Ibadi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan kemungkinan perlu dirapikan VisualEditor
Manggadua (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan
 
(10 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox religion
|name=Ibadiyah
|native_name={{nobold|{{lang|ar|{{Script/Arabic|الإباضية}}}}<br/>{{transliteration|ar|al-ʾIbāḍiyyaʾIbāḍiyyah}}}}
| image = Tamezgida n Iqellalen.jpg
| imagewidth = 200
Baris 15:
|members={{circa}} 2.72 juta<ref>{{cite book | url=https://books.google.com/books?id=vFq_KUqqWJMC&pg=PA15 | title=The Sunni-Shi'a Divide: Islam's Internal Divisions and Their Global Consequences | pages=14–15 | access-date=7 August 2015 | author=Robert Brenton Betts| isbn=9781612345222 | date=2013-07-31 }}</ref> - 7 juta<ref>{{Cite web |date=2005-06-02 |title=7 ملايين أباضي .. ما هو أسلوبهم في الدين والحياة والزواج؟ |url=https://www.alarabiya.net/articles/2005%2F06%2F02%2F13596.html |access-date=2022-10-16 |website=العربية |language=ar}}</ref>}}
{{Muhakkimah}}
'''IbadiIbaḍi''' ({{lang-ar|الإباضية}}), juga disebut '''Bada'iyah''' dan '''Ibadiyah''' adalah sebuah [[Mazhab dan cabang Islam|cabang Islam]].<ref>{{cite news|url= https://www.independent.co.uk/news/world/middle-east/the-vicious-schism-between-sunni-and-shia-has-been-poisoning-islam-for-1400-years--and-its-getting-worse-9139525.html|title= Schism between Sunni and Shia has been poisoning Islam for 1,400 years – and it's getting worse|website= [[The Independent]]|first= Paul|last= Vallely|date= 19 February 2014}}</ref> Beberapa pihak menyebutnya sebagai cabang ketiga Islam, bersama dengan [[Islam Sunni]] dan [[Islam Syiah]]. Para pengikut Islam Ibadi dikenal sebagai '''Ibadiyyīn'''.
 
Ibadisme muncul sekitar 60 tahun setelah kematianwafatnya nabi Islam [[Muhammad]] pada tahun 632 M<ref>{{Cite web|last=Library|first=International and Area Studies|title=LibGuides: Ibadi Islam: History|url=https://guides.library.illinois.edu/c.php?g=348315&p=2347041|access-date=2021-08-03|website=guides.library.illinois.edu|language=en}}</ref> sebagai aliran moderat gerakan [[Khawarij]],<ref>{{cite encyclopedia|title= Ibadis|editor= John L. Esposito|encyclopedia= The Oxford Dictionary of Islam|publisher= Oxford University Press|location= Oxford|year= 2014|url= http://www.oxfordislamicstudies.com/article/opr/t125/e913 | quote = Ibadis [:] subsect of Khariji Islam founded in the eighth century. Has its strongest presence in [[Oman]], but is also found in North Africa and various communities on the [[Swahili Coast]]. }}</ref><ref name="EI2">{{EI2|last= Lewicki|first= T.|title= al-Ibāḍiyya|volume= 3|pages= 648–660|url= http://dx.doi.org/10.1163/1573-3912_islam_COM_0307}}
</ref>{{sfn|Hoffman|2012}} meskipun Ibadisme kontemporer sangat keberatan dengan pengklasifikasian sebagai Khawarij.{{sfn|Hoffman|2012}} Saat ini, Ibadi merupakan denominasi Muslim terbesar di [[Oman]], tetapi juga dipraktikkan pada tingkat yang lebih rendah di [[Aljazair]], [[Tunisia]], dan [[Libya]].{{sfn|Hoffman|2012}}
 
