Pendudukan Timor Leste oleh Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ukriana bro (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
GumSkyloard (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(17 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{see also|Invasi Indonesia ke Timor Timur|Genosida Timor Timur|Timor Timur}}
{{Infobox military conflict
| conflict = Pendudukan Indonesia di Timor Timur
Baris 12 ⟶ 13:
| combatant1 = {{flagcountry|Indonesia}}
* {{flagicon image|Flag of Timor Timur.svg}} [[Timor Timur]]
| combatant2 = {{flagcountry|Timor Leste}}
* {{flagicon image|Flag of FRETILIN (East Timor).svg}} [[Fretilin]] ([[Falintil]])
* {{flagicon image|FalintilFlag.png}} [[CNRT|CNRM]] (kemudian CNRT)
* {{flagicon image|
| commander1 = {{flagdeco|Indonesia}} [[Soeharto]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[B. J. Habibie]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Maraden Panggabean]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[M. Jusuf|Muhammad Jusuf]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Leonardus Benyamin Moerdani|L. B. Murdani]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Dading Kalbuadi]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Try Sutrisno]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Edi Sudradjat]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Feisal Tanjung]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Wiranto]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Prabowo Subianto]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[José Abílio Osório Soares]]<br />{{flagdeco|Indonesia}} [[Eurico Guterres]]
| commander2 = {{flagicon image|
| strength1 = 250.000 tentara<ref>{{cite book | url=https://books.google.com/books?id=m9Rfpn4ikEUC&dq=how+many+falintil+members+member+killed&pg=PA167 | title=Resistance: A Childhood Fighting for East Timor | isbn=9781458767615 | last1=Rei | first1=Naldo | date=16 Maret 2011 | publisher=ReadHowYouWant.com }}</ref>
| strength2 = 27.000 (termasuk non-kombatan pada tahun 1975)<ref>{{cite journal | url=https://www.jstor.org/stable/48602939 | jstor=48602939 | title=Reintegration of Falintil, Timor-Leste's Ex-Combatants, then and Now | last1=De Almeida | first1=Ursula | journal=Journal of Peacebuilding & Development | date=20 Agustus 2023 | volume=12 | issue=1 | pages=91–96 }}</ref><br />1.900 (termasuk non-kombatan pada tahun 1999)<br/>12.538 pejuang (1975–1999)<ref>{{cite web | url=http://www.etan.org/et2008/5may/17/15etdist.htm | title=East Timor distinguishes 15 "leading figures" of the liberation }}</ref>
| casualties1 = 2.277 tentara dan polisi Indonesia tewas<br>1.527 milisi Timor Timur tewas<br>2.400 terluka<br>'''Total:''' 3.408 tewas dan 2.400 terluka<ref>{{Cite journal|jstor=3351321|last1=Van Klinken|first1=Gerry|title=Indonesian Casualties in East Timor, 1975–1999: Analysis of an Official List|journal=Indonesia|year=2005|issue=80|pages=109–122|url=https://ecommons.cornell.edu/handle/1813/54351}}</ref>
| casualties2 = 11.907 pejuang tewas (1975–1999)<ref>{{cite web | url=http://www.etan.org/et2008/5may/17/15etdist.htm | title=East Timor distinguishes 15 "leading figures" of the liberation }}</ref>
|
}}
{{Sejarah Timor Leste}}
'''Pendudukan [[Indonesia]] di [[Timor Timur]]''' dimulai pada bulan Desember 1975 dan berlangsung hingga Oktober 1999. Setelah berabad-abad [[Timor Portugis|diperintah oleh Portugis]], [[Revolusi Anyelir|kudeta tahun 1974 di Portugal]] memicu dekolonisasi di bekas koloninya, menciptakan ketidakstabilan di Timor Timur dan ketidakpastian akan masa depannya. Setelah perang saudara berskala kecil, [[Fretilin]] yang pro-kemerdekaan mendeklarasikan kemenangan di ibu kota [[Dili]] dan mendeklarasikan kemerdekaan Timor Timur pada tanggal 28 November 1975.▼
{{genosida}}
▲'''Pendudukan [[Indonesia]]
Menyusul "Deklarasi Balibo" yang ditandatangani oleh perwakilan [[Apodeti]], [[Uni Demokratik Timor|UDT]], [[Asosiasi Pahlawan Timor|KOTA]] dan Partai Trabalhista pada tanggal 30 November 1975, pasukan militer Indonesia menginvasi Timor Timur pada tanggal 7 Desember 1975, dan pada tahun 1979 mereka berhasil menghancurkan perlawanan bersenjata terhadap pendudukan. Pada tanggal 17 Juli 1976, Indonesia secara resmi mencaplok Timor Timur sebagai provinsinya yang ke-27 dan mendeklarasikan provinsi [[Timor Timur|''Timor Timur'']].
