Raden Abdul Jalil: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Erwin Mulialim (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(26 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
{{Redirect|Artikel|artikel mengenai Wahdatul Wujud|Wahdatul Wujud}}
{{Infobox religious biography
| honorific-prefix =As-Syekh
| name = Raden Abdul Jalil <br>
{( Syekh Siti Jenar} )
| image =Syekh Siti Jenar.jpg
| alt =
| caption =Lukisan Potret Syekh Siti Jenar
| religion = [[Islam]]
| denomination = [[Sufi]]; [[Ahlu Sunnah wal Jamaah]]
| known_for = [[Wali Songo]] Yang Diganti Karena Telah Mencapai Maqom/Derajat Jadzab]];
[[Waliyul Ilm Sebelum Maqom Jadzab]]
| birth_name = Hasan Ali
| birth_date = 1426
Baris 19 ⟶ 18:
| children = {{unbulleted list
|Abdul Qahhar (Sunan Sedayu)
|SyarifahSayyidah Zainab (Istri [[Sunan Kalijaga]])
}}
| father = [[Datuk Sholeh]]
Baris 26 ⟶ 25:
|predecessor=[[Sunan Ampel]]|successor=[[Abdul Qahhar]] (Sunan Sedayu)|office1=|term_start1=|term_end1=|predecessor1=|successor1=|title=|region=|other names=Sunan Jepara {{br}} Syekh Lemah Abang {{br}} Sitibrit {{br}} Puyang Ngawak Raje Nyawe}}
 
'''Syekh Siti Jenar (artinya: tanah merah)''' yang memiliki nama asli'''Abdul Jalil'''Syaikh Sididan Zunnarnama (adakecil juga'''San yang menyebutnya Syech Siti Jenar)Ali''' (juga dikenal dengan nama '''Sunan Jepara''', '''Sitibrit''', '''Syekh Lemahbang''', dan '''Syekh Kaisar MedanJabarantas''') adalah seorang tokoh [[Sufisme|sufi]] asal persia dan salah seorang penyebar [[agama]] [[Islam]] di [[Pulau Jawa]], khususnya di [[Kabupaten Demak]].<ref>[http://books.google.com.my/books?id=mQXYAAAAMAAJ&q=Syekh+Siti+Jenar&dq=Syekh+Siti+Jenar&hl=en&ei=ypy8TbP6AYKGrAeR0IDzBQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=3&ved=0CDMQ6AEwAg Syekh Siti Jenar: pergumulan Islam-Jawa, Abdul Munir Mulkhan]</ref>
 
Beliau adalah seorang tokoh [[Sufisme|sufi]] dan penyebar [[agama]] [[Islam]] di [[Pulau Jawa]], khususnya di [[Kabupaten Demak]].<ref>[http://books.google.com.my/books?id=mQXYAAAAMAAJ&q=Syekh+Siti+Jenar&dq=Syekh+Siti+Jenar&hl=en&ei=ypy8TbP6AYKGrAeR0IDzBQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=3&ved=0CDMQ6AEwAg Syekh Siti Jenar: pergumulan Islam-Jawa, Abdul Munir Mulkhan]</ref>
'''Nama kecil Syaikh Siti Jenar adalah Abdul Hasan bin Abdul Ibrahim bin Ismail.''' Sosok Siti Jenar menjadi buah bibir di kalangan masyarakat [[Jawa]], bahkan misteri kematian dan pemikirannya dikenal di berbagai penjuru di negeri ini. Ada yang mengatakan bahwa ajaran Siti Jenar menyesatkan bagi kehidupan masyarakat Jawa, Di sebabkan oleh ajaranya yang bertentangan dengan islam dalam perspektif dakwah awal. Dan mengaku Sebagai Allah, tetapi dalam paham لا موجد الا الله paham yang berarti tidak ada wujud selain Allah karena alam raya tidak ada jika tidak ada penciptanya dan dengan dasar إنّاَ للهِ وإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ sungguhnya segalanya milik Dia (Allah) dan sesungguhnya kembalilah semuanya kepada Dia (Allah) dan apabila tanpa dasar/bahan diciptakan dalam logika Beliau mustahil maka mengacu kembali kepada Surah Yasin ayat 82 كُنْ فَيَكُونُ semua tercipta dari Firman/Ucapan Allah dan Firman atau Ucapan ini tercipta dari apa? jawabannya sama yaitu dari كُنْ فَيَكُونُ dan ini seterusnya yang pusatnya Adalah Allah Al Ahad dan Allah Al Wujud.
 
