Ibadi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor pranala ke halaman disambiguasi
Manggadua (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan
 
(14 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox religion
|name=Ibadiyah
|native_name={{nobold|{{lang|ar|{{Script/Arabic|الإباضية}}}}<br/>{{transliteration|ar|al-ʾIbāḍiyyaʾIbāḍiyyah}}}}
| image = Tamezgida n Iqellalen.jpg
| imagewidth = 200
Baris 14:
|founded_place=[[Basrah]], [[Kekhalifahan Umayyah]]
|members={{circa}} 2.72 juta<ref>{{cite book | url=https://books.google.com/books?id=vFq_KUqqWJMC&pg=PA15 | title=The Sunni-Shi'a Divide: Islam's Internal Divisions and Their Global Consequences | pages=14–15 | access-date=7 August 2015 | author=Robert Brenton Betts| isbn=9781612345222 | date=2013-07-31 }}</ref> - 7 juta<ref>{{Cite web |date=2005-06-02 |title=7 ملايين أباضي .. ما هو أسلوبهم في الدين والحياة والزواج؟ |url=https://www.alarabiya.net/articles/2005%2F06%2F02%2F13596.html |access-date=2022-10-16 |website=العربية |language=ar}}</ref>}}
{{Kotak samping Islamisme}}
{{Muhakkimah}}
'''IbadiIbaḍi''' ({{lang-ar|الإباضية}}), juga disebut '''Bada'iyah''' dan '''Ibadiyah''' adalah sebuah [[Mazhab dan cabang Islam|cabang Islam]].<ref>{{cite news|url= https://www.independent.co.uk/news/world/middle-east/the-vicious-schism-between-sunni-and-shia-has-been-poisoning-islam-for-1400-years--and-its-getting-worse-9139525.html|title= Schism between Sunni and Shia has been poisoning Islam for 1,400 years – and it's getting worse|website= [[The Independent]]|first= Paul|last= Vallely|date= 19 February 2014}}</ref> Beberapa pihak menyebutnya sebagai cabang ketiga Islam, bersama dengan [[Islam Sunni]] dan [[Islam Syiah]]. Para pengikut Islam Ibadi dikenal sebagai '''Ibadiyyīn'''.
 
Ibadisme muncul sekitar 60 tahun setelah kematianwafatnya nabi Islam [[Muhammad]] pada tahun 632 M<ref>{{Cite web|last=Library|first=International and Area Studies|title=LibGuides: Ibadi Islam: History|url=https://guides.library.illinois.edu/c.php?g=348315&p=2347041|access-date=2021-08-03|website=guides.library.illinois.edu|language=en}}</ref> sebagai aliran moderat gerakan [[Khawarij]],<ref>{{cite encyclopedia|title= Ibadis|editor= John L. Esposito|encyclopedia= The Oxford Dictionary of Islam|publisher= Oxford University Press|location= Oxford|year= 2014|url= http://www.oxfordislamicstudies.com/article/opr/t125/e913 | quote = Ibadis [:] subsect of Khariji Islam founded in the eighth century. Has its strongest presence in [[Oman]], but is also found in North Africa and various communities on the [[Swahili Coast]]. }}</ref><ref name="EI2">{{EI2|last= Lewicki|first= T.|title= al-Ibāḍiyya|volume= 3|pages= 648–660|url= http://dx.doi.org/10.1163/1573-3912_islam_COM_0307}}
</ref>{{sfn|Hoffman|2012}} meskipun Ibadisme kontemporer sangat keberatan dengan pengklasifikasian sebagai Khawarij.{{sfn|Hoffman|2012}} Saat ini, Ibadi merupakan denominasi Muslim terbesar di [[Oman]], tetapi juga dipraktikkan pada tingkat yang lebih rendah di [[Aljazair]], [[Tunisia]], dan [[Libya]].{{sfn|Hoffman|2012}}
 
Baris 25 ⟶ 24:
=== Latar belakang ===
{{main|Khawarij}}
Ibadi muncul sebagai cabang moderat dari [[Khawarij]], sebuah sekte Islam yang berasal dari [[Muhakkima|MuhakkimahMuḥakkimah]] ({{lang|ar|محكمة}}) dan al-HaruriyyahḤaruriyyah ({{lang|ar|الحرورية}}). MuhakkimaMuhakkimah dan al-HaruriyyaHaruriyyah adalah pendukung [[Ali]] di [[Perang Saudara Islam I|Fitnah Pertama]] yang meninggalkan Ali karena mereka menolak arbitrasi antara Ali dan [[Mu'awiya I|Mu'awiyah]] di [[Pertempuran Shiffin|Pertempuran Siffin]] pada tahun 657 M.<ref name="diana27">Diana Darke, ''Oman: The Bradt Travel Guide'', pg. 27. Guilford: Brandt Travel Guides, 2010. {{ISBN|9781841623320}}</ref><ref name="haw200" />
 
