Suku Ogan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Penambahan senjata tumbuk lade |
k Penambahan dokumentasi Juli |
||
(14 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Short description|Suku bangsa di
<tr>
<td>[[File:Jenderal TNI Makmun Murod.png|80x100px]]</td>
Baris 37:
<td><small><div style="line-height:1em">Pangeran H.A. Wantjik </small></td>
</tr>
</table>
|title = Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010|year=2011|isbn = 9789790644175▼
|url = http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indonesia/index.html}}</ref>|region2=• {{flag|Sumatera Selatan}} (perkiraan)
|pop2='''500.000'''
▲|title =Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010
|langs=[[bahasa Ogan|Ogan]] (utama), [[bahasa Palembang|Melayu Palembang]]
|rels=[[Berkas:Allah-green.svg|15px]] [[Islam]] [[Sunni]]
|related=[[Suku Lampung|Lampung]], [[Suku Besemah|Besemah]], [[Suku Melayu Palembang|Melayu Palembang]]
|group=Suku Ogan<br />Hang Ugan, Jeme Ugan (ꤺꤸ ꥆꥈ ꤱꥐ)
}}
'''Suku Ogan''' ([[bahasa Ogan]]: ''Hang Ugan'', ''Jeme Ugan''; [[Surat Ulu]] (aksara Ogan): ꤺꤸ ꥆꥈ ꤱꥐ) adalah salah satu [[kelompok etnis]] yang mayoritas bermukim di [[Provinsi
== Asal-usul ==
Berdasarkan buku ''De Palembangsche Marga'' oleh Van Royen (1927), ''Eenige Bijzonderheden Omtrent Palembang'' oleh C.F.G. Praetorius (1843), ''Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië'' vol. 20 oleh Achtste Jaargang (1846) serta Bermukim di Tepian Sungai Ogan : Etnografi Masyarakat dan Budaya Ogan di Pengandonan oleh Zainal Arifin dkk. (2019). Gelombang masyarakat suku Ogan pertama dan tertua berasal dari wilayah Gunung Seminung-Pesagi pada abad ke-14 dengan pemukiman pertama berada di Ulu Tenggayak yang kini berada di wilayah administrasi Desa Mendingin, Kecamatan Ulu Ogan, Kabupaten Ogan Komering Ulu. Dari wilayah ini masyarakat Ogan pertama melakukan pembukaan rimba untuk pemukiman (''nyusuk''). Dari keturunan ini melahirkan orang-orang Ogan klasik/pertama yang meliputi [[Marga (Sumatera Selatan)|kemargaan]] Temenggungan (Ulu Ogan), Samikerian (Pengandonan), dan Aji (Semidang Aji). Dari keturunan inilah juga mereka mempelopori keadatan Ogan dan masih memelihara kesenian asal mereka yaitu kesenian Nyambai, Ngigal, dan Kulintangan. Di masa ini terjadi perubahan kultural yang sangat signifikan terutama dalam bahasa dan budaya generik, yaitu masyarakat Ogan menganut bahasa Melayu Tengah sehubungan dengan permasalahan wilayah mereka dengan orang-orang Besemah.<ref>{{Cite book|date=1846|url=https://play.google.com/books/reader?id=2GoTAAAAQAAJ&pg=GBS.PP6&hl=id&q=ogan|title=Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië|publisher=Lands-drukk.|language=nl}}</ref><ref>{{Cite book|last=FAJRI|first=ZAINAL ARIFIN|last2=SYAFNIL|first2=RAHMAN|date=2019|url=https://play.google.com/books/reader?id=LcbODwAAQBAJ&pg=GBS.PP2&hl=id|title=BERMUKIM DI TEPIAN SUNGAIETNOGRAFI MASYARAKAT DAN BUDAYA KOMUNITAS OGAN DI PENGANDONAN|publisher=IRDH|isbn=978-623-7343-44-8|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|date=1843|url=https://play.google.com/books/reader?id=0elAAAAAcAAJ&pg=GBS.PA418&hl=id|title=De indische Bij, tijdschrift ter bevordering van der Kennis der nederlandsche volkplantingen en derzelver belangen, uitgegeven door C. L. Blume: Eerste Deel. Met Platen (2 Bl. IV, 664 S.|publisher=Hazenberg|language=nl}}</ref>
[[Berkas:UBLOHS Or 27 005 30 album 1 051 (Tubohan Ogan Oeloe).png|jmpl|Kesenian Ngigal Ogan yang ditarikan pejabat marga di Desa Tubohan Marga Semidang Alun II Suku III pada tahun 1906 . Tarian ini sarat dengan warisan Seminung-Pesagi dengan mengelilingi ''pencang'' (tiang pinang) dan gerakan merentang tangan.]]