Paham seperti ini tidak boleh diajarkan sembarangan dengan metode salah seperti metode Syech Siti Jenar. Karena sebab itulah Syech Siti Jenar diterima kerinduannya kepada kembali kepada Allah oleh para anggota Walisongo dengan Pidana Mati yang sekaligus secara politis digunakan sebagai ancaman pendidikan apabila mengajarkan dengan metode salah sehingga menimbulkan mafhum/paham yang salah.
 
Misteri kematian Syaikh Siti Jenar tidak kunjung selesai sampai pada dari mulut ke mulut masyarakat Jawa saja. Akan tetapi meluas di lingkungan keagamaan di [[nusantara]]
Demikian pula dengan berbagai versi lokasi makam tempat ia disemayamkan untuk terakhir kalinya. Bahkan, Tuan Guru Fekri Juliansyah (Napak Tilas Para Mpu Hyang:1996) menegaskan makam Syeikh Siti Jenar ada di Puncak Gunung Dempu (Dempo), Kota Pagaralam - Sumatera Selatan. Dalam mitologi budaya dan sejarah Djagat Besemah, beliau dikenal dengan nama "Puyang Ngawak Raje Nyawe".
 
Sementara para murid muridnya atau yang menganut ajarannya, menganggapnya sebagai seorang intelek yang telah memperoleh esensi Islam. Ajaran-ajarannya tertuang dalam karya sastra buatannya sendiri yang disebut ''Pupuh'', yang berisi tentang ''budi pekerti''.
 
== Nama dan julukan ==
Syaikh Siti Jenar (menurut KHDrs. ShahibulK.H. FarajiNg. Ar-RabbaniAgus Sunyoto, M.Pd.) beliau memiliki nama asli SayyidSan Hasan 'Ali Al Husaini (masihBangsawan memiliki garis darah / keturunan Rasulullah SAWMalaka) dan setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil atau Raden Abdul Jalil. Dan pada saat berdakwah dikeliling Carubannusa (sebelahJawa tenggaradari Cirebon),pesisir utara jawa hingga pedalaman inilah beliau mendapat beberapa julukan Syaikh Siti Jenar, Syaikh Lemah Abang, Syaikh Lemah Brit, danSyaikh lainnyaJabarantas yang belumdan kita ketahui. Adapun makna julukan itu adalah:lainnya
 
1. Syaikh Siti Jenar
:Ada beberapa asumsi mengenai julukan ini, yang diambil dari kata menurut beberapa bahasa, "''Syaikh''" berasal dari bahasa arab شيخ bisa ditulis Shaikh, Sheik, Shaykh atau Sheikh adalah sebuah gelar bagi seorang ahli atau pemimpin atau tetua dalam lingkup muslim, "''Siti''" dalam bahasa jawa berarti tanah, namun ada yang berasumsi kata Siti berasal dari kata Sayyidi/Sidi (yang berarti Tuanku/Junjunganku), dan "''Jenar''" dalam bahasa Indonesia berarti merah, dalam bahasa Jawa berari Kuning Kemerahan, dan ada pula yang berasumsi dari bahasa arab "Jinnar" dengan tafsiran ilmu yang dimilikinya selalu membara (semangat akan ilmu) seperti api. Namun ada juga yang memudahkan dengan menganggap hayalan yang terbakar dari kata Jin (ghaib) - Nar (api). Bahkan ada pula yang mungkin setelah melihat film Walisongo dan menghubungkannya dengan kata Jenar (dalam kehidupan masyarakat jawa, kata Jenar disebutkan untuk sebuah binatang Cacing dengan ukuran sangat besar).
2. Sunan Jepara
:Gelar ini muncul karena kedudukan Syeh Siti Jenar sebagai seorang sunan yang tinggal di [[Kadipaten]] [[Jepara]].
3. Syeh Lemah Abang / Lemah Brit
:Sebutan yang diberikan masyarakat Jepara karena ia tinggal di Dusun Lemah Abang, Kecamatan [[Keling, Jepara|Keling]]. Lemah Brit dalam bahasa jawa berarti tanah yang berwarna merah (Brit = Abrit = Merah).
 