Setelah Pertempuran Siffin, kaum Khawarij terlibat dalam konflik yang terjadi terus-menerus dengan para pendukung Ali dan Umayyah. Kaum Khawarij terorganisir di dalam permukiman besar Muslim dan sering kali terlibat dalam pemberontakan lokal melawan otoritas Umayyah. Setelah [[Fitnah Kedua]] dimulai pada tahun 680 M, kaum Khawarij secara bertahap terpecah menjadi empat kelompok utama (''ushul al-Khawarij)'' dengan berbagai tingkat moderasi dan ekstremisme. Aliran Ibadi muncul sebagai kelompok moderat di [[Basra]]'',''{{sfn|Gaiser|2021}} berdasarkan ajaran [[Abdallah bin Ibad]] dari [[Banu Tamim]],{{sfn|Hoffman|2012|p=11}} yang diakui, mungkin secara anumerta, sebagai [[Imamah|imam]] oleh para pengikutnya.<ref name="uzi5">Uzi Rabi, ''The Emergence of States in a Tribal Society: Oman Under Saʻid Bin Taymur, 1932-1970'', pg. 5. [[Eastbourne]]: [[Sussex Academic Press]], 2006. {{ISBN|9781845190804}}</ref>
Baris 32 ⟶ 31:
Aliran Ibadi dari Khawarij dapat dilacak asal-usulnya setelah [[Pengepungan Mekkah (683)|pengepungan Mekkah]] pada tahun 683 M. Abdullah bin Ibad adalah salah satu dari kelompok Khawarij dari Basrah yang di bawah kepemimpinan [[Nafi bin al-Azraq]], bergabung dengan pasukan pembela kota [[Mekah]] dan berperang melawan [[Umayyah]] di tahap awal perang saudara Muslim kedua. Setelah pengepungan berakhir, kaum Khawarij kecewa dengan penolakan Khalifah [[Abd Allah ibn al-Zubayr|Abdullah ibn Zubair]] yang berbasis di Mekah untuk mencela almarhum Khalifah [[Utsman bin Affan|Utsman]] dan kembali ke Basrah. Begitu kembali ke Basra, mereka dipenjarakan oleh gubernur Umayyah [[Ubayd Allah ibn Ziyad|Ubaydullah ibn Ziyad]].
 
Para tawanan Khawarij di Basrah dibebaskan setelah penduduk kota tersebut menggulingkan pemerintahan Umayyah untuk mendukung Khalifah saingannya [[Abd Allah ibn al-Zubayr|Abdullah ibn Zubair]] pada akhir tahun 683 atau awal tahun 684.<ref name="Madelung301">Madelung 1981, hlm. 301.</ref> Setelah dibebaskan, Ibn al-Azraq memimpin banyak kaum Khawarij ke kota [[Ahvaz]] di [[Khuzestan]], mencela penduduk Basrah atas dukungan mereka terhadap Ibnu Zubair dan menuduh mereka menjadi [[Syirik|"musyrik"]]. Ibnu Ibad tetap di Basrah<ref name="WM">Wilferd Madelung, "ʿAbd Allāh ibn Ibāḍ and the Origins of the Ibāḍiyya", in Barbara Michalek-Pikulska and Andrzej Pikulski (eds.), ''Otority, Privacy and Public Order in Islam : Prosiding Kongres ke-22 L'Union Européenne des Arabisants et Islamisants'' (Leuven: Peeters, 2006), hlm. 51–58.</ref> dan menulis pembelaan terhadap kaum Khawarij lainnya yang juga memilih untuk tetap tinggal di Basrah. Dengan membela penduduk Basrah melawan tuduhan kesyirikan dan menuduh pendukung al-Azraq sebagai orang yang "tak tahu terima kasih", Ibnu Ibaḍ membenarkan keputusan Muslim untuk tinggal di basrah. Menurut [[Abu Mikhnaf]], yang meninggal pada tahun 774 dan merupakan sumber paling awal tentang kehidupan Ibnu Ibad, Ibn Ibaḍ juga menulis menentang posisi moderat [[Abdullah bin al-Ṣaffār]], pendiri sekte Khawarij [[Sufri|Sufriyyah]]. Menurut [[al-Madaini]], Ibnu Ibaḍ juga mendapat tentangan dari Abu Bayhas, pendiri sekte Khawarij Bayhasiyyah, yang mengambil posisi lebih dekat dengan Ibn al-Azraq.<ref name="WM" />{{Kotak samping Islamisme}}
 
