Kota Padang Panjang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(30 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 17:
|image7=Minang Fantasi 1.jpg
}}
| caption =Dari Atas, Kiri ke kanan: Museum Bustanil Arifin [[Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau]] (PDIKM), Balai Kota Padang Panjang, Masjid Islamic Center Padang Panjang, Gerbang Perbatasan Padang Panjang - [[Tanah Datar]], Kawasan Lembah Anai (jembatan kembar silaing), Pemandian Lubuk Mata Kucing, [[Mifan
| lambang = Logopadangpanjang.png
| julukan = ''Egypte van Andalas''
| motto = Kota Serambi Mekah{{efn|Juga merupakan julukan daerah}}
| image_map = Lokasi
| provinsi = [[
| kecamatan = 2
| kelurahan = 16
| hari jadi = {{start date and age|
| nama walikota = [[Sonny Budaya Putra]] (Pj.)<ref>https://padangkita.com/sonny-pj-wako-padang-panjang-dan-roberia-pj-wako-pariaman-ini-pesan-mahyeldi/</ref>
| nama wakil walikota =
| nama sekretaris daerah =
| ketua DPRD = Mardiansyah
| ref luas = <ref name="bps2021">{{cite book|author=Badan Pusat Statistik|year=2021|title=Padang Panjang dalam Angka, 2021|url=https://padangpanjangkota.bps.go.id/publication/2021/02/26/a251fcebbb1d334f2a5a57c7/kota-padang-panjang-dalam-angka-2021.html|access-date=2022-03-02|archive-date=2022-03-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20220302155949/https://padangpanjangkota.bps.go.id/publication/2021/02/26/a251fcebbb1d334f2a5a57c7/kota-padang-panjang-dalam-angka-2021.html|dead-url=no}}</ref>
Baris 41:
| population_rank =
| agama = {{unbulleted list|[[Islam]] 98,67%|[[Kekristenan]] 1,25%|-[[Protestan]] 0,65%|- [[Katolik]] 0,60%| [[Agama Buddha|Buddha]] 0,08%}}
| = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Minangkabau|Minangkabau]],
| IPM = {{increase}} 77,97 ([[2021]]) {{br}}{{fontcolor|green|tinggi}}<ref name="IPM">{{cite web|url=https://www.bps.go.id/indicator/26/413/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia-menurut-provinsi.html|title=Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021|website=www.bps.go.id|accessdate=6 Desember 2021|archive-date=2021-12-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20211201065917/https://www.bps.go.id/indicator/26/413/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia-menurut-provinsi.html|dead-url=no}}</ref>
| kodepos = 271''xx''
Baris 51 ⟶ 53:
}}
'''Kota Padang Panjang''' adalah salah satu [[kota]] dengan luas wilayah terkecil yang ada di [[Provinsi]] [[
== Sejarah ==
Satu-satunya kota yang memiliki ikatan sejarah pendidikan dan keagamaan yang popular di Sumatera Barat dari dahulu hingga sekarang adalah Kota Padang Panjang. Namun, sebelum kota itu dikenal, di awal abad ke-19 sebagai sentra penyebaran dakwah agama Islam di Ranah Minang ini, Kota Padang Panjang ternyata sedikit memiliki sejarah yang agak kelam. Disebut demikian, karena pernah terjadi peperangan antar kaum yang disulut oleh perkara jual beli di Pakan Jumat nan Usang antara kaum Nan IV Koto yang terhimpun dari Gunung, Paninjauan, Jaho, dan Tambangan melawan kaum Nan V Koto yang meliputi Singgalang, Air Angek, Pandai Sikek, Koto Laweh, dan Panyalaian.<ref>Berdasarkan arsip Zainal Sutan Salim yang diambil dari dalam arsip anggota Onderafdee Lingsraad Batipuh X Koto Padangpanjang, melalui Ferry, Marefri (2011). [https://www.facebook.com/notes/padati-padangpanjang-damai-dihati/asal-usul-kota-padang-panjang/263642597018975/?_rdr] "Asal Usul Kota Padang Panjang". ''Facebook''. Diakses pada sekitar tahun 2017-2018.</ref>
