Literasi digital: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
Htdmap2020 (bicara | kontrib)
menambah teori tentang "kesenjangan (literasi) digital" dari Van Dijk (2003) dan teori "(digital) technology acceptance model" dari Davis (1989), dan perapihan bbrp pranala internal.
 
(21 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Literasi Digital via Permainan dan Buku.jpg|al=Literasi Digital via Permainan dan Buku|jmpl|Edukasi Literasi Digital melalui Permainan Ular Tangga dan Kegiatan Membaca Buku <ref>{{Cite web|date=Januari 2024|title=Catatan Sejarah Internet Sehat - ICT Watch|url=https://ictwatch.id/v2/catatan-perjalanan/|website=ICT Watch}}</ref>.]]
'''Literasi digital''' atau '''kemelekan digital''' (melek digital) dan disebut juga '''literasi media digital''', adalah [[pengetahuan]] dan kecakapan untukdalam menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat [[informasi]], dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh [[hukum]] sesuai dengan kegunaannya dalam rangka membinauntuk [[komunikasi]] dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.<ref>{{Cite news|last=Putri|first=Vanya Karunia Mulia|date=15 Juni 2021|title=Literasi Digital: Pengertian, Prinsip, Manfaat, Tantangan dan Contoh|url=https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/15/142539669/literasi-digital-pengertian-prinsip-manfaat-tantangan-dan-contoh|work=[[Kompas.com]]|access-date=6 Desember 2021}}</ref> Literasi digital juga dapat didefinisikan sebagai "kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), untuk menemukan, mengevaluasi, membuatmemanfaatkan, membuat dan mengkomunikasikan konten / informasi, yangdengan membutuhkan keterampilankecakapan [[kognitif]] danmaupun teknisteknikal".<ref name=":0">{{Cite booknews|lastdate=|first=Tim7 GLNApril Kemdikbud|year=2017|title=LiterasiICT DigitalWatch (GerakanLuncurkan Kerangka Literasi Nasional)|location=Jakarta|publisher=SekretariatDigital TIM GLN KemdikbudIndonesia|isbnurl=|page=8}}</ref><ref>[https://literacywww.alaliputan6.orgcom/digital-literacytekno/ "Digital Literacy"]. Welcome to ALA's Literacy Clearinghouse. 2017read/2923263/ict-01watch-19. Diakses 2021luncurkan-12kerangka-03.literasi-digital-indonesia|work=Liputan6}}</ref> Literasi digital juga merupakan kemampuan menggunakan [[teknologi informasi dan komunikasi]] (TIK) untuk mengkomunikasikan konten/informasi dengan kecakapan [[kognitif]] dan teknikal.<ref name=":112">{{Cite book|title=Kerangka Literasi Digital|last=|first=Acep Syaripudin dkk|publisher=Kominfo Publisher|year=20182017|isbnurl=9786025132421|location=Jakarta|page=4 https://pustaka- 5}}</ref> Literasi digital lebih cenderung pada hal hal yang terkait dengan keterampilan teknis dan berfokus pada aspek kognitif dan sosial emosional dalam dunia dan lingkungan digital.<ref>{{Cite bookkemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=2547|title=DigitalKerangka literacies:Literasi concepts,Digital policies and practicesIndonesia|urllocation=https://www.worldcat.org/oclc/213133349Jakarta|publisher=PeterICT LangWatch|dateisbn=20089786025132421|locationeditor-last=NewYorkUtoyo|isbneditor-first=9781433101694Donny|oclcpage=213133349|lasturl-status=Lankshear, Colin.|last2=Knobel, Michele.live}}</ref> Literasi digital merupakan respons terhadap perkembangan teknologi dalam menggunakan media untuk mendukung masyarakat memiliki kemampuan membaca serta meningkatkan keinginan masyarakat untuk membaca.<ref>{{Cite book|title=Pengantar Tata Kelola Internet
Seri Literasi Digital|last=Septianingrum|first=Alvidha, dkk|publisher=Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia,|year=2018|isbn=|location=Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia|page=}}</ref> Literasi digital adalah bagaimana kita dapat membaca cara kerja mesin aplikasi teknologi seperti: ''programing, artificial intelligence, engineering principle'' dan lain-lain. <ref>{{Cite web|last=Permanajati|first=Aditya Andriansyah|date=9 Oktober 2022|title=Literasi Baru: Literasi Manusia, Data dan Digital|url=https://pustakawana.com/5011/literasi-baru-literasi-manusia-data-dan-digital/|website=Pustakawana|access-date=9 Oktober 2022}}</ref>
 
