| conventional_long_name = Kesultanan Riau-Lingga<br />{{nobold|{{font|size=85%|'' {{font|size=70%|([[Bahasa Melayu|Melayu]])}}<br />{{script/Arabic|کسلطانن رياوليڠݢ}} {{font|size=70%|([[Aksara Jawi|Jawi]])}}<br />''Sultanaat van Riau en Lingga'' {{font|size=70%|([[Bahasa Belanda|Belanda]])}}}}}}
| common_name = Kesultanan Riau Lingga
| empire = Hindia Belanda, kesultanan Utsmaniyah
| status = Protectorate
| status_text = [[Protektorat]] [[Hindia Belanda]], [[protektorat]] [[kesultanan Utsmaniyah]]
| era = Hindia Belanda
| religion = [[Islam Sunni]]
| representative5 = <nowiki>Muhammad Yusuf</nowiki>
| year_representative5 = 1858–1899
| today = {{flag|Indonesia}}<br />{{flag|Singapura}}
| footnotes =
| demonym =
{{Sejarah Indonesia}}
'''Kesultanan Riau-Lingga''' adalah salah satu kerajaan Melayu [[Islam]] yang didirikan di [[Pulau Lingga]]. Kesultanan ini dibentuk pada tahun 1824 dari pecahan wilayah [[Sejarah Johor|Kesultanan Johor Riau]] atas perjanjian yang disetujui oleh [[Britania Raya]] dan [[Belanda]]. Pendirinya adalah [[Abdul Rahman Muazzam Syah I dari Lingga|Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah]]. Wilayah Kesultanan Riau Lingga terletak di provinsi [[Kepulauan Riau]] dan sebagian kecil Indragiri Hilir. Pusat pemerintahan Kesultanan Riau Lingga awalnya berada di [[Kota Tanjungpinang|Tanjung Pinang]], tetapi kemudian dipindahkan ke Pulau Lingga. Kesultanan Riau berakhir pada tanggal 3 Februari 1911 dan dikuasai Hindia Belanda. Kesultanan ini berperan dalam pengembangan [[Melayu Riau|Bahasa Melayu Riau]] sebagai bahasa standar yang kemudian ditetapkan sebagai [[Bahasa Indonesia]].{{Sfn|Sunandar|2015|p=188}}
== Pendirian ==
Pada awalnya, Kesultanan LinggaRiau adalah bagian dari [[Kerajaan Bintan]] dan [[Kesultanan Melaka]] yang kemudian diteruskan oleh Kesultanan Johor Riau. Pada tahun 1811, [[Mahmud Syah III dari Johor|Sultan Mahmud Syah III]] yang berkuasa di Kesultanan Johor Riau wafat sehingga terjadi perselisihan dalam penentuan pewaris. Akhirnya pihak Britania Raya dan Hindia Belanda turutikut campur dalam menentukan pewaris Kesultanan Johor Riau. Pihak Britania Raya mendukung putra tertua dari Sultan Mahmud Syah III yaitu Tengku Hussain. Sebaliknya, Hindia Belanda mendukung adik tiri dari Tengku Hussain, yaitu Abdul Rahman. Penyelesaian pewaris Kesultanan ditentukan dalam [[Perjanjian Inggris-Belanda 1824|Traktat London]] yang diadakan pada tahun 1824. Keputusannya adalah membagi Kesultanan Johor Riau menjadi dua Kesultanan, yaitu Kesultanan Johor dan Kesultanan Riau Lingga. Kesultanan Johor berada dalam pengaruh Britania Raya, sedangkan Kesultanan LinggaRiau berada dalam pengaruh Hindia Belanda. Abdul Rahman kemudian ditetapkan sebagai sultan pertama dari Kesultanan Lingga dengan gelar Muazzam Syah.{{Sfn|Sunandar|2015|p=190}}
ءال القدسي :
أسرة تقطن حلب وينتهي نسبهم إلى القطب الجليل الشيخ أبي عبد الله الحسين الشهير بقضيب البان الموصلي ابن السيد عيسى المكنى بأبي ربيعة ابن السيد أبي الخضر يحيى بن أبي المحاسن علي الموصلي ابن السيد عبد الله ابن أبي جعفر محمد الثعلب بن عبد الله الاكبر بن محمد الأكبر المشهور بالثائر ابن السيد موسى الثاني بن عبد الله الشيخ الصالح الملقب بالرضا ابن السيد موسى الجون بن عبد الله المحض بن الحسن المثنى ابن الإمام الحسن رضي الله عنهم.
وسموا بالقدسي نسبة إلى جدهم الذي سمي بالقدسي لكونه ولد في بيت المقدس، ولهم فرع في فلسطين، وقد تولى عدد منهم نقابة الأشراف في بيت المقدس وحلب.
وفي دمشق أسرة تعرف بآل القدسي وأرومة هذا البيت في القدس الشريف تعرف بآل الحسيني وسيأتي ذكرهم في ذرية الإمام الحسين رضي الله عنه.
