Koto Gadang, IV Koto, Agam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(34 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
|nama=Koto Gadang
|foto=[[Berkas:Kantor Wali Nagari Koto Gadang.jpg|250px]]{{br}}Kantor Wali Nagari Koto Gadang, 2017
|provinsi=SumatraSumatera Barat
|dati2=Kabupaten
|nama dati2=Agam
Baris 12:
* Laki-laki: 1279 jiwa
* Perempuan: 1310 jiwa
|nama_lain=''Kota Gedang''}}
}}
[[Berkas:Tembok Gadang Koto Gadang.JPG|ka|jmpl|279px259x259px|Objek wisata [[Janjang Saribu]] diyang menyambungkan antara Koto Gadang dengan [[Kota Bukittinggi]] melalui [[Ngarai Sianok]].]]
[[Berkas:Masjid Nurul Iman Koto Gadang 2020 02.jpg|jmpl|258x258px|[[Masjid Nurul Iman Koto Gadang]] pada tahun 2020. Masjid ini merupakan pembangunan ulang dari masjid lama yang sebagian runtuh saat [[gempa bumi Sumatera 2007]] meluluhlantakkan Koto Gadang.]]
'''Koto Gadang''' adalah sebuah [[nagari]] (setingkat [[desa]]) di [[Kecamatan]] [[IV Koto, Agam|IV Koto]], [[Kabupaten Agam]], [[Provinsi]] [[SumatraSumatera Barat]], [[Indonesia]]. Nagari ini terkenal sebagai penghasil kerajinan [[perak]] dan melahirkan banyak tokoh-tokoh tingkat [[Bangsa|nasional]] bahkan [[Antarbangsa|internasional]], seperti [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi|Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]], [[Sutan Syahrir|Soetan Sjahrir]], [[Agus Salim|Haji Agus Salim]], [[Rais Abin|Jenderal Rais Abin]], [[Rohana Kudus]], dan banyak tokoh lainnya.
 
== Geografi ==
Nagari Koto Gadang terletak di dataran antara [[Gunung Singgalang]] dan [[Ngarai Sianok]] denganyang terletak di [[Altitudo|ketinggian]] antara 920 – 950 meter dari permukaan laut dengan [[suhu]] rata-rata berkisar antara 27 30[[Celsius|<sup>o</sup>C]] dan pada malam hari mencapaihingga 16 [[Celsius|<sup>o</sup>C]] pada malam hari. Nagari Koto Gadang memiliki luas wilayah 640 [[Hektare|Ha]] dengan batas-batas sebagai berikut:
Nagari Kotogadang terletak di dataran di antara [[Gunung Singgalang]] dan
* Sebelah Baratutara dengan Nagari [[KotoSianok PanjangAnam Suku, IV Koto, Agam|KotoSianok VI PanjangSuku]]
[[Ngarai Sianok]] dengan ketinggian 920 – 950 meter dari permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar antara 27 <sup>o</sup>C dan pada malam hari mencapai 16 <sup>o</sup>C. Nagari Koto Gadang memiliki luas wilayah 640 Ha dengan batas-batas sebagai berikut:
* Sebelah Utaraselatan dengan Nagari [[Sianok AnamKoto SukuTuo, IV Koto, Agam|Sianok VIKoto SukuTuo]]
* Sebelah Selatantimur dengan Nagari [[KotoGuguak Tabek TuoSarojo, IV Koto, Agam|KotoGuguak Tabek TuoSarojo]]
* Sebelah Timurbarat dengan Nagari [[Guguak TabekKoto SarojoPanjang, IV Koto, Agam|Guguak TabekKoto SarojoPanjang]]
* Sebelah Barat dengan Nagari [[Koto Panjang, IV Koto, Agam|Koto Panjang]]
 
== Pemerintahan ==
=== Jorong ===
[[Jorong|Jorong-jorong]] yang ada di KotogadangKoto Gadang;
* Jorong KotogadangKoto Gadang
* Jorong Gantiang
* Jorong Subarang Tigo Jorong (Su-ti-jo)
Baris 34:
# Kampung Baru
 
[[Penggunaan lahan|Penggunaaan lahan]] (tersensus pada tahun 2004) sebagian besar yaitu 300 [[Hektare|ha]] dimanfaatkan untuk areal [[Sawah|persawahan]], pemukiman[[Pemukiman|permukiman]] 42,8 [[Hektare|ha]] , daerah perkebunan 59 [[Hektare|ha]], serta sisa yang masih diliputi kawasan [[hutan]] dan [[Belukar|semak belukar.]]
 