Baris 24:
=== Latar belakang ===
{{main|Khawarij}}
Ibadi muncul sebagai cabang moderat dari [[Khawarij]], sebuah sekte Islam yang berasal dari [[Muhakkima|MuhakkimahMuḥakkimah]] ({{lang|ar|محكمة}}) dan al-HaruriyyahḤaruriyyah ({{lang|ar|الحرورية}}). Muhakkimah dan al-Haruriyyah adalah pendukung [[Ali]] di [[Perang Saudara Islam I|Fitnah Pertama]] yang meninggalkan Ali karena mereka menolak arbitrasi antara Ali dan [[Mu'awiya I|Mu'awiyah]] di [[Pertempuran Shiffin|Pertempuran Siffin]] pada tahun 657 M.<ref name="diana27">Diana Darke, ''Oman: The Bradt Travel Guide'', pg. 27. Guilford: Brandt Travel Guides, 2010. {{ISBN|9781841623320}}</ref><ref name="haw200" />
 
Setelah Pertempuran Siffin, kaum Khawarij terlibat dalam konflik yang terjadi terus-menerus dengan para pendukung Ali dan Umayyah. Kaum Khawarij terorganisir di dalam permukiman besar Muslim dan sering kali terlibat dalam pemberontakan lokal melawan otoritas Umayyah. Setelah [[Fitnah Kedua]] dimulai pada tahun 680 M, kaum Khawarij secara bertahap terpecah menjadi empat kelompok utama (''ushul al-Khawarij)'' dengan berbagai tingkat moderasi dan ekstremisme. Aliran Ibadi muncul sebagai kelompok moderat di [[Basra]]'',''{{sfn|Gaiser|2021}} berdasarkan ajaran [[Abdallah bin Ibad]] dari [[Banu Tamim]],{{sfn|Hoffman|2012|p=11}} yang diakui, mungkin secara anumerta, sebagai [[Imamah|imam]] oleh para pengikutnya.<ref name="uzi5">Uzi Rabi, ''The Emergence of States in a Tribal Society: Oman Under Saʻid Bin Taymur, 1932-1970'', pg. 5. [[Eastbourne]]: [[Sussex Academic Press]], 2006. {{ISBN|9781845190804}}</ref>
Baris 37:
[[Jabir bin Zayd|Jabir ibn Zaid]] akhirnya diakui sebagai [[Ibadi#Ibadi imamah dan teori politik|Imam Ibadi]] kedua beberapa saat setelah kematian Ibn Ibad.<ref name="haw199">Donald Hawley, ''Oman'' , hal. 199.</ref> [[Matan|Kritik]] Ibnu Zaid tentang riwayat [[Sahabah|sahabat]] Muhammad membentuk inti sari penafsiran Ibadi tentang hukum Islam.<ref name="haw2002">Donald Hawley, ''Oman'', p. 200.</ref> Posisi Imam Ibadi dipilih, tidak seperti suksesi dinasti Sunni dan Syiah, dan tidak eksklusif, dengan komunitas individu didorong untuk memilih Imam mereka.<ref name="haw201">[[Donald Hawley]], ''Oman'' , hal. 201. Edisi Yobel. [[Kensington]]: [[Stacey International]], 1995. {{ISBN|0905743636}}</ref><ref name="carter103">J. R. C. Carter, ''Tribes in Oman'', hal. 103. London: Peninsular Publishers, 1982. {{ISBN|0907151027}}</ref> Para imam ini menjalankan fungsi politik, spiritual, dan militer.<ref>''[http://memory.loc.gov/frd/cs/ omtoc.html#om0052 Studi Negara: Oman]'', bab 6 Oman – Pemerintahan dan Politik, bagian: Pola Sejarah Pemerintahan. [[US Library of Congress]], 1993. Diakses tanggal 28-10-2006</ref>
 
