Aristoteles: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5
k Membatalkan 1 suntingan by 114.122.6.253 (bicara) (TW)
Tag: Pembatalan
 
(18 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 21:
== Riwayat Aristoteles ==
[[Berkas:Athens_Aristotle's_Lyceum.jpg|jmpl|[[Penggalian (arkeologi)|Penggalian]] di Lyceum Aristoteles, Athena.]]
Aristoteles [[lahir]] di sebuah [[kota]] kecil bernama [[Stagira]] pada tahun 384 SM. Kota ini merupakan bagian dari [[Kalkidiki|semenanjung Kalkidiki]]. Pengasuhan Aristoteles dilakukan oleh [[keluarga]]<nowiki/>nya di Atarneus, [[Anatolia]]. Kondisi ini disebabkan [[ayah]]<nowiki/>nya wafat pada usia muda selama [[pengadilan]] di Pella, [[Makedonia Tengah]]. [[Pekerjaan]] ayahnya adalah sebagai dokter pribadi raja Amnytas Ⅱ.<ref>{{Cite journal|last=Roswantoro|first=Alim|date=2015|title=Filsafat Sosial-Politik Plato dan Aristoteles|url=https://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/ref/article/view/1084/990|journal=Refleksi|volume=15|issue=2|pages=125}}</ref>
 
Pada awalnya, Aristoteles merupakan murid dari [[Plato]]. Namun ia kemudian menolak beberapa pemikiran Plato dan memulai pemikiran filsafatnya sendiri. Aristoteles mendirikan sebuah pusat [[pendidikan]] dan [[penelitian]] bernama Lyceum. Melalui tempat ini, ia menyampaikan pemikiran-pemikirannya yang kemudian memengaruhi pemikiran dari para filsuf, teolog atau ilmuwan lain.<ref>{{Cite book|last=Ibrahim|first=Duski|date=2017|url=http://repository.radenfatah.ac.id/4301/1/lengkap.pdf|title=Filsafat Ilmu: Dari Penumpang Asing untuk Para Tamu|location=Palembang|publisher=NoerFikri|isbn=978-602-6318-97-8|pages=113|url-status=live}}</ref>
Baris 30:
 
=== Abstraksi ===
Aristoteles meyakini bahwa abstraksi menjadi pembentuk kategori yang dapat diterapkan ke [[objek]] pemikiran.<ref>{{Cite book|last=Rohman, A., dan Rukiyati|date=2014|url=http://staffnew.uny.ac.id/upload/132107030/penelitian/Epistemologi%20dan%20Logika%20Full%20ilovepdf_merged-ilovepdf-compressed.compressed-ilovepdf-compressed.pdf|title=Epsitemologi dan Logika: Filsafat untuk Pengembangan Pendidikan|location=Sleman|publisher=Aswaja Pressindo|isbn=978-602-18653-6-1|editor-last=Lamsuri|editor-first=Mohammad|pages=110|url-status=live}}</ref> Aristoteles menganggap bahwa pemikiran [[manusia]] melebihi tiga jenis abstraksi yang membentuk filsafat, yaitu [[fisika]], [[matematika]] dan [[metafisika]]. Manusia melampaui fisika ketika ia mulai berpikir saat sedang melakukan [[pengamatan]]. Selama berpikir, akal manusia melepaskan diri dari pengamatan yang menggunakan [[Indra (fisiologi)|indra]] untuk merasakan segala yang dapat dirasakan keberadaannya. Pengetahuan yang bersifat umum kemudian diketahui dari hal yang partikular dan nyata. Pengetahuan fisika kemudian terbentuk melalui pengetahuan abstrak dan akal manusia. Selanjutnya, abstraksi matematika membuat manusia mampu mengerti mengenai materi yang tidak terlihat. Akal melepaskan diri dari segala sesuatu yang dapat dipahami. Semua ciri material dari abstraksi ini kemudian menghasilkan ilmu pengetahuan. Sementara, abstraksi metafisika muncul setelah manusia melakukan abstraksi fisika. Dalam abstraksi ketiga, manusia telah mampu berpikir tentang kenyataan dari segala materi beserta dengan asal-usul dan tujuan pembentukannya. Aristoteles menganggap abstraksi ini sebagai filsafat pertama.<ref>{{Cite book|last=Sudiantara|first=Yosephus|date=2020|url=http://repository.unika.ac.id/23420/1/Filsafat%20Ilmu%2C%20Naskah%20buku%20ber%20ISBN.pdf|title=Filsafat Ilmu Pengetahuan: Bagian pertama, Inti Filsafat Ilmu Pengetahuan|location=Semarang|publisher=Universitas Katolik Soegijapranata|isbn=978-623-7635-46-8|pages=5|url-status=live}}</ref>
 