Di Basrah, mazhab yang dipimpin oleh [[Jabir bin Zayd|Jābir ibn Zaid]] mulai mengembangkan doktrin Khawarij moderat dari ajaran Ibadi.{{sfn|Hoffman|2012|p=12}} Dai dikirim untuk menyebarkan doktrin ini di berbagai bagian Kekhalifahan termasuk Oman, Yaman, Hadramaut, Khurasan, dan Afrika Utara, meskipun para pemimpin Ibadi di Basrah mengadopsi kebijakan ''[[kitman]],'' menyembunyikan keyakinan untuk menghindari penganiayaan setelah Bani Umayyah merebut kembali Basrah di bawah [[Abd al-Malik ibn Marwan|Abdul Malik bin Marwan]] pada tahun 691.{{sfn|Hoffman|2012|pp=12–13}}
 
=== Imamah Oman ===
[[JābirJabir bin ZaidZayd|JābirJabir ibn Zaid]] akhirnya diakui sebagai [[Ibadi#Ibadi imamah dan teori politik|Imam Ibadi]] kedua beberapa saat setelah kematian Ibn Ibad.<ref name="haw199">Donald Hawley, ''Oman'' , hal. 199.</ref> [[Matan|Kritik]] Ibnu Zaid tentang riwayat [[Sahabah|sahabat]] Muhammad membentuk inti sari penafsiran Ibadi tentang hukum Islam.<ref name="haw2002">Donald Hawley, ''Oman'', p. 200.</ref> Posisi Imam Ibadi dipilih, tidak seperti suksesi dinasti Sunni dan Syiah, dan tidak eksklusif, dengan komunitas individu didorong untuk memilih Imam mereka.<ref name="haw201">[[Donald Hawley]], ''Oman'' , hal. 201. Edisi Yobel. [[Kensington]]: [[Stacey International]], 1995. {{ISBN|0905743636}}</ref><ref name="carter103">J. R. C. Carter, ''Tribes in Oman'', hal. 103. London: Peninsular Publishers, 1982. {{ISBN|0907151027}}</ref> Para imam ini menjalankan fungsi politik, spiritual, dan militer.<ref>''[http://memory.loc.gov/frd/cs/ omtoc.html#om0052 Studi Negara: Oman]'', bab 6 Oman – Pemerintahan dan Politik, bagian: Pola Sejarah Pemerintahan. [[US Library of Congress]], 1993. Diakses tanggal 28-10-2006</ref>
 
Pada tahun 745, [[Talib al-Haqq|AbdAbdullah Allah ibnbin Yahya al-Kindi]] mendirikan [[Pemberontakan Ibadi|negara Ibadi pertama]] di [[Hadhramaut]] dan berhasil merebut [[Yaman]] pada tahun 746 dari [[Kekhalifahan Umayyah]]. Pemberontakan Ibadi kemudian menyebar ke wilayah [[Hejaz]], dengan Abu Hamzah Mukhtar bin Aus al-Azdi menaklukkan Mekah dan Madinah. Sebagai tanggapan, Khalifah Umayyah [[Marwan II]] memimpin 4.000 tentara yang kuat dan mengalahkan Ibadi pertama di [[Mekah]], kemudian di [[Sana'a]] di [[Yaman]], dan akhirnya mengepung mereka di [[Syibam]] di Hadhramaut barat pada tahun 748,<ref name="mcg203">Daniel McLaughlin, ''Yaman dan: Panduan Perjalanan Bradt'', hal. 203. [[Guilford, Connecticut]]: Brandt Travel Guides, 2007. {{ISBN|9781841622125}}</ref> mengalahkan dan membunuh Abu Hamzah dan Ibnu Yahya serta menghancurkan negara Ibadi pertama.{{sfn|Hoffman|2012|p=13}}{{sfn|Wellhausen|1901|pp=52–53}} Masalah ibukota mereka di [[Bilad al-Sham|Suriah]] membuat Bani Umayyah menandatangani perjanjian damai dengan Ibadi, yang diizinkan untuk mempertahankan komunitas di [[Syibam Hadramaut|Syibam]].<ref name="mcg203" />
 
