Gunung Lawu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
|||
(43 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{untuk|layanan kereta api milik [[PT Kereta Api Indonesia]]|kereta api Argo Lawu}}
{{bukan|Gunung Awu}}{{More citations needed|date=Juni 2021}}{{Infobox mountain | name = Gunung Lawu
| native_name = [[bahasa Jawa|Jawa]]: {{jav|
| photo = Lawu.jpg
| photo_caption =
| elevation_m = 3265
| elevation_ref = <ref name="gvp">{{cite web|title=Lawu|work=Global Volcanism Program|publisher=[[Smithsonian Institution]]|accessdate=2006-12-26|url=http://www.volcano.si.edu/world/volcano.cfm?vnum=0603-26=|archive-date=2008-06-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20080623205529/http://www.volcano.si.edu/world/volcano.cfm?vnum=0603-26=|dead-url=yes}}</ref>
| prominence_m = 3118
| prominence_ref = <ref name="peaklist">{{cite web|url=http://peaklist.org/WWlists/ultras/indonesia.html|title=Indonesian high-prominence peaks|publisher=peaklist.org|accessdate=2006-12-30|archive-date=2012-08-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20120809014400/http://www.peaklist.org/WWlists/ultras/indonesia.html|dead-url=no}}</ref><br /><small>Posisi ke-76 gunung tertinggi di dunia</small>
| listing =
| location = [[Kabupaten Karanganyar]], [[Jawa Tengah]], [[Kendal, Ngawi|Kendal]], [[Jogorogo]], [[Ngrambe, Ngawi|Ngrambe]], [[Sine, Ngawi|Sine]], [[Kabupaten Ngawi|Ngawi]], [[Kabupaten Magetan]], [[Jawa Timur]], Indonesia
Baris 27 ⟶ 28:
}}
'''Gunung Lawu''' ([[Hanacaraka]]: {{jav|
Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air ([[fumarol]]) dan belerang ([[solfatara]]). Gunung Lawu mempunyai kawasan [[hutan Dipterokarp Bukit]], [[hutan Dipterokarp Atas]], [[hutan Montane]], dan [[hutan Ericaceous]].
Gunung Lawu memiliki tiga puncak, yakni Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan puncak tertinggi bernama Hargo Dumilah.<ref name=":1"
Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah [[Tawangmangu, Karanganyar|Tawangmangu]], [[Ngancar, Plaosan, Magetan|Cemorosewu]], dan [[Sarangan, Plaosan, Magetan|Sarangan]]. Sedikit ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa akhir [[Majapahit]], yaitu [[Candi Sukuh]] dan [[Candi Cetho]]. Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat [[Praja Mangkunagaran]]: [[Astana Girilayu]] dan [[Astana Mangadeg]]. Di dekat komplek ini terletak [[Astana Giribangun]], [[mausoleum]] untuk keluarga presiden ke-2 Indonesia, [[Suharto|Soeharto]].
Baris 52 ⟶ 53:
Karya sastra yang lebih tua adalah ''[[Babad Tanah Jawi]]''. Dalam kitab tersebut, Gunung Lawu disebut sebagai tempat ''[[moksa]]'' terakhir [[Prabu Brawijaya]] yang memiliki nama lain yaitu [[Sunan Lawu|Sunan Gunung Lawu]].{{Sfn|Purwanto|Titasari|2018|p=41}} Mitos yang berkembang di masyarakat menyatakan bahwa ia melakukan moksa di pertapaan Pringgodani.{{Sfn|Agusta|2021|p=61}} Pernyataan ini merupakan indikasi bahwa sampai saat penulisan ''Babad Tanah Jawi'', yaitu pada masa [[Mataram-Islam|Mataram Islam]], Gunung Lawu masih dipandang sebagai tempat suci. Setidaknya, ia merupakan gunung yang dianggap berharga oleh umat Hindu.{{Sfn|Purwanto|Titasari|2018|p=41}}
Naskah tertua adalah ''[[Bujangga Manik|Bhujangga Manik]]''. Gunung Lawu juga disebut ketika Bhujangga Manik melakukan perjalanan dari [[Kerajaan Sunda|Sunda]] ke [[Majapahit]] dan Bali.{{Sfn|Purwanto|Titasari|2018|p=41}} Berikut adalah petikan kutipan dari naskah tersebut beserta terjemahan dalam bahasa Indonesia.{{Sfn|Purwanto|Titasari|2018|p=41}}{{Sfn|Noorduyn|Teeuw|p=304|2009}}
<blockquote><poem>''1080. Sacu (n) duk
''
''
''
''
''1085. inya na lurah Urawan.''</poem></blockquote>
Terjemahan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.{{Sfn|Noorduyn|Teeuw|p=304|2009}}
<blockquote><poem>1080.
kulalui sebelah selatannya,
1085.
