Muhammadiyah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: VisualEditor pranala ke halaman disambiguasi |
Saya menambahkan beberapa buku dan refrensi |
||
(101 revisi perantara oleh 50 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 14:
| founder = [[Ahmad Dahlan|K.H. Ahmad Dahlan]]
| formation = {{start date and age|1912|11|18}}
| founding_location = [[Kota
| native name = محمدية
| native_name_lang = ar
| type = [[Organisasi keagamaan]]
| purpose = [[Sosial-keagamaan]], [[ekonomi]], [[pendidikan]], [[Usaha mikro, kecil , Menengah]] dan [[kesehatan]]
| headquarters = {{plainlist|
*Jalan Cik Di Tiro 23, [[Kota Yogyakarta]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]]<ref name="kantor">{{url|https://www.muhammadiyah.or.id}}. "Kantor"</ref>
*Jalan Menteng Raya 62, [[Jakarta Pusat]], [[Jakarta]]<ref name="kantor"/>}}
| region_served = [[Asia Tenggara]]
| membership = 60
| leader_title = [[Daftar Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah|Ketua Umum]]
| leader_name = [[Haedar Nashir|Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir]]
| leader_title2 = Sekretaris
| leader_name2 = [[Abdul Mu’ti|Prof. Dr. Abdul Mu'ti]]
| affiliations = [[Modernisme Islam]] ([[Islam Sunni]])<ref>{{Cite book|last=Nashir M. Si |first=Dr. H Haidar |title=MUHAMMADIYAH: A REFORM MOVEMENT |publisher=Muhammadiyah University Press |year=2015 |isbn=978-602-361-013-6 | location=Jl. A Yani Pabelan Tromol Pos 1 Kartasura Surakarta 57102 Jawa Tengah – Indonesia |page=94 | quote="From aqidah standpoints, Muhammadiyah may adhere Salafi , as stated by Tarjih in Himpinan Putusan Tarjih (wy: 11), that Muhammadiyah promotes the belief principles referring to the Salaf (al-fi rqat al-najat min al-Salaf)."}}</ref>
| website = {{url|muhammadiyah.or.id}}
}}
'''Muhammadiyah''' ({{lang-ar|محمدية|lit=pengikut [[Muhammad]]|translit=muḥammadiyyah}}); secara resmi bernama '''Persyarikatan Muhammadiyah''', adalah
Muhammadiyah menganjurkan dibukanya keran [[ijtihad]] sebagai bentuk penyesuaian detail [[hukum]] [[Islam]] dengan perkembangan jaman dengan Ideologi mengedepankan [[Pancasila]] di bawah payung [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] (NKRI). Hal ini merupakan antitesis dari pemikiran kebanyakan muslim di masa kolonial yang mencukupkan diri dengan ijtihad ulama 4 mazhab dan menutup diri dari kemungkinan pembaharuan ijtihad.<ref name="Muhammadiyah">{{cite web|url=http://philtar.ucsm.ac.uk/encyclopedia/indon/muham.html|title=Muhammadiyah|publisher=Div. of Religion and Philosophy, St. Martin College, UK|access-date=2008-08-28|url-status=dead|archive-url=https://web.archive.org/web/20080914141232/http://philtar.ucsm.ac.uk/encyclopedia/indon/muham.html|archive-date=2008-09-14}}</ref>
Muhammadiyah memainkan peran penting dalam perluasan doktrin teologis salafi di [[Indonesia]].<ref>{{Cite journal|last=Muhtaroom|first=Ali|date=August 2017|title=STUDY OF INDONESIAN MOSLEM RESPONSES ON SALAFYSHIA ISLAMIC EDUCATION TRANSNATIONAL INSTITUTION|url=https://www.researchgate.net/publication/318894800_THE_STUDY_OF_INDONESIAN_MOSLEM_RESPONSES_ON_SALAFY-_SHIA_TRANSNATIONAL_ISLAMIC_EDUCATION_INSTITUTION_SHIASHIA|journal=Ilmia Islam Futuria|volume=17|issue=1|pages=73–95|quote="organizations such as Muhammadiyah, Persis, al-Irsyad has an important role in the development of Salafism in Indonesia."|via=Research Gate}}</ref> [[Salafiyah]] merupakan gerakan reformasi di dalam Islam Sunni.<ref>https://rasindonews.wordpress.com/2022/05/12/7-perbedaan-islam-dan-islam-syiah/</ref> Sejak didirikan, Muhammadiyah telah mengadopsi platform reformis yang memadukan pendidikan agama dan pendidikan modern,<ref name="zayd">{{cite book|last1=Abu Zayd|first1=Nasr|title=Reformation of Islamic Thought|year=2006|publisher=Amsterdam University Press|isbn=9789053568286|url=https://books.google.com/books?id=0UZc_Yvle_AC&q=nahdlatul+ulama+wahhabi&pg=PT43|access-date=20 April 2016}}</ref> terutama sebagai cara untuk mempromosikan mobilitas [[Muslim]] ke atas menuju komunitas 'modern' dan untuk memurnikan Islam Indonesia dari praktik sinkretis lokal.<ref name="zayd" /> Sebagai organisasi modernis, Muhammadiyah masih terus mendukung budaya lokal dan mempromosikan toleransi beragama di Indonesia, sementara beberapa perguruan tinggi sebagian besar dimasuki oleh non-Muslim, terutama di provinsi [[Nusa Tenggara Timur]] dan [[Papua]]. Kelompok ini juga menjalankan rantai besar rumah sakit amal,<ref name="nst" /> dan mengoperasikan 162 perguruan tinggi hingga saat ini.<ref>Pieternella van Doorn-Harder, WOMEN SHAPING ISLAM: Reading the Qu'ran in Indonesia, pg .95. [[Champaign, Illinois|Champaign]]: [[University of Illinois Press]], 2010. {{ISBN|9780252092718}}</ref>
Pada tahun 2019, Muhammadiyah dianggap sebagai organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia dengan 60 juta anggota.<ref name="Muhammadiyah"/> Meskipun para pemimpin dan anggota Muhammadiyah sering terlibat aktif dalam membentuk politik di Indonesia, Muhammadiyah bukanlah sebuah partai politik. Muhammadiyah lebih mengabdikan dirinya untuk kegiatan sosial dan pendidikan.<ref>https://rasindonews.wordpress.com/2022/04/20/muhammadiyah-2/</ref><ref>https://rasindogroup.com/muhammadiyah/</ref>
== Sejarah ==
Baris 47 ⟶ 49:
Dari tahun 1913 hingga 1918, Muhammadiyah mendirikan lima sekolah Islam. Pada tahun 1919 sebuah sekolah menengah Islam, ''Hooge School Muhammadiyah'' didirikan.<ref name="hist">{{cite web |url=http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=22&Itemid=35 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070319175257/http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=22&Itemid=35 |url-status=dead |archive-date=2007-03-19 |access-date=2006-08-10 |title=Short History of Persyarikatan Muhammadiyah |publisher=Muhammadiyah }}</ref> Dalam mendirikan sekolah, Muhammadiyah menerima bantuan yang signifikan dari [[Budi Utomo|Boedi Oetomo]], sebuah gerakan nasionalis penting di Indonesia pada paruh pertama abad kedua puluh, yang menyediakan guru.<ref>Burhani (2010), hlm. 65-66</ref> Muhammadiyah pada umumnya menghindari politik. Tidak seperti mitra tradisionalisnya, [[Nahdlatul Ulama]] dan [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]], Muhammadiyah tidak pernah membentuk [[partai politik]]. Sejak didirikan, ia telah mengabdikan dirinya untuk kegiatan pendidikan dan sosial.
Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari [[Universitas Gadjah Mada|UGM]] kelahiran Kauman, nama ”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama [[Muhammad Sangidu]], seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui [[Salat Istikharah|salat istikharah]] (Darban, 2000: 34).<ref>{{Cite web|title=Sejarah Singkat|url=http://www.muhammadiyah.or.id/content-178-det-sejarah-singkat.html|archive-url=https://web.archive.org/web/20150104064749/http://www.muhammadiyah.or.id/content-178-det-sejarah-singkat.html|archive-date=2015-01-04|dead-url=yes|access-date=2015-01-04}}</ref> Pada masa kepemimpinan Kyai Dahlan (1912–1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan seperti: [[Yogyakarta]], [[Surakarta]], [[Pekalongan]], dan [[Pekajangan, Kedungwuni, Pekalongan|Pekajangan]], sekitar daerah Pekalongan sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, [[Abdul Karim Amrullah]] membawa Muhammadiyah ke [[
Pada tahun 1925, dua tahun setelah wafatnya KH. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah hanya memiliki 4.000 anggota tetapi telah membangun 55 sekolah dan dua klinik di [[Surabaya]] dan [[Yogyakarta]].<ref name="RICKLEFS_p356">{{cite book | last =Ricklefs | first =M.C. | title =A History of Modern Indonesia 1200-2004 | publisher =MacMillan | year =1991 | location =London | page =356}}</ref> Setelah [[Abdul Karim Amrullah]] memperkenalkan organisasi kepada etnis [[orang Minangkabau|Minangkabau]]
Selama [[Transisi ke Orde Baru|pergolakan dan kekerasan politik 1965–1966]], Muhammadiyah menyatakan bahwa pemusnahan [[Partai Komunis Indonesia]] merupakan Perang Jihad, pandangan yang didukung oleh kelompok-kelompok Islam lainnya.<ref>Ricklefs (1991), hal. 288.</ref> (Lihat juga: [[Pembantaian di Indonesia 1965–1966]]). Selama [[Kejatuhan Suharto|peristiwa seputar jatuhnya Presiden Soeharto tahun 1998]], beberapa bagian Muhammadiyah mendesak pimpinan untuk membentuk sebuah partai. Oleh karena itu, pimpinan, termasuk ketua Muhammadiyah, [[Amien Rais]], mendirikan [[Partai Amanat Nasional]]. Meski mendapat dukungan besar dari anggota Muhammadiyah, partai ini tidak memiliki hubungan resmi dengan Muhammadiyah. Pimpinan Muhammadiyah mengatakan anggota organisasinya bebas untuk bersekutu dengan partai politik pilihan mereka, asalkan partai tersebut memiliki nilai-nilai yang sama dengan Muhammadiyah.<ref name="party">{{cite web|url=http://www.indonesiamatters.com/386/muhammadiyah-makes-overtures-to-islamists/ |access-date=2006-08-10 |title=Muhammadiyah Makes Overtures to Islamists |publisher=Indonesia Matters }}</ref>
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha K.H. Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang menurut anggapannya, banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis [[dakwah]] untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam penerbitan majalah ''[[Suara Muhammadiyah]]'' pada 1915,<ref>{{Cite news|last=Administrator|date=2015-07-04|title=Seabad 'Soeara Moehammadijah'|url=https://koran.tempo.co/read/ide/376989/seabad-soeara-moehammadijah|work=[[Tempo.co]]|language=id|access-date=2020-10-22}}</ref><ref name=":1">{{Cite web|last=[[Muhammad Yuanda Zara]]|first=|title=Suara Muhammadiyah dan Jurnalisme Kaum Modernis|url=https://tirto.id/suara-muhammadiyah-dan-jurnalisme-kaum-modernis-cExK|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-10-22}}</ref> pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hogere School Moehammadijah dan selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Moehammadijah (sekarang dikenal dengan [[Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta]] khusus laki-laki, yang bertempat di Jalan Letjend S. Parman 68, [[Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta|Patangpuluhan]], [[Wirobrajan, Yogyakarta|Wirobrajan]] dan Madrasah Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta khusus perempuan, di Suronatan Yogyakarta yang keduanya sekarang menjadi Sekolah Kader Muhammadiyah) yang bertempat di Yogyakarta dan dibawahi langsung oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
==Muhammadiyah Masa ke Masa==
=== Periode Kepemimpinan Ahmad Dahlan (1912-1923) ===
Pada masa kepemimpinan Kyai Haji Ahmad Dahlan dimulai dari berdiri tahun 1912 sampai tahun 1923 pada saat Kyai wafat, kendati kelihatan sederhana tetapi memancarkan gerakan pembaruan yang luar biasa cemerlang. Pada masa itu gagasan-gagasan cemerlang dilahirkan seperti mendirikan sekolah (1911), menerbitkan publikasi/majalah ''[[Suara Muhammadiyah|Soeara Moehammadijah]]'' (1915), mendirikan ''[[Sopo Tresno]]'' (1914) yang kemudian menjadi ''[[Aisyiyah|‘Aisyiyah]]'' (1917), Pandu [[Hizbul Wathan]] (1918), ''Weisshouse'' atau Panti Asuhan dan ''[[Penolong Kesengsaraan Umum|Penolong Kesengsaraan Omeoem]]'' atau PKU pada tahun 1922 satu bulan sebelum Kyai meninggal.<ref name=":0">{{Cite book|last=Nashir|first=Haedar|date=2016|url=https://play.google.com/store/books/details?id=PCNyDQAAQBAJ|title=Muhammadiyah Gerakan Pembaruan|location=Yogyakarta|publisher=Suara Muhammadiyah|isbn=978-979-3708-76-8|pages=40|url-status=live}}</ref>
Pada era Kyai Dahlan pula lahir gagasan pengorganisasian zakat, [[shalat Idul Fitri]] dan [[Idul Ahda]] di lapangan, pengorganisasian haji, penerbitan penerbitan brosur dan kegiatan taman pustaka lainnya, pengorganisasian mubaligh dan mubalighat untuk bertabligh yang berkeliling ke masyarakat untuk ”mempropagandakan” (menyiarkan) Islam, merintis membangun masjid/mushala ditempat-tempat umum dan perkantoran, dan ide-ide cerdas lainnya.<ref name=":0" />
Bahkan gagasan mendirikan Universitas Muhammadiyah justru telah muncul dari gagasan [[Hisjam bin Hoesni|M. Hisjam]] selaku H.B. Muhammadiyah Bahagian Sekolahan, yang disampikan dalam “''rapat anggota Muhammadiyah istimewa''” pada tanggal 17 malam 18 Juni tahun 1920 yang dipimpin langsung oleh [[Ahmad Dahlan|Kyai Haji Ahmad Dahlan]]. Belum termasuk pelurusan arah kiblat yang menggemparkan sebelum Muhammadiyah didirikan.<ref>Sudja’, 1989:31</ref>
Dalam pertemuan resmi Muhammadiyah tahun 1920 itu dilantik untuk pertama kalinya empat ''Bahagian Hoofdbestuur'' Muhammadiyah, yaitu:
# H.B. Muhammadiyah ''Bahagian'' Sekolahan, diketuai oleh sdr. [[Hisjam bin Hoesni|H.M. Hisjam]];
# H.B. Muhammadiyah ''Bahagian'' Tabligh, diketuai oleh sdr. [[Fakhruddin (ulama)|H.M. Fachruddin]];
# H.B. Muhammadiyah ''Bahagian'' [[Penolong Kesengsaraan Umum|Penolong Kesengsaraan Oemoem]], diketuai oleh sdr. H.M. Soedja’; dan
