Adiwijaya dari Pajang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Menambah referensi penting Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(38 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Redirect|Joko Tingkir|kegunaan lain|Joko}}{{Infobox religious biography
| honorific-prefix =
| name = Mas
| image
|
| caption =Lukisan Potret Raden Fatah
|
| denomination = [[Sunni]]
|
|
|
| birth_place = [[Pengging]], [[Kesultanan Demak]] ▼
|
|
|
*[[Pangeran Benawa]]
*Putri Sekar Kedaton
|
|
| spouse =Ratu Mas Cempaka binti [[Sultan Trenggana]]
|predecessor=[[Sunan Prawoto]]|successor=[[Sayyid Yusuf Anggawi]] <br>
(Raden Pratanu Madura)|office1=Pendiri Kesultanan Pajang|term_start1=1554|term_end1=1582|predecessor1=[[Arya Penangsang]] <br>
(Sultan Demak Terakhir)|successor1=[[Arya Pangiri]]|title=|region=}}
▲| birth_place = Pengging
'''Mas Karèbèt''' atau sering disebut '''Joko Tingkir''' adalah Pendiri [[kesultanan Pajang|Kesultanan]] [[kerajaan Pajang|Pajang]] yang memerintah dari tahun 1568-1582 dengan bergelar '''Sultan Adiwijaya''' atau '''Hadiwijaya.''' Meski sering dijadikan tokoh dongeng di dalam ''Babad,'' Hadiwijaya merupakan pemimpin Islam Jawa yang sangat ilmiah, dan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Ini terbukti dalam Serat Nitisruti, literatur peninggalan Kesultanan Pajang yang masih otentik dan belum di-Babad-kan.
Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, Lahir pada tanggal 18 Jumadilakhir tahun Dal mangsa VIII menjelang subuh. Diberi nama "Mas Karebet" karena ketika dilahirkan, ayahnya Ki Kebo Kenanga dari Pengging Ki Ageng Pengging sedang menggelar pertunjukan wayang beber dan dalangnya adalah Ki Ageng Tingkir. Namun suara wayang yang "kemebret" tertiup angin membuat bayi itu diberi nama "Mas Karebet". Kedua ki ageng ini adalah murid Syekh Siti Jenar. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia. Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh memberontak terhadap Kerajaan Demak. Sebagai pelaksana hukuman ialah Sunan Kudus. Setelah kematian suaminya, Nyai Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal pula. Sejak itu, Mas Karebet diambil sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir) sejak saat itu masa remajanya lebih dikenal dengan nama "Jaka Tingkir".▼
Dari jalur ayahnya, nasab Sultan Hadiwijaya bersambung lurus pada banyak para ulama. Dia adalah keturunan ke-5 dari Syekh Jumadil Kubro. Hadiwijaya adalah putra dari Pangeran Kebo Kenongo (Ki Ageng Pengging), yang merupakan putra dari Jaka Sengara (Pangeran Andayaningrat/Ki Ageng Pengging Sepuh).
Sementara Pangeran Andayaningrat adalah putra dari Harya Pandaya, yang dalam catatan ''Silsilah Pengging'', dikenal sebagai Pangeran Bajul Petak. Harya Pandaya (Pangeran Bajul Petak) merupakan anak dari Dewi Asmorawati, yang masih keturunan Mahapatih Gajah Mada. Sementara ayah dari Harya Pandaya (Pangeran Bajul Petak), bernama Muhammad Kebungsuwan (Puyang Sutabaris), yang tak lain adalah putra bungsu dari penyebar Islam di Tanah Jawa, [[Syekh Jumadil Qubro|Syekh Jumadil Kubro.]]
Sejak kecil Hadiwijaya diasuh oleh Nyai Ageng Tingkir. Kemudian menjadi murid [[Sunan Kalijaga]]. Kesuksesan karirnya dimulai sejak ia mengabdi pada [[Kesultanan Demak]] dan menikah dengan Ratu Mas Cempaka, putri dari [[Trenggana|Sultan Trenggana]].Semenjak itulah, posisinya cukup berpengaruh di kalangan keluarga Kraton Demak. Sehingga ia pun didukung oleh [[Ratu Kalinyamat]] untuk memulihkan kestabilan politik Demak, peristiwa itu menyebabkan berdirinya [[Kesultanan Pajang]].
== Asal Usul ==
▲Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, Lahir pada tanggal 18
Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh memberontak terhadap Kerajaan Demak. Sebagai pelaksana hukuman ialah Sunan Kudus. Setelah kematian suaminya, Nyai Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal pula.
Sejak itu, Mas Karebet diambil sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir) yang membuat masa remajanya lebih dikenal dengan nama "Jaka Tingkir". Mas Karebet gemar bertapa, berlatih bela diri dan kesaktian, sehingga tumbuh menjadi pemuda yang tangguh dan tampan, ia lalu dijuluki Jaka Tingkir.
