Inuyu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Penambahan Kalimat ''Pemujian'' Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(17 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{More citations needed|date=Oktober 2023}}
'''Inuyu'''<ref>De Bare'e-Sprekende de Toradja van midden celebes jilid 1 halaman 119, ''[https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB18A%3A025970000%3A00005&query=De%20toradja%20in%20midden&coll=boeken&fbclid=IwAR0btDEc-nfhXcnKUEPlg1yLbv6y1IjYSvjKygXULMLSyXkTVFvwEqVp918]", Diakses 22 Juni 2023.</ref> adalah salah satu makanan khas masyarakat [[Suku Bare'e]] di [[Grup Poso-Tojo|Kabupaten Poso]] dan [[Kabupaten Tojo Una-Una]] yang terbuat dari beras ketan yang diolah dengan santan dan sebagai penambah cita rasa di beberapa sajian juga ditambahkan tumisan bawang, kemudian dimasukkan ke dalam bambu yang telah dilapisi daun pisang dan dibakar sekitar 3-4 jam . ▼
[[File:Nasi Jaha (Nasi Bulu).jpg|Nasi_Jaha_(Nasi_Bulu)|thumb|Sajian inuyu, campuran beras dan goraka (jahe) setelah dibakar dengan bambu di wilayah [[Suku Bare'e|suku bare'e]]]]
Di daerah lain di Wilayah [[Grup Poso-Tojo|Kabupaten Poso]], inuyu disebut juga nasi cani atau juga popular dengan sebutan nasi bambu<ref>Inuyu Khas Suku Bare'e, Masuk Rekor Muri, ''[https://muri.org/Website/Rekor_detail/membakarinuyunasibambuterbanyak-]", Diakses 22 Juni 2023.</ref>.▼
Di Wilayah [[Suku Bare'e|Tojo]], makanan khas Inuyu<ref>Suku Asli di Kabupaten Poso - Tojo adalah Suku Bare'e (Bare'e-Stammen), bukan Pamona karena Pamona hanya nama Desa, lihat De Bare'e-Sprekende de Toradja van midden celebes jilid 1 halaman 119 , ''[https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB18A%3A025970000%3A00005&query=De%20toradja%20in%20midden&coll=boeken&fbclid=IwAR0btDEc-nfhXcnKUEPlg1yLbv6y1IjYSvjKygXULMLSyXkTVFvwEqVp918]", Diakses 22 Juni 2023.</ref> ini sering disajikan di saat tertentu yang dikenal dengan sebutan Pesta Panen atau dalam [[Suku Bare'e|Bahasa Bare'e]] dikenal dengan nama padungku (Mopadungku) atau kultur gotong royong dan persaudaraan budaya [[Suku Bare'e]] sebagai tradisi syukuran hasil panen, yang tetap lestari dan eksis hingga saat ini.▼
Upacara adat Padungku di jaman Penjajahan [[Hindia Belanda|Belanda]] sangat dilarang dirayakan oleh [[Umat Kristen]] saat itu, karena Upacara adat Padungku identik dengan Perayaan Pengucapan Rasa Syukur dan Pemujian kepada Tuhan Lamoa [[Suku Bare'e]] yaitu PueMpalaburu, hal itu di catatkan dalam buku [[Van Heiden Tot Christen]], hal tersebut berbeda dengan Tari Moraego yang diperbolehkan oleh [[Umat Kristen]] Belanda, dan sudah pasti Tari Moraego dilakukan juga oleh [[Suku Bare'e]] yang semuanya sudah beragama Islam sejak tahun 1770, dan yang sekarang ini PueMpalaburu (Tuhan Pemilik Langit dan Bumi) setelah [[Suku Bare'e]] ber[[agama Islam]] dikenal dengan nama [[Allah]].▼
▲'''Inuyu'''<ref name=":0">
▲Di daerah lain di Wilayah [[
▲Di Wilayah [[Suku Bare'e|Tojo]], makanan khas Inuyu<ref
▲Upacara adat [[Padungku]] di jaman Penjajahan [[Hindia Belanda|Belanda]] sangat dilarang dirayakan oleh [[Umat Kristen]] saat itu, karena Upacara adat [[Padungku]] identik dengan Perayaan Pengucapan Rasa Syukur dan Pemujian kepada Tuhan [[Lamoa]] [[Suku Bare'e]] yaitu PueMpalaburu, hal itu di catatkan dalam buku [[Van Heiden Tot Christen]], hal tersebut berbeda dengan [[Tari Moraego]] yang diperbolehkan oleh [[Umat Kristen]] Belanda, dan sudah pasti Tari Moraego dilakukan juga oleh [[Suku Bare'e]] yang semuanya sudah beragama Islam sejak tahun 1770, dan yang sekarang ini PueMpalaburu (Tuhan Pemilik Langit dan Bumi) setelah [[Suku Bare'e]] ber[[agama Islam]] dikenal dengan nama [[Allah]].
Upacara adat Padungku adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada [[Allah]] Maha Pencipta, karena segalanya bersumber dari [[Allah]] maka hasil panen yang pertama harus dipersembahkan kepadaNya.
== Referensi ==
|