Pada tahun 745, [[Talib al-Haqq|AbdAbdullah Allah ibnbin Yahya al-Kindi]] mendirikan [[Pemberontakan Ibadi|negara Ibadi pertama]] di [[Hadhramaut]] dan berhasil merebut [[Yaman]] pada tahun 746 dari [[Kekhalifahan Umayyah]]. Pemberontakan Ibadi kemudian menyebar ke wilayah [[Hejaz]], dengan Abu Hamzah Mukhtar bin Aus al-Azdi menaklukkan Mekah dan Madinah. Sebagai tanggapan, Khalifah Umayyah [[Marwan II]] memimpin 4.000 tentara yang kuat dan mengalahkan Ibadi pertama di [[Mekah]], kemudian di [[Sana'a]] di [[Yaman]], dan akhirnya mengepung mereka di [[Syibam]] di Hadhramaut barat pada tahun 748,<ref name="mcg203">Daniel McLaughlin, ''Yaman dan: Panduan Perjalanan Bradt'', hal. 203. [[Guilford, Connecticut]]: Brandt Travel Guides, 2007. {{ISBN|9781841622125}}</ref> mengalahkan dan membunuh Abu Hamzah dan Ibnu Yahya serta menghancurkan negara Ibadi pertama.{{sfn|Hoffman|2012|p=13}}{{sfn|Wellhausen|1901|pp=52–53}} Masalah ibukota mereka di [[Bilad al-Sham|Suriah]] membuat Bani Umayyah menandatangani perjanjian damai dengan Ibadi, yang diizinkan untuk mempertahankan komunitas di [[Syibam Hadramaut|Syibam]].<ref name="mcg203" />
 
Negara bagian Ibadi kedua didirikan di Oman pada tahun 750, tetapi jatuh ke tangan Kekhalifahan [[Kekhalifahan Abbasiyah|Abbasiyah]] yang baru dibentuk pada tahun 752. Negara bagian Ibadi lainnya didirikan di Oman pada tahun 793,{{sfn|Hoffman|2012|p=13}} bertahan selama satu abad hingga Abbasiyah merebut kembali pada tahun 893. Namun, pengaruh Abbasiyah setelah penaklukan kembali hanyalah nominal dan imam Ibadi terus memegang kekuasaan yang besar.{{sfn|Lewicki|1971|p=652}} Imamah Ibadi didirikan kembali pada abad-abad berikutnya.{{sfn|Hoffman|2012|pp=14–16}} Ibadi masih merupakan mayoritas penduduk Oman hingga saat ini dan keluarga kerajaan Oman adalah penganut Ibadi.{{sfn|Lewicki|1971|p=653}}
Baris 52:
 
=== Imamah Ibadi dan teori politik ===
Berbeda dengan teori Sunni tentang [[kekhalifahan]] dan gagasan Syiah tentang [[Imamah]] yang memiliki legitimasi keilahian, para pemimpin Ibadi yang umum disebut Imam, tidak perlu menguasai wilayah Muslim di seluruh dunia. Komunitas Muslim dianggap mampu memerintah diri mereka sendiri.<ref name="mcg2032" /><ref name="haw2003" /> Kaum Ibadi menolak keyakinan bahwa pemimpin komunitas Muslim harus berasal dari [[suku Quraisy]] (Ini berbeda dengan kepercayaan Syiah yang beranggapan mereka akan diperintah oleh [[mahdiImam Mahdi]], yang akan menjadi keturunan dari Keluarga Muhammad [''[[Ahlulbait|Ahlul Bait]]''], Muhammad merupakan anggota dari suku Quraisy.).<ref name="diana272" /><ref name="haw2003" /> Sebaliknya, dua kualifikasi utama seorang imam Ibadi adalah bahwa dia adalah orang yang paling saleh di masyarakat dan paling terpelajar dalam urusan''[[Fiqh| fikih]]'' atau yurisprudensi Islam, serta dia memiliki pengetahuan militer untuk membela komunitas Ibadi dari perang dan penindasan.<ref name="Ghubash">{{cite book|author1=Hussein Ghubash|year=2014|url=https://books.google.com/books?id=qaPKAgAAQBAJ|title=Oman - The Islamic Democratic Tradition|publisher=Routledge|isbn=9781135035662|page=35}}</ref> Dalam tradisi Oman, seorang imam yang terpelajar dalam ilmu hukum Islam dianggap "kuat" ({{transliterasi|ar|qawī}}), dan seorang imam yang keterampilan utamanya hanya dalam bidang militer tanpa penguasaan terhadap hukum Islam dianggap "lemah" ({{transliterasi|ar|ḍaʻīf}}). Tidak seperti imam yang kuat, imam yang lemah wajib berkonsultasi dengan seorang ''[[ulama]]'', atau komunitas ulama, sebelum mengambil keputusan apa pun.<ref name="Ghubash2" /> Seorang imam yang lemah diangkat hanya pada keadaan darurat, yaitu ketika komunitas Ibadi berada pada ambang kehancuran.{{sfn|Gaiser|2010|p=137}}
 