Gelombang selanjutnya datang dari rombongan orang-orang Bangkahulu/Sungai Serut/Bengkulu yang melalui wilayah Ulu Tenggayak dan berakhir bermukim di wilayah Ogan Tengah yang menjadi marga Semidang Alun II Suku III, kini menjadi wilayah Semidang Aji. Berdasarkan silsilah dan hikayat marga ini, mereka adalah keturunan dari Raden Cili Mangkusa atau R. Kasegeni, anak penguasa Bangkahulu yaitu Ratu Agung. Marga ini tersebar dari desa Ulak Pandan sampai ke Pandan Dulang.
Setelah itu, orang-orang Ogan pertama ini melakukan penyebaran hingga ke wilayah Muara Kuang (Ulakan) seiring dengan padatnya wilayah Ogan Ulu. Dalam perjalanan waktu, wilayah Ogan Ulakan mengalami kedatangan baru baik dari wilayah Rambang, Palembang, dan Jawa. Contohnya, Desa Lubuk Rukam yang leluhurnya berasal dari Demak (Jawa), Desa Saung Naga Peninjauan dari Rambang Niru, Kelampadu dan Lubuk Batang dari Palembang. Beberapa desa di Ogan ada yang datang dari wilayah Besemah seperti desa Panggal-panggal namun kedatangan mereka jauh lebih belakangan dan tidak sebanyak pemukim awal. Seiring waktu, mereka berasimilasi dengan pemukim awal dan mengadopsi adat, kesenian, dan budaya Ogan.<ref>{{Cite web|date=2014-06-15|title=SEJARAH|url=https://lubukrukammadani.wordpress.com/sejarah/|website=DESA LUBUK RUKAM|language=id-ID|access-date=2024-05-31}}</ref><ref>{{Cite web|date=2017-02-19|title=Desa Saung Naga|url=https://saungnagapeninjuan.wordpress.com/2017/02/20/desa-saung-naga/|website=Desa Saungnaga|language=id-ID|access-date=2024-05-31}}</ref>
Merunut kepada temuan arkeologis di Gua Harimau, salah satu peninggalan zaman purba di wilayah Sumatera Selatan, menunjukkan bahwa peradaban disekitar Sungai Ogan sudah berumur puluhan ribu tahun, bahkan diperkirakan telah ada sejak masa zaman es. Penghuni gua-gua purba ini, awalnya merupakan komunitas Ras Australomelanesoid. Berdasarkan Buku Gua Harimau dan Perjalanan Panjang Peradaban OKU (2015), hubungan masyarakat di Gua Harimau dan pemukim-pemukim Ogan modern seperti Marga Aji masih belum ditemukan kaitan keturunan yang pasti mengingat rentang waktu di antaranya kedua peradaban sangatlah jauh.<ref>{{Cite book|last=Fauzi dkk.|first=|date=2015|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/4739/|title=Gua Harimau dan Perjalanan Panjang Peradaban OKU|location=Jakarta|publisher=Pusat Penelitian Arkeologi Nasional|isbn=978-602-386-031-9|pages=47-48|url-status=live}}</ref>
<!--Sumber lain mengatakan bahwa nenek moyang dari suku Ogan diduga ada yang berasal dari dataran tinggi di Tengkuk gunung pesagi Lampung jika di perhatikan dari sejarah kerajaan sekala brak keturunan sekala brak adalah penggagas berdirinya Sriwijaya dan kerajaan sekala brak tidak pernah dikalahkan oleh sriwijaya karena sriwijaya asal mula dari sriwijaya hal tersebuat ada benarnya, Palembang dan Demak dan Jipang Jawa, diantaranya yang tercatat adalah:
Baris 68 ⟶ 74:
=== Kabupaten Ogan Komering Ulu ===