Banyaknya pengguna intenet di Indonesia menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan aktivitas digital terpadat sedunia. Tingginya arus lalu lintas digital tersebut tidak hanya membawa dampak positif, tetapi juga menyimpan dan membawa potensi bahaya. Pada era lndustri tranformasi digital saat ini, [[digitalisasi]] merupakan suatu fenomena yang harus dihadapi. Seluruh komponen industri, pemerintahan, maupun institusi pendidikan harus memiliki kapabilitas yang mampu memanfaatkan fenomena digital sebagai sarana mendapatkan kinerja yang baik secara individu maupun organisasi.
 
Oleh karena itu, diperlukan literasi digital. Literasi digital adalah seperangkat kemampuan untuk memanfaatkan dan memahami informasi digital,  teknologi, dan media untuk mencari, mengevaluasi, membuat, dan berkomunikasi (Techataweewan dan Prasertsin, 2017). Menurut UNESCO, literasi digital merupakan kemampuan untuk mengakses sumber berita dan mengevaluasi secara kritis dan menciptakan informasi melalui teknologi digital. Melalui literasi digital, seseorang tidak sekadar memiliki kemampuan untuk mengoperasikan peralatan teknologi, tetapi juga harus memiliki kemampuan lain, seperti ''accessing, managing, evaluating, integrating, creating,'' dan ''communicating information''.<ref>{{Cite book|last=Widokarti|first=Joko Rizkie|date=25 Juni 2019|url=http://repository.ut.ac.id/8611/1/Orasi25Juni19.pdf|title=LITERASI DIGITAL DAN TRANSFORMASI BERKELANJUTAN DALAM ERA PERUBAHAN|location=Tangerang Selatan|publisher=Universitas Terbuka|pages=4|url-status=live}}</ref>
 
== Definisi ==
PaulGilster Gilster(1997) mendefinisikan literasi digital sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber dengan sangat luas yang diakses melalui piranti komputer.<ref>{{Cite web|last=Gerakan Literasi Nasional|date=tanpa tanggal|title=Buku Literasi Digital|url=https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/buku-literasi-digital/|website=Gerakan Literasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|access-date=6 Desember 2021}}</ref><ref>{{Cite book|last=Gilster|first=Paul|date=1997|url=https://openlibrary.org/works/OL2627594W/Digital_literacy|title=Digital Literacy|publisher=Wiley Computer Pub|url-status=live}}</ref> UNESCO sendiri menguraikan bahwa literasi digital adalah kecakapan yang tidak hanya melibatkan kemampuan penggunaan perangkat teknologi, informasi dan komunikasi, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk dalam pembelajaran bersosialisasi, sikap berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetisi digital.<ref>{{Cite news|last=Qothrunnada|first=Kholida|date=23 November 2021|title=Apa itu Literasi Digital? Ini Penjelasan serta Manfaatnya|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5822740/apa-itu-literasi-digital-ini-penjelasan-serta-manfaatnya|work=[[Detik.com|detikcom]]|access-date=6 Desember 2021}}</ref><ref>[https://literacy.ala.org/digital-literacy/ "Digital Literacy"]. Welcome to ALA's Literacy Clearinghouse. 2017-01-19. Diakses 2021-12-03.</ref> Lankshear dkk (2008) kemudian melihat literasi digital terkait erat dengan "keterampilan teknis dan berfokus pada aspek kognitif dan sosial emosional dalam dunia dan lingkungan digital".<ref>{{Cite book|last=Lankshear|first=Colin|last2=Knobel|first2=Michele|date=2008|url=https://books.google.co.id/books/about/Digital_Literacies.html?id=doVQq67wWSwC|title=Digital Literacies: Concepts, Policies and Practices|location=New York|publisher=Peter Lang|isbn=9781433101694|oclc=213133349|url-status=live}}</ref>
 