== Geologi ==
Aktivitas vulkanik di Kompleks Lawu berawal dari terbentuknya Gunung Lawu Tua. Tubuh Gunung Lawu Tua kemudian terbelah oleh suatu retakan/rift berukuran besar dari Cemorosewu, Tawangmangu, hingga timur Karanganyar. Proses tersebut menghasilkan struktur [[graben]] Cemorosewu. Bagian utara dari Lawu Tua yang telah terbelah kemudian tertutup oleh struktur Gunung Lawu Muda. Di sebelah selatan graben Cemorosewu terdapat struktur [[horst]] sempit dari Lawu Tua (kini bernama Gunung Sidoramping, 2.131 m) dan kemudian terdapat struktur graben lain yang sebagiannya telah terisi oleh struktur kerucut Gunung Jobolarangan (2.298 m). Lebih jauh ke arah selatan terdapat lereng Gunung Lawu Tua yang membentuk dataran Jatisrono dan berbatasan dengan [[Pegunungan Selatan Jawa]].
Perpanjangan/ekstensi ke arah timur dari graben Cemorosewu dan Jobolarangan telah tertutupi oleh hasil aktivitas vulkanik yang berusia lebih muda. Namun, keberadaan ekstensi tersebut ditandai dengan adanya berbagai titik erupsi parasitik berupa danau kawah ([[Telaga Sarangan]] dan Telaga Wahyu) dan kerucut vulkanik kecil (tenggara Magetan dan barat laut Parang).
== Legenda ==
Baris 86 ⟶ 92:
Selain tiga jalur tersebut, ada beberapa jalur pendakian lain yakni Jalur Pendakian Jagaraga, Ngrambe, Jamus, Tambak, Sukuh, Pringgodani, Cemara Bulus, Mojosemi, Sidalangu, dan Maospati. Jalur pendakian tidak resmi ini sering digunakan masyarakat setempat untuk mencari kayu, mencari tanaman obat, ritual, dan kepentingan tertentu lainnya. Jalur pendakian Pringgodani tercatat dalam ''[[Serat Centhini]]'' sebagai jalur pendakian spiritual. Salah satu tokoh yang melalui jalur tersebut adalah [[Seh Amongraga]]. ''Serat Centhini'' [[Pupuh]] 417-421 menceritakan perjalanan Seh Amongraga memulai pendakian melalui Desa Gandasuli lalu menuju puncak Lawu.{{Sfn|Agusta|2021|p=59–60}}
Melansir dari [https://napaktilas.net/ napaktilas.net], ada 5 jalur pendakian Gunung Lawu yang secara resmi dikelola oleh pemerintah daerah setempat. Berikut 5 jalur pendakian resmi di Gunung Lawu:
Jalur pendakian melalui Cemorosewu lebih curam jika dibandingkan dengan jalur lainnya. Meskipun demikian, waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke puncak lebih singkat. Jalur pendakian ini juga cukup tertata dengan baik. Jalannya terbuat dari batu-batuan yang sudah ditata. Pada jalur ini, pendaki akan melalui lima pos dan dua sumber mata air. Pertama, pendaki akan melalui sumber air bernama [[Sendang Panguripan]] yang terletak di antara Cemorosewu dan pos 1. Pendaki kemudian melanjutkan pendakian hingga melewati pos 2 dan pos 3. Jalur pendakian setelah pos 3 hingga pos 4 sudah berupa tangga yang terbuat dari batu alam. Ketika sampai di pos 4, pendaki akan disuguhi pemandangan [[Telaga Sarangan]] dari kejauhan. Jalur pendakian dari pos 4 menuju pos 5 sudah tidak lagi securam jalur menuju pos-pos sebelumnya. Setelah pos 5, pendaki dapat menemukan sumber air [[Sendang Drajat]]. Jalur pendakian melalui Cemorosewu tidak direkomendasikan bagi pemula yang ingin mendaki di malam hari.▼
# Jalur pendakian gunung Lawu via Cemoro Sewu
# Jalur pendakian gunung Lawu via Cemoro Kandang
# Jalur pendakian gunung Lawu via Candi Cetho
# Jalur pendakian gunung Lawu via Singolangu
# Jalur pendakian gunung Lawu via Tambak
Kelima jalur pendakian di atas dikelola secara resmi dan memiliki tiket pendakian resmi. Sehingga, jika ada kecelakaan di Gunung, tim SAR (Search and Rescue) dari basecamp setiap jalur pendakian akan segera melakukan pertolongan kepada pendaki.