=== Sawah ===
[[Berkas:Ngarai Sianok 24 Nov 2018 1.jpg|jmpl|257x257px|Pemandangan [[Ngarai Sianok]] dilihat dari Koto Gadang.]]
Sawah-sawah dibagi atas beberapa tumpak:
{{col|2}}
# Kubu
# Munggu
# Ladang lawehLaweh
# Kayu Katiak
# Campago
# Balai
# AurAua
# Pejajahan
# Bancah
# Bancah tangahTangah
# Batu Balirik
# Panta
Baris 58 ⟶ 59:
# Lurah Pulai
# Rawang
# Tabek / Belakang(belakang Masjid)
# Golek Aguang
# Talago
Baris 67 ⟶ 68:
# Banda Gadang
# Pugaran
# Banda Katiak
# BandaKatiak
# Banda Panjang
# BandaPanjang
# Sibutuang
# Puraweh
Baris 79 ⟶ 80:
 
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Minangkabau-huis van Radja Mengkoeloe te Kotagedang nabij Fort de Kock SumatraSumatera. TMnr 60003328.jpg|jmpl|200px238x238px|[[Rumah adatGadang|Rumah gadang]] [[Raja Mengkulu]] di Koto Gadang (sekitar tahun 1870)]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Minangkabau vrouw in Kota Gedong weeft slendangs die als huwelijksgeschenk zullen worden aangeboden aan Koningin Wilhelmina en Prins Hendrik TMnr 10014514.jpg|jmpl|238x238px|Seorang perempuan Koto Gadang sedang [[menenun]] sebuah [[selendang]] yang akan dipersembahkan sebagai hadiah pernikahan untuk [[Wilhelmina dari Belanda|Ratu Wilhelmina]] dan [[Pangeran Hendrik dari Belanda|Pangeran Hendrik.]]]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De moskee te Kotagedang nabij Fort de Kock Sumatra. TMnr 60003330.jpg|jmpl|200px|Masjid Koto Gadang dengan corak asli Minangkabau (sekitar tahun 1870)]]
[[Berkas:Indonesië voorheen Nederlands-Indië, Mosdjul te Kota Gedang bij Fort de Kock. SumatraSumatera, 1880-1910.jpg|jmpl|200x200px238x238px|[[Masjid Nurul Iman Koto Gadang|Masjid Koto Gadang]], antara mediotahun 1880-1910.]]
Nagari KotogadangKoto Gadang merupakan salah satu dari 11 [[nagari]] yang terletak di [[Kecamatan]] [[IV Koto, Agam|IV Koto]], [[Kabupaten Agam]]. Asal -usul Nagari KotogadangKoto Gadang menurut sejarahnya (''[[Tambo Minangkabau|tambo]]'') dimulai pada sekira akhir abad ke-17, dimana ketika itu sekelompok kaum [[Nenek moyang|moyang]] yang berasal dari [[Pariangan, PadangpanjangTanah Datar|Pariangan]] mendaki dan, menuruni [[bukit]] dan [[lembah]], menyeberangi anak [[sungai]], untuk mencari tanah yang elok untuk dipeladangi dan dijadikan [[sawah]] serta untuk tempat pemukiman[[permukiman]].
[[Berkas:KITLV - 37389 - Demmeni, J. - Tulp, De - Haarlem - Minangkabau bride at Kota Gedang near Fort de Kock (Bukittinggi) - 1911.tif|jmpl|[[Pengantin perempuan]] [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] dari Koto Gadang, dengan memakai ''[[Tikuluak Koto Gadang|tikuluak]]'' khas Koto Gadang, terpotret tahun 1911.]]
[[Berkas:Vrouwen aan het kantklossen, vermoedelijk in de Amai Setia School te Kota Gedang, KITLV 5556.tiff|jmpl|Gadis-gadis yang sedang belajar [[Renda|merenda]] di [[Yayasan Amai Setia|Amai Setia]] pada zaman kolonial Belanda.]]Setelah sekian lama berkembara, sampailah mereka di sebuah bukit yang bernama ''Bukik Kapanehan'' (Bukit Kepanasan). Disitulah mereka [[Mufakat|bermufakat]] akan membuat teratak, meneroka sawah, dan berladang yang kemudian berkembang menjadi sebuah perkampungan. Lama kelamaan, dikarenakan anak kemenakan bertambah banyak, tanah untuk bersawah dan berladang tidak lagi mencukupi untuk dikerjakan maka dibuatlah empat buah koto. Bercerailah kaum-kaum yang ada di bukit tersebut. Dimana 2 penghulu pergi ke [[Sianok Anam Suku, IV Koto, Agam|Sianok]], 12 penghulu dan 4 orang tua pergi ke [[Guguak, Lima Puluh Kota|Guguak]], 6 penghulu pergi ke [[Guguak Tabek Sarojo, IV Koto, Agam|Tabek Sarojo]], dan 24 penghulu menetap di Bukik Kapanehan. Karena penghulu yang terbanyak tinggal di koto tersebut, maka dinamakanlah kampung itu sebagai ''Koto Gadang'' (kota besar)
Setelah lama berjalan, sampailah di sebuah bukit yang bernama Bukit Kepanasan. Disitulah mereka bermufakat akan membuat teratak, menaruko sawah, dan berladang yang kemudian berkembang menjadi dusun. Lama kelamaan, dikarenakan anak kemenakan bertambah banyak, tanah untuk bersawah dan berladang tidak lagi mencukupi untuk dikerjakan maka dibuatlah empat buah koto. Bercerailah kaum-kaum yang ada di bukit tersebut. Dimana 2 penghulu pergi ke Sianok, 12 penghulu dan 4 orang tua pergi ke Guguk, 6 penghulu pergi ke Tabeksarojo, dan 24 penghulu menetap di Bukit Kepanasan. Karena penghulu yang terbanyak tinggal di koto tersebut maka tempat itu dinamakan Kotogadang. Itulah nagari–nagari awal yang membentuk daerah IV Koto.
 