Negara bagian Ibadi kedua didirikan di Oman pada tahun 750, tetapi jatuh ke tangan Kekhalifahan [[Kekhalifahan Abbasiyah|Abbasiyah]] yang baru dibentuk pada tahun 752. Negara bagian Ibadi lainnya didirikan di Oman pada tahun 793,{{sfn|Hoffman|2012|p=13}} bertahan selama satu abad hingga Abbasiyah merebut kembali pada tahun 893. Namun, pengaruh Abbasiyah setelah penaklukan kembali hanyalah nominal dan imam Ibadi terus memegang kekuasaan yang besar.{{sfn|Lewicki|1971|p=652}} Imamah Ibadi didirikan kembali pada abad-abad berikutnya.{{sfn|Hoffman|2012|pp=14–16}} Ibadi masih merupakan mayoritas penduduk Oman hingga saat ini dan keluarga kerajaan Oman adalah penganut Ibadi.{{sfn|Lewicki|1971|p=653}}
 
=== Perluasan lebih lanjut ===
[[Berkas:خريطة_الدولة_الرستمية.jpg|kiri|jmpl|[[Dinasti Rustam]] yang beraliran memerintah wilayah Aljazair modern selama lebih dari satu abad.]]
Kegiatan dakwah Ibadi mendapat kesuksesan besar di Afrika Utara.{{sfn|Lewicki|1971|p=653}} Pada tahun 757, orang-orang Ibadi merebut [[Tripoli, Libya|Tripoli]] dan merebut [[Kairouan]] tahun berikutnya. Diusir oleh tentara Abbasiyah pada tahun 761, para pemimpin Ibadi mendirikan sebuah negara, yang kemudian dikenal sebagai [[Dinasti Rustam]], di [[Tahart]]. Dinasti tersebut kemudian digulingkan pada tahun 909 oleh [[Fatimiyah]]. Komunitas Ibadi terus ada di [[Pegunungan Nafusa]] di Libya barat laut, pulau [[Djerba]] di Tunisia dan lembah [[M'zab]] di Aljazair.{{sfn|Hoffman|2012|pp=13–14}} Di Afrika Timur mereka ditemukan di [[Zanzibar]].{{sfn|Lewicki|1971|p=653}} Aktivitas dakwah Ibadi juga mencapai Persia, India, Mesir, Sudan, Spanyol, dan Sisilia, meskipun komunitas Ibadi di wilayah ini wilayah tidak ada lagi.{{sfn|Lewicki|1971|pp=653, 656–657}}
 
Pada tahun 900, penganut Ibadi telah menyebar ke [[Sindh]], [[Khorasan Raya|Khorosan]], Hadhramaut, [[Dhofar]], [[:ms:Imamah_Oman|Imamah Oman]], [[Muscat, Oman|Muskat]], [[Pegunungan Nafusa]], dan [[:ms:Qeshm,_Iran|Qeshm]]; pada tahun 1200, sekte tersebut hadir di [[Al-Andalus]], [[Sisilia]], [[M'zab]] (Sahara Aljazair), dan juga bagian barat wilayah [[Sahel]]. <ref name="haw1992" /> Pada abad ke-14, sejarawan [[Ibn Khaldun]] merujuk pada sisa-sisa pengaruh Ibadi di Hadhramaut, meskipun sekte tersebut tidak lagi ada di wilayah tersebut saat ini.<ref>{{cite book|last=McLaughlin|first=Daniel|date=2008|title=Yemen|publisher=Bradt Travel Guides|isbn=9781841622125|page=204}}</ref>
 
== Pandangan ==
{{Akidah|Lainnya}}
Penganut Ibadi menyatakan bahwa pemikiran mereka mendahului mazhab Islam arus utama dan pernyataan tersebut disetujui oleh beberapa penulis barat. Secara khusus, [[Donald Hawley]] berpendapat bahwa Ibadi memang dianggap sebagai interpretasi Islam awal dan sangat ortodoks.<ref name="haw2012" />
 