# H.B. Muhammadiyah ''Bahagian'' Taman Poestaka, diketuai oleh sdr. H.M. Mochtar.
Ketika M. Hisjam dilantik dan ditanya pimpinan rencana apa yang akan diperbuatnya, Ketua Bahagian Sekolahan itu menjawab sebagai berikut:<blockquote>''“Bahwa saja akan membawa kawan-kawan kita pengurus bahagian sekolahan berusaha memadjukan pendidikan dan pengadjaran sampai dapat menegakan gedung Universiteit Muhammadijahm jang megah untuk mentjitak serdjana-serdjana Islam dan mahaguru-mahaguru Muhammadijah guna kepentingan umat Islam pada umumnja dan Muhammadijah pada chususnya.”'' <ref>Sudja’, 1989: 31, dengan bahasa Indonesia ejaan lama</ref></blockquote>Rencana ''Bahagian'' Sekolahan tersebut mendapat sambutan gembira dari para anggota ''Bahagian'' Tabligh, dan ''Bahagian'' Taman Pustaka yang hadir waktu itu. Namun ketika [[Sujatin Kartowijono|Suja’]] selaku ''Ketua Bahagian'' PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) menggagas tentang rencana mendirikan ''Hospital'' (Rumah Sakit), ''Armeinhais'' (Rumah Miskin), dan ''Weeshuis'' (Rumah Yatim) justru disambut dengan tertawa bernada ejekan. Suja’ sampai meminta waktu kepada pimpinan sidang, Kyai Dahlan, untuk menjelaskan rencana anehnya itu agar dipahami oleh anggota pertemuan Muhammadiyah. Dalam penjelasan panjang lebar, Suja’ memberikan argumentasi antara lain sebagai berikut:<blockquote>''“…..Dalam Al-Qur’an dapat kita lihat masih tertjantum Surat Al-Ma’un dengan njata dan lengkap, tidak sehurufpun jang kurang sekalimatpun berobah arti dan ma’nanja pun tetap sedjak turun diwahjukan oleh Allah sampai kini tetap djuga. Meskipun kitab sutji Al-Qur’an sudah berabad abad dan Surat Al-Ma’un mendjadi batjaan hari-hari dalam sembahjang oleh ummat Islam Indonesia pada umumnja dan di Jogjakarta pada hususnja, namun sampai kini belum ada seorang dari ummat Islam jang mengambil perhatian akan isi intisarinja jang sangat penting itu untuk diamalkan dalam masjarakat. Banjak orang-orang di luar Islam (bukan orang Islam) jang sudah berbuat menjelenggarakan rumah-rumah Panti Asuhan untuk memelihara mereka sifakir miskin dan kanak-kanak jatim jang terlantar dengan tjara jang sebaik-baiknja, hanja karena terdorong dari rasa kemanusiaan sadja, tidak karena merasa tanggung djawab dalam masjarakat dan tanggung djawab di sisi Allah kelak di hari kemudian. Kalau mereka dapat berbuat karena berdasarkan kemanusiaan sadja, maka saja heran sekali kalau ummat Islam tidak berbuat. Padahal agama Islam adalah agama untuk manusia bukan untuk chalajak jang lain. Apakah kita bukan manusia? Kalau mereka dapat berbuat, kena apakah kita tidak dapat berbuat? Hum ridjal wa nahnu ridjal…”''.<ref>Sudja’, 1989: 33, dengan ejaan lama</ref></blockquote>Dinamika pertemuan atau persidangan Muhammadiyah tersebut menunjukkan proses yang cerdas, demokratis, tetapi sebuah ide baru kadang tidak dengan mudah dipahami umat kala itu. Namun pertemuan Muhammadiyah tersebut tetap memutuskan rencana sebagaimana diagendakan oleh Ketua-Ketua ''Bahagian'' Sekolahan, Tabilgh, PKO, dan Taman Pustaka, yang kemudian menjadi tonggak gerakan sosial Muhammadiyah dikemudian hari.
Haji Suja’ sendiri mengakui kendati dirinya sempat kecewa dengan tanggapan peserta pertemuan yang terkesan menyepelekan gagasan barunya, tetapi persidangan tersebut diakuinya sebagai peristiwa istimewa yang tidak pernah terlupakan dan menjadi tonggak bagi Muhammadiyah berikutnya. Dengan dibentuknya Bahagian-bahagian langkah Muhammadiyah semakin terorganisasi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya.
Kyai Dahlan bersama delapan anggota H.B. Muhammadiyah semakin giat melakukan aktivitas terutama dalam menjalin hubungan dengan pemerintah, dengan organisasi lain, dan dengan daerah binaan baru. H.B. Muhammadiyah pada waktu itu memang berjumlah sembilan orang terdiri atas Kyai Dahlan sendiri sebagai Presiden atau Ketua, disusul oleh [[Abdullah Silondae|Abdullah Sirad]] sebagai sekretaris serta [[Ahmad]], Abdul Rahman, Sarkawi, Muhammad, Jaelani, Akis, dan [[Mohammad Fakry Gaffar|Mohammad Fakih]] sebagai anggota.
Dalam perkembangan awal tersebut Muhammadiyah melakukan perluasan sasaran dan wilayah gerak organisasi ke luar Residensi Yogyakarta tetapi terkendala oleh Anggaran Dasar pertama yang memperoleh pengakuan pemerintah Hindia Belanda 15 Juni tahun 1914.
Pada waktu itu berdatangan tuntutan dari daerah-daerah di luar Yogyakarta yang menjadi donatur dan pembaca majalah [[Suara Muhammadiyah]] (''Swara Moehammadijah'') di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali yang mendukung dan bersetuju dengan Muhammadiyah untuk menyelenggarakan pengajian-pengajian yang akan menjadi anggota Muhammadiyah.
Selain itu, banyak anggota yang pindah ke luar Yogyakarta tetapi ingin tetap menjadi anggota dan melakukan kegiatan Muhammadiyah, namun terkendala oleh batasan wilayah Karesidensi Yogyakarta.
Animo calon anggota Muhammadiyah makin meluas terutama setelah mendengar pidato Kyai Ahmad Dahlan dalam rapat [[Budi Utomo|Boedi Oetomo]] di Kauman Yogyakarta pada tahun 1917 serta peranan Kyai Dahlan sebagai Komiaris dan Penasihat Urusan Agama di [[Sarekat Islam]].<ref>Majelis Pustaka dan Dokumentasi PP Muhammadiyah, 1995:33</ref>
Karena itu H.B. Muhammadiyah mengajukan perubahan Anggaran Dasar pada artikel 2 yang menyangkut wilayah sebaran, dengan artikel baru yaitu:
# memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Belanda;
# memajukan dan menggembirakan cara hidup sepanjang kemauan agama Islam kepada para anggotanya.
Usulan tersebut disetujui pemerintah Hindia Belanda dengan ''besluit'' nomor 40 tanggal 16 Agustus 1920. Perubahan artikel 4 dan lima dilakukan lagi yaitu mengubah dari ”''Karesidensi Yogyakarta''” menjadi ”di [[Hindia Belanda]], yang memperoleh persetujuan dengan ''besluit'' nomor 36 tanggal 2 September 1921.
Persetujuan tersebut membuka peluang bagi masyarakat di seluruh wilayah Hindia Belanda untuk menjadi simpatisan dan anggota Muhammadiyah. Karena itu mengingat majalah Suara Muhammadiyah yang menjadi sarana perluasan Muhammadiyah waktu itu masih berbahasa Jawa diterbitkan dengan mengggunakan bahasa Melayu penyebaran informasi agama Islam dan Muhammadiyah secara lebih luas dan cepat ke seluruh wilayah tanah air.
Dengan demikian sejak tahun 1921 itulah terjadi perluasan anggota dan organisasi ke berbagai wilayah/daerah di Hindia Belanda. Sebelum perubahan Angggaran Dasar tahun 1914 yang membatasi Muhammadiyah hanya di wilayah Karesidensi Yogyakarta, pada waktu itu kegiatan Muhammadiyah dilakukan perkumpulan-perkumpulan yang melakukan kegiatan sebagaimana dilakukan oleh Muhammadiyah di Yogyakarta.
Perkumpulan-perkumpulan tersebut antara lain ''Sidiq Amanah Tabligh Fatahanah'' di Surakarta, ''Al-Hidayah'' di Garut Jawa Barat, ''Nurul Islam'' di Pekalongan, dan ''Al-Munir'' di Makassar Sulawesi Selatan. Tetapi setelah perubahan Anggaran Dasar sejak tahun 1921 terjadi perkembangan baru dengan perluasan anggota dan organisasi di seluruh Hindia Belanda.
Pada tahun 1921 terbentuk Cabang Muhammadiyah di Srandakan dan Imogiri (Yogyakarta), di Blora Jawa Tengah, dan Surabaya serta Kepanjen (Jawa Timur). Tahun 1922 terbentuk enam Cabang baru yaitu di Surakarta, Purwokerto, Pekalongan, dan Pekajanagan (Jawa Tengah), Garut (Jawa Barat), serta Batavia (Jakarta). Pada tahun 1923 terbentuk tiga Cabang baru yaitu di Purbalingga, Klaten, dan Balapulang semuanya di Jawa Tengah.