Kaum-kaum yang datang bersama ini kemudian membangun pemukimanpermukiman dan bernagari dengan tidak melepaskan adat kebiasaan mereka. Dengan bergotong -royong mereka membangun [[Rumah Gadang|rumah-rumah gadang]], sehingga sebelum tahun 1879 banyaklah rumah gadang yang bagus berikut dengan lumbungnya ([[rangkiang]]). Pada tahun 1879 dan 1880 terjadilah kebakaran besar sehingga memusnahkan perumahan-perumahan tersebut.
 
Penghidupan orang KotogadangKoto Gadang sebelum Alam Minangkabau berada dibawah pemerintah [[Hindia Belanda]] ialah bersawah, berladang, berternak, bertukang kayu, dan bertukang emas dan perak. Pekerjaan bertukang emas dan perak anak negeri sangat terkenal di seluruh Minangkabau. Karena berkembangnya penduduk, hasil yang diperoleh dari persawahan tidaklah mencukupi lagi. MulailahMaka mulailah orang KotogadangKoto Gadang pergi merantau ke negeri lain seperti [[Bengkulu]], [[Kota Medan|Medan]], [[Jakarta]], dan lain-lain.
 
Setelah pemerintah [[Hindia Belanda]] memerintah Alam Minangkabau, KotogadangKoto Gadang dijadikan ibu nagari dari Kelarasan[[IV Koto, Agam|Kelarehan IV Koto]]. Dibuatlah susunan pemerintahan yang baru dengan ''Tuanku Lareh'' sebagai pemimpin yang memerintah di [[Kecamatan|kelarasan]] IV Koto dan ''Penghulu Kepala'' atau ''Wali Nagari'' sebagai pemimpin pemerintahan [[nagari]].
 
== Suku dan Jurai ==
=== Suku ===
Penduduk yang telah bermukim itu tersusun berdasarkan ''suku'' dan ''kaum'', yang dipimpin oleh Penghulu Suku yang disebut ''DatukDatuak''. KotogadangKoto Gadang terbagi atas empat suku (''margasuku'' ([[marga]]) yaitu:
 
# [[Suku Sikumbang|Sikumbang]]:
## Sikumbang Mudiak: empat ''paruik''
## Sikumbang HilirHilia: empat ''paruik'' <br />Kaum – kaum ini dinamakan ''Sikumbang nan Salapan Hindu''
# [[Suku Koto|Koto]]:
## Koto nan ampekAmpek paruikParuik
## Koto nan tigoTigo paruikParuik <br />Kaum–kaum ini dinamakan ''Koto nan Tujuah Paruik''
# [[Suku Guci|Guci]]/[[Suku Piliang|Piliang]]:
## Guci terdapat tiga buah ''paruik'';
### Guci Pacah
### Guci Tabit Hanyir
### Guci Parit Tahampai
## Piliang terdapat tiga buah ''paruik'';
### Piliang Panjang
### Piliang Kamang / Piliang Tapi
### Piliang Kampuang Teleng <br />Kaum–kaum ini dinamakan ''Guci/Piliang nan Anam Panghulu''
# [[Suku Caniago|Caniago]]:
## Caniago Tapi
## Caniago Tangah
## Caniago Bodi<br />Kaum–kaum ini dinamakan ''Caniago nan Tigo Ninik.''
 
=== Jurai ===
''Jurai'' dibagi atas tiga:
# Jurai Mudiak
# Jurai Tangah
# Jurai Hilir
 
Itulah sebabnya dikatakan ''KotogadangKoto Gadang nan tigoTigo juraiJurai nan ampekAmpek sukuSuku.''
 