=== Imamah Ibadi dan teori politik ===
Berbeda dengan teori Sunni tentang [[kekhalifahan]] dan gagasan Syiah tentang [[Imamah]] yang memiliki legitimasi keilahian, para pemimpin Ibadi yang umum disebut Imam, tidak perlu menguasai wilayah Muslim di seluruh dunia. Komunitas Muslim dianggap mampu memerintah diri mereka sendiri.<ref name="mcg2032" /><ref name="haw2003" /> Kaum Ibadi menolak keyakinan bahwa pemimpin komunitas Muslim harus berasal dari [[suku Quraisy]] (Ini berbeda dengan kepercayaan Syiah yang beranggapan mereka akan diperintah oleh [[Imam Mahdi]], yang akan menjadi keturunan dari Keluarga Muhammad [''[[Ahlulbait|Ahlul Bait]]''], Muhammad merupakan anggota dari suku Quraisy.).<ref name="diana272" /><ref name="haw2003" /> Sebaliknya, dua kualifikasi utama seorang imam Ibadi adalah bahwa dia adalah orang yang paling saleh di masyarakat dan paling terpelajar dalam urusan''[[Fiqh| fikih]]'' atau yurisprudensi Islam, serta dia memiliki pengetahuan militer untuk membela komunitas Ibadi dari perang dan penindasan.<ref name="Ghubash">{{cite book|author1=Hussein Ghubash|year=2014|url=https://books.google.com/books?id=qaPKAgAAQBAJ|title=Oman - The Islamic Democratic Tradition|publisher=Routledge|isbn=9781135035662|page=35}}</ref> Dalam tradisi Oman, seorang imam yang terpelajar dalam ilmu hukum Islam dianggap "kuat" ({{transliterasi|ar|qawī}}), dan seorang imam yang keterampilan utamanya hanya dalam bidang militer tanpa penguasaan terhadap hukum Islam dianggap "lemah" ({{transliterasi|ar|ḍaʻīf}}). Tidak seperti imam yang kuat, imam yang lemah wajib berkonsultasi dengan seorang ''[[ulama]]'', atau komunitas ulama, sebelum mengambil keputusan apa pun.<ref name="Ghubash2" /> Seorang imam yang lemah diangkat hanya pada keadaan darurat, yaitu ketika komunitas Ibadi berada pada ambang kehancuran.{{sfn|Gaiser|2010|p=137}}
 
Ibadi kontemporer menjunjung tinggi empat "model agama" ({{transliterasi|ar|masālik ad-dīn}}), yang merupakan empat keadaan imam yang masing-masing memiliki kesesuaian dengan konteks tertentu.{{sfn|Gaiser|2010}} {{transliterasi|ar|Imām al-kitmān}} atau yang dapat diartikan sebagai "Imam kerahasiaan" adalah seorang pemimpin terpelajar yang "memerintah" dalam [[Kediaman politik dalam Islam|kediaman politik]], mempraktikkan [[taqiyyah]] untuk menghindari penganiayaan, pada saat komunitas Ibadi tidak dapat mengungkapkan dirinya secara terbuka.{{sfn|Gaiser|2010|p=13}} Dalam beberapa kasus, keadaan {{transliterasi|ar|kitmān}} mungkin diperlukan bahkan ketika imam berada dalam ketiadaan. Dalam hal ini, ulama Ibadi mengambil alih sebagai penguasa pengganti menggantikan imam. Jenis ''imam al-kitman'' telah terjadi pada sebagian besar sejarah Ibadi Afrika Utara sejak jatuhnya imamah [[Dinasti Rustam|Rustamiyyah]] pada tahun 909.{{sfn|Gaiser|2010|p=76}} Komunitas Ibadi Afrika Utara tidak lagi seperti rekan seagama Oman mereka yang secara berkala membangun kembali imamah sampai 1958.{{sfn|Gaiser|2010|p=10}}
 