{| class="wikitable"
|+Cabang Muhammadiyah Tahun 1921-1923<ref>Sejarah Muhammadiyah, Majelis Pustaka dan Dokumentasi PP Muhammadiyah, 1995, dari Verslag Muhammadiyah Th. 1921, 1922, dan 1923.</ref>
!Tahun
!Nama Cabang
!Tanggal Berdiri
|-
|1921
|1. Srandakan, Yogyakarta
2. Imogiri, Yogyakarta
3. Blora, Jawa Tengah
4. Surabaya, Jawa Timur
5. Kepanjen, Jawa Timur
|26 Juni 1921
25 September1921
27 November 1921
27 November 1921
21 Desember 1921
|-
|1922
|6. Surakarta, Jawa Tengah
7. Garut, Jawa Barat
8. Jakarta
9. Purwokerto, Jawa Tengah
10. Pekalongan, Jawa Tengah
11. Pekajangan, Jawa Tengah
|25 Januari 1922
30 Maret 1922
9 Maret 1922
15 November 1922
26 November 1922
26 November 1922
|-
|1923
|12. Purbalingga, Jawa Tengah
13. Klaten, Jawa Tengah
14. Balapulang, Jawa Tengah
|25 November 1923
25 November 1923
25 November 1923
|}
Pada waktu itu belum dibentuk Gerombolan atau Ranting Muhammadiyah yang berada di bawah Cabang. Perkembangan Cabang dan Gerombolan terjadi setelah era tahun 1923 pasca ditinggal Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Pada rentang tahun 1916 sampai 1922 terjadi pertambahan anggota Muhammadiyah yang cukup signifikan. Tahun 1916 hanya 149 anggota tetapi pada tahun 1922 menjadi 3346 anggota yang sifatnya aktif. Berdasarkan pekerjaan pada umumnya anggota Muhammadiyah waktu itu terdiri dari saudagar/pedagang (38,6%) dan pegawai/ pamong praja/guru (24,6%), disusul pegawai urusan agama (6%), buruh (19,4%), wartawan (11%), dan swasta (0,6%).
Pada masa 1920-1923 itu juga berkembang sekolah Muhammadiyah yaitu dibentuknya Sekolah Angka 2 di Kauman/Suranatan, Karangkajen, Pasargede/Kotagede, dan Lempuyangan; kemudian Sekolah Guru ''Qismul Arqa Kauman'', Sekolah Agama di Suranatan, dan Sekolah Angka 1 ''HIS Met de Qur’an''.
Siswa yang belajar di sekolah Muhammadiyah sampai tahun 1923 tercatat 1.084 orang. Mengingat animo dan jumlah siswa perempuan bertambah maka Siswa Praja yang mengkoordinasikan aktivitas para siswa sekolah-sekolah Muhammadiyah dibagi menjadi Siswa Praja Pria dan Siswa Praja Wanita, yang setiap satu minggu sekali menyelenggarakan latihan kepemimpinan dalam berbagai bentuk kegiatan.
Pada tahun 1921 dibuka Pondok Muhammadiyah untuk tempat tinggal atau asrana siswa-siswi sekolah Muhammadiyah. Siswa laki-laki di Jayangprakosan dan dibina langsung oleh Kyai Dahlan, sedangkan siswa putri di rumah Kyai Dahlan dengan ibu asrama Nyai Dahlan sendiri.
Perkembangan berikutnya agar siswa-siswa itu terbina prestasi sekolahnya, maka dibuka dua asrama untuk siswa perempuan di Kauman dan untuk siswa laki-laki di Ngabean. Pada perkembangan berikutnya asrama Muhammadiyah tersebut tidak hanya menampung siswa-siswa sekolah Muhammadiyah tetapi juga berasal dari para siswa MULO dan AMS pemerintah serta Taman Siswa dengan bayaran yang lebih murah.<ref>ibid., hal: 38</ref>
Pada era awal kesadaran Muhammadiyah tentang tulis-menulis dan publikasi cukup tinggi dan merupakan hal yang terbilang cerdas untuk ukuran saat itu yang di kalangan umat Islam masih mengandalkan komunikasi langsung dan personal.<ref>Sairin, 1995:53</ref>
Selain menerbitkan selebaran dan buku, pada tahun 1915 diterbitkan Majalah ''[[Suara Muhammadiyah|Soeara Moehammadijah]]'' yang berbahasa Jawa campuran bahasa Melayu yang diterbitkan Taman Pustaka Muhammadiyah. Pemimpin Redaksinya [[Fakhruddin]], sosok muda yang cerdas, berani, dan penulis yang tajam yang sering mengkritik pemerintah Hindia Belanda, bahkan bersama [[Soerjopranoto]] sempat melakukan mobilisasi kaum buruh pabrik gula [[Madukismo]] untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial.
Kandungan isi Suara Muhammadiyah (SM) ialah pengajaran Agama Islam, berita Muhammadiyah, tanya jawab masalah, masalah organisasi, dan tulisan-tulisan lainnya. Majalah ini menjadi jembatan atau media yang cukup efektif dan tersebar bukan hanya di wilayah Yogyakarta tetapi juga ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.
Setelah tahun 1923 ketika Muhammadiyah telah menyebarluas ke wilayah lain Hindia Belanda, majalah ini menggunakan bahasa Melayu. Melalui SM itu ide-ide Muhammadiyah dipropagandakan atau disebarluaskan. Hal yang menarik melalui majalah tersebut seperti yang terbit pada nomor 3 tahun 1922, terdapat soal jawab mengenai ''”apakah agama Islam cocok dengan akal pikiran manusia”'' dalam topik ''”Agami-Nalar”''.
Dalam rubrik tanya jawab berbahasa Jawa di SM nomor tersebut ditanyakan hubungan akal dan agama. Setelah redaksi menjelaskan bagaimana agama-agama lain banyak yang tak bersesuaian dengan akal pikiran manusia, akhirnya disimpulkan bahwa ''”...Ananging agami Islam poeniko tamtoetjotjok kalijan ngakaling Manoengsa”'', artinya ''’’Tetapi agama Islam itu tentu cocok dengan akal pikiran manusia”''.<ref>Soeara Moehammadijah, No 3/1922:15</ref>
Muhammadiyah generasi awal setelah Kyai Dahlan wafat pada 23 Februari tahun 1923 terus berkembang ke seluruh tanah air. Dalam penyebaran Muhammadiyah yang pesat itu cukup besar peranan orang-orang Muhammadiyah dari Sumatera Barat dalam menyebarluaskan Muhammadiyah ke wilayah-wilayah Indonesia karena mobilitas sosialnya yang cukup tinggi. Meski demikian mayoritas dari 426 pondok pesantren Muhammadiyah berada di Jateng dan Jatim.<ref>https://www.scribd.com/document/587971550/426-Jumlah-PesantrenMu</ref>
===
Sebelum [[Ahmad Dahlan|Kyai Haji Ahmad Dahlan]] wafat, ia berpesan kepada para sahabatnya agar tongkat kepemimpinan Muhammadiyah sepeninggalnya diserahkan kepada [[Ibrahim bin Fadlil|Kiai Haji Ibrahim]], adik ipar KHA. Dahlan. Mula-mula K.H. Ibrahim yang terkenal sebagai ulama besar menyatakan tidak sanggup memikul beban yang demikian berat itu. Namun, atas desakan sahabat-sahabatnya agar amanat pendiri Muhammadiyah bisa dipenuhi, akhirnya dia bisa menerimanya. Kepemimpinannya dalam Muhammadiyah dikukuhkan pada bulan Maret 1923 dalam Rapat Tahunan Anggota Muhammadiyah sebagai ''Voorzitter Hoofdbestuur'' Moehammadijah Hindia Timur (Soedja‘, 1933: 232).[https://muhammadiyah.or.id/kyai-haji-ibrahim/]
Pada masa ini Muhammadiyah makin berkembang dan meluas hingga luar Jawa.
DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN
BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA PADANG|date=2015|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/10729/1/Perkembangan%20organisasi%20muhammadyah.pdf|title=Perkembangan Organisasi
Muhammadiyah di Minangkabau
Provinsi Sumatera Barat 1925-2010|location=Padang|pages=978-602-8742-87-0|url-status=live}}</ref>Lalu terbentuk Majelis Tarjih, mengadakan penelitian pengembangan hukum-hukum agama. Para pemuda mendapat bentuk organisasi yang nyata. Beridiri Nasyiyatul Aisyiyah dan Pemuda Muhammadiyah.