Meskipun ketiga jalur pendakian tersebut sudah dikenal secara umum oleh kalangan awam para pendaki yang ingin mendaki Gunung Lawu, sebenarnya terdapat satu jalur pendakian lain yang memiliki keunikannya tersendiri. Jalur pendakian tersebut adalah [[wikivoyage:Jalur Klasik Pendakian Gunung Lawu via Singolangu|Jalur Pendakian Klasik Gunung Lawu via Singolangu]]. Jalur pendakian ini berada di Singolangu, [[Sarangan, Plaosan, Magetan|Kelurahan Sarangan]]; atau sekitar 3 km dari Telaga Sarangan. Sesuai dengan namanya, jalur pendakian ini diyakini sebagai jalur pendakian tertua di antara semua jalur pendakian Gunung Lawu. Selain itu, jalur ini juga diyakini sebagai napak tilas [[Prabu Brawijaya|Prabu Brawijaya V]] saat pergi ke Gunung Lawu untuk menghindari kejaran pasukan [[Raden Patah]]. Di sepanjang jalur pendakian ini nantinya para pendaki akan menemukan beberapa situs yang diyakini sebagai petilasan Prabu Brawijaya V. Adanya situs-situs petilasan tersebut semakin membuktikan bahwa jalur ini merupakan jalur pendakian tertua dan sudah ada sejak lama.▼
Untuk pendaki pemula, jalur pendakian Cemoro Sewu adalah jalur yang paling direkomendasikan. Karena jalur Cemoro Sewu memiliki trek yang jelas, dan mudah. Jalur pendakian ini tertata dengan baik. Jalannya terbuat dari batu-batuan yang sudah ditata.
Pendakian melalui Jalur Klasik via Singolangu akan melalui 5 pos, yakni Pos 1 Kerun-Kerun, Pos 2 Banyu Urip, Pos 3 Cemaran, Pos 4 Taman Edelweis, dan Pos 5 Cokro Paningalan. Setelah melalui kelima pos tersebut, para pendaki akan sampai di Sendang Drajat, sebelum mencapai puncak Hargo Dalem dan Hargo Dumilah. Medan yang akan dihadapi oleh para pendaki sangat komplet, mulai dari medan yang landai hingga curam. Selain itu di jalur pendakian ini kondisi alam sangatlah asri, dengan berbagai jenis vegetasi tumbuhan dan satwa yang dapat ditemui sepanjang perjalanan. Oleh karena itu, jalur pendakian Gunung Lawu via Singolangu memiliki daya tarik tersendiri untuk dicoba oleh para pendaki yang ingin mendaki Gunung Lawu.▼
Jalur pendakian melalui Cemoro Sewu memiliki waktu tempuh yang lebih singkat daripada jalur pendakian Gunung Lawu yang lain. Untuk pendaki pemula, waktu tempuh dari basecamp sampai puncak biasanya sekitar 7 jam perjalanan.
