Permesta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pineapplethen (bicara | kontrib)
terjemahkan
result
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(38 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Military Conflict
| conflict = Permesta
| image = File:Pangdam merdeka saluting permesta troups.jpg
| caption = Pangdam merdeka memberi hormat kepada pasukan permesta
| date = [[1958]]—[[1961]]1957–1961
| place = [[Indonesia Timur]]
| casus = Ketidakpuasan Daerahdaerah terhadap Pemerintahpemerintah Pusat.pusat
| territory =
| result = Kemenangan Pasukan Pemerintahpemerintah Pusat.indonesia
| combatant1 = {{flagcountry|Indonesia}}
| combatant2 = {{flagdeco|Indonesia}} Permesta{{br}}{{flagicon|Indonesia}} [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia|PRRI]]{{br}}{{flagcountry|Amerika Serikat}}{{efn|group=infobox|Pada 1958}}{{efn|group=infobox|Dukungan udara dan material}}
* {{flagicon image|Flag of the U.S. Central Intelligence Agency.svg}} [[Badan Intelijen Pusat|CIA]]
----
| title= [[Tentara bayaran]] dari:<ref>{{Cite web|url=https://amp.kompas.com/stori/read/2021/09/20/100000679/keterlibatan-amerika-serikat-dalam-prri|title=keterlibatan-amerika-serikat-dalam-prri|date=20 September 2021|website=kompas}}</ref>{{br}}{{flagcountry|Amerika Serikat}}{{br}}{{flagcountry|Filipina}}{{br}} {{flagcountry|Polandia}}{{br}}{{flagcountry|Taiwan}}
{{collapsible list
| commander1 = {{flagdeco|Indonesia}} [[Soekarno]]{{br}} {{flagdeco|Indonesia}} [[Abdul Haris Nasution]]{{br}} {{flagdeco|Indonesia}} [[Omar Dhani]]{{br}} {{flagdeco|Indonesia}} [[Djamin Ginting]]
| title= [[Tentara bayaran]] dari:<ref>{{Cite web|url=https://amp.kompas.com/stori/read/2021/09/20/100000679/keterlibatan-amerika-serikat-dalam-prri|title=keterlibatan-amerika-serikat-dalam-prri|date=20 September 2021|website=kompas}}</ref>
| commander2 = {{flagdeco|Indonesia}} [[Ventje Sumual]]{{br}}{{flagdeco|Indonesia}} [[Alex Kawilarang]]{{br}}{{flagdeco|Indonesia}} [[Joop Warouw]]{{KIAexecuted}}{{br}}{{flagdeco|Indonesia}} [[Daniel Julius Somba]] <br>{{flagdeco|Amerika Serikat}} [[Allen Lawrence Pope]]<br />{{flagdeco|Amerika Serikat}} [[William H. Beale]]<br>'''Didukung:'''<br>{{Flagicon|Indonesia}} [[Sjafruddin Prawiranegara]]
| bullets=yes
| {{flagcountry|Filipina}}
| {{flagcountry|Polandia}}
| {{flagcountry|Taiwan}}
| {{flagcountry|Amerika Serikat}}
}}<br>'''Didukung:'''<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia|PRRI]]<br>{{flagcountry|Australia}}<br>{{flagcountry|Filipina}}<br>{{flagcountry|Korea Selatan}}<br>{{flagcountry|Taiwan}}<br>{{flagcountry|Britania Raya}}
| commander1 = {{flagdeco|Indonesia}} [[Soekarno]]{{br}} {{flagdeco|Indonesia}} [[Abdul Haris Nasution]]{{br}} {{flagdeco|Indonesia}} [[Omar Dhani]]{{br}} {{flagdeco|Indonesia}} [[Djamin Ginting]]
| commander2 = {{flagdeco|Indonesia}} [[Ventje Sumual]]{{br}}{{flagdeco|Indonesia}} [[Alex Kawilarang]]{{br}}{{flagdeco|Indonesia}} [[Joop Warouw]]{{KIA}}{{br}}{{flagdeco|Indonesia}} [[Daniel Julius Somba]] <br>{{flagdeco|Amerika Serikat}} [[Allen Lawrence Pope]]<br />{{flagdeco|Amerika Serikat}} [[William H. Beale]]<br>'''Didukung:'''<br>{{Flagicon|Indonesia}} [[Sjafruddin Prawiranegara]]
| casualties1 = 4,000 tewas
| casualties2 = 2,000 tewas
}}
{{Sejarah Indonesia}}
Baris 40 ⟶ 31:
 