Kawasan kota ini sebelumnya merupakan bagian dari wilayah [[Tuan Gadang]] di [[Batipuh, Tanah Datar|Batipuh]]. Pada masa [[Perang Padri]] kawasan ini diminta [[Belanda]] sebagai salah satu pos pertahanan dan sekaligus batu loncatan untuk menundukan kaum Padri yang masih menguasai kawasan ''Luhak Agam''. Selanjutnya Belanda membuka jalur jalan baru dari kota ini menuju [[Kota Padang]] karena lebih mudah dibandingkan melalui kawasan Kubung XIII di [[kabupaten Solok]] sekarang.▼
Kota Padang Panjang sekarang dahulunya adalah satu kawasan padang ilalang yang luas, yang kerap disebut sebagai Tangah Padang Nan Panjang. Batasannya dari Gantiang hingga Bukit Tui sekarang. Tidak ada rumah dan sawah sama sekali. Mungkin seperti ''sabana'' padang ilalang yang luas dan datar. Sejauh mata memandang, yang terlihat adalah hamparan ilalang yang bergoyang. Waktu peperangan itu, nama “Tangah Padang Nan Panjang” ditambah dengan “Sari Mananti”. Jadi, namanya kian panjang, “Tangah Padang Nan Panjang Sari Mananti”. Adapun hamparan padang ilalang itu adalah kepunyaan orang Gunung, kaum Nan IV Koto. Daerah Gunung, sebagai sebuah daerah tentu punya batas wilayah tertentu, dimana sebelah timur berbatasan dengan Batipuh. Sebelah barat dengan Batang Anai, sebelah Selatan dengan Ambacang Rombok, dan sebelah utara dengan Kubu Induk Ayam (Panyalaian).<ref>Berdasarkan arsip Zainal Sutan Salim yang diambil dari dalam arsip anggota Onderafdee Lingsraad Batipuh X Koto Padangpanjang, melalui Ferry, Marefri (2011). [https://www.facebook.com/notes/padati-padangpanjang-damai-dihati/asal-usul-kota-padang-panjang/263642597018975/?_rdr] "Asal Usul Kota Padang Panjang". ''Facebook''. Diakses pada sekitar tahun 2017-2018.</ref>
Kota ini pernah menjadi pusat pemerintahan sementara [[Kota Padang]], setelah [[Kota Padang]] dikuasai Belanda pada masa [[Agresi Militer Belanda I|agresi militer Belanda]] sekitar tahun 1947.<ref>[[Mardanas Safwan|Safwan, Mardanas]], (1987), ''Sejarah kota Padang'', Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.</ref>▼
Kaum V Koto, dalam peperangan tersebut dikomandoi oleh dua orang pandekar yang gagah dan berani, yakni Akik Bagindo Rajo (orang Singgalang) dan Rasul Andung Bagindo Ali (orang Aia Angek). Sedangkan yang menjadi panglima perang dari Kaum Nan IV Koto, dipimpin oleh Tuanku Bandaro (orang Gunung) dan Datuk Bungsu (orang Paninjauan). Karena perselisihan perkara jual beli itu, pecahlah tragedi perang antar kaum dan antar kampung. Peperangan itu tidaklah seimbang mengingat, jumlah pasukan kaum Nan V Koto amatlah banyak. Berbeda pada pasukan kaum Nan IV Koto. Karena tidaklah seimbang, alhasil, mereka nyaris kalah, dan kedua panglima Kaum Nan IV Koto, Tuanku Bandaro dan Datuk Bungsu hampir dapat ditawan oleh pasukan Nan V Koto. Karena perang begitu kejam, Tuanku Bandaro dan Datuk Bungsu dibunuh di Bandar Jum’ah tepatnya 1 Desember 1790 M. Lokasinya, sekarang, adalah di Simpang Bak Air simpang ke Paninjauan.<ref>Berdasarkan arsip Zainal Sutan Salim yang diambil dari dalam arsip anggota Onderafdee Lingsraad Batipuh X Koto Padangpanjang, melalui Ferry, Marefri (2011). [https://www.facebook.com/notes/padati-padangpanjang-damai-dihati/asal-usul-kota-padang-panjang/263642597018975/?_rdr] "Asal Usul Kota Padang Panjang". ''Facebook''. Diakses pada sekitar tahun 2017-2018.</ref>