== Latar belakang ==
Literasi media dimulai di Inggris  dan Amerika Serikat masing-masing sebagai akibat dari propaganda perang pada tahun 1930-an dan munculnya iklan pada tahun 1960.<ref>{{Cite journal|last=Scheidt|first=Lois|date=2015|title=A review of 'It's Complicated: The Social Lives of Networked Teens' by Boyd, Danah (2014)|url=https://www.researchgate.net/publication/276264009_It's_Complicated_The_Social_Lives_of_Networked_Teens|journal=New Media & Society|volume=17|issue=2|pages=314-316|doi=10.1177/1461444814554342c}}</ref> Pesan manipulasi dan proliferasi berbagai bentuk media telah menarik lebih banyak perhatian dari para pendidik. Mempromosikan pendidikan  media untuk mengajar individu bagaimana menilai dan mengevaluasi pesan media yang mereka terima. Kemampuan untuk mengkritik konten digital dan multimedia memungkinkan individu untuk mengidentifikasi bias dan menilai pesan secara mandiri.<ref>Liu, Zhi-Jiang; Tretyakova, Natalia; Fedorov, Vladimir; Kharakhordina, Marina (2020-07-31). [https://online-journals.org/index.php/i-jet/article/view/14669 "Digital Literacy and Digital Didactics as the Basis for New Learning Models Development". International Journal of Emerging Technologies in Learning]. hlm. 4–18. ISSN 1863-0383.</ref>
 
Literasi digital sama pentingnya dengan membaca, menulis, berhitung, dan disiplin ilmu lainnya.<ref>{{Cite web|last=Amanda|first=Septiany|date=18 Maret 2021|title=Apa itu Literasi Digital, Prinsip Dasar, Manfaat, dan Contohnya|url=https://tirto.id/apa-itu-literasi-digital-prinsip-dasar-manfaat-dan-contohnya-gbhL|website=Tirto|access-date=6 Desember 2021}}</ref> Agar seseorang dapat menilai pesan digital dan multimedia secara mandiri, mereka harus menunjukkan keterampilan literasi digital dan memanfaatkan aplikasi digital secara bijak.<ref>{{Cite web|last=Sugiharto|first=Gandang Dwi Haryo|date=1 Oktober 2021|title=Mercermati Urgensi Literasi Digital pada Era Digitalisasi|url=https://www.republika.co.id/berita/r09qn1440/mercermati-urgensi-literasi-digital-di-era-digitalisasi|website=Republika|access-date=6 Desember 2021}}</ref> Renee Hobbs telah menyusun daftar keterampilan yang menunjukkan keterampilan literasi digital dan media. Literasi digital dan media mencakup kemampuan untuk menelaah dan memahami makna pesan, menilai kredibilitas, dan menilai kualitas sebuah karya digital.<ref>Martens, Hans; Hobbs, Renee (30 April 2015). [https://digitalcommons.uri.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1048&context=com_facpubs "How Media Literacy Supports Civic Engagement in a Digital Age"]. Atlantic Journal of Communication. hlm. 10–11. doi:10.1080/15456870.2014.961636. S2CID 52208620.</ref> Literasi digital tidak hanya tentang membaca dan menulis di perangkat digital, tetapi juga melibatkan mengetahui produksi kekuatan media lain, seperti merekam dan mengunduh video.<ref>Heitin, Liana (2016-11-09). [https://www.edweek.org/teaching-learning/what-is-digital-literacy/2016/11 "What Is Digital Literacy? - Education Week"]. Education Week. Diakses 2021-12-03.</ref>
 
Namun demikian perlu adanya pendekatan yang komprehensif dalam meningkatkan literasi digital dewasa ini agar tidak menimbulkan [[Kesenjangan digital di Indonesia|kesenjangan digital]]. Hal ini mencakup pemberian akses yang setara, pendidikan yang berfokus pada keterampilan digital, serta penciptaan lingkungan yang mendukung adopsi teknologi. Dalam isu literasi digital, pendekatan ini dapat diterapkan untuk menjembatani kesenjangan digital di masyarakat pedesaan maupun perkotaan, terutama bagi kelompok rentan seperti perempuan dan kelompok berpendidikan rendah. Jan van Dijk (2003) mengidentifikasi kesenjangan digital sebagai masalah multidimensional yang mencakup akses mental, material, keterampilan, dan penggunaan. Mereka menekankan bahwa kesenjangan digital tidak hanya terkait dengan ketersediaan perangkat dan akses digital semata, tetapi juga kemampuan pengguna untuk memanfaatkan teknologi digital secara efektif<ref>{{Cite journal|last=Van Dijk|first=Jan|date=19 Januari 2011|title=The Digital Divide as a Complex and Dynamic Phenomenon|url=https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/01972240309487|journal=The Information Society|volume=19 / 2003|doi=10.1080/01972240309487}}</ref>.
 