Aristoteles menggunakan istilah "filsafat pertama" dibandingkan metafisika karena menurutnya semua filsafat berasal dari abstraksi ini.<ref>{{Cite book|last=Sumanto|first=Edi|date=2019|url=http://repository.iainbengkulu.ac.id/4099/1/Bahan%20Ajar%20%20Filsafat%20%20Jilid%20I%20Edi%20Sumanto%2C%20M.Ag.pdf|title=Filsafat Jilid I|location=Bengkulu|publisher=Penerbit Vanda|isbn=978-602-6784-91-9|editor-last=Sartono|editor-first=Oki Alek|pages=60|url-status=live}}</ref> Filsafat pertama dalam pandangan Aristoteles dapat diartikan menjadi dua pengertian. Pertama yaitu sebagai ilmu yang menjadi asas pertama. Sedangkan yang kedua sebagai ilmu yang membahas keberadaan sebagai sebuah keberadaan beserta dengan ciri-ciri [[objek]].<ref>{{Cite book|last=Biyanto|date=2015|url=http://digilib.uinsby.ac.id/12323/1/Filsafat%20ilmu.pdf|title=Filsafat Ilmu dan Ilmu Keislaman|location=Yogyakarta|publisher=Pustaka Pelajar|isbn=978-602-229-495-5|pages=10|url-status=live}}</ref>
 
=== Metode filsafat ===
Baris 51:
 
=== Politik ===
Aristoteles membedakan negara menjadi [[negara]] yang benar dan deviasi negara yang benar. Negara yang benar menurut Aristoteles terbagi menjadi [[monarki]], [[aristokrasi]], dan [[konstitusional]]. Sementara deviasi negara yang benar meliputi [[tiran]], [[oligarki]] dan [[demokrasi]]. Pengecualian diberikan kepada demokrasi dengan penambahan [[hukum]] untuk dapat membenarkan penerapannya. Aristoteles menjadikan keberadaan hukum sebagai syarat penting bagi pembentukan negara. Suatu negara dapat memberikan manfaat maupun [[bencana]] politik kepada [[Kewarganegaraan|warga negara]]. Penentunya ialah kondisi pemenuhan [[kebebasan]], [[hak asasi manusia]], kepercayaan dan [[harga diri]] dari warga negara.<ref>{{Cite book|last=Madung|first=Otto Gusti|date=2013|url=http://repository.stfkledalero.ac.id/188/1/Filsafat%20Politik-1.pdf|title=Filsafat Politik: Negara dalam Bentangan Diskursus Filosofis|location=Flores|publisher=Penerbit Ledalero|isbn=978-979-9447-04-3|pages=XV|url-status=live|access-date=2021-12-26|archive-date=2021-12-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20211226123102/http://repository.stfkledalero.ac.id/188/1/Filsafat%20Politik-1.pdf|dead-url=yes}}</ref>
 