== Nagari Terpelajar ==
 
KotogadangKoto Gadang merupakan nagari/desa yang paling banyak melahirkan sarjana di Indonesia. Sejak zaman penjajahan hingga sekarang, keluarga-keluarga di KotogadangKoto Gadang tetap mengutamakan pendidikan kepada anggota keluarganya. Kalau masyarakat daerah lain di Minangkabau merantau umumnya untuk berdagang, maka masyarakat KotogadangKoto Gadang merantau untuk menuntut ilmu pengetahuan.<ref>Azizah Etek, Mursjid A.M., Arfan B.R. [http://books.google.co.id/books?id=kv-EnDIbe8sC&pg=PR5&lpg=PR5&dq=koto+gadang+masa+kolonial&source=bl&ots=eLdJwrKZc-&sig=NHUgfx6mvYnt1tC1fv_GNw5IWkY&hl=id&sa=X&ei=oB8jU82QJeeoiAfTj4DQBA&redir_esc=y#v=onepage&q=koto%20gadang%20masa%20kolonial&f=false "Koto Gadang Masa Kolonial"] ''PT LKiS Pelangi Aksara'', 2007.</ref>
 
Tahun 1856, dari 28 Sekolah Desa dengan masa belajar tiga tahun yang berdiri di berbagai nagari di SumatraSumatera Barat, satu terdapat di nagari KotogadangKoto Gadang. Menurut laporan Steinmetz, sejak didirikan, ada 416 murid Sekolah Desa. Namun hanya 75 orang yang selesai. Selebihnya putus di tengah jalan, karena menikah atau lantaran berbagai sebab lain. Steinmetz menilai, kemajuan paling pesat tampak pada anak-anak Agam terutama dari KotogadangKoto Gadang yang rajin dan cerdas.
 
Kesadaran menuntut ilmu di KotogadangKoto Gadang dimulai di awal abad-20 ketika pembaharuan dimasukkan oleh Laras KotogadangKoto Gadang, [[Jahja Datoek Kajo]] (bertugas dari tahun 1894-1914) yang meramalkan bahwa hanya melalui pendidikan, corak kehidupan dapat didatangkan ke KotogadangKoto Gadang. Dengan perencanaan yang sistematis dan dengan sistem kepemimpinan yang kharismatik, Jahja Datoek Kajo mendorong setiap anak lelaki dan perempuan pergi ke sekolah. Sekolah untuk anak laki-laki didirikan pada tahun 1900, dan pada tahun 1912 didirikan pula sekolah yang terpisah untuk anak-anak gadis KotogadangKoto Gadang. Sebuah badan tersendiri yang dinamai ''studiefonds'' (dana pelajar) didirikan untuk mengumpulkan dana dari orang kampung guna mengirim anak-anaknya melanjutkan studi di [[Jawa]], dan bahkan di [[Belanda|negeri Belanda]].
 
Besarnya semangat belajar anak-anak KotogadangKoto Gadang, maka pada awal dekade 1900-an, negeri ini dikenal sebagai tempat kelahiran para pekerja birokrasi Belanda, seperti jaksa, hakim, guru, pegawai pajak, yang meliputi daerah tugas SumatraSumatera, Kalimantan, dan Batavia. Menurut suatu laporan, pada 1915, diperkirakan 165 lelaki dari KotogadangKoto Gadang bekerja sebagai pegawai pemerintahan Belanda. Hampir separuh (79 orang) bekerja di luar wilayah Minangkabau. Sebanyak 72 orang di antaranya lancar berbahasa Belanda, sebagai suatu bukti mereka berpendidikan baik.<ref>Saur Hutabarat, Orang Minang dalam Elite Indonesia, Majalah Tempo, 12 Juli 1986</ref>
 
Menurut laporan "Soeara Kemadjuan Kota Gedang" (1916), demi kepentingan pendidikan, para orang tua yang waktu itu berpenghasilan rata-rata 15 gulden per bulan, sanggup membayar uang sekolah anaknya yang mencapai 5 gulden per bulan. Sebelum ada [[HIS|Hollands Inlandsche School (HIS)]], Sekolah Dasar tujuh tahun dengan bahasa pengantar Belanda, dan [[MULO|Meer Uitgebreid Lager Onderwojs (MULO)]] berdiri awal tahun 1900, sudah banyak anak Minang bersekolah ke [[STOVIA]], sekolah tinggi kedokteran di Jakarta, atau NIAS di Surabaya, terutama anak-anak KotogadangKoto Gadang. Menurut data pada tahun 1926, dokter lulusan [[Stovia|STOVIA]] asal Minang berjumlah 32 orang. Dan 16 tahun kemudian lompatan segera terjadi. Dimana pada tahun 1942, sejumlah 40 siswa asal Koto Gadang lulus dari [[Stovia|STOVIA]]. Angka ini hanya mencakup satu kanagarian saja di ranah Minang, dan belum termasuk nagari-nagari lainnya.
 