=== Proklamasi Permesta ===
 
[[File:Map of Indonesian Navy activities against PRRI and Permesta, Jalesveva Jayamahe, fold-out after page 49.jpg|300px|jmpl|kiri|Peta aktivitas [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut|TNI Angkatan Laut]] melawan PRRI (Pemerintah Revolusi Republik Indonesia) dan Permesta]]
 
Pada tanggal 2 Maret 1957 pukul 03.00 di kediaman gubernur di Makassar dan di hadapan sekitar 50 hadirin, Sumual memproklamasikan keadaan perang untuk seluruh wilayah TT-VII yaitu seluruh wilayah Indonesia timur.<ref>[[#ricklefs|Ricklefs dan Nugraha (2008)]], hlm. 531.</ref> Selanjutnya Lahade membacakan ''Piagam Perjuangan Semesta'' atau Piagam Permesta.<ref>[[#harvey|Harvey (1977)]], hlm. 47.</ref> Pada bagian akhir piagam tersebut mengenai "TJARA-TJARA PERDJOANGAN" dituliskan bahwa "pertama-tama dengan mejakinkan seluruh pimpinan dan lapisan masjarakat, bahwa kita tidak melepaskan diri dari Republik Indonesia, dan semata-mata diperdjoangkan untuk perbaikan nasib rakjat Indonesia dan penjelesaian bengka-lai revolusi Nasional." Piagam tersebut ditanda-tangani para hadirin. Setelah pembacaan piagam, disusul pidato dari Gubernur Andi Pangerang yang meminta agar semua tetap tenang dan tetap menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing.<ref>[[#liwe|Liwe (2002)]], hlm. 99.</ref>
Baris 49 ⟶ 42:
=== Tanggapan pemerintah pusat ===
 
Pada tanggal 14 Maret 1957, sebuah delegasi yang diketuai Henk Rondonuwu datang ke Jakarta dengan maksud untuk bertemu dengan [[Soekarno|PresidentPresiden Soekarno]] dan [[Mohammad Hatta]] secara terpisah dan memberi penjelasan kepada mereka tentang tujuan Permesta. Menurut laporan delegasi, dalam pertemuan Sukarno tampak lega setelah mendengar jaminan bahwa Permesta tidak bermaksud untuk pecah dari negara Republik Indonesia. Sedangkan dalam pertemuan dengan Hatta, ia terkesan dengan isi piagam Permesta setelah membacanya.<ref>[[#harvey|Harvey (1977)]], hlm. 53, 54.</ref> Pada hari yang sama Perdana Menteri Sastroamidjojo menyerahkan mandatnya kembali kepada Soekarno yang kemudian menyatakan negara dalam keadaan darurat perang atas usulan Nasution.<ref name="ReferenceA">[[#harvey|Harvey (1977)]], hlm. 55.</ref> Sukarno menunjuk [[Djoeanda Kartawidjaja|Ir. Juanda]] sebagai perdana menteri baru.
 
Juanda membentuk sebuah tim untuk mengadakan pendekatan dengan Sumual. Ia memilih empat pejabat tinggi yang berasal dari daerah [[Minahasa]] karena Sumual juga berasal dari Minahasa. Keempat pejabat adalah Menteri Industri [[Freddy Jaques Inkiriwang|Freddy Jaques (F. J.) Inkiriwang]], Menteri Kehakiman [[Gustaaf Adolf Maengkom|Gustaaf Adolf (G. A.) Maengkom]], mantan Menteri Penerangan dan Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok [[Arnold Mononutu]], dan Duta Besar Indonesia untuk Kanada [[L.N. Palar|Lambertus Nicodemus (L. N.) Palar]].<ref>[[#nalenan|Nalenan (1981)]], hlm. 232.</ref> Pada bulan Juli 1957, tim ini berangkat ke Sulawesi Utara dengan maksud untuk bertemu dengan Sumual, Somba, dan pejabat Permesta lainnya. Pada saat itu, markas Permesta telah pindah ke Sulawesi Utara. Setelah pertemuan dengan Sumual pada tanggal 23 Juli 1957, delegasi mengumumkan hal-hal yang telah disepakati, termasuk pengakuan provinsi-provinsi berotonomi di Indonesia timur yang salah satu di antaranya adalah Provinsi Sulawesi Utara. Juga disepakati pembentukan sebuah universitas di Sulawesi Utara.<ref>[[#harvey|Harvey (1977)]], hlm. 76.</ref>
Baris 67 ⟶ 60:
=== Hubungan Permesta dan PRRI ===
 
