Aksara Incung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k ~cite |
||
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 5:
|altname=''Suhat Incoung''
|type=[[Abugida]]
|languages=[[Bahasa Kerinci|Kerinci]]<br>[[Bahasa Melayu|Melayu]]<br>(Melayu Jambi)
|fam1={{hipotesis abjad aram-brahmi}}
|fam2=[[Aksara Pallawa]]
Baris 16:
|sample=Suhat incoung (title).png
}}
'''Aksara Incung''' atau '''Surat Incung''' ([[bahasa Kerinci]]: ''Suhat Incoung'') adalah jenis aksara [[Abugida]] yang digunakan untuk menulis oleh [[Suku Kerinci]]. Suku ini menghuni dataran tinggi Jambi. Saat ini berada dalam wilayah administratif [[Kabupaten Kerinci]] dan [[Kota Sungai Penuh]], [[Jambi|Provinsi Jambi]].<ref> Voorhoeve, Petrus. 1970. “Kerintji Documents”. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. 126 no. 4, hlm.. 369-399. </ref>
Secara [[bahasa]], “surat” berarti tulisan sementara ''incung'' berarti miring atau terpancug dalam bahasa Kerinci. Aksara ini tersusun dari garis lurus, patah terpancung, dan melengkung yang ditulis miring beberapa derajat.<ref> Alimin, dkk. 2003. Sastra Incung Kerinci. Kerinci:Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kerinci.</ref>
Baris 33:
Penamaan Surat Incung juga ditulis di dalam naskah kuno beraksara Incung seperti naskah pusaka Rajo Sulah dari Siulak Mukai. Pembuka kata dari naskah tersebut berbunyi “''hah basamilah mujur akung mangarang surat Incung.''” Hal ini menunjukkan bahwa naskah tersebut ditulis dengan aksara yang oleh masyarakat penggunanya disebut surat Incung <ref> Andhifani, Wahyu Rizki. 2012. "Naskah Kuna Pusaka Raja Sulah Desa Siulak Mukai Kerinci Jambi" dalam Jurnal Siddhayatra Vol. 17 No. 2 hlm. 62-68.</ref>
Penggunaan aksara Incung kemungkinan dimulai pada abad ke-14 hingga ke-15 Masehi. Naskah tertua yang menggunakan aksara ini adalah dua halaman terakhir dari kitab Undang-Undang Tanjung Tanah.
Keberadaan aksara Incung pertamakali dilaporkan oleh William Marsden pada abad ke-19 Masehi. Ia mencatat aksara Incung dari informan seorang guru pribumi Kerinci yang berniaga ke Bengkulu.
== Naskah Incung ==
Baris 43:
[[Berkas:Kerinci MSS detail.jpg|jmpl|225px|Naskah Incung pada Media Kertas]]
Naskah Incung pada tanduk kerbau umumnya berisi surat perjanjian dan “tembo” yaitu sejarah dari nenek moyang komunitas penyimpan naskah. Misalnya, empat naskah tanduk yang disimpan oleh luhah Depati Sungai Lago di Mendapo Rawang. Naskah tersebut berisi keterangan silsilah dari komunitas yang menghuni Tanah Rawang. Selain itu juga diceritakan bagaimana nenek moyang mereka bermigrasi untuk membangun permukiman baru.
Naskah Incung pada bambu dan kertas umum berisi prosa ratapan kesedihan dan percintaan. Unsur pantun biasanya juga ditemukan di dalam prosa Incung. Seperti misalnya pada naskah bernomor TK 102 pusaka Depati Kuning Nyato dari Dusun Tebat Ijuk, Mendapo Depati VII tertuang unsur pantun biasa yang berbunyi:
Baris 65:
Duduk di sini merintangi kawan.<ref> Sunliensyar, Hafiful Hadi. Warisan Budaya Pantun dalam Manuskrip Surat Incung. Manuskripta, [S.l.], v. 12, n. 2, p. 251-280, dec. 2022. ISSN 2355-7605. Available at: <http://journal.perpusnas.go.id/index.php/manuskripta/article/view/218>. Date accessed: 30 jan. 2023. doi: https://doi.org/10.33656/manuskripta.v12i2.218. </ref>
Selain berisi prosa, naskah pada bambu juga berisi tentang mantra seperti mantra kesuburan dan mantra pelindung diri yang disebut Sanggabunuh.
== Penelitian ==
Naskah Incung pertamakali diteliti oleh L.C. Westenenk yang mengalihaksarakan naskah tanduk pusaka Datuk Singarapi Putih Sungai Penuh pada tahun 1927. Selanjutnya, penelitian dilakukan oleh Petrus Voorhoeve pada tahun 1940-1. Voorhoeve berhasil mengalihaksarakan sekitar 134 baskah Incung.
[[Berkas:Djaporman (links) op tournee met P. Voorhoeve te Dolokperiboean bij Kabandjahe, KITLV 99330.tiff|jmpl|225px| Petrus Voorhoeve paling Kanan]]
|