Semangat menuntut ilmu ini diteruskan sampai sekarang di KotogadangKoto Gadang, yang akibatnya praktis setiap orang kampung di KotogadangKoto Gadang melek huruf, pintar membaca dan menulis, serta pintar-pintar bahasa Belanda. Makanya jangan heran, tahun 1917, dari 2.415 penduduk, sebanyak 1.391 orang di antaranya sudah bekerja, antara lain 297 orang jadi ''ambtenar'' dan 31 orang menjadi dokter.
 
Penelitian yang dilakukan [[Mochtar Naim]] menunjukkan, di antara 2.666 orang yang berasal dari KotogadangKoto Gadang pada tahun 1967, 467 atau 17,5% merupakan lulusan universitas. Di antaranya (168 (orang menjadi dokter, 100 orang jadi insinyur, 160 orang jadi sarjana hukum, dan kira-kira 10 orang doktorandus ekonomi dan bidang-bidang ilmu kemasyarakatan lainnya. Kemudian pada tahun 1970, 58 orang lagi lulus universitas. Jadi, dengan 525 orang lulusan universitas (tidak termasuk mereka yang bergelar sarjana muda), Koto Gadang yang punya penduduk kurang dari 3.000 tak terkalahkan barangkali oleh desa mana saja, bahkan tidak oleh masyarakat-masyarakat yang telah maju lainnya di dunia.
 
== Tokoh ==
Baris 150:
[[Berkas:Oesman Effendi.jpg|ka|jmpl|100px|[[Oesman Effendi]]]]
 
Karena majunya pendidikan di nagari KotogadangKoto Gadang, banyak tokoh-tokoh tingkat nasional dan internasional yang lahir atau berasal dari kampung ini. Sudah puluhan bahkan ratusan tokoh yang masih menjabat atau mantan pejabat berasal dari KotogadangKoto Gadang, dengan jabatan sebagai
guru besar, rektor, atase, dokter, direktur BUMN, wali kota, menteri, dan sebagainya.
 