Kaum Nan IV Koto, pun mundur karena kekalahan hampir diambang mata dan kedua panglima mereka telah tewas. Sebaliknya seorang panglima pasukan dari Singgalang yang bernama Sitampuh Raja di laut suku Pisang, bako dari Datuk Tumanggung bekas penghulu Singgalang berlari dengan kencang menyerbu pasukan Nan IV Koto. Saking bernafsu mengejar pasukan Nan IV Koto yang hampir kalah, kakinya tersorong (tersaruk/terjepit) di rongga batu di daerah Bukit Kepanasan. Lama-kelamaan, Bukit Kepanasan berubah nama menjadi Bukit Tersorong dan akhirnya, menjadi Bukit Surungan dikemudian hari.<ref>Berdasarkan arsip Zainal Sutan Salim yang diambil dari dalam arsip anggota Onderafdee Lingsraad Batipuh X Koto Padangpanjang, melalui Ferry, Marefri (2011). [https://www.facebook.com/notes/padati-padangpanjang-damai-dihati/asal-usul-kota-padang-panjang/263642597018975/?_rdr] "Asal Usul Kota Padang Panjang". ''Facebook''. Diakses pada sekitar tahun 2017-2018.</ref>
Sebelum benar-benar kalah, pasukan Nan V Koto yang merasa sedang berada diatas angin, sedangkan pasukan Kaum Nan IV Koto hampir binasa, datanglah Tuanku Pamansiangan orang Koto Laweh-ulama ternama tetapi sejarahnya kurang dikenal dikemudian hari- mencemplungkan diri ke tengah peperangan yang sedang berkecamuk itu. Ia memarahi kedua belah pihak. Ia nasehati kedua kaum yang ternyata masih memiliki hubungan keluarga antara satu sama lain. Timbul rasa insyaf kedua belah pihak, walau korban telah berjatuhan. Perdamaian pun digagas berkat campur tangan ulama besar ini.<ref>Berdasarkan arsip Zainal Sutan Salim yang diambil dari dalam arsip anggota Onderafdee Lingsraad Batipuh X Koto Padangpanjang, melalui Ferry, Marefri (2011). [https://www.facebook.com/notes/padati-padangpanjang-damai-dihati/asal-usul-kota-padang-panjang/263642597018975/?_rdr] "Asal Usul Kota Padang Panjang". ''Facebook''. Diakses pada sekitar tahun 2017-2018.</ref>
Sejak itulah, Kubu Induk Ayam, Pakan Jumat Nan Usang serta Bukit Surungan ditetapkan menjadi Kubu oleh orang Nan V Koto yang sekarang dihuni oleh orang Nan VI Koto karena belakangan bertambah satu, yakni Koto Baru. Disebut kubu, karena berfungsi sebagai pengintai sekiranya musuh datang atau melanggar Negeri V Koto. Orang yang bertugas menjaga itulah yang akan melaporkan kepada kaum Nan V Koto. Yang mula-mula menjaga Kubu Bukit Surungan itu sebelum dihuni oleh seseorang, ialah dihuni oleh ninik Gunung dari Koto Laweh. Selama 26 tahun kubu tadi dijaga olehnya, kemudian dilanjutkan oleh orang Aia Angek yang bergelar Angku Ukun. Selanjutnya, kubu tadi, diupayakan oleh orang Nan VII Laras, dengan menjadikan Tengah Padang Nan Panjang Sari Mananti” sebagai medan perdamaian orang Nan Tujuh Laras setelah pecah perang Regent Batipuh melawan Gubernement. Nama yang panjang itu dipersingkat menjadi sebutan “Padang Panjang”.<ref>Berdasarkan arsip Zainal Sutan Salim yang diambil dari dalam arsip anggota Onderafdee Lingsraad Batipuh X Koto Padangpanjang, melalui Ferry, Marefri (2011). [https://www.facebook.com/notes/padati-padangpanjang-damai-dihati/asal-usul-kota-padang-panjang/263642597018975/?_rdr] "Asal Usul Kota Padang Panjang". ''Facebook''. Diakses pada sekitar tahun 2017-2018.</ref>
