Semar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membatalkan revisi 2365399 oleh 202.152.170.242 (Bicara) |
k ~ |
||
(124 revisi perantara oleh 80 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Tokoh Wayang
| gambar = Wayang Kulit of Semar crop.jpg
'''Kyai Lurah Semar Badranaya''' adalah nama tokoh [[panakawan]] paling utama dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] dan [[Sunda]]. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para [[kesatria]] dalam pementasan kisah-kisah ''[[Mahabharata]]'' dan ''[[Ramayana]]''. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua [[wiracarita]] tersebut yang berbahasa [[Sansekerta]], karena tokoh ini merupakan asli ciptaan pujangga [[Jawa]]. ▼
| nama = Semar{{br}}ꦱꦼꦩꦂ
| posisi = [[Punakawan]]
| ciri = tubuh pendek, rambut pendek, wajah putih, bokong besar, perut buncit
| istimewa = sakti dan bijaksana
| daerah = Jawa dan Sunda
|alias=Janggan Smarasanta<br/>Ki Lurah Badranaya<br/>Ki Lurah Nayantaka, tualen, Bathara Sang Hyang Ismaya}}
▲'''
==
Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari [[bumi]], tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya. Semar selalu tersenyum,
Menurut sejarawan [[Slamet Muljana|Prof. Dr. Slamet Muljana]], tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman [[Kerajaan Majapahit]] berjudul ''[[Sudamala]]''. Selain dalam bentuk [[kakawin]], kisah ''Sudamala'' juga dipahat sebagai [[relief]] dalam Candi Sukuh yang berangka tahun [[1439]]. ▼
== Sejarah ==
Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama cerita tersebut, yaitu [[Sahadewa]] dari keluarga [[Pandawa]]. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang.▼
▲Menurut sejarawan [[Slamet Muljana|Prof. Dr. Slamet Muljana]], tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman [[Kerajaan Majapahit]] berjudul ''[[Sudamala]]''.<ref>Zoetmulder (1983:540–542).</ref> Selain dalam bentuk [[kakawin]], kisah ''Sudamala'' juga dipahat sebagai [[relief]] dalam Candi Sukuh yang berangka tahun [[
▲Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama cerita tersebut, yaitu [[Sahadewa|Sadewa]] dari keluarga [[Pandawa]]. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang.
Pada zaman berikutnya, ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di [[Pulau Jawa]], pewayangan pun dipergunakan sebagai salah satu media dakwah. Kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar ''[[Mahabharata]]'' yang saat itu sudah melekat kuat dalam memori masyarakat Jawa. Salah satu [[ulama]] yang terkenal sebagai ahli budaya, misalnya [[Sunan Kalijaga]]. Dalam pementasan wayang, tokoh Semar masih tetap dipertahankan keberadaannya, bahkan peran aktifnya lebih banyak daripada dalam kisah ''Sudamala''.
Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat lagi. Para pujangga Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengisahkan Semar bukan sekadar rakyat jelata biasa,
== Asal-
[[Berkas:Semar Wayang Jawa.JPG|
Terdapat beberapa versi tentang kelahiran atau asal
Dalam '''naskah ''Serat Kanda''''' dikisahkan, penguasa [[kahyangan]] bernama [[Sanghyang Nurrasa|Sang Hyang Batara Nurrasa]] memiliki dua orang putra bernama [[Sanghyang Tunggal|Sang Hyang Batara Tunggal]] dan [[Sanghyang Wenang|Sang Hyang Batara Wenang]]/ Sang Hyang Asip Prono atau Sang Hyang Asip Rono. Karena
Dalam '''naskah ''Paramayoga''''' dikisahkan,
Dalam '''naskah ''Purwakanda''''' dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra bernama Sang Hyang Batara Puguh, Sang Hyang Batara Punggung, Sang Hyang Batara Manan, dan Sang Hyang Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi [[Togog]] Tejomantri sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian bergelar [[Batara Guru]]. Sementara itu Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar [[Batara Narada]] atau Resi Kanekaputra dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru.