'''Pada tahun 1923''', Ketua Muhammadiyah Cabang [[Kota Pekalongan|Pekalongan]] mengundurkan diri karena tidak tahan menerima serangan kanan-kiri dari pihak-pihak yang tidak suka dengan Muhammadiyah kemudian digantikan [[Ahmad Rasyid|Sutan Mansur]]. [[Ahmad Rasyid|Sutan Mansur]] juga memimpin Muhammadiyah Cabang [[Pekajangan, Kedungwuni, Pekalongan|Pekajangan, Kedung Wuni]], dan tetap aktif mengadakan tabligh dan menjadi guru agama.
Baris 89 ⟶ 209:
Pada periode kepemimpinannya, titik perhatian Muhammadiyah lebih banyak diarahkan pada masalah pendidikan dan pengajaran, baik pendidikan agama maupun pendidikan umum.
Pada periode kepemimpinan Hisyam ini, Muhammadiyah telah membuka sekolah dasar tiga tahun (''volkschool'' atau sekolah desa) dengan menyamai persyaratan dan kurikulum sebagaimana ''volkschool gubernemen''. Setelah itu, dibuka pula ''vervolgschool'' Muhammadiyah sebagai lanjutannya. Dengan demikian, maka bermunculan ''volkschool'' dan ''vervolgschool'' Muhammadiyah di Indonesia, terutama di [[Jawa]]. Ketika pemerintah kolonial Belanda membuka ''standaardschool'', yaitu sekolah dasar enam tahun, Muhammadiyah pun mendirikan sekolah yang semacam dengan itu. Bahkan, Muhammadiyah juga mendirikan ''Hollands Inlandsche School Met de Qur’an'' Muhammadiyah untuk menyamai usaha masyarakat [[Katolik]] yang telah mendirikan ''Hollands Inlandsche School Met de Bijbel.''
Kebijakan [[Hisjam bin Hoesni|K.H. Hisyam]] dalam memimpin Muhammadiyah saat itu diarahkan pada [[Modernisasi|modernisasi]] sekolah-sekolah Muhammadiyah, sehingga selaras dengan kemajuan pendidikan yang dicapai oleh sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah kolonial. Ia berpikir bahwa masyarakat yang ingin putra-putrinya mendapatkan pendidikan umum tidak perlu harus memasukkannya ke sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah kolonial, karena Muhammadiyah sendiri telah mendirikan sekolah-sekolah umum yang mempunyai mutu yang sama dengan sekolah-sekolah pemerintah, bahkan masih dapat pula dipelihara pendidikan agama bagi putra-putri mereka. Walaupun harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang berat, sekolah-sekolah yang didirikan Muhammadiyah akhirnya banyak yang mendapatkan pengakuan dan persamaan dari pemerintah kolonial saat itu.
Baris 102 ⟶ 222:
Setelah menjadi Ketua PB Muhammadiyah, [[Mas Mansoer|Mas Mansur]] mulai melakukan gebrakan politik yaitu dengan memprakarsai berdirinya [[Majelis Islam A'la Indonesia|Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)]]. Selain didominasi oleh aktivis Muhammadiyah, dalam MIAI juga ada [[Muhammad Hasyim Asy'ari|Hasyim Asy’ari]] dan [[Abdul Wahab Hasbullah|Wahab Hasbullah]] yang keduanya tokoh [[Nahdlatul Ulama|Nahdlatul Ulama (NU)]].
'''Pada tahun 1938,''' [[Mas Mansoer|Mas Mansur]] memprakarsai berdirinya [[Partai Islam Indonesia|Partai Islam Indonesia (PII)]] bersama [[Soekiman Wirjosandjojo|Sukiman Wiryasanjaya]]. Menurut sebagian kalangan, pendirian ini dilakukan sebagai perimbangan atas sikap non-kooperatif dari [[Partai Syarikat Islam Indonesia|Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII)]].
'''Pada 19 Maret 1939,''' Mas Mansur dan [[R. Wiwoho]] mewakili partai tersebut untuk mendirikan [[Gabungan Politik Indonesia|Gabungan Politik Indonesia (GAPI)]] bersama kaum pergerakan kebangsaan di Jakarta.
Baris 134 ⟶ 254:
Ketika Jepang menggantikan kekuasaan Belanda atas Nusantara, tepatnya pada tanggal 16 April 1943, dibentuklah organisasi yang bernama [[Pusat Tenaga Rakyat|Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA)]] di [[Lapangan Ikada|Lapangan Ikada, Jakarta]].
[[Mas Mansoer]] bersama dengan [[Soekarno]], [[Mohammad Hatta]], dan [[Ki Hadjar Dewantara|Ki Hajar Dewantoro]] ditunjuk sebagai pimpinan PUTERA yang kemudian dikenal dengan sebutan Empat Serangkai.
Keterlibatannya dalam Empat Serangkai mengharuskan Mas Mansoer pindah ke Jakarta, sehingga Ketua PB Muhammadiyah diserahkan kepada [[Bagoes Hadikoesoemo|Ki Bagoes Hadikoesoemo]].
Baris 159 ⟶ 279:
Ki Bagus Hadikusuma gigih menentang instruksi ''“Sei Kerei”'' dari Jepang. ''Sei Kerei'' adalah membungkukkan badan ke arah timur (Negeri Jepang) menghormati Dewa Matahari, sebagai ''“Dewa penitis para Kaisar Jepang”''. Upacara ini wajib dilakukan para siswa setiap pagi.
Melalui debat yang seru dengan Pemerintah Jepang,
Memasuki masa orde lama awal, Persyarikatan Muhammadiyah masih berada dibawah kepemimpinan Ki Bagus Hadikusumo.
Baris 165 ⟶ 285:
Muhammadiyah ikut mendirikan Pasukan ''[[Hizbullah Sabilillah]]'', [[Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia|Majelis Syurau Muslimin Indonesia]] (Masjumi) pengganti MIAI, dan mendirikan [[Askar Perang Sabil|Asykar Perang Sabil]] (APS). Ketika opsir Jepang mewakili Indonesia bagian Timur minta penghapusan 7 kata dalam Piagam Jakarta yang sudah disepakati untuk pembukaan UUD 1945, dan mengancam akan memisahkan diri dari RI, maka ki Bagus Hadikusuma mencarikan solusi dengan mengganti dengan kata “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pada Sidang kedua BPUPKI 10-17 Juli 1945, salah satu hal yang menyita perhatian adalah upaya Ki Bagus untuk meminta Ketua Panitia UUD Ir. Soekarno mengubah frasa dalam bagian akhir naskah preambul Pernyataan Kemerdekaan yang berbunyi
Sambil menggebrak meja, anggota BPUPKI lainnya [[Abdoel Kahar Moezakir|Abdul Kahar Muzakir]] mendukung pernyataan Ki Bagus agar potensi mudharat atas kalimat tersebut dipertimbangkan sebaik mungkin. Tujuan Ki Bagus semata demi menjaga rasa keadilan di antara umat beragama dan menjaga persatuan bangsa Indonesia, selain menghindari kesan yang tidak baik dan adanya infiltrasi dari agen-agen musuh meski pada akhirnya, usulan tersebut tidak diterima dan perdebatan diakhiri pada 16 Juli 1945, demikian yang tercatat dalam Risalah Sidang [[Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan|Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia]] (BPUPKI), [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI), 28 Mei 1945 – 22 Agustus 1945 (1995).
Baris 192 ⟶ 312:
=== Periode Kepemimpinan AR Sutan Mansur (1953-1959) ===
[[Ahmad Rasyid|Ahmad Rasyid Sutan Mansur]] atau lebih dikenal sebagai AR Sutan Mansur terpilih sebagai Ketua Pusat Pimpinan (PP) Muhammadiyah ketika berlangsung Kongres Muhammadiyah ke-32 di Purwokerto tahun 1953. Tiga tahun berikutnya yakni pada Kongres ke-33 di Yogyakarta, dia terpilih kembali sebagai ketua PP Muhammadiyah. Lantas pada kongres ke-35 tahun 1962 di Yogyakarta, Sutan Mansur diangkat sebagai Penasehat PP Muhammadiyah sampai 1980.