== Tujuan utama Syeikh Siti Jenar ==
Syeikh Siti Jenar mengajak manusia untuk selalu tumbuh berkembang seperti pohon sidratul muntaha, yang selalu aktif, progresif dan positif. Membangkitkan pribadi “insun sejati” melalui tauhid al-wujud, atau yang kenal dengan judul buku ini adalah “manunggaling kawula-gusti”. Gerakan yang dilakukan Syeikh Siti Jenar bersumbu pada pembebasan kultural, yang meliputi pembebasan kemanusiaan dari kungkungan struktur politik yang berdalih agama, sekaligus pembebasan dari pasungan keagamaan yang formalistik. Jadi, Syeikh Siti Jenar bukan hanya seorang penyebar agama Islam awal di Indonesia, namun sekaligus seorang suci yang sangat dihormati berbagai kalangan sampai saat ini, karena memang ajarannya yang aplikatif secara lahir dan batin juga mampu membawa rasa kebebasan bagi para penganutnya. Unsur kebebasan di bawah naungan kemanunggalan inilah mutiara yang termahal dalam hidup.<ref>https://www.nu.or.id/post/read/13217/kearifan-spiritual-syeikh-siti-jenar</ref>
 
== Ajaran Syekh Siti Jenar ==
Ajaran Syekh Siti Jenar yang paling kontroversial terkait dengan konsepnya tentang [[hidup]] dan [[mati]], Tuhan dan kebebasan, serta tempat berlakunya syariat tersebut. Syekh Siti Jenar memandang bahwa kehidupan manusia di dunia ini disebut sebagai kematian. Sebaliknya, apa yang disebut umum sebagai kematian, justru disebut sebagai awal dari kehidupan yang hakiki dan abadi olehnya.
<ref>https://www.nu.or.id/post/read/90605/hanya-permainan-kok-tegang kehidupan hanyalah permainan - NU online</ref>
=== Ada kemungkinan ajaran spiritual Syekh Siti Jenar memiliki keterikatan dengan Moksa (Hindu Budha), Trinitas (Kristen) dan Wahdatul Wujud (Islam)<ref>https://symbolic.id/space/p/51587</ref> ===
 
:1. [[Moksa]] (Sanskerta: mokṣa) adalah sebuah konsep agama Hindu dan Buddha. Artinya ialah kelepasan atau kebebasan dari ikatan duniawi dan lepas juga dari putaran reinkarnasi atau Punarbawa kehidupan.<ref>https://m.wiki-indonesia.club/wiki/Moksa</ref>
:.
:2. [[Tritunggal]] atau [[Trinitas]] Doktrin Kristen atau Kristiani (kata Latin yang secara harfiah berarti “tiga serangkai”, dari kata trinus, “rangkap tiga”) menyatakan bahwa Allah adalah tiga pribadi atau hipostasis yang sehakikat (konsubstansial)—Bapa, Putra (Yesus Kristus), dan Roh Kudus—sebagai “satu Allah dalam tiga Pribadi Ilahi”. Ketiga pribadi ini berbeda, tetapi merupakan satu “substansi, esensi, atau kodrat” (homoousios). Dalam konteks ini, “kodrat” adalah apa Dia, sedangkan “pribadi” adalah siapa Dia.<ref>https://m.wiki-indonesia.club/wiki/Tritunggal</ref>
:.
:3. [[Wahdatul wujud]] berasal dari kata wahdah (وحدة) yang berarti tunggal atau kesatuan dan al-wujud (الوجود ) yang berarti ada, eksistensi, atau keberadaan. Secara harfiah wahdatul wujud artinya adalah “kesatuan eksistensi”. Doktrin ini tidak mengakui adanya perbedaan antara Tuhan dengan makhluk, seandainya ada maka hanya kepercayaan bahwa Tuhan itu adalah keseluruhan, sedangkan makhluk adalah bagian dari keseluruhan tersebut, dan Tuhan memperlihatkan Diri pada apa saja yang ada di alam semesta ini, karena tak ada satupun di alam semesta ini kecuali wujud Tuhan.<ref>https://m.wiki-indonesia.club/wiki/Wahdatul_Wujud</ref>
 
<!--Selama belum ada referensi yang mendukung, bagian ini JANGAN ditampilkan. Jika ada yang menemukan referensi, mohon gaya bahasa juga diperbaiki supaya memenuhi standar Wikipedia.
 