* [[Abdul Gani Rajo Mangkuto|Abdoel Gani Radjo Mangkoeto]], Guruguru, Pengusahapengusaha
* [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]], ahli fikih dan imam besar [[Masjidil Haram]]
* [[Jahja Datoek Kajo]], Demang''[[demang]]'', Anggotaanggota [[Volksraad]] Fraksi Nasional
* [[Haji Agus Salim]], Pejuangseorang Kemerdekaanpejuang kemerdekaan, [[Menteri luar negeri|Menteri Luar Negeri]] 3 Juli 1947 – 20 Desember 1949, Pahlawan Nasional Keputusan Presiden Indonesia Nomor 657 Tahun 1961
* [[Rohana Kudus]], perempuan jurnalis pendiri surat kabar ''[[Soenting Melajoe]]'', Pahlawan Nasional Keputusan Presiden Indonesia No. 120/TK/2019
* dr Marzoeki Mahdi, Kepala Rumah Sakit Jiwa Bogor
* Raihoel Amar Datoek Basa, penterjemah, Ahli pada Lembaga Bahasa dan Budaya [[Universitas Indonesia]]
* dr. Goelam St. Arbi SpOG, DokterLektor spesialisKepala Ilmu Kebidanan dan Kandunganpenyakit kandungan FK-UI
* [[Mohamad Nazief|Mr. Dr. Mohamad Nazif Soetan Machoedoem]], Bendahara Perhimpunan Indonesia, Sekretaris Umum (''Algemeene Secretary'') pemerintah [[Hindia Belanda]]
* [[Djamaluddin Tamin]], Tokoh Komunis Indonesia, Partai Republik Indonesia (PARI),
* Djamaloes Jahja St. Pamoentjak, Ketua Badan Keamanan Rakyat Sumatera Barat, Kepala Luhak dan Bupati
* [[Sutan Sjahrir]], Perdana Menteri Indonesia ke 1 14 November 1945 – 3 Juli 1947, Pahlawan Nasional Keputusan Presiden Indonesia nomor 76 tahun 1966
* [[Tamsil|Mr.Tamzil gelar Sutan Narayau]], Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin 3 Juli 1947 – 29 Januari 1948
* [[Mohamad Razif|Mr. Mohamad Razif]], Duta Besar RI untuk [[Malaysia]] 1957–1963 dan Duta Besar RI untuk [[India]] 1967–1971
* dr. Sagaf Jahja, Ketua Parindra Djambi 1940-1942, Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) Kota Djambi 1945, Residen Djambi 1945, Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Tengah (Anggota) 1946-1950
* [[Djohan Sjahroezah]] , Pejuang Kemerdekaan, Tokoh [[Partai Sosialis Indonesia]]/PSI
* Joesoef Jahja St. Majo Lelo, Ketua Voetbalbond Indonesische Jacatra/VIJ Persija 1942-1955, Komite Nasional Indonesia Pusat (Anggota) 1945, Wakil Walikota Djakarta 1945-1947
* dr. Saiful Anwar, Dokter, Pengawas Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur 1948-1963
* Goelam St. Arbi, Dokter spesialis Kebidanan dan Kandungan
* Mohamad Jusuf St. Rumah Panjang, Direktur Utama PT Satria Negara 1958-1961, Direktur Utama PT Aneka Bakti 1961-1964, Direktur Utama PT Petsin 1964-1965
* Marzuki Mahdi
* AbdulMr. KarimMasrin St. Rajo Mudo, Direktur NV Djakarta Lloyd 1960-1961, Presiden Direktur [[BankPN NegaraDjakarta Indonesia]]Lloyd 19541961-1963
* [[FeliaMr. Salim]]Abdul Karim, Wakil Presiden Direktur [[Bank Negara Indonesia]] 1954-1959
* Abdul Muis, Duta Besar RI di Cekoslowakia 1972-1975
* Sjamsoel Echsan Haznam, Direktur Muda NV Djakarta Lloyd 1952-1960
* Saiful Anwar, Dokter, Pengawas Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur
* Zanir Rajo Naando, Anggota Pengawas Yayasan Dapenso BNI, Direktur Bank Negara Indonesia dan1966-1970, Dirut [[Bank Central Asia]] -1980, Direktur [[Bank Central Asia]] 1980-1992
* Alizam Almatsier, Direktur Pembinaan Anggaran Pembangunan Departemen Keuangan -1975, Direktur Keuangan PT Pertamina -1979
* Hasan Jafar, pelukis
* [[Oesman Effendi]], pelukis
* Darry Salim Datuk Perpatih
* Badrel Asraf Masfar St. Rajo Malintang, Kuasa Usaha Indonesia di Arab Saudi
* Darry Salim Datuk Perpatih, Duta Besar/Utusan Khusus RI Textile Surveillance Body GATT Geneve Swiss 1985-1989, Ketua Umum Majelis Pembina Adat Alam Minangkabau 1990-
* [[Ferdy Salim]], Duta Besar RI untuk Brunei Darussalam 1987-1990
* Indraman Akmam, Ir, Direktur Eksploitasi PT Pertamina 1981-1988, Vice Presiden PT. Arun 1988-1990
* dr. Erjan Albar SpOG(K), Kepala Bagian Obgin FK-USU
* Ir. Azril Nazahar Datuk Marah Bangso, Dirut PT. PANN -1987
* [[Akhiroel Yahya]] Datuk Batuah, Drs, Kolonel (L), Walikota Padang 1968-1972
* Nurmeiman Oesman Dt. Tjumano, Direktur PT Jasindo 1987-2001
* Erjan Albar,Dokter spesialis Kebidanan dan Kandungan
* Ir. Muhammad Jaffri Burhanuddin, Dekan Fakultas Teknik Unuversitas Tanjung Pura Pontianak 1971-1975
* dr. Asmir, Dokter
* [[Ade Irawan]], Aktris
* [[E.H. Nizar Datuk Kayo]], Ir, Dirut PT. Semen Padang 1990-1995 dan Dirut PT. Semen Tonasa
Baris 188 ⟶ 196:
* Ir. Masri Saridam, Vice President Director II PT Semen Cibinong
* [[Ikhdan Nizar]] St. Diateh, Ir, Dirut PT Semen Padang 2000-2003
* [[Merdias Almatsier|dr. Merdias Almatsier Sp.S(K)]], Pembantu Rektor Universitas Indonesia 1986-1994, Ketua Umum IDI 1997-2000,
* [[Ahzam B. Razif|Ahzam Bahdari Razif St. Bandaharo]], Drs, Duta Besar RI untuk Senegal merangkap Gabon,Gambia, Guinea-Bissau, Kongo, Pantai Gading dan Sierra Leone 2003-2007
* Rizal Imran Ambiar, dr Sp.THT-BKL, KepalaDirektur Rumah Sakit danMuhammadiyah SpesialisPalembang THT2001-2008
* [[Syahrir (ekonom)|Syahrir]], DR, ekonom dan pendiri Partai Indonesia Baru
* Razni Carnandy Datuk Kayo, dr Sp.PD MARS, Kol (Ckm), Kakesdam Jaya 1998-1999, Dirjangmed RSPAD Gatot Subroto
* [[Hamid Jabbar]], Sastrawan
* [[Felia Salim]], Wakil Presiden Direktur [[Bank Negara Indonesia]]
* [[Aidil Chandra Salim]], Duta Besar RI untuk Fiji 2010-2013
* [[Leonardy Harmainy]] Datuk Bandaro Basa, S.IP., M.H., Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi SumatraSumatera Barat 2004–2009, Anggota DPD-RI 2017-2019, 2019-2024
* Razni Carnandy Datuk Kayo, dr Sp.PD MARS, Kol (Ckm), Kakesdam Jaya, Dirjangmed RSPAD Gatot Subroto
* Irsyadul Halim Drs, H, Wakil Ketua II Lazis Muhammadiyah 2010-2015, Anggota Baznas RI 2015-2020
* [[Leonardy Harmainy]] Datuk Bandaro Basa, S.IP., M.H., Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatra Barat 2004–2009, Anggota DPD-RI 2017-
* [[Andi Achmad Dara]], Anggota DPR-RI Partai Golkar 2014–2019, 2019–2024
* [[Felia Salim]], Direktur Riset dan Pengembangan PT BEJ 1995-1999, Wakil Presiden Direktur [[Bank Negara Indonesia]] 2008-2015
* Huzna Gustiana Zahir, Ir, M.A, Ketua Harian YLKI, Ketua Pengawas YLKI
* Alwin Albar, Direktur Operasi PT Timah Tbk 2017-2018, Direktur Pengembangan Usaha PT Timah Tbk 2019-2020
 
