Amir Hamzah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(13 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 32:
|portaldisp =
}}
Amir mulai menulis puisi saat masih remaja
Puisi-puisi Amir sarat dengan tema cinta dan agama, dan
== Riwayat hidup ==
=== Masa kecil ===
Amir lahir dengan nama '''Tengkoe Amir''' di [[Tanjung Pura]], [[Langkat]], [[
Diketahui bahwa Amir dididik dalam prinsip-prinsip Islam, seperti [[mengaji]], [[fikih]], dan [[tauhid]], dan belajar di [[Masjid Azizi]] di [[Tanjung Pura]] dari usia muda.{{sfn|Dini|1981|p=20}} Dia tetap seorang Muslim yang taat sepanjang hidupnya. Periode di mana ia menyelesaikan studi formal juga diperdebatkan. Beberapa sumber, termasuk pusat bahasa pemerintah Indonesia, menyatakan bahwa ia mulai bersekolah pada tahun 1916,<ref>{{harvnb|Pusat Bahasa, Amir Hamzah}}; {{harvnb|Musa|1955|p=9}}</ref> sementara biografer M. Lah Husny menulis bahwa tahun pertama sekolah formal penyair ini adalah pada tahun 1918.{{sfn|Husny|1978|p=17}} Di sekolah dasar berbahasa Belanda di mana Amir pertama kali belajar, ia mulai menulis{{sfn|Husny|1978|p=18}} dan mendapat penilaian-penilaian yang bagus; {{sfn|Musa|1955|p=13}} dalam biografi yang ditulisnya tentang Amir, penulis [[Nh. Dini]] menulis bahwa Amir dijuluki "abang" oleh teman-teman sekelasnya karena ia jauh lebih tinggi daripada mereka.{{sfn|Dini|1981|p=20}}
Baris 93:
Lepaskan aku dari nestapa<br/>
Padamu lagi tempatku berpaut<br/>
}}
Pada pagi hari [[20 Maret]] 1946, Amir tewas dengan 26 orang tahanan lainnya dan dimakamkan di sebuah kuburan massal yang telah digali para tahanan tersebut;{{efn|Dilaporkan bahwa Amir dibunuh oleh seorang mantan pengawas yang bernama [[Yang Wijaya]], yang kemudian diadili karena perannya dalam revolusi tersebut dan dihukum dua puluh tahun penjara. Kemudian diberikan [[amnesti]], Wijaya meninggalkan penjara dalam keadaan kesehatan mental yang buruk {{harv|Dini|1981|pp=160–61}}.}}<ref>{{harvnb|Husny|1978|p=97}}; {{harvnb|Dini|1981|pp=151–53}}</ref> beberapa saudara Amir juga tewas dalam revolusi tersebut.{{sfn|Husny|1978|pp=16–17}}<ref>{{Cite news|url=https://tirto.id/pembunuhan-amir-hamzah-dan-sejarah-revolusi-sosial-di-sumatra-timur-cltB|title=Pembunuhan Amir Hamzah dan Sejarah Revolusi Sosial di Sumatra Timur|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=2020-02-22|archive-date=2020-05-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20200530231336/https://tirto.id/pembunuhan-amir-hamzah-dan-sejarah-revolusi-sosial-di-sumatra-timur-cltB|dead-url=no}}</ref> Setelah dilumpuhkan oleh pasukan nasionalis, pemimpin revolusi tersebut diinterogasi oleh tim yang dipimpin oleh [[Adnan Kapau Gani]]; Adnan dilaporkan telah berulang kali menanyakan "
== Pengaruh ==
Amir dibesarkan dalam lingkungan keraton Langkat, di mana ia selalu bercakap dalam [[bahasa Melayu]], sehingga bahasa tersebut telah "''... mendjadi darah daging baginja.''" (EYD:"menjadi darah dan daging baginya").{{sfn|Musa|1955|p=10}} Sejak usia muda ia telah diperkenalkan pada [[sastra lisan]], [[pantun]] tertulis dan [[syair]], baik mendengarkan maupun menciptakannya sendiri dengan improvisasi.{{sfn|Musa|1955|p=11}} Seperti ayahnya sebelum dia, Amir menggemari tulisan Melayu tradisional, seperti ''[[Hikayat Hang Tuah]]'', ''[[Syair Siti Zubaidah Perang Cina]]'', dan ''[[Hikayat Panca Tanderan]]''. Dia akan mendengarkan tulisan-tulisan tersebut ketika dibacakan dalam upacara umum, {{sfn|Musa|1955|p=10}} dan setelah dewasa ia menyimpan koleksi besar tulisan tersebut, meskipun koleksinya tersebut hancur saat revolusi komunis Sumatra Timur yang merenggut nyawanya.{{sfn|Musa|1955|p=11}}
Sepanjang pendidikan formalnya Amir membaca karya [[sastra Arab]], [[sastra Persia|Persia]], dan [[sastra Hindu]].{{sfn|Pemerintah Kota Jakarta, Amir Hamzah}} Ia juga dipengaruhi oleh karya-karya dari negara-negara Timur lainnya:{{sfn|Teeuw|1980|p=124}} puisi-puisi terjemahan dalam ''Setanggi Timoer'' misalnya, memasukkan karya-karya [[Umar Khayyām]] (Persia), [[Du Fu]] (