Sebagai konsekuensinya, kehidupan manusia di dunia ini tidak dapat dikenai hukum yang bersifat keduniawian, misalnya hukum negara, tetapi tidak termasuk hukum syariat peribadatan sebagaimana yang ditentukan oleh [[syariah]]. Menurut ulama pada masa itu yang memahami inti ajaran Syekh Siti Jenar, manusia di dunia ini tidak harus memenuhi [[rukun Islam]] yang lima, yaitu [[syahadat]], [[Sholat]], [[puasa]], [[zakat]], dan [[haji]]. Baginya, syariah baru akan berlaku setelah manusia menjalani kehidupan pasca kematian. Syekh Siti Jenar juga berpendapat bahwa [[Allah]] itu ada dalam dirinya, yaitu di dalam budi. Pemahaman inilah yang dipropagandakan oleh para ulama pada masa itu, mirip dengan konsep [[Al-Hallaj]] (tokoh sufi Islam yang dihukum mati pada awal sejarah perkembangan Islam, kira-kira pada [[abad ke-9]] Masehi) tentang ''hulul'' yang berkaitan dengan kesamaan sifat [[Tuhan]] dan [[manusia]].
 
Dimana seharusnya pemahaman [[tauhid|ketauhidan]] melewati empat tahap, yaitu:
* ''[[Syariat]]'', dengan menjalankan hukum-hukum agama seperti salat, zakat, dan lain-lain,
* ''[[Tarekat]]'', dengan melakukan amalan-amalan seperti wirid, [[zikir]] dalam waktu dan hitungan tertentu,
* ''[[Hakekat]]'', di mana hakikat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan, dan
* ''[[Makrifat]]'', kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya.
 
Bukan berarti bahwa setelah memasuki tahapan-tahapan tersebut, maka tahapan di bawahnya ditiadakan. Pemahaman inilah yang kurang bisa dimengerti oleh para ulama pada masa itu tentang ilmu [[tasawuf]] yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar. Ilmu yang baru bisa dipahami ratusan tahun setelah wafatnya Syekh Siti Jenar. Para ulama mengkhawatirkan adanya kesalahpahaman dalam menerima ajaran yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar kepada masyarakat awam di mana pada masa itu, ajaran Islam yang harus disampaikan seharusnya masih pada tingkatan syariat, sedangkan ajaran Syekh Siti Jenar telah jauh memasuki tahap hakekat, bahkan makrifat kepada Allah. Oleh karena itu, ajaran yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar dikatakan sesat.
 
Dalam pupuhnya, Syekh Siti Jenar merasa malu apabila harus memperdebatkan masalah agama. Alasannya sederhana, yaitu dalam [[agama]] apa pun, setiap pemeluknya sebenarnya menyembah zat [[Allah|Yang Maha Kuasa]], hanya saja masing-masing menyembah dengan menyebut nama yang berbeda dan menjalankan ajaran dengan cara yang belum tentu sama. Oleh karena itu, masing-masing pemeluk agama tidak perlu saling berdebat untuk mendapat pengakuan bahwa agama yang dianutnya adalah yang paling benar.
 
Syekh Siti Jenar juga mengajarkan agar seseorang dapat lebih mengutamakan prinsip ikhlas dalam menjalankan ibadah. Orang yang beribadah dengan mengharapkan [[surga]] atau pahala berarti belum bisa disebut ikhlas.
-->
 
=== ''Manunggaling Kawula Ian Gusti'' ===
Para pendukung Syekh Siti Jenar menegaskan bahwa ia tidak pernah menyebut dirinya sebagai [[Tuhan]]. Ajaran ini bukan dianggap sebagai bercampurnya Dzat Tuhan dengan makhluk-Nya, melainkan sifat-sifat Tuhan yang memancar pada manusia ketika manusia sudah melakukan proses ''fana''' (hancurnya sifat-sifat buruk pada manusia) <ref>Kementerian Agama. 2015. Buku Akidah Akhlak Kelas XI. Jakarta:Kementerian Agama</ref>
 
Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan sifat-sifat Tuhan dikala manusia sudah melakukan proses ''fana''' (''Manunggaling Kawula Gusti''). Perbedaan penafsiran ayat Al-Qur’an ini yang menimbulkan polemik, yaitu bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruhroh Tuhan.
 
