dengan Khidr.
Ath-Thabari juga menambah pengetahuan seputar asal-usul nama al-Khiḍr. Dia merujuk pada perkataan Muhammad bahwa al-Khiḍr ("Yang Hijau" atau "Sang Hijau") dinamai karena dia duduk di atas bulu putih dan bulu itu berkilau hijau bersamanya.{{sfn|athAth-Thabari|1991|page=17}}
=== Syi'ah ===
=== Sufi ===
{{Tambah referensi bagian}}
Dalam tradisi [[Sufi|Sufisme Tasawuf]], Khiḍr menempati posisi terhormat sebagai sosok yang mendapat penerangan langsung dari Tuhan tanpa perantaraan manusia. Dia dianggap masih hidup dan banyak tokoh, syekh, dan pemimpin terkemuka dalam komunitas sufi yang dihormati mengklaim pernah bertemu secara pribadi dengannya. Contoh orang-orang yang mengklaim ini adalah [[Abdul Qadir al-Jailani|Abdul Qadir Gilani]], [[an-Nawawi]], [[Ibnu Arabi]], [[Sidi Abdul Aziz ad-Dabbagh]] dan [[Ahmad bin Idris al-Fasi]]. ''Lata'if al-Minan'' (1:84-98) karya [[Ibnu Atha'illah as-Sakandari|Ibnu Ata Allah]] menyatakan bahwa ada konsensus di antara para sufi bahwa Khidr itu hidup.
Ada juga beberapa tarekat sufi yang mengaku berasal dari al-Khiḍr atau bahwa Khiḍr adalah bagian dari mata rantai spiritual mereka, antara lain Tarekat [[Naqsybandi Haqqani]], [[Muhammadiyah]], [[Idrisiyyah]] dan [[Senussi]]. Dia adalah inisiator tersembunyi bagi para Sufi [[Uwaisi]], yang memasuki jalan mistik tanpa diprakarsai oleh guru yang hidup, melainkan mengikuti cahaya penuntun dari para guru sebelumnya. Dalam sistem kepercayaan mereka, sistem ini diprakarsai oleh Khidr. Khiḍr dengan demikian melambangkan akses ke misteri ilahi ([[ghaib]]) itu sendiri, dan dalam tulisan-tulisan Abd al-Karim al-Jili, Khiḍr mengatur 'Orang-orang Gaib' (''rijalu'l-ghaib''). Khiḍr juga termasuk di antara apa yang dalam tasawuf klasik disebut dengan ''abdāl'' ('mereka yang bergiliran'). Dalam hirarki sufi, ''abdāl'' adalah tingkatan misterius dimana al-Khiḍr adalah kepala spiritualnya.
Teolog sufi asal [[Sri Lanka]], [[Bawa Muhaiyaddeen]] juga memberikan catatan unik tentang Khiḍr. Khiḍr sedang dalam pencarian panjang akan Tuhan, sampai Tuhan mengirimkan Malaikat Jibril untuk membimbingnya. Jibril menampakkan diri kepada Khiḍr sebagai orang bijak yang bijaksana, dan Khidr menerimanya sebagai gurunya. Jibril banyak mengajarkan Khidr dengan cara yang sama seperti yang kemudian diajarkan Khidr kepada Musa dalam al-Qur'an, dengan melakukan tindakan yang tampaknya tidak adil. Khidr berulang kali melanggar sumpahnya untuk tidak menentang tindakan Jibril, dan masih tidak menyadari bahwa guru manusia sebenarnya adalah Jibril. Jibril kemudian menjelaskan tindakannya, dan mengungkapkan wujud aslinya sebagai malaikat kepada Khidr. Khiḍr mengakuinya sebagai Malaikat Jibril, dan kemudian Jibril menganugerahkan gelar spiritual kepada Khidr, dengan memanggilnya ''Hayat an-Nabi'', Nabi Kehidupan Abadi.
Sarjana tasawuf Prancis, [[Henry Corbin]], menafsirkan Khidr sebagai nabi misterius, pengembara abadi. Fungsi Khiḍr sebagai ''orang-pola dasar'' adalah untuk mengungkapkan setiap murid kepada dirinya sendiri, untuk memimpin setiap murid kepada teofaninya sendiri, karena teofani itu sesuai dengan ''surga batinnya sendiri'', dengan bentuk keberadaannya sendiri, pada individualitasnya yang abadi. Dengan demikian, Khiḍr adalah pembimbing spiritual Musa, yang menginisiasi Musa ke dalam ilmu-ilmu ketuhanan, dan mengungkapkan kepadanya rahasia kebenaran mistik. Sufi Maroko Abdul Aziz ad-Dabbagh menggambarkan Khiḍr sebagai bertindak dalam bimbingan wahyu ilahi ([[wahyu|wahy]]) sebagaimana para wali lainnya, tanpa memerlukan kenabian. Dibandingkan dengan wali lainnya, Tuhan memberi Khiḍr kekuatan dan pengetahuan dari wali peringkat tertinggi (''al-ghawth''), seperti kekuatan pembuangan bebas yang menjangkau jauh melampaui [[Arsy]] dan mengingat semua kitab suci yang dikirim Tuhan.<ref>{{Cite book|last=Sijilmāsī|first=Aḥmad ibn al-Mubārak|url=https://www.worldcat.org/oclc/310402464|title=Pure gold from the words of Sayyidī ʻAbd al-ʻAzīz al-Dabbāgh = al-Dhabab al-Ibrīz min kalām Sayyidī ʻAbd al-ʻAzīz al-Dabbāgh|date=2007|others=John O'Kane, Bernd Radtke|isbn=978-90-474-3248-7|location=Leiden, the Netherlands|oclc=310402464}}</ref>
▲=== AhmadiyyahAhmadiyah ===
Para ahli tafsir al-Qur'an [[Ahmadiyah]] cenderung mengidentifikasi "Hamba Tuhan" yang ditemui [[Musa]] sebagai representasi simbolis dari [[Muhammad]] sendiri. Para Ahmadi percaya bahwa ayat al-Qur'an tentang pertemuan Musa dengan "Hamba Allah" terkait erat, secara kontekstual, dengan pokok bahasan surat [[Surah Al-Kahf|al-Kahfi]] di mana kisahnya dikutip. Menurut komentar para Ahmadiyah, perjalanan Musa dan pertemuannya dengan "hamba Tuhan" adalah pengalaman visioner yang mirip dengan Mi'raj (kenaikan) Muhammad yang ingin dilihat oleh Musa dan ditunjukkan dalam penglihatan ini.<ref>{{cite web|url=http://www.alislam.org/quran/tafseer/?page=1522®ion=E1 |title=The Holy Quran |publisher=Alislam.org |access-date=2013-03-10}}</ref> Sifat dialog antara Musa dan "Hamba Allah" dan hubungan antara mereka dilihat sebagai indikasi dari karakteristik pribadi Musa dan Muhammad serta para pengikutnya masing-masing; Tindakan Khiḍr yang tampaknya tidak pantas dan hikmah di baliknya dipahami dengan mengacu pada ciri-ciri menonjol dari kehidupan dan ajaran Muhammad; dan seluruh narasi al-Qur'an dipahami sebagai ungkapan superioritas spiritual Muhammad atas Musa dan digantikannya dispensasi Yahudi oleh dispensasi Islam.<ref>{{cite web|url=http://www.alislam.org/quran/tafseer/?page=1474®ion=E1 |title=The Holy Quran |publisher=Alislam.org |access-date=2013-03-10}}</ref>
== Referensi ==
|