Kabupaten Ogan Komering Ulu terletak 200 km ke selatan dari Kota Palembang. Kabupaten ini berpusat di Kota Baturaja. Mayoritas penduduk OKU merupakan petani kopi dan karet. Mayoritas Suku Ogan bermukim dan tinggal di kabupaten ini dan merupakan satu-satunya kabupaten mayoritas Suku Ogan di Sumatera Selatan. Suku Ogan sendiri dapat ditemui hampir di semua kecamatan atau [[Marga (Sumatera Selatan)|marga]] di OKU selain Kecamatan Sosoh Buay Rayap dan Lengkiti yang merupakan wilayah Suku Komering dan Daya terutama di pinggiran Sungai Ogan. Beberapa kecamatan dan desa yang merupakan daerah Suku Ogan antara lain<ref>{{Cite web|last=Densiusman|date=Rabu, 23 Mei 2012|title=densiusman: PENGGUNA BAHASA OGAN|url=http://densi-usman.blogspot.com/2012/05/pengguna-bahasa-ogan.html|website=densiusman|access-date=2022-03-02}}</ref> :
{| class="wikitable sortable"
!'''No'''
!'''Kecamatan'''
!'''Desa/Kelurahan'''
!'''[[Marga (Sumatera Selatan)|Marga]]'''
|-
| rowspan="7" |1
Baris 171 ⟶ 177:
|Raksa Jiwa
|-
|Pengaringan (
|-
|Seleman
Baris 363 ⟶ 369:
=== Marge ===
Marge atau Marga adalah salah satu sistem pemerintahan tradisional di Uluan dengan struktur dan aturan yang berlaku di [[
Suku Ogan memiliki beberapa marge dan sampai sekarang ini masih dijaga sebagai wujud pelestarian identitas dan budaya. Beberapa orang Ogan pun bahkan menyematkan nama marga di belakang namanya seperti marga Samikerian. Marge-marge Ogan tersebut antara lain :
Baris 379 ⟶ 385:
== Budaya ==
Mayoritas masyarakat suku Ogan adalah pemeluk agama [[Islam]], meskipun terdapat juga sebagian kecil penduduk yang memeluk agama [[Kristen]] [[Katolik]] {{dubious}}. Masyarakat suku Ogan yang Muslim adalah pemeluk Islam yang taat. Sehingga hampir seluruh budaya dan adat-istiadat mereka dipengaruhi oleh budaya Islam dan Melayu. Hal ini terlihat dari beberapa tradisi yang telah mereka miliki sejak lama.
=== Pernikahan ===
Baris 388 ⟶ 394:
Hajat Batin dan Ngukus merupakan perayaan yang dilakukan oleh masyarakat jelang pernikahan. Hajat Batin adalah acara bagi laki-laki dalam suatu kampung yang utamanya bapak-bapak untuk melakukan kegiatan penunjang jelang upacara pernikahan. kegiatan yang dilakukan adalah bahu membahu mendirikan tenda dilokasi acara. Ada dua jenis tenda yang mereka dirikan. Tenda pertama adalah tenda utama untuk gelaran resepsi atau sedekah. Tenda kedua adalah tenda yang kelak akan dipakai oleh para rebai (hebai/ibu ibu) dalam aktivitas Ngukus. Ngukus sendiri adalah acara bagi perempuan, utamanya bagi ibu-ibu, untuk menyiapkan bahan makanan untuk keluarga besan dan para tetamu yang kelak hadir dalam acara sedekah atau resepsi. Hingga saat ini tradisi ini masih sering ditemukan di beberapa wilayah kediaman suku Ogan, yang tujuannya adalah menjalin erat silaturrahmi sesama warga masyarakat.
[[Berkas:Infografis Beturut Suku Ogan.png|jmpl|402x402px|Infografis ragam tradisi adat Beturut atau Arak-arakan Suku Ogan. Suku Ogan Uluan sangat kental dengan kebudayaan kuno terutama peninggalan Seminung-Pesagi dan Bangkahulu seperti Tari Nyambai, sementara Suku Ogan Ulakan sudah mengadopsi pengaruh dari luar seperti penggunaan ''tanjidur'' yang merupakan peninggalan musik Eropa.]]
[[Berkas:Juli Ogan.jpg|jmpl|Juli atau Jempane, perlengkapan keagungan tradisi Suku Ogan bagian Ulak (hilir) di Peninjauan, Kedaton Peninjauan Raya, dan Muara Kuang.]]