Guru pertamanya adalah sang ayah (Ki Ageng Kebo Kenongo), dan sang kakek (Jaka Sengara / Pangeran Andayaningrat / Ki Ageng Pengging Sepuh). Selain berguru kepada ayah dan kakeknya, Jaka Tingkir juga belajar dengan Sunan Kalijaga, dan lalu berguru pada Ki Ageng Sela, yang kemudian dipersaudarakan dengan ketiga murid dari Ki Ageng Sela, yaitu: [[Ki Juru Martani]], [[Ki Ageng Pamanahan]], dan [[Ki Panjawi]].
Jaka Tingkir kemudian berguru pada Ki Ageng Banyubiru atau Ki Kebo Kanigoro (saudara tua ayahnya / kakak mendiang ayahnya). Dalam perguruan ini ada murid yang lain, yaitu Mas Manca, Mas Wila, dan Ki Wuragil.
'''Silsilah Sultan Hadiwijaya :'''
{{familytree/start}}
{{familytree| | AND |-|v|-|PEM| | | | | |AND=
{{familytree| | | | | |!| | | | | | | | |}}
{{familytree| | | | | KEB |-|v|-| NAP | |KEB=[[Ki Ageng Pengging|Kebo Kenanga]]|NAP=Nyi Ageng Pengging}}
{{familytree| | | | | | | | |!| | | | | |}}
{{familytree| | | | | | | | HAD | | | | |HAD='''Mas Karebet/Joko Tingkir''' (
{{familytree/end}}
===
Adiwijaya memiliki beberapa orang anak. Putri-putrinya antara lain dinikahkan dengan Panji Wiryakrama Surabaya, Raden Pratanu Madura, dan Arya Pamalad Tuban.
Putrinya yang bernama [[Glampok Raras]] menikah dengan [[Panembahan Ratu I]] dan menjadi permaisuri [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]].<ref>{{Cite web|title=Perkawinan Panembahan Ratu Dengan Putri Glampok Raras|url=https://www.historyofcirebon.id/2019/10/perkawinan-panembahan-ratu-dengan-putri.html|website=Sejarah Cirebon|language=id|access-date=2023-02-02}}</ref>
[[Arya Pangiri]] didukung Panembahan Kudus (
== Mengabdi ke Demak ==
Baris 87 ⟶ 92:
Maka, Adiwijaya pun mengadakan sayembara. Barangsiapa dapat membunuh [[Aryo Penangsang]] akan mendapatkan tanah [[Pati]] dan mentaok/[[Mataram]] sebagai hadiah.
Sayembara diikuti kedua cucu [[Ki Ageng Sela]], yaitu [[Ki Ageng Pemanahan]] dan Ki Panjawi. Dalam perang itu, [[Ki Juru Martani]] (kakak ipar [[Ki Ageng Pemanahan]]) berhasil menyusun siasat cerdik
Setelah peristiwa tahun 1549 tersebut, Pusat kerajaan tersebut kemudian dipindah ke [[Pajang]] dengan Adiwijaya sebagai raja pertama. Demak kemudian dijadikan Kadipaten dengan anak Sunan Prawoto yang menjadi Adipatinya.
Baris 139 ⟶ 144:
Adiwijaya alias Jaka Tingkir akhirnya meninggal dunia tahun 1582 tersebut. Ia dimakamkan di desa Butuh, yaitu kampung halaman ibu kandungnya.
==
{{reflist}}▼
▲Adiwijaya memiliki beberapa orang anak. Putri-putrinya antara lain dinikahkan dengan Panji Wiryakrama Surabaya, Raden Pratanu Madura, dan Arya Pamalad Tuban. Adapun putri yang paling tua dinikahkan dengan [[Arya Pangiri]] bupati [[Demak]]. Arya Pangiri sebenarnya adalah anak sultan Demak Sunan Prawoto, yang seharusnya memang meneruskan garis suksesi [[Kesultanan Demak]] dahulu.<ref>[[M. C. Ricklefs|Ricklefs, M. C.]], ''A History of Modern Indonesia since c. 1200'', Palgrave MacMillan, New York, 2008 (terbitan ke-4), ISBN 978-0-230-54686-8</ref> Putrinya yang bernama [[Glampok Raras]] menikah dengan [[Panembahan Ratu I]] dan menjadi permaisuri [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]].<ref>{{Cite web|title=Perkawinan Panembahan Ratu Dengan Putri Glampok Raras|url=https://www.historyofcirebon.id/2019/10/perkawinan-panembahan-ratu-dengan-putri.html|website=Sejarah Cirebon|language=id|access-date=2023-02-02}}</ref>
▲[[Arya Pangiri]] didukung Panembahan Kudus (Sayyid Amir Khan, Pengganti [[Sunan Kudus]]) untuk menjadi sultan. [[Pangeran Benawa]] sang [[putra mahkota]] saat itu disingkirkan namun masih diberi jabatan menjadi bupati Jipang. [[Arya Pangiri]] pun lalu menjadi sultan di [[Pajang]] dengan gelar Ngawantipura.
▲== Catatan ==
== Referensi ==
▲{{reflist}}
* Andjar Any. 1980. ''Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi?'' Semarang: Aneka Ilmu
* ''Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647''. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
|