Wisarga: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib) new |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
(20 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{AksaraBali infobox
| Image(Bali) =
| Nama =
| Image(Jawa) = Wignyan.png
| Alias = '''Wignyan''' ([[bahasa Jawa|Jawa]]); '''Bisah''' ([[bahasa Bali|Bali]])
| Letak = di belakang aksara yang dilekatinya
}}
'''Wisarga''' adalah sebuah kata dalam [[bahasa Sanskerta]] yang berarti "menyalurkan; melepaskan". Dalam [[fonologi]] bahasa Sanskerta ([[siksha]]), wisarga (juga disebut ''visarjanīya'' oleh ahli tata bahasa) adalah nama dari bunyi [h], ditulis <h> dalam [[IAST]], <H> Harvard-Kyoto, <ः> dalam [[Dewanagari]]. Wisarga adalah [[alofon]] dari /r/ dan /s/ pada akhir sebuah ucapan.
Dalam aksara Bali, tanda wisarga ‹ः› disebut '''bisah''', dan dalam [[aksara Jawa]] disebut '''wignyan'''. Dalam aksara Bali, ia dianggap sebagai salah satu ''[[aksara Bali#Pangangge tengenan|pangangge tengenan]]'' yang melambangkan bunyi /ɦ/ atau /h/.
== Bisah (wisarga) dalam aksara Bali ==
Bisah memberi efek agar suatu [[Aksara Bali#aksara Wianjana|aksara wianjana]] mendapat desahan dari pengucapan huruf "H". Contohnya, kata "mara" bila dilekati oleh bisah maka menjadi "marah"; kata "basa" bila dilekati oleh bisah maka menjadi "basah"; kata "pisa" bila dilekati oleh bisah maka menjadi "pisah"; dll. Aturan ini dianjurkan agar tidak perlu memberi adeg-adeg pada aksara Ha.
=== Penggunaan ===▼
▲Bisah memberi efek agar suatu [[Aksara Bali#aksara Wianjana|aksara wianjana]] mendapat desahan dari pengucapan huruf "H". Contohnya, kata "mara" bila dilekati oleh bisah maka menjadi "marah"; kata "basa" bila dilekati oleh bisah maka menjadi "basah"; kata "pisa" bila dilekati oleh bisah maka menjadi "pisah"; dll. Aturan ini dianjurkan agar tidak perlu memberi adeg-adeg pada aksara Ha.
==== Di akhir kata ====▼
▲== Penggunaan ==
▲=== Di akhir kata ===
Bisah digunakan pada kata-kata yang mengandung bunyi /h/ pada akhir kata. Maka dari itu, ia ditulis pada akhir kata, tepatnya pada suku kata terakhir. Contoh kata yang mengandung bunyi /h/ pada suku kata terakhir, yaitu: "basah", "pisah", "asah", "desah", dll. Meskipun huruf [[Ha (aksara Bali)|Ha]] yang dilekati oleh [[adeg-adeg]] dapat dipakai untuk melambangkan bunyi /h/, penggunaan tanda bisah sangat dianjurkan, karena aturan penulisannya memang demikian.
Baris 26:
! Keterangan
|-
| [[Berkas:Desah Bali Correct.png|
| align=center| <big>'''de - sa - h'''</big>
| Penulisan kata "desah" yang benar dalam aksara Bali. Suku kata terakhir mendapat tanda bisah agar dibaca dengan desahan /h/.
|-
| [[Berkas:Desah Bali Wrong.png|
| align=center| <big>'''de - sa - h'''</big>
| Penulisan kata "desah" yang salah dalam aksara Bali. Huruf [[Ha (aksara Bali)|Ha]] tidak perlu dibubuhi dengan tanda [[adeg-adeg]] agar kata tersebut dibaca dengan desahan /h/. Dianjurkan menggunakan tanda bisah.
|}
Bisah tidak boleh digunakan apabila hembusan /h/ terletak di tengah kata dan tidak diikuti oleh huruf konsonan. Sebagai gantinya digunakan huruf [[Ha (aksara Bali)|Ha]] untuk menggantikan bisah. Contohnya (dalam bahasa Bali) kata:
==== Suku kata yang sama ====
Bisah patut digunakan apabila ada suatu kata yang terdiri dari suku kata yang sama, dan suku kata tersebut mengandung bunyi /h/ yang tidak diikuti vokal /a/. Apabila kata tersebut diluluhkan menjadi [[kata kerja]] (bahasa Bali: ''kapolahang''), tetap memakai bisah, meski suku katanya berubah karena peluluhan tersebut. Contoh (dalam bahasa Bali) kata:
== Lihat pula ==
Baris 49:
== Referensi ==
* Tinggen, I Nengah. 1993. ''Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali.'' Singaraja: UD. Rikha.
* Surada, I Made. 2007. ''Kamus Sanskerta-Indonesia.'' Surabaya: Penerbit Paramitha.
{{Aksara Jawa}}
{{aksara bali}}
|