<!-- [[Berkas:Ilik Sundari oleh Amir Hamzah.jpg|jmpl|Ilik Soendari, dalam foto yang diambil sendiri oleh Amir; dia telah banyak disebut sebagai sumber inspirasi Amir.]] -->
Baris 141:
Secara struktural, karya-karya awal Amir sangat berbeda dari karya-karyanya di kemudian hari. Karya yang disusun dalam ''Buah Rindu'' umumnya mengikuti ''[[pantun]]'' tradisional dan gaya ''syair'' empat baris dengan rima ekor, termasuk banyak dengan [[kuplet]] berima;{{sfn|Teeuw|1980|p=130}} namun beberapa karyanya, menggabungkan keduanya, atau memiliki baris-baris tambahan atau kata-kata lebih dari yang diterima umum secara tradisional, sehingga menghasilkan ritme yang berbeda.{{sfn|Jassin|1962|pp=14, 22}} Meskipun karya-karya awal Amir tidak sedetail karya-karyanya di kemudian hari, Teeuw menulis bahwa karya-karya tersebut telah mencerminkan penguasaan penyair itu dari bahasa dan dorongan untuk menulis puisi.{{sfn|Teeuw|1980|pp=126–27}} Karya-karya dalam antologi ini mengulangi istilah-istilah kesedihan seperti "menangis", "duka", "rindu", dan "air mata", serta kata-kata seperti "cinta", "asmara", dan "merantau".{{sfn|Jassin|1962|p=11}}
Pada kala Amir menulis karya-karyanya yang kemudian disusun dalam ''Nyanyi Sunyi'', gayanya telah bergeser. Dia tak lagi membatasi dirinya pada bentuk-bentuk tradisional, melainkan menjelajahi kemungkinan-kemungkinan yang berbeda: Delapan karyanya mendekati puisi prosa dalam segi bentuk.{{sfn|Jassin|1962|p=12}} Chairil Anwar menggambarkan penggunaan bahasa pendahulunya tersebut dalam koleksi ini sebagai bersih dan murni, dengan kalimat-kalimat "keras, tajam, tetapi singkat" yang berangkat dari "daya rusak" puisi tradisional Melayu yang berbunga-bunga.{{sfn|Raffel|1970|pp=174–75}} Transformasi ini juga terdapat dalam Jejak Amir, menuliskan karya-karya yang bernas dan tajam.
== Penghargaan dan pengakuan umum ==
[[Berkas:Amir_Hamzah_Monument.jpg|ka|jmpl|Monumen Tengku Amir Hamzah di Stabat, Sumatera Utara]]
Amir telah menerima pengakuan yang luas dari pemerintah Indonesia, dimulai dengan pengakuan dari pemerintah
Teeuw menganggap Amir sebagai satu-satunya penyair Indonesia berkelas internasional dari era sebelum [[Revolusi Nasional Indonesia]].{{sfn|Teeuw|1980|p=123}} Anwar menulis bahwa penyair ini adalah "puncak gerakan ''Pudjangga Baru''", mengingat ''Nyanyi Sunyi'' telah menjadi "cahaya terang yang disinarkan dia [Amir] di atas bahasa baru";{{sfn|Raffel|1970|pp=174–75}} namun, Anwar tidak menyukai ''Buah Rindu'', menganggapnya terlalu klasik.{{sfn|Teeuw|1980|p=136}} Balfas menggambarkan karya Amir sebagai "karya sastra terbaik yang mengungguli era mereka".{{sfn|Balfas|1976|p=60}} Karya Hamzah, khususnya "Padamu Jua", diajarkan di sekolah-sekolah Indonesia. Karyanya juga salah satu inspirasi untuk drama panggung posmodern 1992 [[Afrizal Malna]], ''Biografi Yanti setelah 12 Menit''.{{sfn|Bodden|2002|p=306}}
Baris 198 ⟶ 199:
|trans_title = Pedoman Orientalistik
|chapter = Sastra Indonesia Modern Secara Singkat
|edition =
|series =
|volume = 1
|publisher = E. J. Brill
Baris 407 ⟶ 408:
|year = 1970
|title = Complete Prose and Poetry of Chairil Anwar
|url = https://archive.org/details/completepoetrypr0000anwa
|trans_title=Prosa dan Puisi Lengkap Chairil Anwar
|language = Inggris
Baris 459 ⟶ 461:
|title = Sedjarah Sastera Indonesia
|volume = 1
|series =
|publisher = Akademi Sastera dan Bahasa "Multatuli"
|location = Jakarta
Baris 491 ⟶ 493:
|oclc = 222168801
|url = http://books.google.com/?id=YVSjHAAACAAJ&dq=
|accessdate =
|ref = harv
|archive-date = 2023-03-22
Baris 531 ⟶ 533:
[[Kategori:Kematian 1946]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Penyair]]
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]
[[Kategori:Penerjemah Indonesia]]
[[Kategori:Penyair Indonesia]]
[[Kategori:Angkatan Pujangga Baru]]▼
[[Kategori:Tokoh Melayu Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Langkat]]
[[Kategori:Tokoh yang dibunuh di Indonesia]]
[[Kategori:
▲[[Kategori:Angkatan Pujangga Baru]]
|