Dalam '''naskah ''Purwacarita''''' dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati
== Silsilah dan
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Houten wajangpop voorstellend Semar TMnr 8-73.jpg|jmpl|Semar dalam [[Wayang golek]]]]
Dalam pewayangan dikisahkan, Batara Ismaya sewaktu masih di kahyangan sempat dijodohkan dengan sepupunya yang bernama Dewi Senggani
:* Batara Wungkuham▼
:* Batara
:* [[Surya (dewa)|Batara
:* [[Candra|Batara
:*Batara Patuk
:* Batara Siwah
:* Batara Kuwera
:* [[Yama|Batara Yamadipati]]
:* [[Kamajaya|Batara Kamajaya]]
:* Batara Mahyanti
:* Batari Darmanastiti
Semar sebagai penjelmaan Ismaya mengabdi untuk pertama kali kepada [[Resi Manumanasa|Resi Manumayasa]], leluhur para [[Pandawa]]. Pada suatu hari Semar diserang dua ekor harimau berwarna merah dan putih. Manumanasa memanah keduanya sehingga berubah ke wujud asli, yaitu sepasang bidadari bernama
== Pasangan
Dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa Tengah]], Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu [[Gareng]], [[Petruk]], dan [[Bagong]]. Namun sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar. Gareng adalah putra seorang pendeta yang mengalami kutukan dan terbebas oleh Semar. Petruk adalah putra seorang raja bangsa Gandharwa yaitu Prabu Gandarwarajabali. Sementara Bagong tercipta dari bayangan Semar berkat sabda sakti
Dalam pewayangan Sunda, urutan anak-anak Semar adalah [[Cepot]] Astrajingga, [[Dawala]], dan [[Gareng]]. Sementara itu, dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya didampingi satu orang anak saja, bernama Bagong, yang juga memiliki seorang anak bernama Besut.
==
[[Berkas:Semar Kris (alt) 3.jpg|jmpl|Keris pengantin dengan pegangan Semar]]
Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi,
Semar dalam karya sastra hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan [[Resi Manumanasa]], terutama para [[Pandawa]] yang merupakan tokoh utama kisah ''[[Mahabharata]]''. Namun dalam pementasan [[wayang]] yang bertemakan ''[[Ramayana]]'', para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga [[Sri Rama]]wijaya ataupun [[Sugriwa]]. Seolah-olah Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apapun judul yang sedang dikisahkan.▼
▲Semar selalu tersenyum, tapi bermata sembab. Penggambaran ini sebagai simbol suka dan duka. Wajahnya tua tapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil, sebagai simbol tua dan muda. Ia berkelamin laki-laki, tapi memiliki payudara seperti perempuan, sebagai simbol pria dan wanita. Ia penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata, sebagai simbol atasan dan bawahan.
▲Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, namun keluhurannya sejajar dengan [[Prabu]] [[Kresna]] dalam kisah ''[[Mahabharata]]''. Jika dalam perang [[Baratayuda]] menurut versi aslinya, penasihat pihak [[Pandawa]] hanya Kresna seorang, maka dalam pewayangan, jumlahnya ditambah menjadi dua, dan yang satunya adalah Semar.
▲Semar dalam karya sastra hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan [[Resi Manumanasa]], terutama para [[Pandawa]] yang merupakan tokoh utama kisah ''[[Mahabharata]]''. Namun dalam pementasan [[wayang]] yang bertemakan ''[[Ramayana]]'', para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga [[Sri Rama]] ataupun [[Sugriwa]]. Seolah-olah Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apapun judul yang sedang dikisahkan.
Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Hal ini sesungguhnya merupakan simbol belaka. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan. Jadi, apabila para pemerintah - yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar - mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan sentosa.
== Dalam agama Budha dan Konghucu ==
Daftar [[Kelenteng]] yang memiliki altar untuk Semar:
*TITD. YUE YANG TANG JL. REJOSARI TENGAH II / 28-30 SEMARANG
* [[Kelenteng Tjing Tie Miao]], Jl. Lingkar Tanjung Mas, [[Kota Semarang]].
* [[Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa]], [[Simpenan, Sukabumi]].<ref name=susi>Susi. 10 September 2012. TNOL, Wisata & Griya, Wisata & Kuliner, [http://www.tnol.co.id/wisata-griya/15766-pantai-loji-wisata-vihara-yang-mistis.html?device=desktop Pantai Loji, Wisata Vihara yang Mistis]{{Pranala mati|date=April 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}.</ref>
* Vihara Paramitta Jawa Sanyata, [[Ngadas, Poncokusumo, Malang|Desa Ngadas]], [[Poncokusumo, Malang|Kecamatan Poncokusumo]], [[Kabupaten Malang]].
== Lihat pula ==
* [[Tualen]], tokoh pewayangan Bali yang mirip Semar
* [[Gareng]]
* [[Petruk]]
* [[Bagong]]
* [[Punakawan]]
==
{{reflist}}
* [[Slamet Muljana]], 1979. ''Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya''. Jakarta: Bhrathara▼
== Daftar pustaka ==
* [[P.J. Zoetmulder]] (1983) ''Kalangwan. Sastra Jawa Kuno selayang pandang''. Jakarta: Djambatan.
== Pranala luar ==
* {{commonscat-inline|Semar}}
{{tokoh wayang}}
[[Kategori:Punakawan]]
[[Kategori:Tokoh pewayangan Jawa]]
[[Kategori:Mitologi Jawa]]
▲[[en:Semar]]
[[Kategori:Dewa-Dewi Taoisme]]
|