Keadaan kedua, yaitu {{transliterasi|ar|imām asy-syārī}} "Imam perjuangan", adalah imam Ibadi yang "menukar" hidup mereka di [[dunia]] untuk tempat yang menguntungkan, yaitu [[akhirat]] dengan terlibat dalam perjuangan militer (''[[Jihad|jihād]]'') melawan otoritas zalim yang tak dapat ditoleransi lagi dengan tujuan menciptakan negara Ibadi.<ref name="Ghubash3" />{{sfn|Gaiser|2010|pp=13–14}} Contohnya adalah pemimpin Khawarij Basrah awal [[Abu Bilal Mirdas]], yang kemudian dipegang oleh Ibadiyah sebagai purwarupa "Imam perjuangan". Calon {{transliterasi|ar|imām al-shārī}} tidak dapat memulai aksi militer sampai mereka menemukan setidaknya empat puluh pengikut, seperti yang dimiliki Abu Bilal, yang bersedia mati untuk tujuan tersebut. Begitu perang dimulai, imam harus terus berperang sampai hanya tersisa tiga pengikut. Gaya hidup asketis diperlukan dari {{transliterasi|ar|imām asy-syārī}} dan para pengikutnya, seperti yang dinyatakan dalam pidato berikut oleh Abu Bilal:{{sfn|Gaiser|2010|p=107}}<blockquote>Kalian pergi berperang di jalan Allah dengan menginginkan keridhaan-Nya dan tidak menginginkan apa pun dari dunia saat ini, kalian tidak menginginkannya karena kalian tidak akan kembali ke sana. Kalian adalah orang terasing yang membenci dunia saat ini dan menginginkan dunia yang akan datang. Kalian berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkannya, keluar dari rumah kalian untuk dibunuh dan tidak ada jalan yang lain. Jadi ketahuilah bahwa kalian [sudah] terbunuh dan tidak dapat kembali ke kehidupan ini, kalian maju dan tidak akan berpaling dari kebenaran sampai kalian tiba keharibaan Allah. Jika itu yang menjadi perhatian kalian, kembalilah dan selesaikan kebutuhan dan keinginan kalian dalam hidup ini, bayar hutang kalian, tinggalkan keluarga kalian dan beri tahu mereka bahwa kalian tidak akan pernah kembali kepada mereka.{{sfn|Gaiser|2010|p=107}}</blockquote>Keadaan ketiga, yaitu {{transliterasi|ar|imām al-zuhūr}} atau "Imam kemuliaan", adalah imam sebagai penguasa aktif negara Ibadi. Dua khalifah pertama [[Abu Bakar]] dan [[Umar]] dianggap sebagai model ideal dari {{transliterasi|ar|imām al-zuhūr}}. Seorang imam yang berdosa harus disingkirkan dari kekuasaan, model Ibadi untuk ini adalah pembunuhan khalifah ketiga [[Utsman]] dan pemberontakan Khawarij melawan Ali, kedua tindakan tersebut dipandang sebagai perlawanan yang sah terhadap penguasa yang berdosa.{{sfn|Gaiser|2010|p=46}}
 
Keadaan terakhir, yaitu keadaan {{transliterasi|ar|imām al-difā'}} "imam pertahanan" melibatkan penunjukan seorang imam untuk jangka waktu yang telah ditentukan ketika komunitas Ibadi berada di bawah serangan asing. Keberadaannya akan dihapus setelah ancaman telah tiada.{{sfn|Gaiser|2010|p=137}}
 
=== Pandangan pada denominasi lain ===
Ibadi percaya bahwa semua yang mengaku percaya pada keesaan Allah dan percaya pada kenabian Muhammad sebagai rasul terakhir adalah anggota komunitas Islam. Para Ibadi memiliki kewajiban untuk mengoreksi orang-orang yang berbeda keyakinan dengan mereka. Hanya orang-orang Ibadi yang saleh, yang disebut sebagai {{transliterasi|ar|ahlul istiqāmah}} "orang-orang yang jujur", yang layak disebut "[[Muslim]]". Muslim non-Ibadi disebut sebagai {{transliterasi|ar|ahlul khilaf}} . Meskipun demikian, Muslim non-Ibadi masih dihormati sebagai sesama anggota ''[[ummah]]'' atau komunitas Islam yang lebih luas dan memiliki berbagai keistimewaan seperti diperbolehkannya menikah dengan orang Ibadi.{{sfn|Hoffman|2012|p=28}} Semua Muslim non-Ibadi dan bahkan pendosa Ibadi dianggap ''[[kufur]]'' (biasanya diterjemahkan sebagai "keingkaran"), meskipun Ibadi kontemporer membedakan antara ''kufur [[syirik]]'' atau kekafiran, dengan ''kufur [[Munafiq|nifaq]]'' atau keingkaran yang hanya berupa dosa. Istilah syirik atau "politeisme" dalam teologi Islam konvensional, memiliki penggunaan yang lebih luas dalam doktrin Ibadi. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan semua bentuk kekeliruan dalam akidah bahkan di luar konteks politeisme.{{sfn|Hoffman|2012|p=28}}
 
Teolog Ibadi klasik telah menyatakan bahwa hanya {{transliterasi|ar|ahl al-istiqāmah}} yang akan pergi ke [[Jannah|surga]], dan semua Ibadi yang berdosa serta semua non-Ibadi akan dibakar di[[Jahannam| neraka]] selamanya. Ibadi secara tradisional menolak keyakinan Sunni bahwa semua Muslim yang ada di neraka, pada akhirnya akan masuk surga. Mereka berpendapat bahwa neraka itu abadi dan tak terhindarkan bagi semua manusia yang bukan Ibadi.{{sfn|Hoffman|2012|p=30}}
 