ءال القدسي :
أسرة دمشقية، وجدهم الأعلى هو السيد عبد الرزاق القدسي بن مصطفى بن عبد الحي بن أحمد بن عمر بن بكري بن أحمد ابن الشيخ الزاهد العابد محمد بن أحمد بن علي بن إبراهيم بن محمد بن موسى بن إبراهيم بن موسى الثالث الأبرش بن محمد الاعرج بن موسى الثاني ويقال له أبو سبحة ابن الأمير إبراهيم المرتضى ابن الإمام موسى الكاظم ابن الإمام جعفر الصادق ابن الإمام محمد الباقر ابن الإمام علي زين العابدين السجاد ابن الإمام الحسين السبط رضي الله تعالى عنهم.
Al-Qudsi Al-Hasani :
Al-Qudsi adalah suatu keluarga yang berasal dari Hallab (Aleppo) Syria. Silsilah keturunan Al-Qudsi menyambung Quthbul Jalil Syaikh Abi Abdullah Al-Husein yang dikenal dengan Qudhaib Alban Al-Maushuli, di mana nasabnya bersambung kepada Abdullah Ar-Ridha bin Musa Al-Jaun bin Abdullah Al-Mahdi bin Hasan Al-Mutsanna bin Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
Al-Qudsi Al-Husaini :
Di samping itu, keluarga
Al-Qudsi ada juga yang bersambung silsilahnya kepada Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib. Salah satu keluarga Al-Qudsi ini adalah Sayyid Abdurrazzāq Al-Qudsi, di mana silsilahnya bersambung kepada Musa Al-Kadzim bin Ja’far Ash-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam Husein bin Ali bin Abu Thalib.
SILSILAH AL-HASANI :
1. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
2. Fatimah Az-Zahra
3. Hasan Al-Mujtaba
4. Hasan Al-Mutsanna
5. Abdullah Al-Mahdi
6. Musa Al-Jun
7. Abdullah Ar-Ridha
8. Musa Ats-Tsani
9. Muhammad Ats-Tsa'ir
10. Abdullah Al-Akbar
11. Abi Ja'far Muhammad Ats-Tsa'lib
12. Abdullah
13. Abul Mahasin Ali Al-Mawsili
14. As-Sayyid Abul Khadir Yahya
15. As-Sayyid Isa Abu Rabi'ah
16. Al-Qutubul Jalil Asy-Syaikh Abi Abdullah Husein Qadib Alban Al-Mawsili
SILSILAH HUSAINI :
1. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
2. Fatimah Az-Zahra
3. Husein Asy-Syahid
4. Ali Zainal Abidin As-Sajjad
5. Muhammad Al-Baqir
6. Ja'far Ash-Shadiq
7. Musa Al-Kadzim
8. Al-Amir Ibrahim Al-Murthada
9. Musa Ats-Tsani
10. Muhammad Al-Araj
11. Musa Ats-Tsalits Al-Abrasy
12. Ibrahim
13. Musa
14. Muhammad
15. Ibrahim
16. Ali
17. Ahmad
18. Asy-Syaikh Az-Zahid Al-Abid Muhammad
19. Ahmad
20. Bakri
21. Umar
22. Ahmad
23. Abdul Hay
24. Musthafa
25. Abdurrazzaq Al-Qudsi
== Pemerintahan ==
== Politik ==
Politik dalam negeri Kesultanan LinggaRiau cukup stabil. Pembagian kekuasaan antara [[Suku Bugis]] dan Suku Melayu dapat terkendali.{{Sfn|Syahid|2005|p=303}} Sebaliknya, Kesultanan Riau Lingga berada di wilayah dengan perpolitikan luar negeri yang rumit dan tidak stabil. Kerajaan-kerajaan yang ada di sekitarnya sering melakukan persaingan antarkekuasaan. Selain itu, pejabat pemerintahan dari Kesultanan Riau Lingga juga sering berselisih. Kondisi politik semakin rumit setelah kedatangan [[Portugal]], Hindia Belanda, Britania Raya dan [[Jepang]]. Wilayah-wilayah di Kepulauan Riau, Semenanjung MelayuMelaka, dan pesisir timur [[Sumatra|Pulau Sumatra]] tidak dapat sepenuhnya dikendalikan.{{Sfn|Syahid|2005|p=302}}
== Keagamaan ==
Kesultanan Riau Lingga menjadi salah satu pusat kegiatan pembelajaran Islam di kawasan Melayu. Para ulama berdatangan ke Pulau Penyengat untuk mengajarkan ilmu keislaman. Bersamaan dengan ini, di Kesultanan Riau Lingga juga mulai banyak penganut paham [[Sufisme|tasawuf]].{{Sfn|Syahid|2005|p=306}} Tarekat yang berkembang pesat adalah [[tarekat Naqsyabandiyah]].{{Sfn|Syahid|2005|p=308}} Pada masa Kesultanan Lingga, paham fikih dan tasawuf yang paling berpengaruh adalah pemikiran [[Al-Ghazali|Abu Hamid Al-Ghazali]]. Pemikirannya diajarkan oleh [[Ali Haji bin Raja Haji Ahmad|Raja Ali Haji]] yang telah berguru kepada para ulama di [[Madinah]] dan [[Mekkah]].{{Sfn|Rehayati dan Farihah|2017|p=173–174}}
== Kebudayaan ==