Tercatat selama masa kepemimpinannya dua periode (1953-1959) dia berhasil merumuskan [[Khittah Muhammadiyah|khittah (garis perjuangan) Muhammadiyah]]. Antara lain mencakup usaha-usaha menanamkan dan mempertebal jiwa tauhid, menyempurnakan ibadah dengan khusyuk dan tawadlu, mempertinggi akhlak, memperluas ilmu pengetahuan, menggerakkan organisasi dengan penuh tanggung jawab, memberikan contoh dan suri tauladan kepada umat, konsolidasi administrasi, mempertinggi kualitas sumber daya manusia, serta membentuk kader handal.
Dalam bidang fikih, Sutan Mansur dikenal sangat toleran. Dia misalnya tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan pendapat dalam masalah furu'iyyah (hukum agama yang tidak pokok). Hasil Putusan Tarjih Muhammadiyah dipandangnya hanya sebagai sikap organisasi Muhammadiyah terhadap suatu masalah agama, itu pun sepanjang belum ditemukan pendapat yang lebih kuat. Karenanya HPT menurut dia tidak mengikat anggota Muhammadiyah.<ref>https://wiki-indonesia.club/wiki/Ahmad_Rasyid_Sutan_Mansur</ref>
=== Periode Kepemimpinan H.M. Yunus Anies (1959 – 1962) ===
Pembubaran Masyumi membawa implikasi buruk terhadap ummat Islam. Ummat Islam nyaris tidak terwakili di parlemen (DPR GR). Dalam kondisi demikian itu, [[Yunus Yosfiah|Yunus Anis]] kemudian diminta oleh berbagai kalangan, termasuk [[Abdul Haris Nasution|A.H. Nasution]], agar bersedia menjadi anggota DPR GR yang sedang disusun Presiden Soekarno. Kesediaannya menjadi anggota DPR GR sebenarnya mengundang banyak kritik dari tokoh-tokoh Muhammadiyah lainnya, sebab disadari Muhammadiyah saat itu tidak mendukung kebijakan Presiden Soekarno yang membubarkan Masyumi, serta bertindak secara otoriter menyusun anggota parlemen. Namun, kritik itu dijawabnya dengan ungkapan sederhana: bahwa keterlibatannya dalam DPR GR bukanlah untuk kepentingan politik jangka pendek, melainkan untuk kepentingan jangka panjang. Yakni, mewakili ummat Islam yang nyaris tidak terwakili dalam parlemen.
[[Dekrit Presiden Republik Indonesia 1959|Dekrit Presiden 5 Juli 1959]] yang menandai era berlakunya kembali [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|UUD 1945]] dalam [[Indonesia|Negara Kesatuan Republik Indonesia]] (NKRI), kemudian menyulut timbulnya berbagai macam peristiwa politik yang tidak sehat. Tak sedikit manuver dan intrik dilakukan oleh partai politik, terutama [[Partai Komunis Indonesia]] yang sangat membahayakan bagi instabilitas kondisi politik Tanah Air saat itu. Dalam situasi seperti itulah Yunus Anis terpilih sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1959-1962 pada Muktamar Muhammadiyah ke-34 di Yogyakarta.
Selama periode kepemimpinannya, Yunus Anis mengawal gagasan tentang [[Kepribadian Muhammadiyah]]. Perumusan tersebut digarap oleh sebuah tim yang dipimpin oleh [[Fakih Usman|K.H. Faqih Usman]], dan akan diputuskan dalam Muktamar Muhammadiyah ke-35 tahun 1962 yang bertepatan dengan [[setengah abad Muhammadiyah]].[https://muhammadiyah.or.id/kyai-haji-muhammad-yunus-anis-ketua-1959-1962/]
=== Periode K.H. Ahmad Badawi (1962 – 1968) ===
[[Ahmad Badawi|K.H. Ahmad Badawi]] dipilih dalam Muktamar ke-35 di Jakarta tahun 1962. Muhammadiyah berjuang keras untuk mempertahankan eksistensinya agar tidak dibubarkan. Karena waktu itu politik dikuasai oleh [[Partai Komunis Indonesia|PKI]] dan [[Soekarno|Bung Karno]] tahun 1965.<ref>http://sekolahmuonline.blogspot.com/2018/03/muhammadiyah-dari-masa-ke-masa.html</ref>
Citra politik Muhammadiyah pada masa kepemimpinan Badawi memang sedang tersudut, karena banyaknya anggota Muhammadiyah yang menjadi anggota dan pengurus Masyumi yang saat itu sedang menjadi target penghancuran oleh rezim [[Orde Lama (1959–1965)|Orde Lama]]. Citra ini memang sengaja dihembus-hembuskan oleh PKI, bahwa Muhammadiyah dituduh anti-[[Pancasila]], anti-[[Nasakom|NASAKOM]], dan pewaris [[Negara Islam Indonesia|DI/TII]]. Muhammadiyah pada saat itu berhadapan dengan adanya banyak tekanan politik masa Orde Lama.
Menghadapi realitas politik seperti itu, Muhammadiyah akhirnya dipaksa berhadapan dengan urusan-urusan politik praktis. Muhammadiyah sendiri kurang leluasa dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan sistem politik yang dibangun Orde Lama. Akhirnya, Muhammadiyah mengambil kebijakan politik untuk turut serta terlibat dalam urusan-urusan kenegaraan. Meski demikian, realitas menunjukkan bahwa Muhammadiyah hanya mampu mengerem laju pengaruh komunis di masa Orde Lama yang kurang mengedepankan nilai agama dan moralitas bangsa.
Baris 214 ⟶ 334:
Kebijakan Muhammadiyah seperti itu akhirnya membawa kedekatan Badawi dengan Presiden Soekarno. Semenjak 1963, Badawi diangkat menjadi Penasehat Pribadi Presiden di bidang agama. Perlu diperhatikan bahwa kedekatan Badawi dengan Soekarno bukan untuk mencari muka Muhammadiyah di mata Presiden. KHA. Badawi sangat bijak dan pintar dalam melobi Presiden dengan nuansa agamis. KHA. Badawi tidak menjilat atau menjadi antek Soekarno, seperti yang dilakukan oleh tokoh-tokoh lain. Ia memiliki prinsip agama yang kuat, sehingga Muhammadiyah mengamanatkan kepadanya untuk mendekati Soekarno. Kedekatan ini juga dirasakan oleh Soekarno, bahwa dirinya sangat memerlukan nasehat-nasehat agama. Oleh karenanya, bila KHA. Badawi memberikan masukan-masukan yang disampaikan secara bijak, Soekarno sangat memperhatikannya. Bahkan para menterinya pun diminta turut memperhatikan fatwa Kiai Badawi.
Bagi Muhammadiyah, keadaan ini sangat menguntungkan. Fitnahan terhadap Muhammadiyah yang terus jalan harus diimbangi dengan upaya mengikisnya. Soekarno sendiri sadar bahwa Muhammadiyah pada masa itu senafas dan seirama dengan [[Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia|Masyumi]], namun ia tetap membutuhkan kehadiran Muhammadiyah. Bahkan Soekarno sepertinya semakin menyukainya untuk ''balance of power policy'' (PP. Muhammadiyah, t.t., halaman 6). Iktikad baik Soekarno ini menunjukkan bahwa dirinya sangat memerlukan kehadiran Muhammadiyah untuk mengimbangi keberadaan [[Partai Nasional Indonesia|PNI]], [[Nahdlatul Ulama|NU]], dan [[Partai Komunis Indonesia|PKI]] yang dirasanya lebih dekat.