Segera setelah invasi tersebut, [[Majelis Umum
Pemerintah lain, termasuk Selama dua puluh empat tahun, pemerintah Indonesia
Setelah pemungutan suara
Cakupan pengadilan yang terbatas dan kecilnya jumlah hukuman yang dijatuhkan oleh pengadilan di Indonesia telah menyebabkan banyak pengamat menyerukan dibentuknya pengadilan internasional untuk Timor Timur.<ref name="HRWTrib"/><ref name="IT2"/>
[[Universitas Oxford]] mengadakan konsensus akademis
== Latar belakang ==
Baris 124 ⟶ 127:
Pada akhir tahun 1976, terjadi kebuntuan antara Falintil dan tentara Indonesia. Tidak dapat mengatasi perlawanan besar-besaran dan menguras sumber dayanya, ABRI mulai mempersenjatai diri. [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut|Angkatan Laut Indonesia]] membeli kapal patroli penembak rudal dari [[Amerika Serikat]], [[Australia]], [[Belanda]], [[Korea Selatan]], dan [[Taiwan]], serta kapal selam dari [[Jerman Barat]].<ref>See H. McDonald, Age (Melbourne), 2 February 1977, although Fretilin transmissions did not report their use until 13 May.</ref> Pada bulan Februari 1977, Indonesia juga menerima tiga belas pesawat [[OV-10 Bronco]] dari [[Rockwell International|Rockwell International Corporation]] dengan bantuan kredit penjualan bantuan militer asing resmi pemerintah AS. Bronco sangat ideal untuk invasi Timor Timur, karena dirancang khusus untuk operasi kontra-pemberontakan di medan yang curam.<ref>Taylor, p. 90</ref> Pada awal Februari 1977, setidaknya enam dari 13 Bronco beroperasi di Timor Timur dan membantu militer Indonesia menentukan posisi Fretilin.<ref>"Big Build-up by Indonesian navy," Canberra Times, 4 February 1977.</ref> OV-10 Bronco memberikan pukulan berat bagi Falintil ketika pesawat itu menyerang pasukan mereka dengan senjata konvensional dan Napalm yang dipasok Soviet yang dikenal sebagai 'Opalm.' Bersamaan dengan persenjataan baru, 10.000 tentara tambahan dikirim untuk memulai kampanye baru yang dikenal sebagai 'solusi akhir'.<ref>Taylor, p. 91</ref>
[[Berkas:Prabowo in East Timor.jpg|thumb|Satuan Komando Nanggala TNI Angkatan Darat di Timor Timur dipimpin oleh [[Prabowo Subianto]]]]
Ahli strategi TNI menerapkan strategi atrisi melawan Falintil mulai September 1977. Hal ini dilakukan dengan membuat wilayah tengah Timor Timur tidak mampu menopang kehidupan manusia melalui serangan napalm, perang kimia dan perusakan tanaman. Hal ini dilakukan untuk memaksa penduduk agar menyerahkan diri ke dalam penjagaan pasukan Indonesia dan merampas makanan dan penduduk Falintil. Pejabat Katolik di Timor Timur menyebut strategi ini sebagai kampanye "pengepungan dan pemusnahan".<ref>Taylor (1990), p. 85.</ref> 35.000 tentara ABRI mengepung daerah-daerah yang didukung Fretilin dan membunuh pria, wanita, dan anak-anak. Pengeboman udara dan laut diikuti oleh pasukan darat, yang menghancurkan desa-desa dan infrastruktur pertanian. Ribuan orang mungkin telah terbunuh selama periode ini.<ref>Dunn (1996), pp. 275–276; Taylor, pp. 85–88; Budiardjo and Liong (1984), pp. 27–31.</ref> Pada awal 1978, seluruh penduduk sipil desa Arsaibai, dekat perbatasan Indonesia, dibunuh karena mendukung Fretilin setelah dibombardir dan kelaparan.<ref name="Taylor, p. 85">Taylor, p. 85</ref> Keberhasilan kampanye 'pengepungan dan pemusnahan' mengarah pada 'kampanye pembersihan akhir', di mana anak-anak dan laki-laki akan dipaksa untuk berpegangan tangan dan berbaris di depan unit-unit Indonesia mencari anggota Fretilin. Ketika anggota Fretilin ditemukan, anggota akan dipaksa untuk menyerah atau menembaki rakyatnya sendiri.<ref>John Taylor, “Encirclement and Annihilation,” in The Spector of Genocide: Mass Murder in the Historical Perspective, ed. Robert Gellately & Ben Kiernan (New York: Cambridge University Press, 2003), pp. 166–67</ref>
Baris 246 ⟶ 249:
[[File:INTERFET 12 Feb 2000.jpg|thumb|right|Pasukan [[INTERFET]] memasuki [[Dili]] pada 20 September, dua minggu setelah kelompok paramiliter pro-Indonesia memulai gelombang kekerasan terakhir.<ref name="interfet"/>]]
Kekerasan tersebut disambut dengan kemarahan publik yang meluas di Australia, Portugal dan di tempat lain dan para aktivis di Portugal, Australia, Amerika Serikat dan negara-negara lain menekan pemerintah mereka untuk mengambil tindakan. [[Perdana Menteri Australia]] [[John Howard]] berkonsultasi dengan Sekjen PBB [[Kofi Annan]] dan melobi [[Presiden Amerika Serikat|Presiden AS]] [[Bill Clinton]] untuk mendukung pasukan penjaga perdamaian internasional yang dipimpin Australia untuk memasuki Timor Timur guna mengakhiri kekerasan. Amerika Serikat menawarkan sumber daya logistik dan intelijen yang penting dan kehadiran pencegah "di luar cakrawala", tetapi tidak mengerahkan pasukan untuk operasi tersebut. Akhirnya, pada 11 September, Bill Clinton mengumumkan:<ref name="abc.net.au"
<blockquote>Saya telah menjelaskan bahwa kesediaan saya untuk mendukung bantuan ekonomi masa depan dari masyarakat internasional akan tergantung pada bagaimana Indonesia menangani situasi mulai hari ini.</blockquote>
Baris 375 ⟶ 378:
[[Kategori:Timor Timur]]
[[Kategori:Orde Baru]]
[[Kategori:Invasi oleh Indonesia]]
[[de:Geschichte Osttimors#Indonesische Besatzungszeit]]
|