Seorang Laras VI Koto, yang bernama Tuanku Nan Elok, dari Koto Laweh meminta kepada pemerintah kolonial, agar sebagian kota Padang Panjang dijadikan hak milik orang Nan VI Koto. Permintaan itupun disetujui. Maka sejak Batang Bakarek sampai Air Putih, terus Padang Sarai (daerah Kampong Teleng) dan Batang Anai kepunyaan orang Nan VI Koto. Sedangkan Tabu Baraia (Kandang Aia Tabek kepunyaan Orang Nan VI Koto) jatuh menjadi kepunyaan orang Nan IV Koto, sebagai ganti kepemilikan. Tapi sayangnya, orang Nan IV Koto Baru sadar, kalau hal itu telah merugikan daerah mereka karena wilayahnya kian kecil dan tidak mendapatkan apa-apa. Tapi apa lacurnya, nasi telah jadi bubur. Yang berlalu tidak bisa disesali lagi.<ref>Berdasarkan arsip Zainal Sutan Salim yang diambil dari dalam arsip anggota Onderafdee Lingsraad Batipuh X Koto Padangpanjang, melalui Ferry, Marefri (2011). [https://www.facebook.com/notes/padati-padangpanjang-damai-dihati/asal-usul-kota-padang-panjang/263642597018975/?_rdr] "Asal Usul Kota Padang Panjang". ''Facebook''. Diakses pada sekitar tahun 2017-2018.</ref>
Tuanku Nan Elok berjanji akan meramaikan Padang Panjang dengan membuat sawah dan ladang. Mengaliri air dengan membuat bandar (selokan air) dari Panyalaian ke Padang Panjang. Bandar air yang besar itu (bandar gadang) sekarang adalah jalur yang dipakai oleh rel Kereta Api sekarang. Sejak adanya Bandar Gadang tadi, sawah pun bertebaran dimana-mana. Seperti di jalan hendak ke Lubuk Mata Kucing, mungkin areal daerah belakang Perguruan Diniyyah Puteri sampai ke terminal Bukit Surungan sekarang. Kemudian sawah di Kampung Manggis dan lainnya.<ref>Berdasarkan arsip Zainal Sutan Salim yang diambil dari dalam arsip anggota Onderafdee Lingsraad Batipuh X Koto Padangpanjang, melalui Ferry, Marefri (2011). [https://www.facebook.com/notes/padati-padangpanjang-damai-dihati/asal-usul-kota-padang-panjang/263642597018975/?_rdr] "Asal Usul Kota Padang Panjang". ''Facebook''. Diakses pada sekitar tahun 2017-2018.</ref>
Yang tidak bisa dijadikan sawah adalah bagian Silaing dan Padang Sarai karena tidak ada tempat untuk mengaliri air. Maka bermufakatlah Tuanku Nan Elok laras VI Koto dengan Tuan Lie Saij untuk membuat bandar dari Lubuk Mata Kucing ke Silaing dengan pengerjaannya dilakukan oleh kaum Nan VI Koto. Karena air berlebihan di Silaing, maka Tuan Lie Saij membuat kebun rumput banto-untuk makanan kuda kompeni Belanda, dan ia pun membayar sewanya kepada kaum Nan VI Koto. Sejak usaha Tuan Lie Saij berhasil maka beramai-ramailah penduduk Padang Panjang membuat usaha serupa, yakni bercocok tanam padi sawah dan berkebun rumput banto.<ref>Berdasarkan arsip Zainal Sutan Salim yang diambil dari dalam arsip anggota Onderafdee Lingsraad Batipuh X Koto Padangpanjang, melalui Ferry, Marefri (2011). [https://www.facebook.com/notes/padati-padangpanjang-damai-dihati/asal-usul-kota-padang-panjang/263642597018975/?_rdr] "Asal Usul Kota Padang Panjang". ''Facebook''. Diakses pada sekitar tahun 2017-2018.</ref>
Usaha yang dilakukan Tuanku Nan Elok, yang lain adalah membuat bandar air baru sejak dari simpang ke Paninjauan (Bak Aia sekarang), terus ke Kampung China, Kampung Nias dan jalan ke Sungai Andok. Rupanya, Tuan Sikolos, tertarik pula untuk melakukan seperti yang diperbuat oleh Tuan Lie Saij, sejak adanya Bandar air yang dibangun oleh Tuanku Nan Elok VI Koto. Maka disewa pula sebidang tanah kepada Tuanku Nan Elok Laras VI Koto. Ini dilakukan sejak aliran air yang kian lancar ke Kampung Nias. Akhirnya, timbulllah nama daerah itu menjadi Kebun Sikolos.<ref>Berdasarkan arsip Zainal Sutan Salim yang diambil dari dalam arsip anggota Onderafdee Lingsraad Batipuh X Koto Padangpanjang, melalui Ferry, Marefri (2011). [https://www.facebook.com/notes/padati-padangpanjang-damai-dihati/asal-usul-kota-padang-panjang/263642597018975/?_rdr] "Asal Usul Kota Padang Panjang". ''Facebook''. Diakses pada sekitar tahun 2017-2018.</ref> Itulah kemudian yang menjadi cikal bakal kota yang dikenal saat ini.
