Kesultanan Jambi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Roby diery (bicara | kontrib) Membalikkan revisi 23500092 oleh 182.3.100.200 (bicara) Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(127 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Country
| native_name = {{lang|ms-Arab|{{Script/Arabic|كسلطانن جمبي}}}}<br/>{{small|{{lang|ms|Kesultanan Jambi}}}}
| conventional_long_name = Kesultanan Jambi
| common_name = Kesultanan Jambi
| continent = <!--[[Asia]]-->
|
| country = <!--[[Indonesia]]-->
| religion = [[Islam]]
| image_flag = White flag 3 to 2.svg
| image_coat
| symbol_type =
| p1
| p2
| s1
| s2
| flag_p1 =
| flag_s1 = Flag of the Netherlands.svg
| flag_s2 = Flag of Indonesia.svg
| year_start = 1615
| year_end = 1904
| date_start =
| date_end =
| event_start =
| event_end = dibubarkan Belanda
| image_map = Jambi Kingdom.png
| image_map_caption = Peta Kerajaan Melayu Jambi, meliputi kawasan sebagian wilayah Riau dan semenanjung Palembang utara.
| capital = Tanah Pilih (sekarang [[Kota Jambi]])
| common_languages
| government_type = [[Monarki]] [[Kesultanan]]
| title_leader = Sultan
| leader1 = Sultan Abdul Kahar
| year_leader1 = 1615–1643
| leader2 =
| year_leader2 =
| leader3 =
| year_leader3 =
| leader4 = [[Thaha
| year_leader4 = 1900–1904
| currency =
| footnotes =
| flag_p2 = Id-siak1.GIF
| flag_caption = Kiri: Bendera Sultan dan [[bendera perang]] Jambi<ref name="Jambi Arms">{{Cite web |title=Jambi Arms |url=https://www.hubert-herald.nl/IndoJambi.htm |access-date=2024-01-25 |website=www.hubert-herald.nl}}</ref><ref>{{Kutip web |title=Negara Adat Indonesia bagian 1 |url=https://www.worldstatesmen.org/Indonesia_princely_states1.html#Jambi |access-date=2024-01-25 |website=www.worldstatesmen.org}}</ref> <br> Kanan: Bendera Bangsawan Komersial Jambi (Bendera Raja Sehari)<ref name="Jambi Arms"></ref><ref>{{Cite web|last=|first=|date=Selasa, 27 Maret 2012|title=MUSEUM PERJUANGAN RAKYAT JAMBI: Bendera Raja Sehari|url=https://museumperjuanganrakyatjambi.blogspot.com/2012/03/bendera.html|website=MUSEUM PERJUANGAN RAKYAT JAMBI|access-date=2024-11-29}}</ref>
| image_flag2 = Sultanate of Jambi Flag.png
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Islam}}
'''Kesultanan Jambi''' ([[Abjad Jawi|Arab Melayu]] : '''{{Script/Arabic|كسلطانن جمبي}}''') adalah sebuah [[kerajaan Melayu]] [[Islam]] yang pernah berdiri di provinsi [[Jambi]], [[Indonesia]].<ref>[https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-kerajaan-islam-di-sumatera/amp/ Sejarah Kerajaan Islam di Sumatera] Pada ''gramedia.com'' diakses 19 Juni 2021</ref><ref>[https://m.merdeka.com/pendidikan/kerajaan-jambi-kerajaan-islam-yang-dikhianati-voc.html Kerajaan Jambi, Kerajaan Islam yang dikhianati VOC] Pada ''merdeka.com'' 24 Maret 2016</ref><ref>[https://www.dgraft.com/outline/almanac/2016/09/kesultanan-jambi/ Kesultanan Jambi: Sejarah, Wilayah, Dan Perkembangan] Pada ''dgraft.com'' 28 Desember 2020</ref> [[Kesultanan]] ini sebelumnya bernama kerajaan Melayu Jambi yang didirikan oleh [[Datuk Paduko Berhalo]] bersama istrinya, Putri Selaras Pinang Masak,<ref>{{Cite
== Sejarah ==
=== Pendirian ===
Wilayah [[Jambi]] dulunya merupakan wilayah [[Kerajaan Melayu]]. Berdirinya kesultanan Jambi bersamaan dengan bangkitnya [[Islam]] di wilayah
Indonesia dan Asia-Eropa dari arsip VOC di Jakarta, dokumen 10. Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia, 2013.</ref>
=== Masa kejayaan ===
▲Berdirinya kesultanan Jambi bersamaan dengan bangkitnya [[Islam]] di wilayah [[Jambi]]. Pada 1616 Jambi merupakan pelabuhan terkaya kedua di [[Sumatra]] setelah [[Kesultanan Aceh|Aceh]],{{fact}} dan pada 1670 kerajaan ini sebanding dengan tetangga-tetangganya seperti [[Kesultanan Johor|Johor]] dan [[Kesultanan Palembang|Palembang]].{{fact}} Namun kejayaan Jambi tidak berumur panjang. Tahun 1680-an Jambi kehilangan kedudukan sebagai pelabuhan [[lada]] utama, setelah perang dengan Johor dan konflik internal.
