Abjad Pegon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BasilLeaf (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(62 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 7:
*[[Bahasa Madura|Madura]]
*[[Bahasa Sunda|Sunda]]
*[[Bahasa Melayu|Melayu]]
*[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
}}
|fam1=[[Hieroglif Mesir]]
Baris 18 ⟶ 20:
}}
 
'''Abjad Pegon''' ([[Bahasa Jawa]]/[[Bahasa Sunda]]: '''ابجد ڤيڮون''', ''Abjad Pégon''; [[Bahasa Madura]]: ا'''بجد'''أبجاْد ڤَيڬْو'''ڤَيكُٜو''', ''Abjâd Pèghu''){{efn|juga disebut sebagai '''Abjad“Aksara ArabPegon”, “Pegon-Jawa'''Jawa”, '''Abjad Arab“Pégon-Madura'''Sunda”, atau“Pèghu-Madhurâ” '''Abjad& Arab“Aksara Pegon-Sunda'''Indonesia”}} adalah [[abjad Arab]] yang dimodifikasi untuk menuliskan [[bahasa Jawa]], [[Bahasabahasa Madura|Madura]], [[Bahasabahasa Sunda|Sunda]] dan juga [[bahasa Melayu]] di pulau Jawa terutama pada zaman [[kesultanan Banten]].<ref>{{Cite book|last=Pudjiastuti|first=Titik|url=https://books.google.co.id/books?id=iCVf2eblDAMC&lpg=PR4&hl=id&pg=PR4#v=onepage&q&f=false|title=Perang, Dagang, Persahabatan: Surat-Surat Sultan Banten|url-status=live}}</ref> Seiring berkembangnya zaman, abjad Pegon juga digunakan untuk menulis [[bahasa Indonesia]].<ref>{{Cite web|last=Setiawan|first=Bram|title=Langkah Aksara Pegon Menapaki Ruang Digital|url=https://interaktif.tempo.co/proyek/pegon-digital/|website=Interaktif.tempo.co}}</ref><ref name=":1" /> Kata pegon berasal dari kata berbahasa Jawa ''pégo'' yang berarti "menyimpang".{{sfn|Poerwadarminta|1939|pp=481}} Sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim.{{sfn|Poerwadarminta|1939|pp=481}} Selain itu bisa jadi karena penulisan abjad Pegon ditulis secara miring (menyimpang).
 
Aksara Pegon masih berkerabat dengan [[abjad Jawi]]. Perbedaan utama dengan Jawi adalah di dalam Pegon terdapat beberapa huruf tambahan untuk merepresentasikan beberapa konsonan dalam bahasa Jawa yang tidak dapat diwakilkan oleh [[abjad Arab]] standar dan [[abjad Jawi]].<ref name="KHAS–Katakan dengan Pegon 2">{{Cite web|url=https://islamindonesia.id/budaya/khas-katakan-dengan-pegon-2.htm|title=KHAS–Katakan dengan Pegon (2)|access-date=2019-09-05}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Jamaluddin|first=Jamaluddin|last2=Alfian|first2=Rahman Latif|last3=Mujahidah|first3=Affaf|last4=Wiwaha|first4=Kurnia Sari|date=2023-01-02|title=PENULIS KITAB PEGON DI JAWA ABAD XX: BIOGRAFI KIAI ASRORI AHMAD DAN KARYA-KARYANYA|url=https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jat/article/view/20787|journal=Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam|volume=19|issue=2|pages=145–158|doi=10.15575/al-tsaqafa.v19i2.20787|issn=2654-4598}}</ref> [[Abjad Sorabe]] yang pernah digunakan untuk menulis [[bahasa Malagasi]] di [[Madagaskar]], diyakini diturunkan dari Abjad Pegon.{{sfn|Himmelmann|2004}}{{sfn|Simon|2006}}
Baris 25 ⟶ 27:
Pegon sendiri digunakan di kalangan umat Muslim, yang hidup dari pendidikan agama di [[pesantren]]. Pegon sendiri muncul bersama Islam di Jawa. Pada saat itu, orang-orang Jawa masih menggunakan [[aksara Kawi]] dan [[aksara Jawa]] untuk menuliskan teks berbahasa Jawa klasik, dan [[Aksara Sunda Kuno|aksara Sunda kuno]] untuk menuliskan [[bahasa Sunda Klasik]]. Ketika Islam masuk ke Pulau Jawa, penggunaan abjad Arab sangat diintensifkan, karena dibutuhkan untuk memaknai kitab-kitab [[Al-Qur'an|Al-Qur'ān]], tafsirnya, serta kitab-kitab [[Hadis|ḥadiṡ]]. Untuk berkomunikasi dengan orang Jawa yang menuturkan bahasa Jawa, para '[[ulama]] kemudian mengadaptasi abjad Arab yang digunakan olehnya sebagai bahasa sehari-hari ke dalam bahasa Jawa. Mereka menulisnya agar orang-orang Jawa lebih mudah dalam memahami agama, terlebih metode dakwah keliling saat itu masih lazim untuk menyiarkan Islam. Di era [[Wali Songo]], contoh kitab misalnya ''[[Suluk Sunan Bonang]]'', yang diyakini merupakan buah karya [[Sunan Bonang]].<ref name=":0">{{Cite web|url=https://islamindonesia.id/budaya/budaya-mengenal-aksara-arab-pegon-simbol-perlawanan-dan-pemersatu-ulama-nusantara.htm|title=BUDAYA–Mengenal Aksara Arab Pegon: Simbol Perlawanan dan Pemersatu Ulama Nusantara|access-date=2019-09-05}}</ref>
 