'''Achmad Chodjim dalam bukunya “Syekh Siti Jenar” menjelaskan ketika Demak masih sibuk dalam penaklukan. Ajaran Syekh Siti Jenar lebih bisa diterima oleh raja-raja Jawa yang telah memeluk agama Islam.'''
 
'''“Diceritakan dalam Babad Jaka Tingkir bahwa ada 40 orang tokoh yang berguru kepada Syekh Siti JenarJenar”, ungkap Chodjim dikutip Kamis (3/6/2021).<ref>https://hidayatuna.com/mengenal-deretan-murid-murid-syekh-siti-jenar</ref>''' Mereka antara lain adalah:
<blockquote><table {{prettytable}}>
<tr valign="top">
<td width="25%">
 
=== Mereka antara lain adalah === <!-- Table #1 -->
----
{{Col|2}}
;* 1.# Ki Ageng Banyubiru,
;* 2.# Ki Ageng Getas Aji,
;* 3.# Ki Ageng Balak,
;* 4.# Ki Ageng Butuh,
;* 5.# Ki Ageng Ngerang,
;* 6.# Ki Ageng Jati,
;* 7.# Ki Ageng Watalunan,
;* 8.# Ki Ageng Pringapus,
;* 9.# Kiai Ageng Nganggas,
;* 10.# Ki Ageng Ngamba,
;* 11.# Ki Ageng Babadan,
;* 12.# Ki Ageng Wanantara,
;* 13.# Ki Ageng Majasta,
;* 14.# Ki Ageng Baya,
;* 15.# Ki Ageng Baki,
;* 16.# Ki Ageng Tembalang,
;* 17.# Ki Ageng Karnggayam.
;* 18.# Ki Ageng Ngargaloka,
;* 19.# Ki Ageng Kayupuring,
;* 20.# Ki Ageng Selandaka,
;* 21.# Ki Ageng Purwasada,
;* 22.# Kebo Kangan,
;* 23.# Kiai Ageng Kebonalas,
;* 24.# Ki Ageng Waturante,
;* 25.# Kiai Ageng Taruntum,
;* 26.# Kiai Ageng Pataruman,
;* 27.# Kiai Ageng Purna,
;* 28.# Kiai Ageng Gugulu.
;* 29.# Kiai Ageng Gunung Pragota,
;* 30.# Kiai Ageng Ngadibaya,
;* 31.# Kiai Ageng Karungrungan,
;* 32.# Kiai Jatingalih,
;* 33.# Kiai Ageng Wandadi,
;* 34.# Kiai Ageng Tambangan,
;* 35.# kiai Ageng Ngampuhan,
;* 36.# Kiai Ageng Bangsri,
;* 37.# Kiai Ageng Pengging,
;* 38.# Ki Ageng Tingkir,
{{EndDiv}}
</td>
<td width="25%">
&nbsp;
</td>
</tr>
</table>
</blockquote>
 
Ageng Pengging alias Kebo Kenanga merupakan salah satu santri dari Raden Abdul Jalil, ia berhasil mendidik anaknya bernama [[Joko Tingkir]] dengan ajaran dari gurunya. Joko tingkir berhasil menyelesaikan konflik antara proyek besar Negara Islam di [[Bintoro, Demak, Demak|Bintoro]] dan Glagah Wangi ([[Jepara]]). Hal ini yang mengharumkan kembali nama Raden Abdul Jalil.
 