[[File:MUS Koin Kesultanan Jambi 1804-1820; 2.jpg|jmpl|Koin timah yang pernah digunakan di wilayah Jambi dan Palembang, sekitar tahun
Sejak pertengahan abad ke-[[16]], para penguasa Jambi mengadakan perdagangan [[lada]] yang menguntungkan dengan bangsa [[Portugis]], [[Inggris]], dan [[Belanda]]. Kegiatan perdagangan itu juga melibatkan bangsa [[China]], [[Melayu]], [[Makassar]], dan [[Jawa]]. Kehidupan ekonomi Kesultanan Jambi yang makmur akibat kegiatan perdagangan inilah yang mampu membawa kerajaan menuju masa kejayaan di bawah Sultan Abdul Kahar.{{Cn}}
Sultan Jambi yang pertama ini berhasil membawa kerajaannya menjadi makmur berkat monopoli perdagangan lada dan pengenaan bea ekspor. Bahkan, pada [[1616]], ibu kota [[Jambi]] sudah dipandang sebagai pelabuhan terkaya kedua di [[Sumatera]], setelah [[Aceh]]. Berdasarkan data [[VOC]], Sultan Jambi meraup keuntungan 30-35 persen dari lada yang terjual. Sultan Abdul Kahar juga dikatakan sebagai penguasa yang kuat, bahkan tidak takut dengan tuntutan Raja [[Kesultanan Johor|Johor]] dan tidak pernah mau bekerja sama dengan VOC.{{Cn}}
=== Peperangan ===
Pada tahun 1903 Pangeran Ratu Martaningrat, keturunan Sultan Thaha, sultan yang terakhir, menyerah kepada Belanda. Kemudian Jambi digabungkan dengan keresidenan Palembang. Kesultanan Jambi resmi dibubarkan oleh pemerintah [[Hindia Belanda]] pada tahun 1906.▼
{{main|Peperangan Johor–Jambi}}
Selama abad ke-[[16]], [[Jambi]] menjadi terkenal berkat [[lada]] yang ditanam di dataran tinggi. Pada tahun 1615 Kompeni [[Belanda]] dan Kompeni [[Inggris]] mendirikan pangkalan-pangkalan mereka masing-masing di kawasan tersebut. Pada masa itu, Jambi bersekutu dengan [[Kesultanan Johor|Johor]], akan tetapi kemudian timbul sejumlah perselisihan ketika
mereka menyatakan berhak mengendalikan [[Kuala Tungkal]], yaitu sebuah kawasan di perbatasan Jambi dengan [[Indragiri Hilir|Indragiri]] yang merupakan jalan masuk ke kawasan pedalaman tempat lada ditanam.{{Cn}}
Sekitar tahun 1671 dan 1674, perselisihan yang berkepanjangan itu memuncak menjadi sebuah konflik terbuka, orang laut yang tunduk pada penguasa Jambi merompak kapal-kapal di perairan Johor, sementara orang laut dari Johor melancarkan aksi serupa di Jambi. Armada Johor bahkan berlayar masuk ke [[Batang Hari|Sungai Batanghari]] dan mengancam [[Kota Jambi|ibukota Jambi]]. Namun, hubungan mereka kemudian membaik dan di tahun 1681 para penguasa Jambi dan Johor masih bersedia untuk membina suatu persekutuan guna menghadapi saingan bersama mereka yaitu [[Kesultanan Palembang|Palembang]]. Orang
Laut dari kedua kerajaan menyerang kapal-kapal
dagang di perairan Palembang dan juga menjarah
kawasan pesisir.{{Cn}}
=== Kemunduran ===