Perwira Tinggi TNI dari Koto Gadang:
* [[O.B. Sjaaf|Oemar Basri Sjaaf]], Presiden Seskoal pertama, Pangkowilhan IV, Ketua Umum LVRI 1973–1978, Laksdya TNI (Purn)
* Kanido Rahman Masjhoer Datuk Maharajo, Brigjen TNI (Purn)
* Kanido Rachman Masjhur Datuk Maharajo, Dir Percobaan Alat-Alat Peralatan (PERAL) TNI-AD -1960, Brigjen TNI (Purn)
* [[O.B. Sjaaf|Oemar Basri Sjaaf]], Presiden Seskoal pertama, Pangkowilhan IV, Ketua Umum LVRI Laksdya TNI (Purn)
* [[Daan Jahja]], gubernur militer [[Jakartapangdam]] danSiliwangi 1948, Gubernur Militer [[pangdamJakarta]] Siliwangi1949-1950, Anggota DPR-GR Fraksi Karya Pembangunan 1966-1971, Brigjen TNI (Purn)
* [[Daan Anwar]], pejuangWakil kemerdekaanKetua API (Angkatan Pemuda Indonesia,) militer1945, pengusahaAsisten Deputi I Kasad 1962-1964, Brigjen TNI (Purn)
* [[Lucky Ichwan Anwar]], Wakil Kepala Pusat Cadangan Nasional (PUSCADNAS) Kemenhan 1974-1977, Direktur Umum PT Pupuk Kujang 1977, Brigjen TNI (Purn)
* dr. Azhar Zahir, Kepala Kesehatan AL, Anggota MPR RI Fraksi ABRI, Laksma TNI (Purn)
* [[Rais Abin]], Panglima Pasukan Keamanan PBB, Duta Besar RI untuk [[Malaysia]] 1981-1984, Ketua Umum LVRI 2012-2017, Letjen TNI (Purn)
* dr. Noesmir, Rektor Universitas Sriwijaya 1966-1968, Kakesdam II Sriwijaya 1969-1970, Brigjen TNI (Purn)
* [[Hazniel Almatsier|Hazniel Khatim Almatsier]], Kepala Departemen Pusat Pendidikan Peralatan Angkatan Darat 1967,Brigjen TNI (Purn)
* Niel Almatzir, Brigjen TNI (Purn)
* [[Syaiful Sulun]], Kassospol ABRI, Wakil Ketua MPR-RI, Letjen TNI (Purn)
* [[Jasril Jakub]], Komandan Paspampres, Sekretaris Militer Presiden RI, Letjen TNI (Purn)
* Zarvea Bazar Datuk Cumano, Sahli Kapolri bidang Hukum -1995, Kepala Inkopol 1995-1996, Brigjen Pol (Purn)
* Ken Chaidian, Dir Bela Negara Ditjen Pothan Kemhan, Laksma TNI (Purn)
* [[Boy Rafli Amar]] Datuk Rangkayo Basa, Kepala BNPT 2020-2023, Komjen Pol (Purn)
* [[Primadi Saiful Sulun]], Kepala Staf Divif 2/Kostrad 2022-
 
