Konten dihapus Konten ditambahkan
Salmanisa2018 (bicara | kontrib)
Memperbaiki tulisan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Salmanisa2018 (bicara | kontrib)
k Memperbaiki tulisan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(3 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Raja Kalingga''' [[Jepara]] ({{lang-jv|''ꦏꦫꦠꦺꦴꦤ꧀ꦏꦭꦶꦔ꧀ꦒ''}}) atau [[Ratu Shima]] Atau [[Jawadwipa]] '''Kerajaan Ho-ling''' ({{lang-zh|訶陵}}; Hēlíng atau 闍婆; ''She-pó / She-bó'', juga ''Dūpó'' / ''Dūbó'' dalam sumber-sumber berita [[Tiongkok]]) atau '''kerajaan [[Keling]]''' adalah kerajaan bercorak [[Hindu]]-[[Buddha]] yang pertama muncul di pantai utara [[Jawa Tengah]] pada abad ke-5 Masehi, Dan Hampir bersamaan dengan [[Kerajaan Sriwijaya|Kedatuan Sriwijaya]], [[Kerajaan Sunda]] dan [[Kerajaan Galuh]]. Di abad ke-6
Kerajaan ini adalah cikal bakal kerajaan medang atau mataram kuno, dan asal usul Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra, Beberapa bukti Prasasti menyebutkan asal usul wangsa Sailendra memang dari jawa tengah, karena sisilah terdapat pada kerajaan kalingga [[Jepara]] , Kalingga Jepara muncul di akhir Abad ke-5 Sementara [[kedatuan Sriwijaya]] Baru Muncul di pertengahan abad ke-6, dan kalingga itu jelas lebih tua di bandingkan kedatuan Sriwijaya,
 
Prasasti Sojomerto merupakan peninggalan Wangsa Sailendra yang ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna. Prasasti ini tidak menyebutkan angka tahun, berdasarkan taksiran analisis paleografi diperkirakan berasal dari kurun akhir abad ke-7 atau awal abad ke-8 masehi.
 
Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais.[7] Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
 
Bahan prasasti ini adalah batu andesit dengan panjang 43 cm, tebal 7 cm, dan tinggi 78 cm.[8] Tulisannya terdiri dari 11 baris yang sebagian barisnya rusak terkikis usia.
 
==== Carita Parahyangan dan sumber berita ====
Berdasarkan naskah [[Carita Parahyangan]] yang berasal dari abad ke-16, putri [[Ratu Shima]], bernama [[Ratu Parwati|Parwati]], menikah dengan putra mahkota [[Kerajaan Galuh]] yang bernama Rahyang Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh. Dikisahkan Ratu Shima memiliki cucu bernama [[Sannaha]] yang menikah dengan raja Galuh ketiga, yaitu Bratasenawa. Sannaha dan Bratasenawa memiliki anak yang bernama [[Sanjaya dari Mataram|Rakryan Sanjaya]] yang kelak menjadi raja dan menggabungkan [[Kerajaan Sunda]] dan [[Kerajaan Galuh]].
 
Setelah Ratu Shima meninggal pada tahun 732 M, Rakryan Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kalingga Selatan yang kemudian disebut Mataram, dan kemudian mendirikan dinasti baru bernama [[wangsa Sanjaya]].
 
Kekuasaan di Sunda-Galuh diserahkan kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakryan Panaraban. Kemudian Rakryan Sanjaya menikahi Sudiwara putri Rakryan Dewasingha, raja Kalingga Utara, dan memiliki putra yaitu [[Rakai Panangkaran]].
 
Nama ''Ho-ling'' diperkirakan muncul pada abad ke-5 (kemudian disebut ''Keling'') yang diperkirakan terletak di utara [[Jawa Tengah]]. Keterangan tentang Kerajaan Ho-ling didapat dari catatan dari [[Tiongkok]]. Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi pesaing [[Kerajaan Sriwijaya|Kedatuan Sriwijaya]] dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan, bersama [[Kerajaan Melayu]] dan [[Kerajaan Tarumanagara]] Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya. Tidak ada bukti peperangan antara sriwijaya dan kalingga Jepara