Dyah Raṇawijaya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Penambahan referensi Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(43 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox royalty
| embed
| name
| title
| titletext =
| more
| type
| image
| image_size
| alt
| caption
| succession
| moretext
| reign =
| reign-type
| coronation
| cor-type
| predecessor
| pre-type
| successor
| suc-type
| regent
| reg-type
| reign1
| reign-type1
| coronation1
| cor-type1
| predecessor1
| pre-type1
| successor1
| suc-type1
| regent1
| reg-type1
| succession3
| moretext3
| reign3
| reign-type3
| coronation3
| cor-type3
| predecessor3
| pre-type3
| successor3
| suc-type3
| regent3
| reg-type3 = <!--
▲| birth_name = Dyah Raṇawijaya
| death_place = [[Kediri]]
▲| birth_date = <!-- For Gregorian dates: {{birth date and age|YYYY|MM|DD|df=y}} -->
| burial_date =
▲| birth_place = {{flag|Majapahit}}
▲| death_date = 1498 <!-- {{death date and age|YYYY|MM|DD|YYYY|MM|DD|df=y}} -->
|
▲| burial_place =
| issue = Harya Sontoguno, Harya Kerucil, Haryo Gohgor,Dewi Rengganis ,Harya Daha
▲| spouse =
|
| issue-pipe =
▲| consort = <!-- yes or no -->
| issue-type =
|
|
|
| regnal name
| full name = ▼
| posthumous name = ''Bhaṭāra Prabhu Girīndrawardhana'' {{resize|80%|(Prasasti Pĕṭak)}} <br> ''Prabhu Nātha Śrī Girīndrawardhana'' {{resize|80%|(Prasasti Jiyu I)}}
|
▲| regnal name = ''Paduka Śrī Maharaja Śrī Wilwatiktapura Janggala Kaḍiri'' {{resize|80%|(Prasasti Jiyu I)}}
▲| posthumous name= ''Bhaṭāra Prabhu Girīndrawardhana'' {{resize|80%|(Prasasti Pĕṭak)}} <br> ''Prabhu Nātha Śrī Girīndrawardhana'' {{resize|80%|(Prasasti Jiyu I)}}
▲| house =
|
▲| father = [[Singhawikramawardhana]]
▲| mother = Rajasawardhanadewi Dyah Sripura (Bhre Singhapura)
▲| occupation =
| signature_type =
| signature
| module
}}
'''Girindrawardhana Dyah Ranawijaya''' atau
== Identifikasi Dyah Ranawijaya dan Brawijaya ==
{{Main|Girindrawardhana}}
[[File:Rajasa-Dynasty id.svg]]
Baris 88 ⟶ 85:
Pada Prasasti Jiwu I bertarikh 1486, yang menceritakan penganugerahan tanah oleh 'Dyah Raṇawijaya' kepada kepada pendukungnya 'Sri Brahmaraja Gangadhara' dalam perang saudara melawan '''[[Kertabhumi|Bhre Kertabhumi]]''' dan menyebutkan bahwa '''Girīndrawardhana Dyah Raṇawijaya''' adalah raja yang berkuasa atas Wilwatiktapura (nama lain Majapahit), Janggala ([[Janggala|Kahuripan]]), dan Kaḍiri ([[Daha]]).{{sfn|Djaraf|1977}}
Sedangkan gelar [[Brawijaya]] juga dianggap identik dengan ''Dyah Ranawijaya'', yang namanya terdapat dalam penutupan naskah Pararaton. Kemungkinan hal ini berasal dari ejaan Batara Vojyaya yang terdapat pada naskah Suma Oriental (Ejaan Portugis untuk Bhatara Wijaya) yang disederhanakan menjadi Bhra Wijaya, yang kemudian familiar disebut Brawijaya di era Jawa Baru.
== Mengalahkan Bhre Kertabhumi ==
pada tahun 1466, [[Girisawardhana]] wafat dan digantikan oleh [[Suraprabhawa]] (Singhawikramawardhana), adiknya. Hal ini mengakibatkan, Bhre [[Kertabhumi]] melakukan pemberontakan terhadap Suraprabhawa pada tahun 1468, karena ia adalah salah satu putra [[Rajasawardhana]], dan merasa lebih berhak atas takhta Majapahit dibanding pamannya. Kemudian Dyah Suraprabhawa dan keluarganya termasuk Dyah Wijayakarana, Dyah Wijayakusuma, [[Dyah Ranawijaya]] melarikan diri ke daerah [[Keling, Kepung, Kediri|Keling, Kediri]] dan menjadi penguasa Keling dengan gelar [[Girindrawardhana]]. Setelah mengumpulkan kekuatan, mereka menyerang balik ''Kerthabumi''. Kekuasaan Bhre Kertabhumi berakhir setelah dikalahkan oleh [[Dyah Ranawijaya]], yang kemudian menjadi raja [[Majapahit]] yang memerintah sejak tahun 1474. Hal ini diperkuat juga dalam prasasti Jiyu (I, II, III, IV) dan Petak, tahun 1486, yang isinya yaitu memperingati 12-tahun kematian [[Singhawikramawardhana]]. Dyah Ranawijaya memberikan penghargaan tanah untuk pembangunan "Trailokyapuri" kepada "Sri Brahmaraja Ganggadara" yang membantunya mengalahkan [[Kertabhumi]] <ref name="SNI448">Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.</ref>, serta memindahkan ibu kota Majapahit ke Daha ([[Kediri]]). Kekalahan Bhre Kertabhumi memicu perang antara Majapahit melawan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Bhre Kertabhumi.
== Masa Akhir Majapahit ==
Baris 102 ⟶ 99:
=== Perang Majapahit - Demak ===
{{Main|Pati Unus|Trenggana}}
Ketika Tomé Pires datang ke Jawa (1513), peperangan terjadi antara Daha melawan Demak. Terkadang Demak yang menyerang dahulu, kadang Daha yang ganti menyerang. Pihak Daha selaku penerus [[Majapahit]] ingin merebut kembali deretan kota pelabuhan utara yang dikuasai Dĕmak. Hanya [[Tuban]] saja di wilayah pantura yang masih setia kepada Daha, sedangkan [[Surabaya]] kadang melawan Daha, kadang menjadi kawan.<ref name="Suma Oriental 2015"></ref>
Pada tahun 1522 penulis Italia bernama [[Antonio
Sementara itu, Babad Sĕngkala mencatat [[Tuban]] dan Daha (sekarang [[Kediri]]) baru bisa ditaklukkan oleh [[Demak]] pada tahun 1527. Saat itu yang menjadi raja Dĕmak adalah Sultan [[Trenggana]] (Pati Rodim) putra [[Raden Patah]].
|