Di wilayah Melayu sendiri, abjad yang masih bersaudara dengan Pegon adalah [[abjad Jawi]], digunakan untuk menulis [[bahasa Melayu]].<ref>{{Cite book|title=Kajian naskah-naskah klasik dan penerapannya bagi kajian sejarah Islam di Indonesia|url=https://www.worldcat.org/oclc/225432054|publisher=Puslitbang Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Departemen Agama RI|date=2006|location=Jakarta|isbn=9789797971038|oclc=225432054|last=Tjandrasasmita, Uka.}}</ref> Dalam perkembangannya, seluruh lembaga pendidikan agama Islam di Jawa maupun Sumatra menggunakan kitab-kitab dengan abjad Arab, baik dalam bahasa Arab sendiri maupun bahasa-bahasa yang dipakai di daerah setempat, utamanya bahasa MelayuSumatra, Jawa, Madura sampai Thailand Selatan.<ref name=":0" />
 
Sayangnya, abjad Arab asli ini tidak mendukung fonem-fonem bahasa Jawa seperti ''e'' atau ''o'', ''ca'', ''dha'', ''tha'', ''nga'', ''pa'', ''ga'', dan ''nya''.<ref name = "PR-31-OKTOBER" /> Pada akhirnya, di samping mengadopsi huruf-huruf asli Arab, abjad ini juga mengadopsi abjad Persia yang memiliki fonem-fonem tersebut selain ''dha'' dan ''tha''.<ref name="KHAS–Katakan dengan Pegon 2" /> Pada akhirnya, huruf-huruf baru diciptakan, yang diyakini diturunkan dari abjad Persia seperti ''ca'' dan ''gaf''. Huruf-huruf lainnya diyakini diciptakan berdasarkan huruf asli Arab, misalnya ''pa'' dari ''fa''' yang diberi tiga titik, atau ''ca'' dari ''jim'' diberi tiga titik. Pada masa lalu, Pegon ditulis dengan harakat untuk membedakan ''e'' dan ''o'', namun saat ini abjad Pegon sudah tidak lagi menggunakan harakat (beberapa orang menyebut ini Gundhil).<ref>{{Cite web|url=http://poskotanews.com/2016/07/01/huruf-pegon-sarana-kreativitas-umat-islam-di-jawa-masa-lalu/|title=Huruf Pegon, Sarana Kreativitas Umat Islam di Jawa Masa Lalu|date=2016-07-01|website=Poskota News|language=en|access-date=2019-09-05|archive-date=2019-09-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20190905152327/http://poskotanews.com/2016/07/01/huruf-pegon-sarana-kreativitas-umat-islam-di-jawa-masa-lalu/|dead-url=yes}}</ref> Karena abjad ini digunakan untuk menulis bahasa Jawa, maka orang Arab tidak mampu membaca teks ini sebelum mampu mempelajari bahasa Jawa karena ada huruf-huruf yang dianggap "asing" bagi mereka.<ref name = "PR-31-OKTOBER"/>
Pegon sendiri berbeda dengan aksara Jawi.<ref name = "PR-31-OKTOBER"/> Aksara Pegon digunakan secara eksklusif hanya untuk urusan-urusan keagamaan.<ref name = "PR-31-OKTOBER"/> Sedangkan Aksara Jawi digunakan untuk segala hal, baik yang bersifat [[sakral]] ataupun [[sekular]].<ref name = "PR-31-OKTOBER"/>
 
