Megalodon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Taylorbot (bicara | kontrib)
per BPA : taksonomi, tingkat FAMILI | t=649 su=7 in=8 at=7 -- only 25 edits left of totally 33 possible edits | edr=000-0001(!!!) ovr=010-1111 aft=000-0001
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Short description|Spesies hiu raksasa punah dari 23 sampai 3.6 juta tahun yang lalu}}
{{Speciesbox
{{Infobox spesies
| authority = Agassiz, 1835
| genus = Otodus
| species = megalodon
| fossil_range = {{longitem|[[Aquitanium|Miosen Awal]]–[[Zankleum|Pliosen Awal]], sekitar {{Geological range|23|3.6|earliest=28|latest=1.8}}}}
| image = Megalodon shark jaws museum of natural history 068.jpg
| image_caption = Peraga rahang megalodon di [[Museum Sejarah Alam Amerika]]
| nom_binomial = {{extinct}}''Otodus megalodon''
| sinonimssynonyms =
{{collapsible list|title=Daftar Sinonim|
{{collapsible list|title=Genus ''Carcharias''|
Baris 134 ⟶ 137:
Permodelan lain yang terkait dengan evolusi genus ini, yang diusulkan oleh Casier pada tahun 1960, adalah permodelan yang menyatakan bahwa nenek moyang langsung ''Carcharocles'' adalah hiu ''[[Otodus obliquus]]'', yang hidup sekitar 60 juta tahun yang lalu hingga 13 juta tahun yang lalu pada kala [[Paleosen]] dan [[Miosen]].<ref name="FSP" /><ref name="C" /> Berdasarkan permodelan ini, ''O. obliquus'' berevolusi menjadi ''O. aksuaticus'', yang kemudian berevolusi menjadi ''C. auriculatus'', dan kemudian menjadi ''C. angustidens'', dan lalu menjadi ''C. chubutensis'', dan akhirnya menjadi ''C. megalodon''. Selama proses evolusi ini, gerigi pada gigi semakin bertambah, [[Gigi#Bagian-bagian gigi|mahkota gigi]] semakin melebar, bentuk gigi menjadi semakin seperti segitiga, dan [[:wikt:kuspis gigi|kuspis]] [[Daftar istilah anatomi#Istilah untuk perbandingan|lateralnya]] menghilang.<ref name="H" />{{rp|28–31}}<ref name="C" /> Genus ''Otodus'' sendiri berasal dari ''[[Cretolamna]]'', genus hiu dari zaman [[Kapur (periode)|Kapur]].<ref name="Shimada2016" /><ref name="otodusmegalodon">{{cite journal|last=Siverson |first=Mikael |author2=Johan Lindgren |author3=Michael G. Newbrey |author4=Peter Cederström |author5=Todd D. Cook |title=Late Cretaceous (Cenomanian-Campanian) mid-palaeolatitude sharks of ''Cretalamna appendiculata'' type |journal=Acta Palaeontologica Polonica |year=2013 |doi=10.4202/app.2012.0137 |page=2 |url=http://www.app.pan.pl/archive/published/app58/app20120137_acc.pdf |format=PDF |deadurl=bot: unknown |archiveurl=https://web.archive.org/web/20131019193239/http://www.app.pan.pl/archive/published/app58/app20120137_acc.pdf |archivedate=19 Oktober 2013}}</ref>
 
Terdapat pula permodelan evolusi ''Carcharocles'' yang diusulkan oleh paleontolog [[Michael Benton]] pada tahun 2001. Berdasarkan permodelan ini, tiga spesies lain di dalam genus tersebut sebenarnya adalah satu spesies hiu yang secara perlahan mengalami perubahan pada kala Paleosen dan Pliosen, sehingga menjadikannya sebagai sebuah [[kronospesies]].<ref name="H" />{{rp|17}}<ref name="CA" /><ref>{{cite journal|last=Benton|first=M. J.|last2=Pearson|first2=P. N.|year=2001|title=Speciation in the fossil record|url=https://archive.org/details/sim_trends-in-ecology-evolution_2001-07_16_7/page/405|journal=Trends in Ecology and Evolution|volume=16|issue=7|pages=405–411|pmid=11403874|doi=10.1016/s0169-5347(01)02149-8}}</ref> Benton juga berpendapat bahwa ''C. auriculatus'', ''C. angustidens'', dan ''C. chubutensis'' sebaiknya digolongkan sebagai satu spesies di dalam genus ''Otodus'', sehingga ''C. megalodon'' menjadi satu-satunya anggota ''Carcharocles''.<ref name="CA" /><ref name="AN" />
 