Dalam konteks literasi digital, tantangan utama meliputi ketimpangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan digital secara memadai​ pun kurangnya pengalaman menggadopsi teknologi digital. Adapun Fred D. Davis (1989) menyoroti dua faktor utama yang memengaruhi tingkat adopsi teknologi (digital): persepsi kegunaan dan kemudahan penggunaan. Kedua faktor ini relevan dalam meningkatkan literasi digital, karena tanpa pemahaman bahwa teknologi dapat memberikan manfaat langsung, pengguna cenderung enggan mengadopsi atau menguasai teknologi baru. Untuk mengatasi hal ini, pelatihan literasi digital harus difokuskan pada penyederhanaan pengalaman teknologi dan menunjukkan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari​<ref>{{Cite journal|last=Davis|first=Fred|date=September 1989|title=Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology|url=https://www.jstor.org/stable/249008|journal=Management Information Systems Research Center|volume=13|issue=3|doi=10.2307/249008}}</ref>.
 
== Elemen ==
Ada 4 (empat) pilar literasi digital Indonesia merujuk pada rancangan [[Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia|Kominfo]], [https://japelidi.id/ Japelidi] dan [https://siberkreasi.id/ SIBERKREASI] pada tahun 2021 yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, kreatif dan produktif. Keempat pilar tersebut adalah: Cakap Digital, Aman Digital, Budaya Digital dan Etika Digital, atau biasa disingkat CABE.<ref>{{Cite web|title=4 Pilar Literasi Digital – CABE (Cakap Aman Budaya Etika)|url=https://gnld.siberkreasi.id/modul/|website=GNLD Siberkreasi}}</ref>
*Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital;
 
Adapun elemen lainnya adalah yang diperkenalkan oleh Gerakan Literasi Nasional Kemdikbud pada tahun 2017 yaitu:
*Kultural, yaitu  pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital;
 
* Kognitif, yaitu daya pikir dalam menilai konten;
Baris 23 ⟶ 34:
* Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru;
 
* Kritis dalam menyikapi konten; dan bertanggung jawab secara sosial.<ref name=":0">{{Cite book|last=|first=Tim GLN Kemdikbud|year=2017|title=Literasi Digital (Gerakan Literasi Nasional)|location=Jakarta|publisher=Sekretariat TIM GLN Kemdikbud|isbn=|page=8}}</ref>
 
== Prinsip ==
Baris 32 ⟶ 43:
 
== Kerangka ==
Adapun ICT Watch pada tahun 2017 telah memperkenalkan kerangka literasi digital [[Internet Sehat dan Aman|Internet Sehat]] yang berisi 3 (tiga) hal, yaitu:
# Proteksi (safeguard), yaitu perlunya kesadaran atas keselamatan dan kenyamanan pengguna internet, yaitu perlindungan data pribadi, keamanan daring serta privasi individu dengan layanan teknologi enkripsi sebagai salah satu solusi yang disediakan;
# Hak-hak (right), yaitu hak kebebasan berekspresi yang dilindungi, hak atas kekayaan intelektual, dan hak berserikat dan berkumpul;
# Pemberdayaan (empowerment), yaitu pemberdayaan internet untuk menghasilkan karya produktif, jurnalisme warga, dan kewirausahaan serta hal -hal terkait etika informasi.<ref name=":113">{{Cite book|last=|first=|year=2017|url=https://pustaka-digital.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=2547|title=Kerangka Literasi Digital Indonesia|location=Jakarta|publisher=ICT Watch|isbn=9786025132421|editor-last=Utoyo|editor-first=Donny|page=|url-status=live}}</ref>
 