Saat ini huruf Pegon di Jawa dipergunakandigunakan oleh kalangan umat [[Muslim]], terutama di [[pesantren]], [[Taman Pendidikan Al-pesantrenQur'an|TPQ]] dan [[madrasah]]. Biasanya ini hanya dipergunakandigunakan untuk menulis [[tafsiran]] atau [[arti]] pada [[Al-Qur'an|Al-Qur'ān]], tetapi banyak pula [[Kitab|kitab-kitab]] [[Islam|agama]], [[buku pelajaran]], soal ujian dan [[Naskah|naskah-naskah]] [[manuskripkuno]] cerita yang secara keseluruhan ditulis dalam Pegon. Misalkan naskah-naskah [[Serat Yusup]].
Sayangnya, abjad Arab asli ini tidak mendukung fonem-fonem bahasa Jawa seperti ''e'' atau ''o'', ''ca'', ''dha'', ''tha'', ''nga'', ''pa'', ''ga'', dan ''nya''.<ref name = "PR-31-OKTOBER"/> Pada akhirnya, di samping mengadopsi huruf-huruf asli Arab, abjad ini juga mengadopsi abjad Persia yang memiliki fonem-fonem tersebut selain ''dha'' dan ''tha''.<ref name="KHAS–Katakan dengan Pegon 2"/> Pada akhirnya, huruf-huruf baru diciptakan, yang diyakini diturunkan dari abjad Persia seperti ''ca'' dan ''gaf''. Huruf-huruf lainnya diyakini diciptakan berdasarkan huruf asli Arab, misalnya ''pa'' dari ''fa''' yang diberi tiga titik, atau ''ca'' dari ''jim'' diberi tiga titik. Pada masa lalu, Pegon ditulis dengan harakat untuk membedakan ''e'' dan ''o'', namun saat ini abjad Pegon sudah tidak lagi menggunakan harakat (beberapa orang menyebut ini Gundhil).<ref>{{Cite web|url=http://poskotanews.com/2016/07/01/huruf-pegon-sarana-kreativitas-umat-islam-di-jawa-masa-lalu/|title=Huruf Pegon, Sarana Kreativitas Umat Islam di Jawa Masa Lalu|date=2016-07-01|website=Poskota News|language=en|access-date=2019-09-05|archive-date=2019-09-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20190905152327/http://poskotanews.com/2016/07/01/huruf-pegon-sarana-kreativitas-umat-islam-di-jawa-masa-lalu/|dead-url=yes}}</ref> Karena abjad ini digunakan untuk menulis bahasa Jawa, maka orang Arab tidak mampu membaca teks ini sebelum mampu mempelajari bahasa Jawa karena ada huruf-huruf yang dianggap "asing" bagi mereka.<ref name = "PR-31-OKTOBER"/>
 
Saat ini huruf Pegon di Jawa dipergunakan oleh kalangan umat [[Muslim]], terutama di [[pesantren]]-pesantren. Biasanya ini hanya dipergunakan untuk menulis [[tafsiran]] atau [[arti]] pada [[Al-Qur'an|Al-Qur'ān]], tetapi banyak pula naskah-naskah [[manuskrip]] cerita yang secara keseluruhan ditulis dalam Pegon. Misalkan naskah-naskah [[Serat Yusup]].
 
== Daftar aksara ==
{{noref section}}
Transkripsi didasarkan pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987.<ref>https://anri.sikn.go.id/index.php/surat-keputusan-bersama-menteri-agama-dan-menteri-pendidikan-dan-kebudayaan-ri-nomor-158-th-1987-nomor-0543b-u-1987-tentang-pembakuan-pedoman-transliterasi-arab-latin</ref><ref>https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/7099/10.%20PEDOMAN%20TRANSLITERASI.pdf</ref>{{Failed verification}} <!-- Surat Keputusan Bersama tersebut bukanlah pedoman abjad Pegon, tetapi pedoman transliterasi abjad Arab–alfabet Latin. -->
 