▲
▲Jalur pendakian selanjutnya adalah jalur pendakian Gunung Lawu via Cemoro Kandang. Pendakian melalui Cemoro Kandang akan melewati 5 selter dengan jalur yang relatif telah tertata dengan baik. Meskipun ketiga jalur pendakian tersebut sudah dikenal secara umum oleh kalangan awam para pendaki yang ingin mendaki Gunung Lawu, sebenarnya terdapat satu jalur pendakian lain yang memiliki keunikannya tersendiri. Jalur pendakian tersebut adalah [[wikivoyage:Jalur Klasik Pendakian Gunung Lawu via Singolangu|Jalur Pendakian Klasik Gunung Lawu via Singolangu]]. Jalur pendakian ini berada di Singolangu, [[Sarangan, Plaosan, Magetan|Kelurahan Sarangan]]; atau sekitar 3 km dari Telaga Sarangan. Sesuai dengan namanya, jalur pendakian ini diyakini sebagai jalur pendakian tertua di antara semua jalur pendakian Gunung Lawu. Selain itu, jalur ini juga diyakini sebagai napak tilas [[Prabu Brawijaya|Prabu Brawijaya V]] saat pergi ke Gunung Lawu untuk menghindari kejaran pasukan [[Raden Patah]]. Di sepanjang jalur pendakian ini nantinya para pendaki akan menemukan beberapa situs yang diyakini sebagai petilasan Prabu Brawijaya V. Adanya situs-situs petilasan tersebut semakin membuktikan bahwa jalur ini merupakan jalur pendakian tertua dan sudah ada sejak lama.
▲Selanjutnya ada jalur pendakian Gunung Lawu via Singolangu. Pendakian melalui Jalur Klasik via Singolangu akan melalui 5 pos, yakni Pos 1 Kerun-Kerun, Pos 2 Banyu Urip, Pos 3 Cemaran, Pos 4 Taman Edelweis, dan Pos 5 Cokro Paningalan. Setelah melalui kelima pos tersebut, para pendaki akan sampai di Sendang Drajat, sebelum mencapai puncak Hargo Dalem dan Hargo Dumilah. Medan yang akan dihadapi oleh para pendaki sangat komplet, mulai dari medan yang landai hingga curam. Selain itu di jalur pendakian ini kondisi alam sangatlah asri, dengan berbagai jenis vegetasi tumbuhan dan satwa yang dapat ditemui sepanjang perjalanan. Oleh karena itu, jalur pendakian Gunung Lawu via Singolangu memiliki daya tarik tersendiri untuk dicoba oleh para pendaki yang ingin mendaki Gunung Lawu.
== Objek wisata ==
Baris 133 ⟶ 151:
Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk setempat yakni: Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka, Repat Kepanasan/Cakrasurya, dan Pringgodani.
Kehadiran Pasar Setan di Gunung Lawu menjadi pembicaraan hangat di kalangan para pendaki, banyak para pendaki yang pernah mendengar suara bising, seperti berada di pasar, bahkan tidak jarang terdengar orang-orang yang menawarkan dagangan, saat melakukan pendakian di gunung Lawu. Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, apabila anda mendengar suara bising di atas gunung Lawu, sebaiknya buanglah salah satu barang yang anda punya, sebagaimana orang yang sedang melakukan
=== Hasil peneliti NASA di Gunung Lawu ===
Gunung Lawu, yang terletak di perbatasan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, dan Magetan, Jawa Timur, telah menarik perhatian banyak peneliti dari luar negeri, termasuk dari [[NASA]]. Hal ini disebabkan oleh penampakan cahaya beraturan yang membentuk segi delapan atau [[Segi delapan|oktagon]] di lereng Gunung Lawu, khususnya di kawasan [[Candi Sukuh]].<ref>{{Cite web|last=Okezone|date=2014-03-20|title=Cahaya Aneh dari Gunung Lawu Bikin Peneliti NASA Bingung : Okezone News|url=https://news.okezone.com/read/2014/03/19/513/957628/cahaya-aneh-dari-gunung-lawu-bikin-peneliti-nasa-bingung|website=Okezone|language=id-ID|access-date=2023-09-23}}</ref>
Cahaya ini terpantau oleh satelit NASA dan telah menjadi subjek penelitian. Meskipun cahaya tersebut terdeteksi, lokasi pasti asal cahaya dan posisi Gunung Lawu sendiri sulit terdeteksi oleh satelit, membuat para peneliti semakin penasaran.