Setelah [[VOC]] menyodorkan perjanjian dagang kepada Kesultanan Jambi, dengan tujuan melakukan monopoli. Sultan Abdul Kahar menolak perjanjian tersebut, memilih mengundurkan diri dari takhta dan kedudukannya digantikan oleh Pangeran Depati Anom atau Sultan Agung. Perjanjian pertama Kesultanan Jambi dengan VOC pun dilakukan, yang perlahan membawa kemunduran bagi kerajaan.{{Cn}}
Kejayaan Jambi tidak berumur panjang, pada tahun 1680-an, Jambi mulai kehilangan kedudukannya sebagai pelabuhan lada utama setelah pertempuran dengan pihak [[Kesultanan Johor|Johor]]. Selain itu, adanya penyelundupan dan utang, juga menjadi penyebab runtuhnya Kesultanan Jambi, yang diperparah dengan campur tangan [[Belanda]] dalam politik kerajaan.{{Cn}}
=== Keruntuhan ===
Berbeda dari penguasa sebelumnya, [[Thaha Syaifuddin dari Jambi|Sultan Thaha Saifuddin]] menolak keras perjanjian dengan [[Belanda]]. Bahkan utusan Belanda yang beberapa kali datang untuk menyodorkan perjanjian kepadanya selalu dihindari. Akibatnya Belanda marah dan melayangkan serangan pada 1858, hingga berhasil menguasai istana.{{Cn}}
Dalam serangan itu Sultan Thaha melarikan diri, sehingga Panembahan Prabu kemudian diangkat oleh Belanda menjadi penguasa baru di Kesultanan Jambi dengan gelar Sultan Ahmad Nazaruddin. Masa itu kesultanan Jambi masih mengendalikan Ibukota ([[Kota Jambi]]), namun Sultan Ahmad Nazaruddin tinggal di Dusun Tengah, tiga atau empat hari perjalanan dari Ibukota, di sebuah rumah sederhana dari papan. Ketika Sultan Thaha dalam pelarian, Kesultanan Jambi sempat dipimpin oleh beberapa sultan di bawah pengaruh Belanda. Kesempatan datang ketika terjadi kekosongan kekuasaan pada 1899, setelah Sultan Zainuddin dicopot oleh Belanda.{{Cn}}
▲Pada tahun 1903, Pangeran Ratu Martaningrat, keturunan dari Sultan Thaha
== Geografi ==
[[Jambi]] berkembang di wilayah cekungan [[Batang Hari]], sungai terpanjang di [[Sumatra]]. Sungai ini, dan anak-anak sungainya, seperti [[Batang Tembesi]], Batang Tabir dan [[Batang Merangin]], merupakan tulang punggung wilayah tersebut. [[Sungai Tungkal]] yang berbatasan dengan Indragiri memiliki cekungan tangkapan air sendiri. Sungai-sungai itu merupakan andalan transportasi utama Jambi.{{Cn}}
== Kependudukan ==
Baris 61 ⟶ 88:
== Pemerintahan ==
Kesultanan Jambi dipimpin oleh raja yang bergelar sultan. Raja ini dipilih dari perwakilan empat keluarga bangsawan (suku): suku Kraton, Kedipan, Perban dan Raja Empat Puluh. Selain memilih raja keempat suku tersebut juga memilih ''pangeran ratu'', yang mengendalikan jalan pemerintahan sehari-hari.{{fact}} Dalam menjalankan pemerintahan pangeran ratu dibantu oleh para menteri dan dewan penasihat yang anggotanya berasal dari keluarga bangsawan. Sultan berfungsi sebagai pemersatu dan mewakili negara bagi dunia luar.{{Cn}}