== Masa Pendidikan ==
Naskah ''Negara Kretabhumi'' Sargha III pupuh 77, menyebutkan bahwa Abdul Jalil sewaktu dewasa pergi menuntut ilmu ke Persia dan tinggal di Baghdad selama 17 tahun. Ia berguru kepada seorang Yahudi yang menyamar Islam dan menguasai berbagai jenis ilmu pengetahuan agama. Menurut cerita tutur di kalangan penganut tarekat Akmaliyah, orang Syiah Muntadhar itu bernama Abdul Malik Al-Baghdadi dan kelak menjadi mertua Syaikh Lemah Abang. Rupanya, selama menuntut ilmu di Baghdad, Abdul Jalil lebih berminat mendalami ilmu tasawuf sehingga ia sangat mendalam penguasaannya atas ilmu tersebut. Bahkan karena kesukaannya pada ilmu tasawuf tersebut, ia berguru pada Syaikh Ahmad yang menganut aliran Tarekat Akmaliyah yang jalur silsilahnya sampai kepada Abu Bakar as-Shiddiq ra. Silsilah Tarekat Akmaliyah yang diperoleh Syaikh Datuk Abdul Jalil dari Syaikh Ahmad Baghdady. Selain menganut Tarekat Akmaliyah, Syikh Lemah Abang juga menganut tarekat Syathariyah yang diperoleh dari saudara sepupunya, yang juga guru ruhaninya, Syaikh Datuk Kahfi.
 
Pergumulan menguasai berbagai disiplin keilmuan di Baghdad yang dewasa itu merupakan pusat peradaban, telah menjadikan pandangan-pandangan Syaikh Datuk Jalil berbeda dari kelaziman. Ilmu tasawuf yang berdiri tegak di atas fenomena pengetahuan intuitif yang bersumber dari kalbu, oleh Syaikh Datuk Abdul Jalil diformulasikan sedemikian rupa dengan ilmu filsafat dan manthiq (logika). Sehingga, ajarannya menimbulkan ketidaklaziman dalam pengembangan ilmu tasawuf - yang merupakan pengetahuan intuitif - yang bersifat rahasia, yang serta merta berubah menjadi ilmu, yang terbuka untuk dijadikan bahasan filosofis. Sebab, Syaikh Datuk Abdul Jalil beranggapan bahwa pengetahuan makrifat (gnostik) yang bersifat suprarasional tidak harus dijabarkan dengan sistem isyarat (kode) yang bersifat mistis dan tidak bisa dipertanggungjawabkan secara masuk akal. Sebaliknya, pengetahuan gnostik harus bisa dijelaskan secara rasional yang bisa diterima akal.<ref>Agus Sunyoto, ''Atlas Walisongo,'' Depok: Pustaka Iman, 306.</ref>
Baris 150 ⟶ 91:
''Ahla al Musamarah Fi Hikayah al-Auliya al Asyrah'' ("Sekelumit Hikmah tentang Wali Ke Sepuluh") ditulis oleh KH. Abil Fadhol Senori, Tuban. Dalam versi ini, Syekh Siti Jenar memiliki nama asli Syekh Abdul Jalil atau Sunan Jepara, keturunan dari Syekh Maulana Ishak. Ia dihukum mati bukan karena ajarannya, melainkan lebih karena alasan politik. Sunan Jepara dimakamkan di Jepara, di samping makam Sultan Hadirin dan [[Ratu Kalinyamat]].<ref name=tanbihun>{{cite news|url=http://tanbihun.com/sejarah/profil-ulama/syeikh-siti-jenar-wali-kesepuluh/|authors=Husni Hidayat el-Jufri|title=Syeik Siti Jenar: Wali Kesepuluh|first=|last=|year=|location=|issn=|isbn=|publisher=|date=16 Juni 2009|accessdate=4 Oktober 2015|archive-date=2015-10-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20151005034250/http://tanbihun.com/sejarah/profil-ulama/syeikh-siti-jenar-wali-kesepuluh/|dead-url=yes}}</ref>
 
'''Syekh Siti Jenar yang merupakan wali kontroversial ternyata tidak wafat dieksekusi seperti dipersepsikan masyarakat Islam selama ini. "Saya meneliti sejarah Syekh Siti Jenar dari sekitar 300 pustaka kuno yang tidak ada di perpustakaan, ternyata persepsi tentang Syekh Siti Jenar seperti selama ini tidak benar," kata Agus Sunyoto selaku penulis buku di Surabaya.<ref>https://www.nu.or.id/post/read/3450/syekh-siti-jenar-tidak-wafat-dieksekusi</ref>.'''
 