Pengadangan adalah perayaan unik menjelang akad nikah dilangsungkan, yang cara melakukannya adalah dengan berusaha menghalang-halangi pengantin pria dengan menggunakan sebuah selendang panjang. Agar bisa melewati selendang tersebut, mempelai pria beserta rombongannya harus memenuhi apa saja permintaan dari mempelai wanita. Selain sebagi bentuk penghormatan, pengadangan juga dilaksanakan untuk mempererat silaturahmi antar dua keluarga yang akan disatukan dalam suatu pernikahan. Dalam prosesi pengadangan, pihak mempelai pria akan diiringi dengan tetabuhan rebana, dan tidak lupa membawa berbagai barang seserahan yang diinginkan oleh mempelai wanita. Pada saat pengadangan dibutuhkan seorang juru bicara yang berasal dari pemangku adat yang bertugas untuk meyakinkan pihak mempelai wanita. Setelah persetujuan disepakati kedua belah pihak, kemudian dilanjutkan dengan prosesi akad nikah. Setelah akad nikah diucapkan, dan kedua mempelai telah sah secara adat dan hukum negara, pesta pernikahan kemudian dimeriahkan dengan tarian penghibur pengantin.<ref>[https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/pengadangan-tradisi-pernikahan-adat-suku-ogan Indonesia Kaya: Pengadangan, Tradisi Pernikahan Adat Suku Ogan]. Diakses 3 Maret 2019.</ref><ref>[https://majalahteras.com/tradisi-pernikahan-adat-suku-ogan Majalah Teras: Tradisi Pernikahan Adat Suku Ogan]. 14 September 2017. Diakses 4 Maret 2019.</ref>
[[Berkas:Sigukh-ogan.png|jmpl|230x230px|Sigukh Lingkuk Lime. Model lama dari hiasan kepala wanita Suku Ogan wilayah Uluan (Semidang Aji, Pengandonan, Muara Jaya, dan Ulu Ogan) dengan ciri lima lekuk. Dalam beberapa literatur Belanda seperti ''Indische Bij'' dapat disebut juga dengan ''tajook'' atau ''pilis''.]]
Sementara Ningkuk adalah perayaan menjelang akad pernikahan lainnya, yang merupakan salah satu kebudayaan yang masih ada khususnya di wilayah [[Kabupaten Ogan Komering Ulu]]. Berbeda dengan Pengadangan, yang mengikuti dan melaksanakan acara Ningkuk adalah pemuda dan pemudi yang merupakan sahabat atau kerabat dari kedua mempelai pengantin. Perbedaan lainnya adalah saat datang ke acara Ningkuk, pemuda harus menjemput dan meminta izin pada orang tua pemudi yang diajaknya ke acara Ningkuk. Setelah acara selesai, pemuda itu harus mengantarkan pulang kembali pemudi yang diajaknya ke acara Ningkuk tadi. Pelaksanaan tradisi Ningkuk biasanya dimulai setelah acara resepsi pernikahan dilaksanakan. Tradisi ini awalnya dilakukan dengan dikumpulkannya pemuda dan pemudi yang memiliki hubungan dekat (dalam hal ini teman atau sahabat, bisa juga kerabat) dengan kedua mempelai. Setelah itu mereka dibagi menjadi dua kelompok yang terdiri atas kelompok pemuda dan kelompok pemudi. Dalam pelaksanaannya, tradisi ini melibatkan kedua mempelai yang berperan sebagai raja dan ratu serta seorang moderator yang menjadi pemandu acara yang menjelaskan aturan Ningkuk tersebut sebelum dimulai. Dalam pelaksanaannya, tiap kelompok pemuda dan pemudi akan diberikan sarung, yang nantinya akan diberikan secara bergantian antar kelompok. Pada saat prosesi tukar menukar sarung, sebagai penentu atau acuan waktu akan diputar sejumlah lagu, yang jumlahnya bisa satu atau lebih. Ketika kemudian lagu dimatikan, maka pemuda dan pemudi yang memperoleh sarung paling akhir akan diberikan hukuman oleh kedua mempelai. Hukuman tersebut dapat berupa menyanyi, berjoget, pantun, puisi, dan sebagainya. Pada saat acara akan memasuki bagian akhir, pemuda diperbolehkan untuk menyatakan perasaannya pada pemudi idamannya yang hadir pada ritual tersebut. Jika tidak dapat menyampaikannya secara langsung, pemuda tersebut dapat juga melakukannya dengan memberikan surat yang nantinya akan disampaikan oleh moderator.<ref>[https://budaya-indonesia.org/Tradisi-Ningkuk Budaya Indonesia: Tradisi Ningkuk]. 5 Agustus 2018. Diakses 4 Maret 2019.</ref>
Baris 417 ⟶ 424:
Senjata khas dari Suku Ogan antara lain ''Tumbuk Lade'' (sejenis badik), ''Kekhis'' (Keris), ''Kujur'' (Tombak), ''Gerahang'' (Parang), ''Beliyung'' (Kapak) dan berbagai jenis pisau seperti ''Sungkur'', ''Uncoh'', ''Lading'' dan ''Landai.''