Pandangan politik Aristoteles ini bersifat normatif. Politik diartikan sebagai sarana pembentukan masyarakat dengan peluang yang besar untuk memperoleh [[kebahagiaan]].<ref>{{Cite web|last=Husna|first=Aspiyatul|date=2020|title=Kebahagiaan menurut Aristoteles dan Al-Ghazali.|url=http://digilib.uinsgd.ac.id/35410/}}</ref> Melalui politik, masyarakat dapat mengembangkan bakat, meningkatkan keakraban, dan menjunjung tinggi moralitas.<ref>{{Cite book|last=Budiardjo|first=Miriam|date=2008|url=http://himia.umj.ac.id/wp-content/uploads/2019/12/Miriam_Budiardjo_Dasar-Dasar_Ilmu_Politikz-lib.org_.pdf|title=Dasar-Dasar Ilmu Politik|location=Jakarta|publisher=Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama|isbn=978-979-22-3494-7|pages=14|url-status=live}}</ref> Sementara itu, kekuasaan tertinggi pada suatu negara disebut sebagai [[kedaulatan]]. Aristoteles mengkaji mengenai kedaulatan yang diartikan sebagai unsur superior di dalam beberapa jenis [[konstitusi]] dengan suatu unit politik yang jumlahnya dapat tunggal maupun banyak.<ref>{{Cite book|last=Isharyanto|date=2016|url=https://layanan.hukum.uns.ac.id/data/RENSI%20file/Buku%20ISHARYANTO/12.%20BUKU%20KEDAULATAN%20RAKYAT%20DAN%20SISTEM%20PERWAKILAN%20%282016%29.pdf|title=Kedaulatan Rakyat dan Sistem Perwakilan Menurut UUD 1945|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit WR|isbn=978-602-6934-42-0|pages=11|url-status=live}}</ref>
 
=== Hukum ===
Baris 65:
 
== Pemikiran ketuhanan ==
Aristoteles mengembangan jenis argumentasi yang disebut argumen pergerakan untuk menjelaskan keberadaan [[Tuhan]]. Dalam pandangan Aristoteles, Tuhan adalah penggerak yang tidak bergerak. Semua pergerakan yang terjadi di alam semesta disebabkan oleh Tuhan. Aristoteles memandang bahwa Tuhan hanya berperan menciptakan segala pergerakan di alam semesta, tetapi tidak mengurus lagi alam semesta beserta dengan ciptaan-Nya. Tuhan dalam pandangan Aristoteles tidak mengetahui hal-hal kecil yang terjadi di dalam alam semesta. Pandangan Aristoteles ini bertentangan dengan pandangan [[agama]] mengenai sifat ketuhanan.<ref>{{Cite book|last=Nuruddin|first=Muhammad|date=2021|title=Hal-Hal yang Membingungkan Seputar Tuhan|location=Depok|publisher=Keira|isbn=978-623-7754-64-0|pages=40|url-status=live}}</ref>
 
== Karya tulis ==
Baris 73:
Dalam bukunya yang berjudul ''[[Etika Nikomakea]],'' Aristoteles menjelaskan bahwa manusia memiliki dua jenis [[kebijaksanaan]]. Keberadaan keduanya menjadi bagian utama dari kehidupan manusia. Masing-masing adalah kebijaksanaan teoretis dan kebijaksanaan praktis. Kebijaksanaan teoretis digunakan oleh manusia untuk memahami [[alam semesta]]. Manusia memperoleh pemahaman mengenai alam semesta dan segala sesuatu yang ada melalui pengamatan dengan kebijaksanaan teoretis. Sementara itu, kebijakan praktis berkaitan dengan [[moral]] dan etika. Segala sesuatu yang ada di dunia dinilai berdasarkan kebaikan dan keburukan yang dimiliki serta menjadi dasar keberadaannya. Aristoteles meyakini bahwa manusia yang memiliki dua jenis kebijaksanaan ini akan menjadi manusia yang bijaksana.<ref>{{Cite book|last=Wattimena|first=Reza A. A.|date=2015|url=https://core.ac.uk/download/pdf/80829362.pdf|title=Bahagia, Kenapa Tidak?|location=Yogyakarta|publisher=Maharsa|isbn=978-602-08931-1-2|editor-last=Koratno|editor-first=Y. Dwi|pages=114|url-status=live|access-date=2021-12-25|archive-date=2022-03-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20220305185654/https://core.ac.uk/download/pdf/80829362.pdf|dead-url=yes}}</ref>
 