Menurut R. Sahabuddin (1954) dalam buku Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jambi (1978/1979), pemerintahan di pusat Kesultanan Jambi dipimpin oleh seorang sultan yang dibantu oleh pangeran ratu (putra mahkota) yang memimpin Rapat Dua Belas. Rapat Dua Belas terdiri atas dua bagian:{{Cn}}
* Kerapatan Patih Dalam (Dewan Menteri Dalam)
* Kerapatan Patih Luar (Dewan Menteri Luar)
Masing-masing kerapatan terdiri dari 6 orang, 1 orang ketua dan 5 orang anggota.{{Cn}}
Kerapatan Patih Dalam diketuai oleh Putra Mahkota yang bergelar Pangeran Ratu dengan para anggota yang diberi gelar :{{Cn}}
* Pangeran Adipati
* Pangeran Suryo Notokusumo
Baris 75 ⟶ 102:
* Pangeran Notomenggolo atau Pangeran Werokusumo
Kerapatan Patih Dalam pada hakekatnya merupakan Majelis Kerajaan (Rijksraad) yang berfungsi sebagai lembaga legislatif (DPR) pada masa sekarang.{{Cn}}
== Daftar penguasa ==
[[Berkas:Sultan Thaha Syaifuddin.jpg|jmpl|180px|Sultan Thaha Saifuddin, Sultan terakhir Kesultanan Jambi]]
Nama-nama dibawah menggunakan ejaan modern yang mungkin berbeda dari ejaan dalam dokumen asli. Nama ''nasab'' (patronim gaya Arab) juga tidak disertakan dalam daftar berikut.
{| class="wikitable"
Baris 111 ⟶ 139:
|1515 – 1540
|Panembahan Rantau Kapas
|Pangeran Hilang
|-
|6
Baris 217 ⟶ 245:
|(20)
|1900 – 1904
|[[Thaha Syaifuddin dari Jambi|Sultan Thaha Saifuddin Agung Sri Ingalaga]] {{Efn|content=Peneliti Jambi terdahulu menggunakan ejaan yang variatif untuk nama Thaha Saifuddin. Penulis memilih menggunakan ejaan tersebut, selanjutnya diringkas Thaha, merujuk pada penulisan aksara Arab pada stempel yang digunakan oleh sultan serta keumuman penulisan dalam institusi resmi di Jambi saat ini. Dalam stempel resmi kesultanan tertulis طه سيف الدين yang jika ditransliterasi ke dalam aksara Latin menggunakan Turabian style menjadi Taha Sayf al-Din. Dalam diskusi tahun 2016 lalu, Elsbeth Locher-Scholten menjelaskan alasannya menggunakan ejaan Taha merujuk pada penulisan dalam dokumen-dokumen Belanda.}}{{Efn|content=Memang ada beberapa variasi penulisan nama pahlawan Jambi tersebut, misalnya Sultan (kadang ditulis Sulthan) Taha (ada yang menyebut Thaha) Saifuddin (Syaifuddin)}}<ref>{{Cite journal|last=Abid|first=M. Husnul|date=2010|title=Saifuddin atau Safiuddin?: atau Jambi di Pinggir Sejarah|url=https://www.neliti.com/publications/37092/saifuddin-atau-safiuddin-atau-jambi-di-pinggir-sejarah#id-section-content|journal=Kontekstualita: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan|language=id|volume=25|issue=2|pages=37092|issn=1979-598X}}</ref><ref name=":1">{{Cite book|last=Sagala|first=Ismawati|date=2021|title=Islam dan Adat dalam Sistem Pemerintahan Jambi|location=Yogyakarta|publisher=Ombak|isbn=6022585953|editor-last=Nugrahini|editor-first=Karika Nurul|edition=Revisi|pages=|language=Indonesia|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite web|last=Sulindo|first=Redaksi|date=2020-07-21|title=Sultan Thaha, Melawan Belanda hingga Darah Penghabisan - Koran Sulindo|url=https://koransulindo.com/sultan-thaha-melawan-belanda-hingga-darah-penghabisan/|language=id-ID|access-date=2024-11-27}}</ref>