Beberapa peneliti bahkan datang langsung ke Gunung Lawu untuk menginvestigasi fenomena ini, namun hasilnya tetap sama, yaitu kesulitan dalam mendeteksi posisi Gunung Lawu melalui peralatan canggih mereka.<ref>{{Cite web|last=Okezone|date=2014-03-20|title=Cahaya Aneh dari Gunung Lawu Bikin Peneliti NASA Bingung : Okezone News|url=https://news.okezone.com/read/2014/03/19/513/957628/cahaya-aneh-dari-gunung-lawu-bikin-peneliti-nasa-bingung|website=okezone.com|language=id-ID|access-date=2023-09-23}}</ref>
''Pak Polet'', pengamat yang juga petugas senior [[SAR|SAR Gunung Lawu]], menjelaskan, cahaya yang terpantau satelit [https://news.okezone.com/read/2014/03/19/513/957628/cahaya-aneh-dari-gunung-lawu-bikin-peneliti-nasa-bingung NASA] tersebut bukan rahasia lagi. Masyarakat sekitar lereng gunung juga sering melihatnya.<ref>{{Cite web|last=Okezone|date=2014-03-20|title=Cahaya Aneh dari Gunung Lawu Bikin Peneliti NASA Bingung : Okezone News|url=https://news.okezone.com/read/2014/03/19/513/957628/cahaya-aneh-dari-gunung-lawu-bikin-peneliti-nasa-bingung|website=okezone|language=id-ID|access-date=2023-09-23}}</ref>
== Insiden ==
=== Peristiwa meninggalnya 16 orang di kegiatan kemah pada tahun 1987 ===
Berikut adalah kronologi peristiwa tragis di Gunung Lawu pada tahun 1987 yang melibatkan santri [[Pondok Pesantren Al Mu'min|Pondok Pesantren Al-Mukmin]] Ngruki, Sukoharjo. Berikut kronologinya<ref>{{Cite web|last=Isnanto|first=Bayu Ardi|title=16 Orang Meninggal di Gunung Lawu 1987 Silam, Begini Kisah Saksi Hidupnya|url=https://www.detik.com/jateng/berita/d-6003115/16-orang-meninggal-di-gunung-lawu-1987-silam-begini-kisah-saksi-hidupnya|website=detikjateng|language=id-ID|access-date=2023-09-23}}</ref> :
# 10 Desember 1987: Ratusan santri Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki, Sukoharjo, mengikuti kemah liburan akhir tahun di Gunung Lawu. Sebanyak 16 orang meninggal dunia selama kegiatan kemah tersebut. Slamet Jafar, salah satu saksi hidup, bersama rombongan kelompok II tersesat dan harus bermalam di alam liar tanpa perlengkapan yang memadai.
# 16 Desember 1987: Jafar dan rombongannya menemukan pipa air dan menyusurinya hingga kembali ke perkemahan sekitar pukul 10.00 WIB.
# Desember 1987: Jafar dan beberapa kawan lainnya kembali mendaki untuk mencari kelompok III yang belum kembali. Mereka menemukan anggota kelompok III di kawasan Ceret, dengan tiga orang yang masih hidup.
# 19 Desember 1987: Sebanyak 15 jenazah dimakamkan, dengan sembilan di dekat Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki dan enam lainnya di daerah asal masing-masing korban.
# 20 Desember 1987: Abdul Wahab dan Ahmad Khumaidi, dua anggota yang tersisa dari kelompok III, berjuang mencari jalan pulang. Abdul Wahab meninggal setelah jatuh dari ketinggian.
# 21 Desember 1987: Khumaidi ditemukan oleh seorang pencari jamur dan dievakuasi bersama jenazah Abdul Wahab.
=== Kebakaran hutan ===
Pada 18 Oktober 2015, terjadi kebakaran hutan di Gunung Lawu. Peristiwa tersebut dipicu oleh perapian para pendaki yang belum dipadamkan. Enam orang meninggal, sedangkan dua orang lainnya terluka. Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat [[Badan Nasional Penanggulangan Bencana]], [[Sutopo Purwo Nugroho]], kebakaran terjadi sekitar pukul 13.40 WIB di petak 73 KPH Gunung Lawu.<ref name=":0">{{Cite news|last=Ferdianto|first=Riky|date=18 Oktober 2015|title=Kronologi Pendaki Tewas Terbakar di Gunung Lawu|url=https://nasional.tempo.co/read/710701/kronologi-pendaki-tewas-terbakar-di-gunung-lawu|work=[[Tempo.co]]|language=id|access-date=30 September 2022|editor-last=Ferdianto|editor-first=Riky|archive-date=2022-09-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20220913180134/https://nasional.tempo.co/read/710701/kronologi-pendaki-tewas-terbakar-di-gunung-lawu|dead-url=no}}</ref> Berikut kronologinya:<ref name=":0" />