=== ''To Organon'' ===
Aristoteles menganggap [[logika]] sebagai ilmu yang digunakan untuk melakukan penyimpulan atas sesuatu secara tepat. Logika dijadikannya sebagai dasar bagi segala jenis pengetahuan. Pemikirannya mengenai logika ia sampaikan dalam kumpulan tulisan yang diberi nama ''To'' ''Organon'' (atau cukup disebut [[Organon]]). Nama ini berarti metode untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Dalam tulisan-tulisannya ini, Aristoteles mengutamakan persoalan mengenai silogisme. ''To'' ''Organon'' terbagi menjadi enam bab yang masing-masing membahas satu konsep tertentu. Secara berurut, konsep yang dibahas ialah kategori, [[proposisi]], [[silogisme]], pembuktian, seni berdebat dan sesat pikir.<ref>{{Cite book|last=Rakhmat|first=Muhamad|date=2013|url=http://digilib.uinsgd.ac.id/5420/1/PengantarLogikaDasar.pdf|title=Pengantar Logika Dasar|location=Bandung|publisher=LoGoz Publishing|isbn=978-602-9272-09-3|editor-last=Haerun, M., dan Nurrahmat, F. B.|pages=6-7|url-status=live}}</ref> ''To Organon'' merupakan karya yang menjadikan logika sebagai ilmu. Pola pengembangan ilmu yang dihasilkannya dimulai dari pembentukan gagasan, lalu pengambilan keputusan, dan diakhiri dengan proses pemikiran.<ref>{{Cite book|last=Hidayat|first=Ainur Rahman|date=2018|url=http://repository.iainmadura.ac.id/65/1/FILSAFAT%20LOGIKA%20LENGKAP%20DENGAN%20COVER.pdf|title=Filsafat Berpikir: Teknik-Teknik Berpikir Logis Kontra Kesesatan Berpikir|location=Pamekasan|publisher=Duta Media Publishing|isbn=978-602-6546-55-5|editor-last=Afandi|editor-first=Moh.|pages=11|url-status=live}}</ref>
 
=== ''Politica'' ===
Baris 92:
* {{cite book|last=Ackrill|first=J. L.|title=Aristotle the Philosopher|url=https://archive.org/details/aristotlephiloso0000ackr|location=Oxford and New York|publisher=Oxford University Press|date=1981}}
* {{Cite book|last=Adler |first=Mortimer J. | authorlink = Mortimer Adler |title=[[Aristotle for Everybody]] |publisher=Macmillan |location=New York |date=1978}} A popular exposition for the general reader.
* {{cite book|last= Ammonius |editor1-last=Cohen|editor1-first=S. Marc|editor2-last=Matthews|editor2-first=Gareth B|title= On Aristotle's Categories|url= https://archive.org/details/onaristotlescate0000ammo |location= Ithaca, NY|publisher= Cornell University Press|date= 1991|isbn= 0-8014-2688-X}}
* {{cite book|last=Aristotle|title=The Works of Aristotle Translated into English Under the Editorship of W. D. Ross, 12 vols|location=Oxford|publisher=[[Clarendon Press]]|date=1908–1952}} These translations are available in several places online; see Pranala luar.
* Bakalis Nikolaos. (2005). ''Handbook of Greek Philosophy: From Thales to the Stoics Analysis and Fragments'', Trafford Publishing {{ISBN|1-4120-4843-5}}