=== Konsonan ===
Warna kuning menunjukkan aksara tersebut bukan huruf asli Arab.<ref name = "PR-31-OKTOBER">{{cite news | last1 = Hazmirullah | title = Lantas, Pegon Berkelindan dengan Budaya Jawa | newspaper = [[Pikiran Rakyat]] | date = 31 Oktober 2022 | pp = 7}}</ref><ref name=":1" />
{| class="wikitable" style="text-align:center;"
|+ style="font-size:125%;" |Abjad Pegon
Baris 46 ⟶ 43:
| style="width: 5em;" | ḥāʾ|| style="width: 5em;" |''ca''|| style="width: 5em;" | jīm|| style="width: 5em;" | ṡaʾ|| style="width: 5em;" | tāʾ|| style="width: 5em;" | bāʾ|| style="width: 5em;" | ʾalif
|- style="font-size:250%;" lang="ar"
|س||ز||ر||bgcolor="yellow"|ڎ/ڊ‎ڊ||ذ||د||خ
|- style="background-color:#ddd;"
|sīn||zāi||rāʾ||''dha''||żāl||dāl||khāʾ
|- style="font-size:250%;" lang="ar"
|ع||ظ||bgcolor="yellow"|ڟ/طٜ||ط||ض||ص||ش
|- style="background-color:#ddd;"
|ʿain||ẓāʾ||''tha''||ṭāʾ||ḍād||ṣād||syīn
|- style="font-size:250%;" lang="ar"
|bgcolor="yellow"|ڮؼ/ݣ/ݢ/کٜ||ك||ق||bgcolor="yellow"|ڤ||ف||bgcolor="yellow"|ڠ||غ
|- style="background-color:#ddd;"
|''gaf''||kāf||qāf||''pa''||fāʾ||''nga''||ġain
|- style="font-size:250%;" lang="ar"
|ي||ھ||و||bgcolor="yellow"| ۑ||ن||م||ل
|- style="background-color:#ddd;"
|yāʾ||hāʾ||wāu||''nya''||nūn||mīm||lām
Baris 215 ⟶ 212:
 
===Contoh kalimat===
[[Bahasa Jawa]]:
 
'''كَانجۤڠكانجڠ نبي محّمدمحمد إكوڤونيكو اوتونسانيڤوناوتوسانيڤون ڮوستيؼوستي الله داتۤڠڎاتڠ سۤداياسدايا مخلوق، دَينَيدينَي أپاڤوناڤا وائَيماوون كاڠإڠكڠ ديڤون چَيريتاأكۤنچريوساكن دَينيڠ كَانجۤڠكانجڠ نبي محّمدمحمد إكوڤونيكو ۑاتا۲ۑاتا٢ بۤنۤرلٓرس. ماڠکاڤراميلا سۤکابَيهانَيسدايا مخلوق واجب أمبۤنۤراكۤناڠلٓرساكن لانلن أندَيرَيكهانڎيرَيك ماريڠمريڠ كَانجۤڠكانجڠ نبي محّمد.محمد'''
 
Latin:
''"Kanjêng Nabi Muhammad ikupuniku utusanipun Gusti Allah datêngdhatêng sêdåyå makhlukmakluk, déné åpåpunåpå waémawon kangingkang dipun cerita'akên-criyosakên déning Kanjêng Nabi Muhammad ikupuniku nyåtå -nyåtå bênêrlêrês. MångkåPramila sêkabèhanésêdåyå makhluk wajib mbênêrakênanglêrêsakên lan ndèrèkhandhèrèk maring Kanjêng Nabi Muhammad."''
 
[[Bahasa Madura]]:
 
'''كانجۤڠكانجڠ نبي محمد ڤانَيكا أَوتَوسانَيڤَونأوتوسانَيڤَون ڬْوستَي اللّٰه داْءداء كا سادْاْجاْسادْاجا مخلَوق، ڤان-ڤَوناڤانڤوناڤان سَي أَيچارَيتاأڬْيأيچارَيتأڬْي سارٓڠسارڠ كانجۤڠكانجڠ نبي محمد ڤانَيكا ۑاتا بْٓنداْراْبْندۤرا. ماڠكا سادْاْجاْسادْاجا مخلوقمخلَوق واْجبواجب مابْٓنداْرمابْندر تَور نورَوءنَورَوء مارَيڠڠيرَيڠ كانجۤڠكانجڠ نبي محمد'''
 
Latin:
Latin ([[Bahasa Madura|Alfabét Bhâsa Madhurâ]]):
''"Kanjeng Nabi Muhammad panékapanèka otosanéponotosanèpon GhustéGhustè Allah dâ' ka sadhâjâ makhlok, pan-ponapan écarétaaghiècarètaaghi sareng Kanjeng Nabi Muhammad panékapanèka nyata bhendârâbhenderâ. Mangka sadhâjâ makhlok wâjib mabhendârmabhender tor nuronoro' maréngngèrèng Kanjeng Nabi Muhammad."''
 