| Pangeran Ratu Jayaningrat
|-
Baris 224 ⟶ 252:
|colspan="2" | Dibubarkan Belanda
|-
| colspan="4" |<center>'''Modern (Sebagai Simbol Adat)'''{{Efn|content=Bisa jadi ada lebih dari satu yang mengenakan gelar ini di waktu bersamaan. Gubernur Jambi menjelaskan, karena hanya sebagai simbol budaya, maka gelar ini tidak memiliki andil dalam pemerintahan di Provinsi Jambi.}}<ref>{{Cite web|title=Rebutan Gelar Sultan Jambi, Muncul 2 Nama yang Ngaku Keturunan Sultan Thaha|url=https://kumparan.com/jambikita/rebutan-gelar-sultan-jambi-muncul-2-nama-yang-ngaku-keturunan-sultan-thaha-1xH7a6nepTc|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2024-11-27}}</ref></center>
|-
|24
|2012 – 2021
|Sultan Abdurrahman Thaha
|
|-
|25
|2022 –Sekarang
|
# Sultan Fuad bin Abdurrahman Baraqbah<ref>[https://www.lines.id/news/l-19951/sayid-fuad-bin-abdurrahman-baraqbah-dinobatkan-sebagai-sultan-jambi-secara-sah/ Sultan Jambi dilantik secara sah] di ''lines.id''</ref><ref>{{Cite web|title=Butuh 20 Tahun Penelitian, KDYMM Sayid Fuad Dinobatkan sebagai Sultan Jambi - News+ on RCTI+|url=https://www.rctiplus.com/news/detail/ekonomi/2729068/butuh-20-tahun-penelitian-kdymm-sayid-fuad-dinobatkan-sebagai-sultan-jambi|website=RCTI+|language=id|access-date=2024-11-27}}</ref>
# Sultan Raden Syafe’i Kertopati<ref>{{Cite web|last=Putra|first=Ara Permana|date=2022-02-09|title=Raden Syafe’i Kertopati Sandang Gelar Sultan di Jambi Selanjutnya|url=https://sekato.id/raden-syafei-kertopati-sandang-gelar-sultan-di-jambi-selanjutnya/|website=Umum dan Segalanya|language=en-US|access-date=2024-11-27}}</ref><ref>{{Cite web|last=Prima|first=Jambi|title=Kesepakatan Keluarga Keturunan Sultan Thaha untuk Gelar Sultan Selanjutnya - Jambi Prima - Info Terbaru dan Terpercaya|url=https://jambiprima.com/read/2022/02/09/14305/kesepakatan-keluarga-keturunan-sultan-thaha-untuk-gelar-sultan-selanjutnya/|website=jambiprima.com|language=Indonesia|access-date=2024-11-27}}</ref>
|
# Sayyid Fuad
|}
== Galeri ==
<gallery>
Berkas:
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de Sultan van Djambi Sumatra TMnr 60002758.jpg
▲Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De woning van de Sultan van Djambi te Doesoen Tengah Sumatra TMnr 60002826.jpg|jmpl|250px|Kediaman [[Sultan]] [[Jambi]] di Dusun Tengah (sekarang di desa Rambutan Masam, Kecamatan Muara Tembesi) pada tahun 1877-1879
▲Berkas:De beschieting van de Kraton van de Sultan van Djambi door de gouvernementsmarineschepen Celebes, Admiraal van Kinsbergen en Onrust op 8 september 1858 Rijksmuseum Amsterdam SK-A-4105.jpg|jmpl|250px|Lukisan penyerangan kapal Belanda dikeraton Sultan Jambi pada tahun 1858 - 1865.