Kesultanan Riau Lingga telah mengembangkan tradisi tulis menulis untuk kepentingan ilmu pengetahuan dalam bidang [[sastra]] dan [[keagamaan]]. Naskah-naskah ditulis menggunakan [[Abjad Jawi]] / [[huruf pégon]].{{Sfn|Jamal dan Harun|2014|p=55}} Kesultanan Riau Lingga membuat [[kamus]] Bahasa Melayu dan menjadikannya sebagai sebuah bahasa standar.{{Sfn|Jamal dan Harun|2014|p=59}}
Pada tahun 1850, Kesultanan LinggaRiau membangun sebuah percetakan surat kabar dengan tulisan dalam Abjad Jawi dan [[Alfabet Latin|Abjad Latin]]. Jenis cetakannya adalah cetakan [[Litografi|litograf]]. Selain itu, di Kesultanan Riau Lingga juga dibentuk perkumpulan para cendekiawan yang menulis karya-karya ilmiah dan menerjemahkan buku-buku berbahasa asing, terutama buku keagamaan yang menggunakan [[bahasa Arab]].{{Sfn|Jamal dan Harun|2014|p=60}}
Kesultanan Riau Lingga juga mengembangkan Bahasa Melayu, terutama bahasa lisan di kalangan istana. Bahasa Melayu ini kemudian disebarkan untuk digunakan oleh masyarakat umum.{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=15–16}} Bahasa Melayu kemudian disempurnakan menjadi bahasa baku di Pulau Penyengat.{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=20}} Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Muzafar Syah, Kerajaan Riau Lingga menetapkan Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi. Bahasa ini kemudian ditetapkan sebagai [[bahasa persatuan]] pada [[Kongres Pemuda|Kongres Pemuda Indonesia]] yang diadakan pada tahun 1928 dengan sebutan baru yaitu Bahasa Indonesia.{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=24}}
== Sultan-Sultan ==
=== Sultan Abdurrahman (1819-1832) ===
Sultan AbdurrahamanAbdurrahman adalah sultan pertama dari Kesultanan Riau Lingga. Ia adalah putra dari Sultan Mahmud Syah III yang berkuasa di Kesultanan Johor Riau. Setelah ayahnya wafat, kesultanannya dibagi menjadi dua, yaitu [[Sejarah Johor|Kesultanan Johor Singapura]] dan Kesultanan Riau Lingga. Pembagian wilayahnya ditentukan oleh [[Britania Raya]] dan [[Hindia Belanda]] dalam [[Traktat London]] yang ditetapkan pada tahun 1824. Wilayah Kesultanan Johor Singapura mencakup [[Johor]], [[Singapura]], [[Pahang]], dan [[Terengganu]]. Sedangkan wilayah Kesultanan Riau Lingga mencakup [[Pulau Lingga]], [[Pulau Singkep]] dan, [[RiauBatam dan Natuna]].{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=156}}
=== Sultan Muhammad Syah (1832-1841) ===
=== Sultan Mahmud Muzafar Syah (1841-1857) ===
Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Muzafar Syah, Kesultanan Riau Lingga menjadi salah satu kerajaan yang memiliki pengaruh besar bagi [[MelayuHindia Riau|Suku Melayu RiauBelanda]]. Kekuasaannya diberhentikan oleh [[Gubernur Jenderal Belanda]] pada tanggal 23 September 1857.{{Sfn|Firdaus, Elmustian, dan Melay|2018|p=157}}
=== Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah (1857-1883) ===
=== Masjid Raya Pulau Penyengat ===
[[Masjid Raya Sultan Riau|Masjid Raya PulauSultan PenyengatRiau]] didirikan di Pulau Penyengat. Pada masa Kesultanan Riau Lingga, masjid ini digunakan sebagai pusat administrasi kesultanan Riau. Di dalam masjid terdapat banyak naskah kuno berupa Al-Qur'an hasil tulisan tangan.{{Sfn|Jamal dan Harun|2014|p=60–61}}
=== Mushaf Al-Qur'an ===
=== Naskah administrasi kesultanan ===
Isi dari naskah-naskah administrasi yang ditemukan adalah mengenai keadaan pemerintahan pada masa keemasan dari Kesultanan Lingga. Naskah ditulis dengan Abjad Jawi dan disimpan di Museum Lingga Cahaya. Naskah penting yang penting di antaranya yaitu tentang pembukaan lahan perkebunan di [[Pulau Selayar]] (1327 H), keterangan kelahiran dan kematian penduduk (1307 H), keterangan penunjukan dan hasil kerja kapten kapal (1311 H), dan pengangkatan raja Riau yang bernama Raja Muhammad (1855 M).{{Sfn|Jamal dan Harun|2014|p=67}}
== Referensi ==
[[Kategori:Kabupaten Lingga]]
[[Kategori:Kabupaten Bintan]]
[[Kategori:Kota TanjungpinangTanjung Pinang]]
[[Kategori:Kota Batam]]
|