▲Kawasan kota ini sebelumnya merupakan bagian dari wilayah [[Tuan Gadang]] di [[Batipuh, Tanah Datar|Batipuh]]. Pada masa [[Perang Padri]] kawasan ini diminta [[Belanda]] sebagai salah satu pos pertahanan dan sekaligus batu loncatan untuk menundukan kaum Padri yang masih menguasai kawasan ''Luhak Agam''. Selanjutnya Belanda membuka jalur jalan baru dari kota ini menuju [[Kota Padang]] karena lebih mudah dibandingkan melalui kawasan [[Luak Kubuang Tigo Baleh|Kubung XIII]] di [[kabupaten Solok]] sekarang.
Di masa selanjutnya, wilayah VI Koto dan IV Koto kemudian bergabung membentuk wilayah X Koto yang saat itu Nagari Gunung masih termasuk di dalamnya. X Koto pada era kolonial Belanda dijadikan sebagai wilayah ''onderafdeeling'' yang merupakan bagian dari Afdeeling Batipoeh en X Koto, hingga kemudian turun status menjadi bagian dari wilayah Onderafdeeling Batipoeh yang ini merupakan bagian dari Afdeeling Batipoeh en Pariaman setelah adanya perubahan stuktur wilayah administratif. Pada era kolonial Belanda ini, Padang Panjang dijadikan sebagai daerah yang mengkoordinir wilayah X Koto.
▲Pasca kemerdekaan Indonesia, Padang Panjang merupakan bagian dari [[Kabupaten Tanah Datar|Tanah Datar]] yang saat itu berstatus sebagai [[Luak|luhak]] setelah terakhir diterapkan di masa [[Kerajaan Pagaruyung]] hingga dianeksasi oleh [[Hindia Belanda]] setelah kemenangannya pada momen [[Perang Paderi]]. Kota ini pernah menjadi pusat pemerintahan sementara [[Kota Padang]], setelah [[Kota Padang]] dikuasai Belanda pada masa [[Agresi Militer Belanda I|agresi militer Belanda]] sekitar tahun 1947.<ref>[[Mardanas Safwan|Safwan, Mardanas]], (1987), ''Sejarah kota Padang'', Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.</ref>
Kemudian, Padang Panjang terbentuk sebagai wilayah otonom setingkat kabupaten/kota berdasarkan [[Undang-Undang]] Nomor 8 Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kota kecil dalam lingkungan daerah provinsi Sumatra Tengah pada tanggal [[23 Maret]] [[1956]]. Kawasan ini pada mulanya terdiri dari Nagari Bukit Surungan dan juga Nagari Lareh Panjang (yang berdasarkan informasi yang minim, wilayah ini dahulunya pernah disebut sebagai Nagari Balai-Balai, entah itu penamaan resmi atau mungkin penamaan awam). Hingga kemudian Nagari Gunung yang ada di wilayah X Koto turut bergabung dan membentuk wilayah Padang Panjang yang dikenal saat ini.
