Masjid Raya Piladang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: kemungkinan spam pranala VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Memperbaiki nama tempat Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(8 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 4:
| caption = Masjid Raya Piladang pada 2020
| building_name = Masjid Raya Piladang
| location = Lurah
| religious_affiliation = Islam
| leadership =
Baris 21:
| module1 = {{Location map many
|border=infobox
|
| caption = Lokasi di
| label = Masjid Raya Piladang
| link =
Baris 30:
}}
'''Masjid Raya Piladang''' adalah sebuah [[masjid]] yang berada di [[Lurah
Masjid ini berdiri di atas lahan seluas 1.600 m² dengan luas bangunan 900 m².<ref name=":0">{{Cite web|title=Sistem Informasi Masjid|url=https://simas.kemenag.go.id/profil/masjid/297532|website=simas.kemenag.go.id|access-date=2021-10-22}}</ref> Pada 30 September 2009, bangunannya mengalami kerusakan akibat [[Gempa bumi
== Sejarah ==
=== Pembangunan ===
Masjid Raya Piladang dibangun Oleh Syekh Muhammad Salieh dari pesukuan [[Suku Guci|Guci]]
Syekh Muhammad Salieh juga
Dulunya bangunan masjid ini tak sebesar bangunan yang berdiri saat ini. Pembangunannya diiringi dengan pendirian sebuah nagari yang kini dikenal dengan Jorong Piladang oleh masyarakat adat dari beberapa kaum. ''"Ceritanya dulu, sama-sama duduk (bersama) ninik, mamak dan datuak di sini, baru (setelah itu) dibangun masjid".'' Masjid ini berkonstruksi utama kayu dan pada awalnya dibangun dengan ukuran 12. x 12 meter. Menggunakan atap ijuk, Masjid Raya Piladang ini dulunya ditopang dengan tiang kayu dari pohon utuh berukuran besar. Di bagian tengah masjid terdapat satu tiang yang lebih besar dari tiang lainnya atau dikenali dengan "Tunggak Macu", tiang ini berukuran sebesar 3 kali rangkulan tangan orang dewasa. Kayu-kayu tersebut dicari oleh warga di kawasan hutan [[Sungai Beringin, Payakumbuh, Lima Puluh Kota|Sungai Baringin]], kemudian kayu yang telah ditebang diangkut secara gotong royong ke lokasi pembangunan masjid melalui aliran sungai. Pembangunan masjid pun dilakukan secara [[gotong royong]], mulai dari membentuk arsitektur masjid hingga bangunan jadi. Pada sekitar tahun 1900, atap masjid yang awalnya ijuk berganti dengan seng. karena pada saat itu juga banyak surau - surau yang mengganti atap seng. Pada tahun 1926 Masjid Piladang runtuh dan rusak berat akibat [[Gempa bumi Padang Panjang 1926|gempa yang terjadi di padang panjang]]. Setelah itu masjid dibangun kembali dengan kayu hingga akhirnya diganti dengan dinding beton beberapa tahun setelah merdeka, <ref>Ja'far Jalil, ''kisah seorang wali nagari Piladang masa lampau (2023)''</ref>
[[Berkas:Masjid Raya Piladang 2020 03.jpg|jmpl|Bagian Dalam Masjid pada tahun 2020]]
Tak seperti masjid-masjid tua pada umumnya, masjid ini didirikan tidak dengan atap yang berundak-undak atau bertingkat. Pada saat dibangun, masjid ini dinamakan "Masjid Piladang''"'' dan beberapa tahun setelah kemerdekaan, nama masjid ini berganti menjadi "Masjid Raya Piladang". Bentuk atapnya pun baru setelah merdeka juga dibuat bertingkat bersamaan dengan mengganti dinding kayu menjadi tembok. Masjid ini sudah mengalami sejumlah renovasi dan perubahan besar-besaran sejak dibangun. Salah satunya saat bangunan masjid mengalami kerusakan berat akibat guncangan [[Gempa bumi
Kini berdasarkan catatan [[Kementerian Agama Republik Indonesia]], Masjid Raya Piladang berdiri di atas tanah seluas 1.600 m² dengan luas bangunan 900 m², Di sekeliling masjid terdapat beberapa kolam ikan, dan di area masjid juga terdapat bak air berukuran besar yang dijadikan masyarakat setempat sebagai tempat mandi dan ber[[Wudu|wudhu]]. Pada sisi barat yang sejajar dengan mihrab, terdapat bangunan berupa menara memanjang bertingkat dua yang merupakan bangunan awal masjid.<ref name=":0" />
Baris 47 ⟶ 49:
=== Agresi Militer Belanda II 1948 ===
[[File:Masjid_Raya_Piladang_1960_2.jpg|220x124px|thumb|right|Murid - Murid Khatam Al - Quran Di Masjid Raya Piladang Tahun 1960an]]
Sehari setelah pembentukan dan pengumuman Kabinet [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia|Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) tanggal 22 Desember 1948]], Belanda menyerang beberapa kota di
Sebelumnya di tanggal 19 Desember 1948 di sekitar jam 09.00 pagi, terlihat tiga buah pesawat tempur milik pasukan tentara Belanda menuju arah Piobang lalu, pesawat itu melepaskan tembakan serta menjatuhkan Bom tepat Lapangan terbang [[Piobang, Payakumbuh, Lima Puluh Kota|Piobang]] Payakumbuh.
Baris 91 ⟶ 93:
{{coord|0|15|43.484|S|100|34|17.893|E|type:building|display=title}}
[[Kategori:Masjid di
[[Kategori:Kabupaten Lima Puluh Kota]]
|