▲Berkas:KapitulationJambi MartaNingrat-OLHelfrich 19040326.jpeg|jmpl|Pangeran Ratu Martaningrat menyerah ke Belanda tahun 1904.
▲File:Komp. Makam Tmn. Raja-Raja - Danau Sipin, Kota Jambi, JA.jpg|jmpl|Komplek Makam Raja-raja Jambi
▲MUS Koin Kesultanan Jambi 1804-1820; 2.jpg|Koin timah yang pernah digunakan di wilayah Jambi dan Palembang (1804-1820).
Berkas:Silsilah (Raja-raja) Jambi Or. 2304 b.pdf|Silsilah Raja-raja Jambi (dalam bahasa arab melayu).
Berkas:Silsilah (Raja-raja) Djambi Or. 2304 e.tif|Silsilah Raja-raja Jambi (dalam bahasa belanda)
Berkas:Silsilah (Raja-raja) Jambi Or. 2304 f.tif|Silsilah Raja-raja Jambi (dalam bahasa belanda).
Berkas:Silsilah (Raja-raja) Jambi Or. 2304 a.tif|Silsilah Raja-raja Jambi (dalam bahasa arab melayu).
Berkas:Letter from the Sultan of Jambi containing his credentials Or. 2305.tiff|Surat dari Sultan Jambi.
Berkas:Hikayat negeri Jambi Or. 2013.pdf|Hikayat negeri Jambi.
Berkas:Surat Sultan Thaha Saifuddin Jambi Ke Khalifah Utsmaniyah.png|Surat Sultan Thaha Saifuddin Jambi Ke Khalifah Utsmaniyah
Berkas:Sultan Thaha Syaifuddin.pdf|Buku Berjudul Sultan Thaha Syaifuddin
</gallery>
Baris 270 ⟶ 294:
* {{Cite book|title=Malay Seals from the Islamic World of Southeast Asia: content, form, context, catalogue|last=Gallop|first=Annabel Teh|year=2019|publisher=Lontar Foundation in association with British Library|isbn=9789813250864|language=en}}
* {{Cite book|title=Sumatran Sultanate and Colonial State: Jambi and the Rise of Dutch Imperialism, 1830–1907|last=Locher-Scholten|first=Elsbeth|year=2004|publisher=Cornell University Press|year=2004|isbn=9781501719387|language=EN}} Lihat pula edisi Bahasa Indonesia: {{Cite book|title=Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial: Hubungan Jambi-Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda|last=Locher-Scholten|first=Elsbeth|year=2008|publisher=KITLV|language=ID|isbn=9789791079150}}
* {{Cite book|title=Kinship and Food in South East Asia|url=https://archive.org/details/kinshipfoodinsou0000unse|last=Janowski|first=Monica|last2=Kerlogue|first2=Fiona|date=2007|publisher=NIAS Press|isbn=9788791114939|location=Copenhagen|pages=[https://archive.org/details/kinshipfoodinsou0000unse/page/68 68]}}
* {{Cite book|title=Sejarah Peranan Hukum Adat dan Adat Istiadat Jambi|last=Mukti|first=Zubir|year=1987|place=Muara Bungo}}
<!--* {{Google books |id=Oim6AAAAIAAJ |title=Gentle Janus, Merchant Prince }}-->
Baris 276 ⟶ 300:
== Pranala luar ==
* [https://m.kajanglako.com/id-2637-post-akhir-masa-kesultanan-jambi.html Akhir Masa Kesultanan Jambi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210624201059/https://m.kajanglako.com/id-2637-post-akhir-masa-kesultanan-jambi.html |date=2021-06-24 }} Pada ''kajanglako.com'' 21 Februari 2018
* [https://jamberita.com/read/2020/08/21/5961254/menelusuri-jejak-islam-di-nusantara-dan-jambi Menelusuri Jejak Islam di Nusantara dan Jambi]
{{Kerajaan di Sumatra}}
|