Gagasan tentang ''[[Walayah|wilayah]]'' atau "afiliasi" serta ''[[Tabarra|bara'ah]]'' atau "pemisahan" adalah inti dari teologi hubungan Ibadi dengan orang-orang non-Ibadi. Hanya orang Ibadi yang saleh yang dianggap layak untuk dijadikan teman, sedangkan orang Ibadi yang berdosa dan Muslim non-Ibadi harus diperlakukan secara disosiasi dan bahkan terkadang sampai dikucilkan.{{sfn|Hoffman|2012|p=29}} Ulama Ibadi modern menyarankan bahwa kewajiban disosiasi tidak memerlukan kekerasan atau penghindaran sosial, dan seorang Ibadi mungkin memiliki kasih sayang yang tulus untuk non-Ibadi, meskipun demikian "kesadaran batin akan pemisahan" antara Ibadi yang lurus dan non-Ibadi harus dipertahankan.{{sfn|Hoffman|2012|p=29}} Namun, dalam praktiknya, Muslim Ibadi umumnya sangat toleran terhadap praktik keagamaan non-Ibadi.{{sfn|Hoffman|2012|p=29}} Selama periode {{transliterasi|ar|imām al-kitmān}}, kewajiban berafiliasi dan disasosiasi tidak berlaku lagi.{{sfn|Hoffman|2012|p=43}}
 
Beberapa sarjana mencirikan bahwa pada dasarnya karya-karya sebagian ulama Ibadi bersifat [[anti-Syiah]],<ref name="fahey" /> dan beberapa menyatakan bahwa para ulama Ibadi, seperti al-Warjalani, menganut pandangan Nasibi.<ref>Husain, N., 2021. Menentang Imam: Warisan Nawasib dalam Sastra Islam. Pers Universitas Cambridge. hlm.89-111</ref>
 
Keyakinan Ibadi sering dipelajari oleh orang luar, baik non-Muslim maupun Muslim lainnya.{{sfn|Hoffman|2012|p=3}} Orang-orang Ibadi menyatakan bahwa saat mereka membaca karya Sunni dan Syiah, ulama terpelajar dari kedua sekte tersebut tidak pernah membaca karya Ibadi dan sering mengulangi mitos dan informasi palsu ketika membahas topik Ibadiyah tanpa melakukan penelitian yang ketat.{{sfn|Hoffman|2012|p=4}}
 
=== Sudut pandang teologis ===
[[Teologi Ibadi]] berkembang berkat karya para ulama dan imam masyarakat, yang sejarah, kehidupan, dan kepribadian mereka masuk menjadi bagian dalam [[sejarah Islam]].<ref>{{Cite book|last=Madelung|first=Wilferd|year=2014|title=The Oxford Handbook of Islamic Theology|location=Inggris Raya|publisher=Oxford University Press|editor-last=Schmidtke|editor-first=Sabine|volume=1|pages=242–252|chapter=Teologi Ibāḍī Awal|doi=10.1093/oxfordhb/9780199696703.013.004}}</ref> Teologi Ibaḍi dapat dipahami berdasarkan karya-karya Ibnu Ibaḍ, [[Jabir bin Zayd|Jabir bin Zaid]], Abu 'Ubaida, Rabi' bin Ḥabīb dan Abu Sufyan. [[Basra|Basrah]] merupakan basis dari komunitas Ibāḍī.<ref name=":0">{{Cite book|last=Ziaka|first=Angeliki|year=2014|title=On Ibadism|location=Germany|publisher=Georg Olms Verlag AG|isbn=978-3-487-14882-3|editor-last=Ziaka|editor-first=Angeliki|page=11|chapter=Introduction}}</ref> Berbagai komunitas Ibāḍī didirikan di [[ Arabia selatan]], dengan basis di [[Oman]], [[Afrika Utara]], dan [[Afrika Timur]].<ref name=":0" />
 
Dalam hal [[Kalam|ilmu kalam]], keyakinan Ibadi mirip dengan [[Muktazilah]] dalam banyak aspek, kecuali dalam persoalan [[Takdir dalam Islam|takdir]].{{sfn|Hoffman|2012|p=34}} Seperti Muʿtazilah dan tidak seperti Sunni modern, Ibadi percaya bahwa:
 