Guru Besar (Profesor) dari Koto Gadang:
Baris 249 ⟶ 264:
* Prof. Dr. dr. Asman Manaf, Sp.PD-KEMD, Ilmu Penyakit Dalam (FK Unand)
* Prof. dr. Fadil Oenzil PhD. SpGK, Ilmu Biokimia / Gizi Klinik (FK Unand), Dekan Fakultas Kedokteran Unri 2001-2004, Dekan Fakultas Kedokteran Unand 2004-2008
* Prof. Dr. dr [[Ilham Oetama Marsis]] SpOG (K), Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia 2015-2018
* Prof. dr. Zuljasri Albar, Sp.PD-KR, Ilmu Penyakit Dalam (FK UI)
* Prof. Dr. H. Syafrizal, Dekan Fakultas Ekonomi Unand 1996-2000 & 2000-2004
* Prof. dr. [[Menaldi Rasmin]], SpP (K), Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (FK UI), Dekan Fakultas Kedokteran UI 2004-2008,Ketua Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)
* [[Akmal Taher|Prof. Dr. Akmal Taher]], Sp.U (K), PhD, Ilmu Bedah (FK UI), Dirut RSCM, Dirjen BUK Kemenkes
* Prof. Dr. Chaidir Arif Mochtar, SpU (K), PhD, Ilmu Bedah Urologi (FK UI), Deputy Chairman Scientific Committee Urological Association of Asia 2006-2010,Presiden Ikatan Ahli Urologi Indonesia 2012-2015
* Prof. Dr. dr. Sri Widia Jusman, M.S. Biokimia dan Biologi Molekular (FK UI)
* Prof. Dr. Henita Rahmayanti, M.Si, Ilmu Lingkungan (UNJ)
* Prof.Dr.drg. Melanie Sadono Djamil, M.Biomed, Ilmu Biokimia (FKG Univ.Trisakti), Ketua Konsil Kedokteran Gigi periode 2020-2025
* Prof. Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked(KJ) Sp.KJ(K), Psikiatri (FK USU), Ketua Program Studi Psikiatri FK USU
* Prof. Dr. dr. Amiliana Mardiani Soesanto, SpJP(K), Kardiologi dan Ilmu Vaskuler (FK UI)
 
Nama Rumah Sakit di Indonesia yang mengambil Nama Putra Koto Gadang:
* [[Rumah Sakit dr. Saiful Anwar|Rumah Sakit dr. Sjaiful Anwar]], RSUP Malang, Jawa Timur
* Rumah Sakit Tentara Dr. Asmir, RST Salatiga, Jawa Tengah
* Rumah Sakit Tentara Dr. NusmirNoesmir, RST Baturaja, SumatraSumatera Selatan
* Rumah Sakit Jiwa Dr. Marzuki Mahdi, RSJ Cilendek, Bogor, Jawa Barat
* Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Azhar Zahir, Manokwari, Papua
 
== Lihat juga ==
 
* [[Janjang Koto Gadang|Janjang Saribu]]
* [[Masjid Nurul Iman Koto Gadang|Masjid Tapi Nurul Iman Koto Gadang]]
* [[Yayasan Amai Setia]]
* [[Ngarai Sianok]]
* [[Tikuluak Koto Gadang]]
* [[IV Koto, Agam|Kecamatan IV Koto]]
* [[Kabupaten Agam]]
 
== Referensi ==
* Azizah Etek, Mursjid A.M., Arfan B.R., ''Koto Gadang Masa Kolonial'', LKiS, 2007
* James, K.A., "''De Nagarie Kota Gedang''", Tijdschrift voor het Binnenlandsch Bestuur 49, 1916, pp.&nbsp;185–195
* Graves, Elizabeth E., "''The Minangkabau Response to Dutch Colonial Rule in the Nineteenth Century''", Equinox Publishing (Asia) Pte Ltd, Singapore, 2010, pp.&nbsp;207–224
 
== Catatan kaki ==
Baris 277 ⟶ 303:
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.agamkab.go.id/ Situs web resmi Kabupaten Agam]
* {{id}} [http://www.kotogadang-pusako.com/ Situs web resmi Nagari KotogadangKoto Gadang]
* {{en}} {{cite web| last = Indiyanto| first = Agus| url = http://www.knaw.nl/indonesia/transition/workshop/2004_12.pdf| title = Coping with Crisis: A Field Report from Kotogadang| format = PDF| accessdate = 2009-8-7| archive-date = 2005-01-10| archive-url = https://web.archive.org/web/20050110044414/http://www.knaw.nl/indonesia/transition/workshop/2004_12.pdf| dead-url = yes}}