Genus ''Carcharocles'' mungkin juga bukan genus yang sah, dan megalodon bisa saja masuk ke dalam genus ''Otodus'', yang akan mengubah namanya menjadi ''Otodus megalodon''.<ref name=cappetta /> Hasil penelitian terhadap hiu-hiu [[Paleogen]] yang dilakukan oleh [[Henri Cappetta]] pada tahun 1974 membentuk [[subgenus]] ''Megaselachus'' dan menggolongkan megalodon sebagai ''Otodus'' (''Megaselachus'') ''megalodon'' bersama dengan ''O. (M.) chubutensis''. Kemudian, berdasarkan hasil peninjauan terhadap kelas ''[[Chondrichthyes]]'' dari tahun 2006, status ''Megaselachus'' diangkat menjadi genus, dan kedua hiu tersebut digolongkan sebagai ''Megaselachus megalodon'' dan ''M. chubutensis''.<ref name=cappetta>{{cite book|last=Cappetta|first=H.|authorlink=Henri Cappetta|year=1987|title=Handbook of Paleoichthyology|publisher=Friedrich Pfeil|chapter=Mesozoic and Cenozoic Elasmobranchii|volume=3B|location=München, Germany|isbn=978-3-89937-046-1|oclc=829906016}}</ref> Penemuan fosil yang telah dikaitkan dengan genus ''[[Megalolamna]]'' pada tahun 2016 membuat para ilmuwan meninjau ulang genus ''Otodus'', dan lalu menyimpulkan bahwa genus ini bersifat [[parafiletik]], atau dalam kata lain genus ini terdiri dari suatu nenek moyang bersama, tetapi tidak mencakup semua keturunannya. Jika hiu-hiu ''Carcharocles'' dimasukkan ke dalam genus ''Otodus'', maka genus tersebut akan menjadi genus [[monofiletik]], dan [[takson saudara|klad saudaranya]] adalah ''Megalolamna''.<ref name="Shimada2016" />
Baris 993 ⟶ 996:
=== Mangsa ===
[[Berkas:Meg bitten cetacean vertebra.jpg|jmpl|[[Vertebra]] paus dengan bekas gigitan megalodon]]
Hiu pada umumnya adalah hewan yang oportunistik, yaitu mendapatkan nutrisi dari berbagai sumber. Walaupun begitu, besar tubuh megalodon, kecepatan berenangnya yang tinggi, rahangnya yang kuat, dan gigi yang tajam menunjukkan bahwa hiu ini merupakan [[predator puncak]] yang mampu memangsa berbagai jenis hewan. Kemungkinan hewan ini merpakanmerupakan salah satu predator terkuat yang pernah ada.<ref name="G" />{{rp|71–75}}<ref name="GWB" /> Penelitian terhadap [[isotop kalsium]] pada hiu dan [[pari]] dari subkelas ''[[Elasmobranchii]]'' (yang sudah punah maupun yang masih ada) menunjukkan bahwa megalodon berada pada tingkatan trofik yang lebih tinggi daripada hiu putih saat ini, atau dalam kata lain posisi megalodon di [[rantai makanan]] lebih tinggi.<ref name="Martin2015">{{cite journal|last1= Martin|first1= J. E.|last2= Tacail|first2=T.|last3=Sylvain|first3=A.|last4=Catherine|first4= G.|last5= Vincent|first5= B.|title=Calcium isotopes reveal the trophic position of extant and fossil elasmobranchs|journal=Chemical Geology|year=2015|pages= 118–125 |doi=10.1016/j.chemgeo.2015.09.011|volume=415|bibcode= 2015ChGeo.415..118M}}</ref>
 
Bukti fosil menunjukkan bahwa megalodon memangsa banyak [[cetacea]], seperti lumba-lumba dan paus.<ref name=prothero /><ref name="collareta" /><ref name="WGWS">{{cite journal|last=Morgan|first=Gary S.|title=Whither the giant white shark?|url=https://www.priweb.org/files/pubtext/item_pdf_289.pdf|journal=Paleontology Topics|year=1994|volume=2|issue=3|pages=1–2|deadurl=yes|archiveurl=https://web.archive.org/web/20160722045756/https://www.priweb.org/files/pubtext/item_pdf_289.pdf|archivedate=22 Juli 2016|df=}}</ref> Selain itu, mereka juga memburu [[anjing laut]], [[sirenia]], dan penyu besar.<ref name="GTWT" /> Hiu ini tidak hanya oportunistik, tetapi juga merupakan pemakan ikan, termasuk ikan-ikan yang lebih kecil dan hiu-hiu lainnya.