Tag: Suntingan perangkat selulerSuntingan aplikasi selulerSuntingan aplikasi Android
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 17:
== Pergerakan ==
Pada penghujung 1949, pemerintah mengadakan program reorganisasi terhadap divisi-divisi TNI dan ALRI IV termasuk dalam program tersebut. Anggota-anggota yang dianggap kurang memenuhi syarat untuk bergabung dengan TNI dihentikan. Selain itu, para geriliyawangerilyawan kecewa dengan kebijakan pemerintah yang menempatkan orang luar kalimantan dalam posisi yang strategis di ALRI IV. Ibnu Hajar menjadi salah satu anggota yang terkena dampakndampak rasionalisasi dan reorganisasi karena buta huruf.<ref>{{cite web|last = Matanasi|first = Petrik|title = Kekecewaan Ibnu Hadjar, Sang Pemberontak|url=https://tirto.id/kekecewaan-ibnu-hadjar-sang-pemberontak-cpMj| accessdate = 2020-01-14}}</ref>
Imbas dari dampak reorganisasi, Ibnu Hajar beserta 60 pengikutnya melancarkan serangan ke Pos TNI pada Maret 1950 dan dari serangan pertamanya, pengikut Ibnu Hajar bertambah menjadi 250 orang. Untuk menumpas pemberontakan Ibnu Hajar ini pemerintah menempuh upaya damai melalui berbagai musyawarah dan operasi militer. Pada saat itu pemerintah [[Republik Indonesia]] masih memberikan kesempatan kepada Ibnu Hadjar untuk menghentikan petualangannya secara baik-baik, sehingga ia menyerahkan diri dengan kekuatan pasukan beberapa peleton dan diterima kembali ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia. Tetapi setelah menerima perlengkapan Ibnu Hadjar melarikan diri lagi dan melanjutkan pemberontakannya.<ref name="Kesatuan Rakjat Indonesia jang Tertindas"/>
Ibnu Hadjar mendirikan organisasi geriliyagerilya baru yang dinamakan Kesatuan Rakyat jang Tertindas (KRljT) sebagai rasabentuk kekecewaan bekas geriliyawangerilyawan yang mengklaim dirinya sebagai pembela pancasila dan 17 Agustus 1945. Serangan pasukan Ibnu Hadjar pertama menyerang Kandangan pada November 1950. Awalnya, posisi KRLjT sempat terpojok dengan diberlakukanya status darurat perang pada tahun 1951. Seiring dengan meningkatnya tingkat keamanan, Pemerintah mencabut status darurat perang pada Juli 1952. Pencabutan tersebut memberikan keuntungan bagi Ibnu Hadjar untuk meningkatkan serangan geriliyagerilya yang memberikan kerugian material yang besar.<ref name="Kesatuan Rakjat Indonesia jang Tertindas"/>
[[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo|Kartosuwiryo]] menjadikan KRljT dan Ibnu Hadjar sebagai sekutu potensial dan mengirimkan utusanya, Sanusi Partawidjaja ke Kalimantan untuk membentuk Komando Teritorial VI Tentara Islam Indonesia dan menjadikan Kalimantan sebagai wilayah de facto Negara Islam. Setelah [[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo|KartosuwiryomenawarkanKartosuwiryo menawarkan]] posisi pemerintahan, Ibnu Hajar membulatkan tekadnya untuk masuk Negara Islam padaIndonesia. Pada tahun 1954 dania diangkat menjadi panglima TII wilayah Kalimantan. Ibnu Hadjar mulai memberikan nama-nama islamIslam dalam kelompoknya. NamaIbnu pasukannyaHajar mengangkat dirinya menjadi Kepala Pasukan Islam (KAPAI). Ibnu Hajar juga menamakan dirinya sebagai ulul-amri dan menamakan markas besarnya dengan julukan Istana Islam Merdeka atau Istana Agama Islam Agung. Lagu Indonesia Raya diubah dan disesuaikan dengan cita-cita negara islamIslam. Pasukan Ibnu Hadjar melancarkan serangan yang hebat kepada pemerintah di Barabai pada April 1955 dan Kotabaru pada November 1955. Serangan gerombolan Ibnu Hadjar yang efektif berujung pada ancaman Persatuan Pengusaha Bus Kalimantan untuk menangguhkan pelayanan jika pemerintah tidak mengambil langkah dan keamanan yang kurang baik.<ref name="Kesatuan Rakjat Indonesia jang Tertindas"/>