* Pengetahuan manusia tentang Tuhan adalah bawaan melalui penggunaan akal, bukan dipelajari. Oleh karena itu, sebuah ayat Al-Qur'an yang tampaknya bertentangan dengan akal manusia harus ditafsirkan ulang secara metaforis menggunakan akal, bukan diambil sebagai fakta. Dilarang memutuskan masalah keyakinan agama dengan ''[[taqlid]]'', atau dengan menghormati otoritas ulama serta otoritas manusia lainnya.{{sfn|Hoffman|2012|p=36–37}}
* Sifat-sifat Tuhan tidak berbeda dari esensinya. Rahmat, kekuasaan, kebijaksanaan, dan [[Nama Tuhan dalam Islam|sifat-sifat ilahi]] hanyalah cara yang berbeda untuk menggambarkan esensi kesatuan tunggal Tuhan, daripada atribut dan kualitas independen yang dimiliki Tuhan.{{sfn|Hoffman|2012|pp=37–38}}
* Beberapa Ibadi percaya bahwa [[Penciptaan Al-Qur'an|Al-Qur'an diciptakan]] oleh Tuhan pada titik waktu tertentu. Sementara para Ibadi ini menjunjung tinggi fakta bahwa "kalam inti" adalah cara untuk menggambarkan esensinya, mereka tidak percaya bahwa Al-Qur'an identik dengan esensi ini. Bagi mereka, Al-Qur'an hanyalah indikator yang diciptakan dari esensinya. Hal ini berbeda dengan kaum Sunni yang percaya bahwa Al-Qur'an selalu ada (tidak diciptakan).{{sfn|Hoffman|2012|pp=40–41}} Namun secara historis Ibadis sebelumnya percaya bahwa Al-Qur'an tidak diciptakan, dan di antara Ibadi Oman kontemporer beberapa memegang posisi Sunni.<ref name="shueili">al-Shueili, Sulayman. "The Ibad.ı Pendekatan Metodologi Tafsir Al-Qur'an." The Muslim World 105 (2015).</ref><ref>أحمد بن حمد بن سليمان الخليلي، الحق الدامغ 84 ـ 85 (بتصرف)، مطابع النهضة 1409هـجرية،</ref>
* Mereka menafsirkan ayat-ayat [[antropomorfik]] tentang Allah dalam Al-Qur'an secara simbolis daripada secara harfiah. Oleh karena itu, Tuhan sebenarnya tidak memiliki tangan, wajah, singgasana, atau atribut fisik lainnya, karena ia tidak dapat dirasakan oleh indra manusia dan Dia tidak memiliki fisik.{{sfn|Hoffman|2012|p=36}} Oleh karena itu, mereka percaya bahwa seorang Muslim tidak akan melihat Allah pada [[Akhir zaman|Hari Kebangkitan]], sebuah kepercayaan yang sama dengan Syiah tetapi tidak dengan Sunni.<ref>{{cite web|author=Muhammad bin Adam Al-Kawthari|author-link=Muhammad bin Adam Al-Kawthari|date=23 Agustus 2005|title=Melihat Tuhan dalam mimpi, terjaga, dan akhirat|url=http://qa.sunnipath.com/issue_view. asp?HD=7&ID=6259&CATE=24|archive-url=https://web.archive.org/web/20120218064320/http://qa.sunnipath.com/issue_view.asp?HD=7&ID=6259&CATE=24|access-date=18 Desember 2011|arsip -date=February 18, 2012|url-status=dead}}</ref> Demikian pula, para Ibadi berpendapat bahwa timbangan atau ''mizan'' yang ada dalam Al-Quran dan digunakan untuk menimbang amal manusia adalah metafora, karena tindakan tidak dapat ditimbang.{{sfn|Hoffman|2012|p=36}}
 
Tapi tidak seperti Muktazilah, Ibadi mengikuti posisi [[Asy'ariyah|Asy'ari]] untuk persoalan [[okasionalisme]]. Ibadi berpendapat bahwa semua peristiwa disebabkan langsung oleh Tuhan dan apa yang tampak sebagai hukum [[Kausalitas|penyebab]], seperti api menghasilkan asap, itu terjadi hanya karena Tuhan memilih untuk menciptakan api, dan kemudian menciptakan asap. Seorang ulama Ibadi bahkan menyatakan bahwa perbedaan tunggal antara Muktazilah dengan Ibadi ini menandakan bahwa Muktazilah lebih sesat daripada Sunni.{{sfn|Hoffman|2012|pp=34–35}}
 
== Referensi ==