Sanjaya dari Mataram: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
clean up |
k Perbaikan Data Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(28 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{infobox royalty
| title = Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
| image =
| birth_name = Sanjaya
| father = [[Sanna]]
| mother = [[Sannaha]]
| succession2 =
|succession = Raja Medang ke 1▼
| reign2 =
|reign = (732 - 746)▼
| predecessor2 =
|predecessor = [[Sanna]]▼
| successor2 =
|successor = [[Rakai Panangkaran]]▼
| succession3 = Pendiri Kerajaan [[Medang]]
| reign3 = (6 Oktober 732 - 4 Oktober 746)
| predecessor3 = Jabatan baru
|issue =*[[Rakai Panangkaran]]▼
|house = [[Wangsa Sanjaya|Sanjaya]]▼
| successor =
| spouse = *[[Tejakencana Hayupurnawangi]]
*[[Sudiwara]]
| issue = *[[Tamperan Barmawijaya]]
}}
'''Sanjaya'''
Namanya dikenal melalui [[prasasti Canggal]]
Walaupun naskah Carita Parahyangan bukan sumber primer tetapi naskah tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pengecekan dan pembanding serta pelengkap.
Dalam prasasti Mantyasih, Sanjaya disebut dengan gelar '''Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya'''. Berbeda dengan gelar para penggantinya ia menggunakan gelar Sang Ratu, itu artinya posisinya lebih tinggi dari para Maharaja.
Setelah dicek menggunakan naskah Carita Parahyangan, akhirnya terungkap bahwa gelar Sang Ratu yang ia sandang tersebut karena ia mewarisi dan menjabat sebagai raja di tiga kerajaan yaitu Sunda, Galuh, dan Medang.
== Mendirikan Kerajaan Medang ==
Dalam [[prasasti Mantyasih]] yang dikeluarkan [[Dyah Balitung|Maharaja Dyah Balitung]] tahun [[907]], nama Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya tertulis pada urutan pertama dari para raja yang pernah memerintah [[Kerajaan Medang]].
Sanjaya sendiri mengeluarkan [[prasasti Canggal]] tanggal [[6 Oktober]] [[732]] yang berisi tentang pendirian sebuah ''lingga'' serta bangunan candi untuk memuja [[Siwa]] di atas sebuah bukit. Candi tersebut kini hanya tinggal puing-puing reruntuhannya saja, yang ditemukan di atas Gunung Wukir, dekat [[Dataran Kedu|Kedu]].
Prasasti Canggal juga mengisahkan bahwa, sebelum Sanjaya bertakhta sudah ada raja lain bernama [[Sanna]] yang memerintah [[Pulau Jawa]] dengan adil dan bijaksana. Setelah Sanna meninggal dunia karena gugur diserang musuh, keadaan menjadi kacau. Sanjaya putra Sannaha (saudara perempuan Sanna) kemudian tampil sebagai raja. Dengan gagah berani ia menaklukkan raja-raja lain di sekitarnya, sehingga Pulau Jawa kembali tentram.
Baris 34 ⟶ 48:
Kapan tepatnya Kerajaan Medang berdiri tidak diketahui dengan pasti. Seorang keturunan Sanjaya bernama [[Mpu Daksa|Daksottama]] memperkenalkan pemakaian ''[[Sanjayawarsa]]'' atau “[[kalender Sanjaya]]” dalam prasasti-prasastinya, antara lain [[prasasti Taji Gunung]] tahun [[910]], [[prasasti Timbangan Wungkal]] tahun [[913]], [[Prasasti Tulang Er]] tahun (914 M) dan [[prasasti Tihang]] tahun [[914]]. Menurut analisis para sejarawan, tahun 1 Sanjaya bertepatan dengan tahun [[716]] Masehi dan besar kemungkinan itu adalah tahun di mana Sanjaya berhasil mendapatkan kembali takhta warisan Sanna. Nama Sanjaya juga dapat kita jumpai pula dalam [[Prasasti Pupus]] yang ditemukan di daerah [[Semarang]] pada tahun 822 (900 M). Dalam [[Prasasti Pupus]] ini disebutkan bahwa [[Sanjaya]] telah meninggal atau Rahyangta.
== Hubungan dengan Rakai Panangkaran ==
Baris 59 ⟶ 54:
Teori pertama dipelopori oleh van Naerssen menyebutkan bahwa, Rakai Panangkaran adalah putra Sanjaya yang beragama [[Hindu]]. Ia dikalahkan oleh [[Wangsa Sailendra]] yang beragama [[Buddha]]. Jadi, pembangunan Candi Kalasan ialah atas perintah raja Sailendra terhadap Rakai Panangkaran yang menjadi bawahannya.
Teori kedua dipelopori oleh Porbatjaraka yang menyebutkan bahwa, Rakai Panangkaran adalah putra Sanjaya, dan mereka berdua merupakan anggota Wangsa Sailendra. Dengan kata lain, [[Wangsa Sanjaya]] tidak pernah ada karena tidak pernah tertulis dalam prasasti apa pun. Menurut teori ini, Rakai Panangkaran pindah agama menjadi penganut [[Buddha]] atas perintah Sanjaya sebelum meninggal
Teori ketiga dipelopori oleh [[Slamet Muljana]] bertentangan dengan kedua teori di atas. Menurutnya, Rakai Panangkaran bukan putra Sanjaya, melainkan anggota [[Wangsa Sailendra]] yang berhasil merebut takhta [[Kerajaan Medang]] dan mengalahkan Wangsa Sanjaya. Teori ini didasarkan pada daftar para raja dalam prasasti Mantyasih di mana hanya Sanjaya yang bergelar Sang Ratu, sedangkan para penggantinya tiba-tiba begelar Maharaja. Selain itu, Rakai Panangkaran tidak mungkin berstatus sebagai raja bawahan, karena ia dipuji sebagai ''Sailendrawangsatilaka'' (permata Wangsa Sailendra) dalam prasasti Kalasan. Alasan lainnya ialah, dalam prasasti Mantyasih Rakai Panangkaran bergelar maharaja, sehingga tidak mungkin kalau ia hanya seorang bawahan.
Baris 74 ⟶ 69:
== Kepustakaan ==
* Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka
* [[Slamet Muljana]]. 2006. ''Sriwijaya'' (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS
Baris 81 ⟶ 75:
{{kotak mulai}}
{{S-hou|[[Wangsa Sailendra]]}}
{{S-bef| before=
{{S-ttl|title=Raja [[Kerajaan Medang]]<br>(periode Jawa Tengah)
|years=717 (?) - 746 }}
|