=== Silsilah Raden Abdul Jalil menurut ''Ahla al Musamarah Fi Hikayah al-Auliya al Asyrah'':<ref name=tanbihun/> ===
Baris 197 ⟶ 138:
-->
 
== Hubungan Keluarga Dengan Syekh Nurjati ==
== Silsilah keluarga ==
Maulana Isa, Kakek dari Syekh Siti Jenar, adalah seorang tokoh agama yang berpengaruh pada zamannya.
Di bawah ini merupakan silsilah Syekh Siti Jenar yang bersambung dengan Sayyid Alawi bin [[Muhammad Sohib Mirbath]] hingga [[Ahmad al-Muhajir]] bin Isa ar-Rumi ([[Hadramaut]], Yaman) dan seterusnya hingga [[Husain bin Ali|Imam Husain]], cucu [[Nabi Muhammad SAW]].
 
[[Nabi Muhammad SAW]], berputeri
* Sayidah [[Fatimah az-Zahra]] menikah dengan [[Ali bin Abi Thalib]], berputera
* [[Husain bin Ali|Husain]] <nowiki/>r.a, berputera
* [[Ali bin Husain|Ali Zainal Abidin]], berputera
* [[Muhammad al-Baqir]], berputera
* [[Ja'far ash-Shadiq|Imam Ja'far ash-Shadiq]], berputera
* Ali al-Uraidhi, berputera
* Muhammad al-Naqib, berputera
* Isa al-Rumi, berputera
* [[Ahmad al-Muhajir]], berputera
* Ubaidillah, berputera
* Alawi, berputera
* Muhammad, berputera
* Alawi, berputera
* Ali Khali' Qosam, berputera
* [[Muhammad Shahib Mirbath]], berputera
* Sayid Alwi, berputera
* Sayid Abdul Malik, berputera
* Sayid Amir Abdullah Khan (Azamat Khan), berputera
* Sayid Abdul Kadir, berputera
* Maulana Isa, berputera
* Syekh Datuk Soleh, berputera
* '''Syekh Siti Jenar'''
 
 
Silsilah Mulia Al-Jailani :
 
1. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
 
2. Sayyidah Fatimah Az-Zahra
 
3. Sayyidina Hasan Al-Mujtaba
 
4. Sayyid Hasan Al-Mutsanna
 
5. Sayyid Abdullah Al-Mahdi
 
6. Sayyid Musa Al-Jun
 
7. Sayyid Abdullah Ash-Shalih
 
8. Sayyid Musa Ats-Tsani
 
9. Sayyid Dawud Al-Makki
 
10. Sayyid Muhammad Al-Madani
 
11. Sayyid Yahya Az-Zahid
 
12. Sayyid Abdullah Al-Jili
 
13. Sayyid Musa Janki Dausat
 
14. Al-Quthub Asy-Syaikh Abu Muhammad Muhyiddin Abdul Qadir Al-Jailani
 
15. Syaikh Abdul Aziz Abu Bakar
 
16. Sayyid Syamsuddin Abu Bakar Muhammad Adz-Dzahabi
 
17. Sayyid Hisamuddin Muhammad Syarsyiq
 
18. Muhammad Syamsuddin Al-Kahal
 
19. 'Izzuddin Husein
 
20. Syaikh Ali Nuruddin
 
21. Muhammad Syamsuddin
 
22. Musa Syarafuddin Abul Fatah
 
23. Muhammad Syarafuddin
 
23. Sayyid Ahmad Abul Baqa'
 
24. Sayyid Muhanmad Zainal Abidin
 
25. Sayyid Ali Al-Kabir
 
26. Sayyid Abu Bakar Abdullah
 
27. Ya'qub Al-Awwal
 
28. Ya'qub Ats-Tsani
 
29. Sayyid Muhammad
 
30. Sayyid Ali Al-Muqarfash
 
31. Sayyid Abdullah Abu Bakar
 
32. Sayyid Muhammad Badaruddin Abu Sya'fah
 
33. Sayyid Yusuf An-Nashir
 
34. Sayyid Ahmad Khalid Az-Zu'bi Adz-Dzuhaibi
 
35. Ali Al-Mabruk
 
Putranya bernama Syekh Datuk Ahmad dan Syekh Datuk Sholeh (ayah dari Syekh Siti Jenar).
الشيخ محمد الدهيبي الزعبي ابن الشيخ حسين بن علي المبروك ابن السيد أحمد خالد الذي لقب بالزعبي الذهيبي ابن السيد يوسف الناصر ابن السيد محمد بدر الدين أبي شعفة ابن السيد عبد الله أبي بكر ابن السيد علي المقرفص ابن السيد محمد بن يعقوب الثاني بن يعقوب الأول ابن السيد أبي بكر عبد الله ابن السيد علي الكبير ابن السيد محمد زين العابدين ابن السيد أحمد أبي البقا بن محمد شرف الدين بن موسى شرف الدين أبي الفتح بن محمد شمس الدين ابن الشيخ علي نور الدين بن عز الدين حسين بن محمد شمس الدين الكحال ابن السيد حسام الدين محمد شرشيق ابن السيد شمس الدين أبي بكر المسمى بمحمد الذهبي ابن الشيخ عبد العزيز أبي بكر ابن القطب الشيخ أبي محمد محي الدين عبد القادر الجيلاني ابن السيد أبي صالح موسى جنكي دوست ابن السيد عبد الله الجيلي بن يحيى الزاهد بن محمد المدني بن داود المكي بن موسى الثاني بن عبد الله الصالح بن موسى الجون بن عبد الله المحض بن الحسن المثنى ابن الإمام الحسن المجتبي بن فاطمة الزهرا بنت الرسول الله نبي محمد صلى الله عليه وسلم.
 
Syekh Datuk Ahmad, kakak dari ayah Syekh Siti Jenar, memiliki putra yang selanjutnya dikenal dengan nama Syekh Nurjati.<ref>{{id}} [http://web.iaincirebon.ac.id/tutorial/biografi-syekh-nurjati/ Biografi Syekh Nurjati ] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150120102509/http://web.iaincirebon.ac.id/tutorial/biografi-syekh-nurjati/ |date=2015-01-20 }} Situs resmi IAIN Nurijati Cirebon.</ref><ref>{{id}} [http://dalmaspunya.blogspot.com/2013/02/perkembangan-islam-di-cirebon.html Biografi Syekh Nurjati] Drh. H. R. Bambang Irianto, BA dan Dra. Siti Fatimah, M.hum. 2009. Syekh Nurjati (Syekh Datul Kahfi) perintis Dakwah dan Pendidikan. Cirebon: Zulfana Cierbon.</ref>
=== Hubungan Keluarga Dengan Syekh Nurjati ===
Maulana Isa, Kakek dari Syekh Siti Jenar, adalah seorang tokoh agama yang berpengaruh pada zamannya. Putranya adalah Syekh Datuk Ahmad dan Syekh Abdul Soleh (ayah dari Syekh Siti Jenar). Syekh Datuk Ahmad, kakak dari ayah Syekh Siti Jenar, memiliki putra [[Syekh Datuk Kahfi]] yang selanjutnya dikenal pula dengan nama Syekh Nurjati.<ref>{{id}} [http://web.iaincirebon.ac.id/tutorial/biografi-syekh-nurjati/ Biografi Syekh Nurjati ] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150120102509/http://web.iaincirebon.ac.id/tutorial/biografi-syekh-nurjati/ |date=2015-01-20 }} Situs resmi IAIN Nurijati Cirebon.</ref><ref>{{id}} [http://dalmaspunya.blogspot.com/2013/02/perkembangan-islam-di-cirebon.html Biografi Syekh Nurjati] Drh. H. R. Bambang Irianto, BA dan Dra. Siti Fatimah, M.hum. 2009. Syekh Nurjati (Syekh Datul Kahfi) perintis Dakwah dan Pendidikan. Cirebon: Zulfana Cierbon.</ref>
 
== Dalam budaya populer ==
* Dalam film ''[[Sunan Kalijaga dan Syech Siti Jenar]]'' (1985), Syech Siti Jenar diperankan oleh [[Ratno Timoer]].
 
== Pranala luar ==