Pada bulan yang sama diselenggarakanya MUNAS, Sumual bertemu dengan Letkol [[Ahmad Husein]] dan Letkol [[Barlian]] di [[Palembang]]. Husein adalah ketua [[Dewan Banteng]] yang memperjuangkan hal-hal yang sama dengan Permesta di [[SumatraSumatera Barat]]. Sedangkan Barlian memrakarsai Dewan Garuda dengan tujuan yang sama. Ketiga perwira ini menanda-tangani ''Piagam Persetujuan Palembang'' yang berisi tuntutan-tuntutan kepada pemerintah pusat antara lain "pemulihan Dwitunggal", "mengganti pimpinan Angkatan Darat sebagai langkah pertama terhadap stabilisasi TNI", "desentralisasi dalam sistem pemerintahan negara yang antaranya meliputi pemberian otonomi yang luas bagi daerah", dan "melarang komunisme".<ref>[[#hakiem|Hakiem (2019)]], hlm. 449.</ref> Pada tanggal 9 Januari 1958, Sumual kembali ke Sumatra tepatnya di [[Sungai Dareh, Pulau Punjung, Dharmasraya|Sungai Dareh]] di [[SumatraSumatera Barat]] dan bertemu kembali dengan Husein. Ia juga bertemu dengan pimpinan gerakan di Sumatra lainnya yaitu [[Sumitro Djojohadikusumo]], [[Mohammad Natsir]], dan [[Maludin Simbolon|Kolonel Maludin Simbolon]].<ref>[[#tempo_2007|TEMPO (2007)]].</ref>
 
Setelah pertemuan di Sungai Derah, Sumual berangkat ke [[Singapura]] dan kemudian ke [[Hong Kong]]. Di Hong Kong, Sumual bertemu dengan [[Joop Warouw|Kolonel Joop Warouw]] yang pada saat itu adalah atase militer di [[Beijing]]. Ia juga menjabat sebagai Panglima TT-VII sebelum Sumual.<ref>[[#conboy|Conboy dan Morrison (1999)]], hlm. 36.</ref> Mereka kemudian berangkat ke [[Tokyo]] untuk bertemu dengan Soekarno yang sedang berkunjung di sana. Maksud pertemuan dengan Soekarno pada tanggal 5 Februari 1958 tidak lain adalah untuk mendesak Soekarno supaya mengambil tindakan terhadap krisis yang sedang berkecamuk di Indonesia.<ref>[[#time|Time (1958)]].</ref>
Baris 117 ⟶ 110:
Selama bulan April dan awal Mei 1958, serangan AUREV terus berlanjut termasuk serangan ke Ambon dan [[Kota Kendari|Kendari]].<ref>[[#conboy|Conboy dan Morrison (1999)]], hlm. 127, 128.</ref> AUREV secara mutlak menguasai udara di Indonesia timur. Di daratpun selain Mapanget, Permesta menguasai lapangan-lapangan udara di Jailolo, Kalawiran, Morotai, Tasuka (pangkalan pesawat terbang laut di [[Danau Tondano]]), dan Tolotio (sekarang [[Bandar Udara Jalaluddin]]).<ref name="TNI Angkatan Udara 2010"/> Namun arus keberhasilan Permesta mulai terhenti pada pertengahan Mei 1958.
 
Pada tanggal 18 Mei 19571958, Pope bersama operator radio Harry Rantung berangkat dengan pesawat B-26 menuju ke Ambon dan lapangan udaranya untuk ke sekian kalinya. Setelah membom landasan, karena masih ada satu bom lagi Pope mencoba menemukan armada TNI yang datang untuk menduduki kembali kepulauan Halmahera. Setelah ditemukannya, Pope memfokuskan serangan ke kapal transport prajurit RI Sewaga. Ia tidak melihat kedatangan sebuah P-51 yang dipiloti [[Ignatius Dewanto|Kapten Ignatius Dewanto]]. Tembakan Dewanto pada saat Pope sedang menyiapkan pesawatnya untuk pemboman mengenai sayap kanan pesawat. Sedangkan tembakan dari konvoi kapal mengenai perut pesawat. Pesawat kemudian mulai terbakar dan Pope berteriak kepada Rantung untuk loncat keluar.<ref>[[#conboy|Conboy dan Morrison (1999)]], hlm. 148, 149.</ref> Pada waktu Pope loncat keluar kakinya kena ekor pesawat. Pope dan Rantung turun dengan parasut dan jatuh di pinggir Pulau Hatata yang terletak di sebelah barat Ambon. Pope dalam keadaan mengenaskan, tapi Rantung masih sempat menolong. Mereka berdua ditemukan oleh warga setempat yang disertai beberapa prajurit marinir dari KRI Sewaga yang dipimpin Letkol [[KKO]] Huhnholz.<ref>[[#conboy|Conboy dan Morrison (1999)]], hlm. 152.</ref>
 