== Sejarah Gerakan Literasi Digital Nasionaldi Indonesia ==
 
* [[Internet Sehat dan Aman|'''Internet Sehat''']] yang diinisiasi sejak 2002 oleh [https://icwatch.id ICT Watch] adalah salah satu cikal bakal gerakan literasi digital di Indonesia. ICT Watch adalah organisasi masyarakat sipil yang telah mendapatkan sejumlah penghargaan PBB, berkolaborasi dengan ''multistakeholder'' nasional dan global <ref>{{Cite news|date=22 Juni 2017|title=Apresiasi PBB Atas Program Internet Sehat Indonesia|url=https://tirto.id/apresiasi-pbb-atas-program-internet-sehat-indonesia-crfs|work=Tirto}}</ref><ref>{{Cite news|date=11 Juli 2022|title=ICT Watch: Penggunaan teknologi digital harus diimbangi literasi|url=https://www.antaranews.com/berita/2990381/ict-watch-penggunaan-teknologi-digital-harus-diimbangi-literasi|work=Antara}}</ref>. Salah satu pendiri ICT Watch adalah [[Donny Utoyo]], pemerhati sosiologi digital dan pegiat literasi digital <ref>{{Cite news|date=8 November 2018|title=Indonesia Alami Darurat Literasi Digital|url=https://www.kompas.id/baca/polhuk/2018/11/08/indonesia-alami-darurat-literasi-digital|work=Kompas}}</ref><ref>{{Cite web|title=Donny B.U: Gagasan Pendekatan Multi-stakeholder untuk Pengelolaan Kebebasan Berekspresi di Internet|url=https://www.goethe.de/ins/id/id/kul/mte/ddd/dbu.html|website=Goethe Institut|access-date=26 September 2024}}</ref>.
* Menyasar literasi digital di sekolah dengan indikator;
* '''Jaringan Pegiat Literasi Digital''' ([https://japelidi.id/ Japelidi]) didirikan sejak 2017 saat ini beranggotakan 168 pegiat dari 78 Universitas/lembaga yang tersebar di 30 Kota, dalam dan luar negeri. Japelidi adalah salah satu motor penggerak beragam kegiatan literasi digital di Indonesia <ref>{{Cite news|date=4 Mei 2024|title=Cegah Disinformasi Ditahun Politik, Japelidi Edukasi Anak Muda|url=https://www.rri.co.id/iptek/671336/cegah-disinformasi-ditahun-politik-japelidi-edukasi-anak-muda|work=RRI}}</ref><ref>{{Cite news|date=6 September 2023|title=Japelidi tegaskan perlu komitmen untuk literasi digital Indonesia|url=https://megapolitan.antaranews.com/berita/258219/japelidi-tegaskan-perlu-komitmen-untuk-literasi-digital-indonesia|work=Antara}}</ref> . Salah satu pendiri Japelidi adalah Novi Kurnia, akademisi dan peneliti komunikasi dari UGM <ref>{{Cite web|title=Profil Novi Kurnia|url=https://womenunlimited.id/narasumber-profile?id=135|website=Women Unlimited|access-date=26 September 2024}}</ref><ref>{{Cite web|title=UGM Press, Profil Novi Kurnia|url=https://ugmpress.ugm.ac.id/id/writer/detail/novi-kurnia|website=Novi Kurnia|access-date=26 September 2024}}</ref> .
* Menyasar literasi digital di keluarga dengan indikator;
* Gerakan Nasional Literasi Digital '''[https://siberkreasi.id SIBERKREASI]''' diluncurkan pada 2 Oktober 2017, kolaborasi ''multistakeholder'' untuk meningkatkan literasi digital di masyarakat. Saat ini tak kurang dari 130 entitas bergabung sebagai jejaring SIBERKREASI dan memiliki kegiatan daring/luring <ref>{{Cite news|title=Menkominfo dukung gerakan nasional literasi digital Siberkreasi|url=https://www.antaranews.com/berita/655986/menkominfo-dukung-gerakan-nasional-literasi-digital-siberkreasi|work=Antara|access-date=2 Oktober 2017}}</ref><ref>{{Cite news|date=30 Nov 2023|title=Siberkreasi: Literasi Digital dan Berpikir Kritis Buat Diri Kita Kebal Hoaks|url=https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/5468255/siberkreasi-literasi-digital-dan-berpikir-kritis-buat-diri-kita-kebal-hoaks|work=Liputan6}}</ref>. Adapun Ketua Umum Siberkreasi saat ini adalah [[Donny Utoyo|Donny B.U]] <ref>{{Cite news|date=07 Februari 2024|title=Pakar Ungkap Alasan Hoaks Berbahaya, Simak Risikonya|url=https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20240207103012-192-1059657/pakar-ungkap-alasan-hoaks-berbahaya-simak-risikonya|work=CNN Indonesia}}</ref>.
* Menyasar literasi digital di bermasyarakat dengan indikator.<ref name=":0" />
 
== Referensi ==
Baris 47 ⟶ 59:
{{Pendidikan-stub}}
[[Kategori:Istilah internet]]
[[Kategori:Literasi]]