== Geografi ==
Baris 82 ⟶ 108:
Berdasarkan keputusan DPRD Peralihan Kota Praja nomor 12/K/DPRD-PP/57 tanggal 25 September 1957, maka kota Padang Panjang dibagi menjadi 4 wilayah administrasi, yakni Resort Gunung, Resort Lareh Nan Panjang, Resort Pasar dan Resort Bukit Surungan. Kemudian, berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 istilah ''kota praja'' diganti menjadi ''kotamadya'' dan berdasarkan peraturan menteri nomor 44 tahun 1980 dan [[peraturan pemerintah]] nomor 16 tahun 1982 tentang susunan dan tata kerja pemerintahan kelurahan, maka ''resort'' diganti menjadi [[kecamatan]] dan ''jorong'' diganti menjadi [[kelurahan]] dan berdasarkan peraturan pemerintah nomor 13 tahun 1982 kota Padang Panjang dibagi atas dua kecamatan dengan 16 kelurahan.
Saat Padang Panjang berstatus ''kota praja'' hingga berubah status menjadi ''kotamadya'' dari tahun 1957 sampai pada tahun 1982, wilayah administrasi yang terdiri dari 4 resort ini terdiri dari beberapa jorong yakni :
1. Resort Bukit Surungan :
a. Jorong Bukit Surungan.
b. Jorong Kampung Manggis.
c. Jorong Silaing Atas.
d. Jorong Silaing Bawah.
2. Resort Pasar :
a. Jorong Pasar Usang.
b. Jorong Pasar Baru.
c. Jorong Balai-Balai.
d. Jorong Tanah Hitam.
3. Resort Lareh Nan Panjang :
a. Jorong Guguk Malintang.
b. Jorong Tanah Pak Lambik.
c. Jorong Koto Panjang.
d. Jorong Koto Katik.
4. Resort Gunung :
a. Jorong Ngalau.
b. Jorong Ekor Lubuk.
c. Jorong Sigando.
d. Jorong Ganting.
Lalu kemudian saat Padang Panjang masih berstatus ''kotamadya'' hingga berubah status menjadi ''kota'' dari tahun 1982 sampai sekarang ini, wilayah administrasi yang terdiri dari 2 kecamatan ini terdiri dari beberapa kelurahan yakni :
1. Kecamatan Padang Panjang Barat :
a. Kelurahan Bukit Surungan.
b. Kelurahan Pasar Usang.
c. Kelurahan Pasar Baru.
d. Kelurahan Balai-Balai.
e. Kelurahan Tanah Hitam.
f. Kelurahan Kampung Manggis.
g. Kelurahan Silaing Atas.
h. Kelurahan Silaing Bawah.
2. Kecamatan Padang Panjang Timur :
a. Kelurahan Guguk Malintang.
b. Kelurahan Tanah Pak Lambik.
c. Kelurahan Koto Panjang.
d. Kelurahan Koto Katik.
e. Kelurahan Ngalau.
f. Kelurahan Ekor Lubuk.
g. Kelurahan Sigando.
h. Kelurahan Ganting.
