Dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Illchy (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Kebenokhan (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
 
Baris 8:
 
== Dampak bagi ekonomi di Indonesia ==
Dalam menjaga stabilitas [[Kebijakan moneter|moneter]] perekonomian, Indonesia menerapkan kebijakan makroprudensial dan mikroprudensial yang sudah ada sejak tahun 2000 Menurut Rapat Dewan [[Gubernur]] BI, dengan penerapan kebijakan tersebut maka [[nilai tukar]] Rupiah relatif terkendali di tengah tingginya tekanan pada sektor ekonomi pada Agustus-September 2020. Hingga 16 September 2020, nilai tukar [[Rupiah]] tercatat depresiasi 1,58% secara ''point to point'' bila dibandingkan dengan akhir Juli 2020, atau terdepresiasi 6,42% dari akhir Desember 2019. Adanya pelemahan nilai Rupiah pada Agustus-September 2020 antara lain dipengaruhi oleh faktor masih tingginya ketidakpastian [[pasar keuangan]] yang ada di dunia, baik karena faktor global maupun sejumlah risiko domestik setiap negara. Hal tersebut membuat BI menilai bahwa nilai tukar Rupiah akan berpotensi kembali menguat seiring levelnya yang secara fundamental masih ''undervalued'' didukung inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko Indonesia yang sedang menurun. BI berusaha akan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme [[pasar]] dengan melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar global.{{Sfn|Junaedi, Arsyad, Norman, Romli dan Salistia|2021|p=18-19}}
 
Dampak lain yang terjadi di Indonesia adalah dapat terlihat juga pada sektor pariwisata yaitu [[hotel]], restoran maupun pengusaha retail. Sebagian besar hotel mengalami penurunan okupansi hingga 40% selama pandemi. Wisatawan mancanegara yang sepi juga berdampak pada usaha rumah makan atau restoran sekitar yang sasaran konsumennya adalah wisatawan [[mancanegara]] yang sedang berlibur ke Indonesia. Pada industri retail juga mengalami penurunan yang signifikan seperti pada daerah Kota [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], Manado, Bali, [[Kepulauan Riau]], Bangka Belitung, dan Medan.{{Sfn|Hanoatubun|2020|p=147}}
 
Pada sektor [[Usaha mikro kecil menengah|UMKM]] di Indonesia juga terdampak parah dapat dilihat dari data Kementerian Koperasi yang memaparkan bahwa 1.785 koperasi dan 163.713 pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami penurunan pendapatan yang sangat besar. Sektor UMKM yang paling terdampak adalah pada penjualan makanan dan minuman. Kementerian Koperasi dan UMKM menjelaskan bahwa koperasi yang bergerak pada bidang jasa dan produksi juga paling terdampak pada pandemi Covid-19 karen para pengusaha UMKM mengalami penurunan penjualan, kekurangan modal untuk membuat produk, dan terhambatnya distribusi barang. Sedikitnya 39,9 persen UMKM memutuskan mengurangi stok barang yang dibuat selama pembatasan sosial berskala besar ([[PSBB]]) karena akan menyebabkan kerugian yang sangat besar. Sementara itu 16,1 persen UMKM memilih untuk mengurangi karyawan akibat adanya penutupan toko untuk sementara waktu.{{Sfn|Rosita|2020|p=110}}