Dua hari kemudian, orang-orang CIA di Mapanget mendapat perintah dari Filipina untuk mengundurkan diri dari Manado. Pope baru saja hilang beberapa hari sebelumnya dan mereka tidak tahu kalau dia tewas atau sudah ditangkap.<ref>[[#conboy|Conboy dan Morrison (1999)]], hlm. 155.</ref> Pernyataan resmi tentang Pope oleh pemerintah Indonesia baru keluar pada tanggal 27 Mei 1958.<ref>[[#conboy|Conboy dan Morrison (1999)]], hlm. 158.</ref> Namun sebelum Pope hilang, pemerintah Amerika Serikat sudah ada sentimen untuk mengubah kebijakan terhadap situasi di Indonesia. Kesimpulan mereka bahwa masih ada perwira-perwira tinggi TNI di Jawa yang menentang gerakan komunis seperti [[Ahmad Yani|Letjen Ahmad Yani]] membuat perubahan dukungan ke pemerintah Indonesia masih bisa dipahami.<ref>[[#harvey|Harvey (1977)]], hlm. 109.</ref> Pada sebuah seminar tentang Permesta di [[Universitas Indonesia]] pada tahun 1991 yang dihadiri oleh Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Sumual berkomentar, "Amerika membantu kami demi mengamankan kepentingannya. Kalau kemudian dia berubah, meninggalkan kami dan membantu jenderal di Jakarta, itu juga demi kepentingan negara mereka sendiri."<ref name="TEMPO 2008"/>
Baris 190 ⟶ 183:
 
Pemberian amnesti dan abolisi kepada mereka yang terlibat dengan Permesta resmi diberikan dengan keluarnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 322 Tahun 1961 tentang "Pemberian Amnesti dan Abolisi Kepada Para Pengikut Gerakan 'Permesta' Di Bawah Pimpinan Kawilarang, Laurens Saerang, dan Somba yang Memenuhi Panggilan Pemerintah Kembali Ke Pangkuan Ibu Pertiwi".<ref>[[#sulu|Sulu (2011)]], hlm. [https://books.google.co.id/books?id=8-E8DwAAQBAJ&pg=PA347&dq=%22Pemberian+Amnesti+dan+Abolisi+Kepada+Para+Pengikut%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjC3NG778DrAhXCcn0KHe8VC-kQ6AEwAHoECAYQAg#v=onepage&q=%22Pemberian%20Amnesti%20dan%20Abolisi%20Kepada%20Para%20Pengikut%22&f=false 347].</ref> Keppres ini dikeluarkan pada tanggal 22 Juni 1961. Sumual termasuk orang yang memperoleh amnesti.<ref>[[#raditya|Raditya (2019)]].</ref>
 
== Galeri ==
[[Berkas:FB IMG 1724511222943.jpg|jmpl|280px|<small>Perdamaian Permesta dengan pusat di desa woloan</small>]]
 
[[Berkas:FB IMG 1724511219718.jpg|jmpl|280px|<small>Perdamaian Permesta dengan pusat di desa woloan</small>]]
 
[[Berkas:FB IMG 1724511227720.jpg|jmpl|280px|<small>Perdamaian Permesta dengan pusat di desa woloan</small>]]
 
[[Berkas:FB IMG 1724512343234.jpg|jmpl|280px|<small>Kehadiran Blok Timur dan Blok Barat dalam Upacara perdamaian permesta</small>]]
 
 
==Catatan==
Baris 340 ⟶ 343:
| authorlink2 = George McTurnan Kahin
| title = Subversion as Foreign Policy: The Secret Eisenhower and Dulles Debacle in Indonesia
| url = https://archive.org/details/subversionasfore0000audr
| trans-title = Subversi sebagai Kebijakan Luar Negeri: Rahasia Kegagalan Eisenhower dan Dulles di Indonesia
| language = Inggris