[[Bahasa Sunda]]:
 
'''كانجۤڠكانجڠ نبي محمد ماڠروڤيكۤنماڠروڤيكن أوتوساناوتوسان ڮوستيؼوستي الله كا سادايا مخلوق، ناءَونناءون واَي أنوانو ديچارييَوسكۤنديچارييوسكن كو كانجۤڠكانجڠ نبي محمد ۑاَيتاۑايتا كاۑاتاءنكاۑاتأن أنوانو لۤرۤسلۤرس. جانتۤنجانتن سادايا مخلوق واجب مۤنۤركۤنمنركن سارۤڠسارڠ نوتوركۤننوتوركن كانجۤڠكانجڠ نبي محمد'''
 
Latin:
''"Kanjeng Nabi Muhammad mangrupikeun utusan Gusti Allah ka sadaya makhluk, naon waé anu dicarioskeun ku Kanjeng Nabi Muhammad nyaéta kanyataan anu leres. Janten sadaya makhluk wajib menerkeun sareng nuturkeun Kanjeng Nabi Muhammad."''
 
• [[Bahasa Indonesia]]<ref name=":1">{{Cite web|last=Aksara Pegon Indonesia|title=Baca Tulis Pegon Indonesia|url=https://archive.org/details/baca-tulis-pegon-indonesia/page/n7/mode/1up|website=archive.org}}</ref>:
Terjemahan Pegon Indonesia [[bahasa indonesia]]:
 
'''بڮينڎا نبي محمد اڎاله اوتوسن الله كڤڎ سموا مخلوق، اڤ ساج يڠ ڎچريتاكن اوليه بڮينڎا نبي محمد اڎاله كبنرن يڠ ۑات. مک سموا مخلوق واجب ممبنركن دان مڠيكوتي بڮينڎا نبي محمد'''
Pegon Indonesia:
 
'''باڮيندا نبي محمّد أدالاه اوتوسان الله كَيڤادا سَيمووا مخلوق، أڤا ساجا یاڠ ديچۤريتاكان أوليه باڮيندا نبی محمّد أدالاه كۤبۤنارَين یاڠ ۑاتا. ماكا سَيمووا مخلوق واجب مَيمبَيرناركان دان مَيڠيكوتي باڮيندا نبي محمّد.'''
 
Latin: ''“Baginda Nabi Muhammad adalah utusan Allah kepada semua makhluk, Apa saja yang diceritakan oleh Baginda Nabi Muhammad adalah kebenaran yang nyata. Maka semua makhluk wajib membenarkan dan mengikuti Baginda Nabi Muhammad.”''
 
• Pada contoh di atas terdapat 5 kata serapan (hanya yang bersifat serapan/kesamaan kosa kata) dari bahasa Arab yang harus ditulis sesuai dengan bahasa Arab yaitu:
*''Nabi'' harus ditulis '''نبي''' bukan '''نابي'''
*''Muhammad'' harus ditulis '''محمد''' bukan '''موهمماد'''
Baris 258 ⟶ 253:
|align=center colspan=2|
<gallery mode="packed" heights="200">
Berkas:Sundanese (Arabic char.) John 3 16 (1895).png|[[Yohanes 3:16]] dalam [[bahasa Sunda]].
Berkas:Babad Diponegoro in Pegon script – Perpusnas.jpg|[[Babad Diponegoro]] ditulis dalam abjad Pegon, koleksi [[Perpustakaan Nasional Republik Indonesia]]
Berkas:MUS Koin Kesultanan Banten 1552-1596; 5.jpg|Koin [[Kesultanan Banten]], pada masa Pangeran Ratu Ing Banten ([[15521596]]-[[15961651]]).
Berkas:Surat beraksara Pegon berbahasa Melayu.jpg|Surat beraksara [[Abjad Pegon|Pegon]] berbahasa [[Bahasa Melayu|Melayu]] dari [[Abu al-Mafakhir dari Banten|Sultan Abul Mufakir Mahmud Abdul Qadir]] (Pangeran Ratu) di [[Banten]] kepada Raja [[Inggris]], [[Charles I dari Inggris|Charles I]] [1628 M]. Terdapat ciri huruf [[Abjad Pegon|Pegon]] seperti huruf “[[Ḋul|ڎ]]” dan “[[ڊ]]”.
</gallery>
|}
Baris 294 ⟶ 290:
=== Lainnya ===
* {{Cite web|url=https://www.unicode.org/L2/L2019/19340-javanese-sundanese-arabic.pdf|title=Proposal to encode Javanese and Sundanese Arabic characters|author=Denis Moyogo Jacquerye|website=unicode.org}}
* {{Cite web|author=Aksara Pegon Indonesia|date=|title=Baca Tulis Pegon Indonesia|url=https://archive.org/details/baca-tulis-pegon-indonesia/page/n7/mode/1up|website=archive.org}}
 
== Pranala luar ==
Baris 301 ⟶ 298:
{{Huruf Arab}}
{{Jenis aksara}}
{{Bahasa Jawa}}
{{Bahasa Sunda}}
{{Bahasa Jawa}}
 
[[Kategori:Abjad Arab]]