Ibadi kontemporer menjunjung tinggi empat "model agama" ({{transliterasi|ar|masālik ad-dīn}}), yang merupakan empat keadaan imam yang masing-masing memiliki kesesuaian dengan konteks tertentu.{{sfn|Gaiser|2010}} {{transliterasi|ar|Imām al-kitmān}} atau yang dapat diartikan sebagai "Imam kerahasiaan" adalah seorang pemimpin terpelajar yang "memerintah" dalam [[Kediaman politik dalam Islam|kediaman politik]], mempraktikkan [[taqiyyah]] untuk menghindari penganiayaan, pada saat komunitas Ibadi tidak dapat mengungkapkan dirinya secara terbuka.{{sfn|Gaiser|2010|p=13}} Dalam beberapa kasus, keadaan {{transliterasi|ar|kitmān}} mungkin diperlukan bahkan ketika imam berada dalam ketiadaan. Dalam hal ini, ulama Ibadi mengambil alih sebagai penguasa pengganti menggantikan imam. Jenis ''imam al-kitman'' telah terjadi pada sebagian besar sejarah Ibadi Afrika Utara sejak jatuhnya imamah [[Dinasti Rustam|Rustamiyyah]] pada tahun 909.{{sfn|Gaiser|2010|p=76}} Komunitas Ibadi Afrika Utara tidak lagi seperti rekan seagama Oman mereka yang secara berkala membangun kembali imamah sampai 1958.{{sfn|Gaiser|2010|p=10}}
Baris 65:
Teolog Ibadi klasik telah menyatakan bahwa hanya {{transliterasi|ar|ahl al-istiqāmah}} yang akan pergi ke [[Jannah|surga]], dan semua Ibadi yang berdosa serta semua non-Ibadi akan dibakar di[[Jahannam| neraka]] selamanya. Ibadi secara tradisional menolak keyakinan Sunni bahwa semua Muslim yang ada di neraka, pada akhirnya akan masuk surga. Mereka berpendapat bahwa neraka itu abadi dan tak terhindarkan bagi semua manusia yang bukan Ibadi.{{sfn|Hoffman|2012|p=30}}
 
Gagasan tentang ''[[Walayah|wilayah]]'' atau "afiliasi" serta ''[[Tabarra|bara'ah]]'' atau "pemisahan" adalah inti dari teologi hubungan Ibadi dengan orang-orang non-Ibadi. Hanya orang Ibadi yang saleh yang dianggap layak untuk dijadikan temateman, sedangkan orang Ibadi yang berdosa dan Muslim non-Ibadi harus diperlakukan secara disosiasi dan bahkan terkadang sampai dikucilkan.{{sfn|Hoffman|2012|p=29}} Ulama Ibadi modern menyarankan bahwa kewajiban disosiasi tidak memerlukan kekerasan atau penghindaran sosial, dan seorang Ibadi mungkin memiliki kasih sayang yang tulus untuk non-Ibadi, meskipun demikian "kesadaran batin akan pemisahan" antara Ibadi yang lurus dan non-Ibadi harus dipertahankan.{{sfn|Hoffman|2012|p=29}} Namun, dalam praktiknya, Muslim Ibadi umumnya sangat toleran terhadap praktik keagamaan non-Ibadi.{{sfn|Hoffman|2012|p=29}} Selama periode {{transliterasi|ar|imām al-kitmān}}, kewajiban berafiliasi dan disasosiasi tidak berlaku lagi.{{sfn|Hoffman|2012|p=43}}
 
Beberapa sarjana mencirikan bahwa pada dasarnya karya-karya sebagian ulama Ibadi bersifat [[anti-Syiah]],<ref name="fahey" /> dan beberapa menyatakan bahwa para ulama Ibadi, seperti al-Warjalani, menganut pandangan Nasibi.<ref>Husain, N., 2021. Menentang Imam: Warisan Nawasib dalam Sastra Islam. Pers Universitas Cambridge. hlm.89-111</ref>