===
[[Berkas:Ngibing source Afriadi.ogg|jmpl|Tari Ngibing yang dipentaskan Masyarakat Ogan di Desa Kelumpang, Ulu Ogan (Marga Temenggungan), OKU,
Dalam budaya Suku Ogan, terdapat sebuah tradisi tua yang sangat unik dan melekat pada identitas Suku Ogan, yaitu Ngibing<ref>{{Cite web|title=Tari Ngibing Asal OKU Ditampilkan Pada Acara Taman Mini Menari|url=http://sriwijayaonline.com/46722-tari-ngibing-asal-oku-ditampilkan-pada-acara-taman-mini-menari.html|website=Lahat Online|access-date=2022-02-20}}</ref>. Ngibing atau ''Nyambai''/ ''Timpungan''/''Tari Undan'' adalah kesenian tari kelompok yang bertujuan untuk menyambut tamu kehormatan dan pelengkap acara pernikahan (payuan) serta Ningkukan. Jumlah para penari Ngibing tidak terbatas dan dapat diikuti oleh semua orang. Pada tari Ngibing para perempuan baik gadis maupun khebai menari dengan gerakan yang gemulai dan konstan sementara para laki-laki baik bujang maupun batin ikut menari dengan mengibaskan selendang atau undan. Durasi tarian tidak memiliki ketentuan dan disesuaikan dengan kondisi acara, tarian ini ditutup dengan pengalungan selendang atau ''undan'' dari pihak laki-laki ke perempuan atau kepada tokoh penting ketika acara penyambutan.
Baris 424 ⟶ 431:
Kesenian Ngibing ini sangat umum ditemukan dalam semua acara adat Suku Ogan walaupun kini mulai terbatas dan lebih dipentaskan pada acara penyambutan dan pernikahan di [[Ulu Ogan, Ogan Komering Ulu|Kecamatan Ulu Ogan]], [[Pengandonan, Ogan Komering Ulu|Pengandonan]] dan [[Muara Jaya, Ogan Komering Ulu|Muara Jaya]] di [[Kabupaten Ogan Komering Ulu|Ogan Komering Ulu]].
Berdasarkan catatan C.F.G Praetorius, selain Ngibing, kesenian tari Ogan juga mencakup kesenian Nyambai, Begandai dan Ngigal yang khusus dipentaskan oleh laki-laki<ref>{{Cite book|last=Praetorius|first=C. F. E.|date=1843|url=https://books.google.co.id/books/about/Eenige_bijzonderheden_omtrent_Palembang.html?id=E6R5bQALYr8C&redir_esc=y|title=Eenige bijzonderheden omtrent Palembang|publisher=Hazenberg en Comp|language=nl}}</ref>.
=== Rumah Adat ===
Baris 447 ⟶ 456:
=== Lain-lain ===
Selain pernikahan, aspek lain dari budaya suku Ogan adalah sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, sistem peralatan dan perlengkapan, sistem kemasyarakatan, sistem ekonomi, bahasa, dan kesenian. Dari bidang seni, terdapat beberapa seni tari asli yang berasal suku Ogan, yaitu Tari Ngibing atau Tari Undan dan Rudat Ogan<ref>{{Cite web|title=Planet Agape: Orang Ogan Katolik di Batu Putih
== Lihat pula ==
Baris 458 ⟶ 467:
* {{id}} [http://www.duniaindra.com/2016/10/menyimak-tradisi-ogan-jelang-suatu.html Dunia Indra: Menyimak Tradisi Ogan Jelang Suatu Perayaan]
[[Kategori:Kelompok etnik di Indonesia|Ogan]]
[[Kategori:Suku bangsa di Sumatra]]
[[Kategori:Suku bangsa di
|