Nasehat-nasehat politik yang diberikan Badawi sangat berbobot dipandang dari kacamata Islam. Secara relatif KHA. Badawi bisa mengendalikan Presiden Soekarno agar tidak terseret terlalu jauh oleh pengaruh komunis yang menggerogotinya. Siraman rohani kepada Soekarno disampaikan oleh Kiai Badawi tidak terikat oleh ruang dan waktu. Di mana ada kesempatan, Kiai Badawi memberikan nasehatnya kepada Presiden.[https://muhammadiyah.or.id/kh-ahmad-badawi-ketua-1962-1965/]
Pada saatnya berhadapan dengan PKI, KHA Badawi dengan tegas menyatakan bahwa ''“Membubarkan PKI adalah ibadah”''. Pada saat PKI berontak tahun 1965, Muhammadiyah telah siap menghadapinya dengan [[Tapak Suci Putera Muhammadiyah|Tapak Suci]] (1963) dan pasukan KOKAM (1964), sehingga Muhammadiyah ikut aktif bersama pemerintah yang anti komunis untuk
Oleh pemerintah Muhammadiyah diberikan fungsi politik dapat duduk dalam DPR GR dan MPRS, dan para fungsionarisnya juga ada yang didudukkan dalam eksekutif. Namun kemudian, setelah situasi mereda, Muhammadiyah
=== Periode K.H. Faqih Usman (1968-1971) ===
[[Fakih Usman|K.H Faqih Usman]] dikukuhkan sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Muktamar Muhammadiyah ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta untuk periode 1968-1971. Namun, jabatan itu sempat diemban hanya beberapa hari saja, karena ia segera dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa pada tanggal 3 Oktober 1968. Selanjutnya kepemimpinan Muhammadiyah dilanjutkan oleh [[Abdur Rozaq Fachruddin|Abdul Rozak Fachruddin]] yang masih sangat muda.[https://muhammadiyah.or.id/kh-faqih-usman-ketua-1968-1971/]
=== Periode K.H. Abdur Rozak Fachrudin (1968 – 1990) ===
Baris 231 ⟶ 351:
=== Periode K.H. Ahmad Azhar Basyir, MA (1990 – 1995) ===
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-42 di Yogyakarta tahun 1995, [[Ahmad Azhar Basyir|Azhar Basyir]] terpilih sebagai Ketua Muhammadiyah menggantikan KH AR Fakhruddin. Berkenaan dengan dimensi tasawuf dalam Muhammadiyah, Azhar Basyir menyatakan bahwa Muhammadiyah juga menganut tasawuf, seperti yang ditulis [[Hamka|Buya Hamka]] dalam buku ''Tasauf Modern''. Menurutnya, orang dapat saja melakukan kegiatan yang berorientasi dunia tanpa meninggalkan dzikir.
Dapatlah dikata, Azhar Basyir merupakan sosok perpaduan ulama dan intelektual. Oleh karenanya, Muhammadiyah di bawah kepemimpinannya cukup intens memunculkan kegiatan yang berbentuk pengajian dan kajian dalam mengurai berbagai persoalan keummatan dan pemikiran keislaman.
=== Periode Amien Rais (1990 – 1995) ===
=== Periode Buya Syafii Maarif (1998 – 2005) ===
Baris 250 ⟶ 363:
=== Periode Haedar Nashir (2015 – 2024) ===
==== Muktamar 2015 – 2020 (Diperpanjang sampai 2022) ====
Muktamar Muhammadiyah ke-47 yang diselenggarakan pada tanggal 18-22 Syawal 1436 H bertepatan dengan 3-7 Agustus 2015 M bertempat di Kota Makassar mengesahkan hasil pemilihan Anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015 - 2020 sebanyak 13 orang dari hasil pemilihan 39 calon yang diajukan oleh Tanwir, sesuai urutan perolehan suara, sebagai berikut:
{| class="wikitable"
|+Perolehan Suara Muktamar Muhammadiyah
!No
!Nama
!Suara
|-
|1
|[[Haedar Nashir|Dr. H. Haedar Nashir, M.Si]]
|1947
|-
|2
|[[Yunahar Ilyas|Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag.]]
|1928
|-
|3
|[[Dahlan Rais|Drs. H. A. Dahlan Rais, M.Hum.]]
|1827
|-
|4
|[[M. Busyro Muqoddas|Dr. H. M. Busyro Muqoddas, SH., M.Hum.]]
|1811
|-
|5
|[[Abdul Mu’ti|Dr. H. Abdul Mu`ti, M.Ed.]]
|1802
|-
|6
|[[Anwar Abbas|Dr. H. Anwar Abbas, M.M., M.Ag.]]
|1436
|-
|7
|[[Muhadjir Effendy|Prof. Dr. H. Muhadjir Effendy, M.A.P.]]
|1279
|-
|8
|[[Syafiq A. Mughni|Prof. Dr. H. Syafiq A. Mughni.]]
|1198
|-
|9
|[[Dadang Rukhiyana|Prof. Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si.]]
|1146
|-
|10
|Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd.
|1051
|-
|11
|[[Agung Danarto|Dr. H. Agung Danarto, M.Ag.]]
|1049
|-
|12
|[[Goodwill Zubir|Drs. H. M. Goodwill Zubir]]
|1085
|-
|13
|[[Hajriyanto Y. Thohari|Drs. H. Hajriyanto Y. Thohari, M.A.]]
|968
|}
Kemudian menetapkan [[Haedar Nashir|Dr. H. Haedar Nashir, M.Si]]. sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015 – 2020, dan Mengumumkan [[Abdul Mu’ti|Dr. H. Abdul Mu`ti, M.Ed]]. sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015 – 2020.
==== Muktamar 2020 – 2024 ====
Prof Dr Haedar Nashir terpilih menjadi ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode kedua secara aklamasi melalui Muktamar Muhammadiyah ke-48.<ref>Dahlan Iksan (21 November 2022) "[https://radarbekasi.id/2022/11/21/kumpulan-pengabdi/ Kumpulan Pengabdi]" Radar Bekasi</ref>
== Doktrin ==
Doktrin sentral Muhammadiyah adalah [[Islam Sunni]] (''ahlussunnah wal-jama'ah''). Namun, organisasi ini menekankan otoritas [[Quran|al-Qur'an]] dan [[Hadis]] sebagai hukum Islam tertinggi yang berfungsi sebagai dasar yang sah dari interpretasi keyakinan agama dan praktik. Ini kontras dengan praktik tradisional dengan ditanamkannya hukum [[syariah]] dalam mazhab-mazhab agama oleh para [[ulama]]. Fokus utama gerakan Muhammadiyah adalah untuk meningkatkan rasa tanggung jawab moral masyarakat, menyucikan iman mereka ke Islam yang benar. Secara teologis, Muhammadiyah menganut doktrin [[Salafi]]yah; menyerukan secara langsung kembali ke [[Quran|al-Qur'an]] dan [[Sunnah]] dan pemahaman para imam-imam [[Salaf]] (generasi awal), termasuk eponim dari empat [[Mazhab]] [[Islam Sunni|Sunni]]. Ini menganjurkan pemurnian iman dari berbagai adat istiadat setempat yang mereka anggap sebagai bentuk takhayul, sesat, dan [[syirik]]. Muhammadiyah secara langsung menelusuri warisan keilmuannya pada ajaran [[Rasyid Ridha|Muhammad Rasyid Ridha]] (w. 1935 M / 1354 H), [[Muhammad bin Abdul Wahhab|Muhammad bin 'Abdul Wahhab]] (w. 1792 / 1206 H), dan para teolog abad pertengahan seperti [[Ibnu Taimiyyah|Ahmad Ibnu Taimiyyah]] (w. 1328 M / 728 H) dan [[Ibnu Qayyim al-Jauziyyah|Ibnu Qayyim]] (w. 1350 / 751 H).<ref>{{Cite web|date=3 November 2017|title=Muhammadiyah Itu Golongan Ahlus Sunnah was Salafiyyah|trans-title=Muhammadiyah The Ahlus Sunnah was Salafiyyah|url=https://pwmu.co/40369/11/03/muhammadiyah-itu-golongan-ahlus-sunnah-salafiyyah/|url-status=live|archive-url=https://web.archive.org/web/20211018045958/https://pwmu.co/40369/11/03/muhammadiyah-itu-golongan-ahlus-sunnah-salafiyyah/|archive-date=18 October 2021|website=Pwmu}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Muhtaroom|first=Ali|date=August 2017|title=STUDY OF INDONESIAN MOSLEM RESPONSES ON SALAFYSHIA ISLAMIC EDUCATION TRANSNATIONAL INSTITUTION|url=https://www.researchgate.net/publication/318894800_THE_STUDY_OF_INDONESIAN_MOSLEM_RESPONSES_ON_SALAFY-_SHIA_TRANSNATIONAL_ISLAMIC_EDUCATION_INSTITUTION_SHIASHIA|journal=Ilmia Islam Futuria|volume=17|issue=1|pages=73–95|quote="the development ofSalafi in Indonesia has inspired the emergence of anumber of organizations reformers of modern Islam in Indonesia. Organizationssuchas Muhammadiyah, Al-Irsyad,shared similar intentions to purify faith with the call back to the Quran and Sunnah, and leave many traditional customs that are claimed to be contaminated by heresy,tahayyul, and superstition... For Muhammadiyah, the purification of faith and the return to the Quran and Sunnah is an obligation... Muhammadiyah doctrine theology agrees with salafi, namely puritanist by going back to Al-Quran and As-Sunnah..."|via=Research Gate}}</ref>
Baris 357 ⟶ 442:
=== Kelembagaan ===
# '''Pimpinan Pusat''', Kantor pengurus pusat Muhammadiyah awalnya berada di [[Yogyakarta]]. Namun pada tahun 1970, komite-komite pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan kesejahteraan berpindah ke kantor di ibu kota [[Jakarta]].<ref>{{Cite web|url=http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-49-det-profil.html|title=Profil Muhammadiyah|access-date=2022-02-07|archive-date=2020-08-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20200804040900/http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-49-det-profil.html|dead-url=yes}}</ref> Struktur Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2010–2015 terdiri dari lima orang penasihat, seorang ketua umum yang dibantu dua belas orang ketua lainnya, seorang sekretaris umum dengan dua anggota, seorang bendahara umum dengan seorang anggotanya.