Kemudian, berdasarkan [[peraturan daerah]] kota Padang Panjang nomor 17 tahun 2004 maka ditetapkan hari jadi kota Padang Panjang pada tanggal [[1 Desember]] [[1790]].<ref>http://www.padangpanjangkota.go.id {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071007212250/http://www.padangpanjangkota.go.id/ |date=2007-10-07 }} [http://www.padangpanjangkota.go.id/ Sejarah] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071007212250/http://www.padangpanjangkota.go.id/ |date=2007-10-07 }} (diakses pada 10 Juli 2010)</ref>
Baris 105 ⟶ 175:
[[Berkas:Rektorat ISI Padangpanjang.jpg|kiri|jmpl|[[Institut Seni Indonesia Padang Panjang|Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang]], dulunya bernama Akademi Seni Karawitan Indonesia]]
Di kota ini berdiri sekolah agama [[Islam]] yang terkenal [[Sumatra Thawalib]], yang merupakan kelanjutan dari sekolah agama yang bernama ''Surau Djembatan Besi'' yang didirikan oleh Syekh Abdullah pada masa peralihan abad ke-20.<ref>Kahin, Audrey R., (2005), ''Dari pemberontakan ke integrasi:
{| class="wikitable" style="font-size:90%;border:0px;text-align:center;line-height:120%;margin-bottom: 20px;"
Baris 144 ⟶ 214:
== Perekonomian ==
Kota Padang Panjang<ref>{{Cite book|last=Efendi|first=Feni|last2=Hazmi|first2=Nahdatul|last3=Weriantoni|last4=Wendra Yunaldi|date=2024|title=Kota Padang Panjang: Potensi Ekonomi di Bidang Wisata, Budaya, dan Sosial sebagai Kota Serambi Mekah|location=Payakumbuh|publisher=Penerbit Fahmi Karya|isbn=978-623-89016-0-9|url-status=live}}</ref> termasuk kota yang biasa-biasa saja tanpa memiliki potensi daerah yang signifikan.<ref>Penerbit Buku Kompas, (2001), ''Profil Daerah Kabupaten dan Kota'', Vol. 2, Penerbit Buku Kompas, ISBN 978-979-709-054-8.</ref> Namun dengan posisi strategis sebagai kota persingahan, pemerintah kota Padang Panjang menitik beratkan sektor [[perdagangan]] dan [[jasa]] dalam meningkatkan pendapatan perkapitanya.
Pertumbuhan ekonomi kota Padang Panjang berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan, untuk tahun 2009 tercatat sebesar 6,32 % meningkat sedikit dibandingkan pada tahun 2008 yang hanya 6,27 %.<ref>padang-today.com [http://padang-today.com/?mod=berita&today=detil&id=22778 2009, Pertumbuhan Ekonomi Padang Panjang Capai 6,32 Persen] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160116170529/http://www.padang-today.com/?mod=berita&today=detil&id=22778 |date=2016-01-16 }}</ref> Sementara karena keterbatasan bentangan alam, luas lahan pertanian yang telah dikelola oleh masyarakat baru mencapai 690 ha,<ref>http://www.padangpanjangkota.go.id {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071007212250/http://www.padangpanjangkota.go.id/ |date=2007-10-07 }} [http://www.padangpanjangkota.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=558:suir-syam--edwin-hujan-prestasi-di-kota-serambi-mekah&catid=71:feature&Itemid=484 Suir Syam – Edwin, Hujan Prestasi di Kota Serambi Mekah] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110310183623/http://www.padangpanjangkota.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=558:suir-syam--edwin-hujan-prestasi-di-kota-serambi-mekah&catid=71:feature&Itemid=484 |date=2011-03-10 }}</ref> maka sejak tahun 2009 pemerintah kota Padang Panjang telah mempersiapkan kota ini untuk dapat menjadi salah satu pusat industri kulit nasional, dalam mendorong meningkatkan perekonomian masyarakatnya.<ref>http://www.padangmedia.com {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110113192050/http://www.padangmedia.com/ |date=2011-01-13 }} [http://www.padangmedia.com/advet/index.php?mod=berita&id=53 Peringatan HUT Padang Panjang Sederhana Karena Masih Prihatin] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120612033228/http://www.padangmedia.com/advet/index.php?mod=berita&id=53 |date=2012-06-12 }}</ref>
Baris 154 ⟶ 224:
== Pers dan Media ==
Radio sebagai media penyebar Informasi pembangunan dan hiburan bagi masyarakat di Kota Padang Panjang adalah Radio
Sebagai sarana informasi dan hiburan untuk masyarakat kota Padang Panjang. Sejak tahun 2000 Radio
Kini terdapat beberapa stasiun pemancar radio di antaranya 98.6 Top FM.<ref>http://www.topfmpadangpanjang.com {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100831122641/http://www.topfmpadangpanjang.com/ |date=2010-08-31 }} [http://www.topfmpadangpanjang.com/home.html 986 Top Radio]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} (diakses pada 10 Juli 2010)</ref>
Baris 182 ⟶ 252:
{{Kota Padang Panjang}}
{{
[[Kategori:Kota Padang Panjang| ]]
[[Kategori:Kota di
[[Kategori:Kota di Indonesia|Padang Panjang]]
[[Kategori:Kota Pusaka di Indonesia]]
|