1. Pukul 08.00 WIB terlihat kepulan asap di sekitar Pos 3 Cemoro Sewu.
Baris 307 ⟶ 343:
== Galeri ==
<gallery>
Berkas:Gunung_Lawu'19.jpg|Pemandangan gunung lawi dilihat dari kali botok batu jamus
Berkas:Hargo dumilah.jpg|Tugu Hargo Dumilah, Puncak tertinggi Gunung Lawu.
Berkas:Gunung Lawu.jpg|Pemandangan pada puncak Gunung Lawu.
Berkas:Sta SK 120827 0134 slo.jpg|[[Stasiun Solo Jebres]] dengan Gunung Lawu di kejauhan.
Berkas:Pasar Dieng Gunung Lawu.jpg| Pasar Dieng / Pasar Setan Gunung Lawu
Berkas:Warung Mbok Yem Gunung Lawu.jpg|Warung Mbok Yem Gunung Lawu
Berkas:Gupakan Menjangan Gunung Lawu via Candi Ceto.jpg|Pemandangan Padang Savana Gupakan Menjangan, Gunung Lawu via Candi Ceto
Berkas:Cemoro Sewu Gunung Lawu.jpg|Gerbang Jalur Pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu, Magetan, Jawa Timur.
Berkas:Langit Puncak Gunung Lawu.jpg|
Berkas:Gunung Lawu'19.jpg|
Berkas:Gunung Lawu Magetan.jpg|
Berkas:Lawu.jpg|
Berkas:Gunung Lawu dari sisi Madiun 2014-07-15 03-00.jpg|
Berkas:Gunung Lawu.jpg|
Berkas:Gunung lawu.jpg|
[[File:Kawah Candradimuka Gunung Lawu via Cemoro Kandang.jpg|Kawah Candradimuka Gunung Lawu via Cemoro Kandang]]
</gallery>
Baris 324 ⟶ 368:
* {{Cite journal|last=Purwanto|first=Heri|last2=Titasari|first2=Coleta Palupi|year=2018|title=The Worship of Parwatarajadewa in Mount Lawu|url=https://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/kapata/article/view/472|journal=Jurnal Kapata Arkeologi|language=en|volume=14|issue=1|doi=10.24832/kapata.v14i1.472|issn=1858-4101|ref=harv|access-date=2022-09-30|archive-date=2020-07-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20200717004731/https://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/kapata/article/view/472|dead-url=yes}}
=== Buku ===
* {{cite book|last=Agusta|first=Rendra|year=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Benantara/X3BMEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=0|title=Benantara|publisher=[[Kepustakaan Populer Gramedia]]|isbn=978-602-481-654-4|editor-last=Masruri|editor-first=Bukhori
* {{
* {{cite book|last=Wahyudi|first=M. Ilham|year=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Benantara/X3BMEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=0|title=Benantara|publisher=[[Kepustakaan Populer Gramedia]]|isbn=978-602-481-654-4|editor-last=Masruri|editor-first=Bukhori|chapter=Gunung Lawu sebagai Muara Dua Peradaban Kuno|ref=harv|authorlink=|url-status=live|access-date=2022-09-29|archive-date=2023-08-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20230810181145/https://www.google.co.id/books/edition/Benantara/X3BMEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=0|dead-url=no}}
== Pranala luar ==
Baris 334 ⟶ 379:
{{DEFAULTSORT:Lawu, Gunung}}
{{indo-gunung-stub}}
[[Kategori:Gunung di Jawa Tengah]]
[[Kategori:Gunung di Jawa Timur]]
[[Kategori:Gunung di Karanganyar]]
[[Kategori:Gunung di Kabupaten Ngawi]]
[[Kategori:Gunung berapi di Jawa Tengah]]
[[Kategori:Gunung berapi di Jawa Timur]]
[[Kategori:Gunung berapi di Kabupaten Ngawi]]
[[Kategori:DAS Solo]]
|