<ref name=prothero>{{cite book|url={{google books|plainurl=yes|id=QjkjBQAAQBAJ|page=96}}|first=D. R.|last=Prothero|year=2015|title=The Story of Life in 25 Fossils|chapter=Mega-Jaws|publisher=[[Columbia University Press]]|location=New York, New York|pages=96–110|isbn=978-0-231-17190-8|oclc=897505111}}</ref> Banyak tulang paus yang ditemukan dengan luka yang dalam, yang kemungkinan dihasilkan oleh gigitan megalodon.<ref name="GWS" /><ref name="G" />{{rp|75}} Berbagai kegiatan penggalian telah menemukan gigi megalodon yang terletak di dekat sisa-sisa paus yang telah digigit,<ref name="G" />{{rp|75}}<ref name="C" />
Baris 1.022 ⟶ 1.025:
== Kepunahan ==
=== Perubahan iklim ===
Pada saat megalodon masih mengarungi lautan, Bumi mengalami berbagai perubahan yang berdampak terhadap kehidupan di laut. Pendinginan yang mulai terjadi pada kala Oligosen sekitar 35 juta tahun yang lalu akhirnya berujung pada glasiasi di wilayah kutub. Peristiwa-peristiwa geologis mengubah arus dan [[Presipitasi (meteorologi)|presipitasi]]; salah satu dari peristiwa tersebut adalah tertutupnya [[Jalur Laut Amerika Tengah]] dan perubahan di [[Samudra Tethys]] yang turut berperan mendinginkan lautan. Akibat terhentinya [[Arus Teluk]], air yang kaya akan [[nutrien]] tidak dapat menjangkau ekosistem laut, sehingga sumber makanan megalodon pun terkena imbasnya. Hewan ini tidak tersebar di perairan yang dingin dan mereka mungkin tidak mampu mempertahankan panas metabolis yang cukup, sehingga wilayah persebaran mereka pun semakin menyusut akibat pendinginan lautan.<ref name="WGWS" /><ref name=elasmo>{{cite web|url=http://www.elasmo-research.org/education/evolution/megalodon_extinction.htm|title=The Extinction of Megalodon|publisher=Biology of Sharks and Rays|accessdate=31 Agustus 2017|archive-date=2017-02-19|archive-url=https://archive.phtoday/20170219214534/http://www.elasmo-research.org/education/evolution/megalodon_extinction.htm|dead-url=no}}</ref><ref name="LNOC" /> (walaupun hal ini masih dipertentangkan, lihat di bawah) Bukti fosil menunjukkan bahwa megalodon tidak lagi ditemukan di perairan yang mengalami pendinginan secara signifikan pada kala Pliosen.<ref name="G" />{{rp|77}} Sementara itu, fluktuasi permukaan laut terbesar pada masa [[Senozoikum]] berlangsung pada [[Plio-Pleistosen]] sekitar 5 juta hingga 12 ribu tahun yang lalu; fluktuasi ini disebabkan oleh meluasnya gletser di kutub, yang sangat berdampak terhadap lingkungan pesisir, dan hal ini mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kepunahan megalodon dan megafauna laut lainnya.<ref name=griffin2017 /> Perubahan ini (terutama penurunan permukaan laut) mungkin juga mengurangi perairan air hangat yang dangkal. Perairan semacam ini sangat dibutuhkan oleh anak megalodon, alhasil reproduksi pun terhambat.<ref name=elasmo />
 
Namun, hasil analisis terhadap persebaran megalodon menunjukkan bahwa perubahan suhu tidak berdampak langsung terhadap kepunahannya. Persebaran megalodon pada kala Miosen dan Pliosen tidak berkorelasi dengan tren pemanasan dan pendinginan; walaupun keberlimpahan dan persebaran megalodon mengalami kemunduran pada kala Pliosen, megalodon terbukti mampu menghuni perairan di lintang yang lebih dingin. Mereka dapat ditemukan di perairan dengan rata-rata suhu yang berkisar dari 12 hingga 27&nbsp;°C, dengan rentang suhu secara keseluruhan sebesar 1 hingga 33&nbsp;°C, sehingga menyiratkan bahwa cakupan habitat yang sesuai untuk megalodon seharusnya tak terlalu terdampak oleh perubahan suhu.<ref name="Pimiento2016" /> Hal ini sesuai dengan kemungkinan bahwa hewan ini bersifat [[mesotermik]].<ref name="Ferrón2017" />