# '''Pimpinan Wilayah''', setingkat provinsi, terdapat
# '''Pimpinan Daerah''', setingkat kabupaten/kota, terdapat 475 Pimpinan Daerah Muhammadiyah dari 514 Kabupaten/Kota di seluruh wilayah Indonesia.
# '''Pimpinan Cabang''', setingkat kecamatan, terdapat 3.947 Pimpinan Cabang Muhammadiyah dari 7.277 Kecamatan di seluruh wilayah Indonesia.
# '''Pimpinan Ranting''', setingkat
# '''Pimpinan Cabang Istimewa''', untuk luar negeri, terdapat 30 Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah dari 195 Negara di seluruh Dunia.
=== Pembantu Pimpinan Persyarikatan ===
Baris 385 ⟶ 470:
#* Lembaga Seni Budaya (LSB)
#* Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) / Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC)
#* [[Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu)]]<ref>{{Cite web|date=2024-01-01|title=Muhammadiyah Aceh Beri Bantuan Kesehatan ke Pengungsi Rohingya - Acehkini.ID|url=https://acehkini.id/muhammadiyah-aceh-beri-bantuan-kesehatan-ke-pengungsi-rohingya/|language=id|access-date=2024-01-01}}</ref>
#* Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP)
#* Lembaga Pengembangan Olahraga (LPO)
Baris 396 ⟶ 481:
#*Biro Pengelolaan Keuangan (BPK)
#*Biro Komunikasi dan Pelayanan Umum (BKPU)
# Televisi Organisasi
#* [[tvMu]]
#* [[ADiTV]]
=== Organisasi
Muhammadiyah juga memiliki beberapa organisasi otonom, yaitu:<ref name="org2">{{cite web|url=http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=40&Itemid=31 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070927192732/http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=40&Itemid=31 |url-status=dead |archive-date=2007-09-27 |access-date=2006-08-10 |title=Autonomous Organizations |publisher=Muhammadiyah }}</ref>
# ''[['Aisyiyah]]'' (Wanita Muhammadiyah)
Baris 406 ⟶ 494:
# ''[[Hizbul Wathan]]'' ([[Kepanduan|Gerakan kepanduan]])
# [[Tapak Suci Putera Muhammadiyah]] (Perguruan [[silat]]/Putera Muhammadiyah)
=== Organisasi Keprofesian ===
Muhammadiyah memiliki beberapa organisasi profesi, yaitu:
# Forum Guru Muhammadiyah (FGM)
# Jama'ah Tani Muhammadiyah (JATAM)
# Jama'ah Nelayan Muhammadiyah (JALAMU)
# Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM)
# Komunitas Sepeda Muhammadiyah (GowesMU)
# Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (FPPTMA)
# Ikatan Sarjana Muhammadiyah Indonesia (ISMI)
# Forum Dokter Muhammadiyah (FDM)
# Jaringan Peternak Muhammadiyah (JPM)
# Organisasi Memanah Muhammadiyah (PanahMU)
# Forum Komunikasi Perawat Muhammadiyah (FKPM)
# Media Afiliasi Muhammadiyah (MAM)
=== Komunitas/Gerakan Kultural ===
Baris 460 ⟶ 564:
*# Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah [[Australia]] (2007)
*# Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah [[Selandia Baru]] (2023)
=== Ranting Istimewa Luar Negeri ===
* Benua Asia
*# Negara Taiwan
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Taiwan Utara
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Taiwan Selatan
*# Negara Jepang
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Kansai
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Chiba
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyha Fukuoka
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Hiroshima
*# Negara Australia
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Sydney
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah New South Wales
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Adelaide
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Brisbane
*# Negara Malaysia
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Kepong
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Kampong Baru
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Klang Lama
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Pulau Pinang
* Benua Eropa
*# Negara Turki
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Istanbul
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Ankara
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Konya
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Kayseri
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Sakarya
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Kutahya
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Sivas
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Kirklareli
* Benua Afrika
*# Negara Sudan
*#* Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Khartoum
=== Sister Organisasi (SO) ===
Baris 478 ⟶ 617:
== Amal usaha ==
* Pendidikan<ref>{{Cite web |url=http://mdc.umm.ac.id/ |title=Pusat Data Muhammadiyah |access-date=2011-11-15 |archive-date=2011-11-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20111126095855/http://mdc.umm.ac.id/ |dead-url=yes }}</ref><ref>https://www.kontenislam.com/2022/11/masya-allah-jumlah-amal-usaha.html</ref><ref>https://mu4.co.id/di-usia-111-tahun-inilah-data-terbaru-aset-dan-amal-usaha-muhammadiyah/</ref> <ref>https://www.suara.com/lifestyle/2024/06/10/162009/daftar-amal-usaha-muhammadiyah-kini-pilih-tarik-dana-besar-besaran-dari-bsi</ref>
*# [[Sekolah luar biasa]] (SLB) Muhammadiyah berjumlah 71.
*# [[Taman kanak-kanak|TK]]/TPQ Muhammadiyah berjumlah
*# [[Sekolah dasar|SD]]/[[Madrasah ibtidaiah|MI]] Muhammadiyah berjumlah
*# [[Sekolah menengah pertama|SMP]]/[[Madrasah sanawiah|MTs]] Muhammadiyah berjumlah
*# [[Sekolah menengah atas|SMA]]/[[Sekolah menengah kejuruan|SMK]]/[[Madrasah aliah|MA]] Muhammadiyah berjumlah
*# [[Pondok Pesantren]] Muhammadiyah berjumlah 440.
*# [[Daftar perguruan tinggi Muhammadiyah|Perguruan Tinggi Muhammadiyah]] berjumlah 173.
Baris 495 ⟶ 635:
*# Rehabilitasi Cacat 82.
* Sosial
*# Panti Asuhan
*# Panti Jompo 54.
*# Balai Kesejahteraan Sosial berjumlah 23.
Baris 507 ⟶ 647:
*#Masjid berjumlah 11.473.
*#Musholla berjumlah 8.725.
*#Tanah Wakaf 214.742.677 m2 (data Simam 09/2023)
== Catatan ==
Baris 537 ⟶ 678:
* [[Hizbul Wathan]]
* [[Daftar perguruan tinggi Muhammadiyah]]
* [[tvMu]]
* [[ADiTV]]
== Pranala luar ==
Baris 545 ⟶ 688:
* {{id}} [http://www.ipm.or.id Situs web resmi Ikatan Pelajar Muhammadiyah] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190719112420/https://ipm.or.id/ |date=2019-07-19 }}
{{Ormas Islam di Indonesia
{{Authority control}}
[[Kategori:Muhammadiyah| ]]
[[Kategori:Organisasi Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Organisasi
[[Kategori:Pendirian tahun 1912 di Hindia Belanda]]
[[Kategori:Kebangkitan Nasional Indonesia]]
|