Menyalahkan korban: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Perubahan Kognitif
Dpratiwi (bicara | kontrib)
mengembangkan artikel
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 5:
Ilmu [[viktimologi]] bertujuan untuk mengurangi prasangka buruk terhadap korban dan pandangan keliru bahwa korban bertanggung jawab atas perlakuan yang dilakukan oleh pelaku tindakan kriminal atau tindakan yang merugikan tersebut.<ref>{{cite journal |doi=10.1177/0886260511403752 |pmid=21602202 |title=Is Knowledge Power? The Effects of a Victimology Course on Victim Blaming |year=2011 |last1=Fox |first1=K. A. |last2=Cook |first2=C. L. |journal=[[Journal of Interpersonal Violence]] |volume=26|issue=17 |pages=3407–3427}}</ref> Di masa lalu dan masa kini, terdapat prasangka buruk terhadap korban kekerasan rumah tangga dan korban kekerasan atau pelecehan seksual, seperti adanya kecenderungan untuk menyalahkan korban pemerkosaan dibandingkan korban pencurian jika korban dan pelaku mengenal satu sama lain sebelum tindakan kriminal tersebut terjadi.<ref>{{cite journal |pages=1785–97 |doi=10.1177/0886260510372945 |title=Blaming the Victim and Exonerating the Perpetrator in Cases of Rape and Robbery: Is There a Double Standard? |year=2010 |last1=Bieneck |first1=S. |last2=Krahe |first2=B. |journal=Journal of Interpersonal Violence |volume=26 |issue=9 |pmid=20587449|url=https://nbn-resolving.org/urn:nbn:de:kobv:517-opus4-402907 }}</ref>
== Penciptaan istilah ==
Psikolog William Ryan menciptakan dan mempopulerkan istilah "menyalahkan korban" di dalam bukunya "Blaming the Victim" pada tahun [[1971]].<ref>{{Cite book |isbn = 9780394417264|title = Blaming the Victim|url = https://archive.org/details/blamingvictim0000ryan|last1 = Ryan|first1 = William|year = 1971}}</ref><ref name="Cole07">Cole (2007) pp.111, 149, 213</ref><ref name="Dows98p24">Downs (1998) p. 24</ref><ref name="Kirkpatrick87p219">Kirkpatrick (1987) p. 219</ref><ref name="Kent03">Kent (2003)</ref> Di dalam bukunya, Ryan menjelaskan penyalahan korban sebagai [[ideologi]] yang digunakan untuk membenarkan rasisme dan ketidakadilan sosial terhadap orang kulit hitam di [[Amerika Serikat]]. William Ryan fokus pada isu sosial kemiskinan yang disebabkan oleh [[rasisme]] dan ketidaktahuan dari kelompok yang kurang mampu (orang miskin) (Alfi, Halwati, 2019). Dia percaya bahwa faktor-faktor ini merupakan penyebab utama masalah yang terjadi, selain dari warna kulit dan kemiskinan itu sendiri. Blaming the victim adalah mencari dan menemukan pembenaran dengan memanfaatkan cacat atau celah yang dibuat oleh korban. Sehingga, korban menjadi patut dipersalahkan atas bencana yang terjadi (Alfi, Halwati, 2019). Blaming the victim biasanya sering terjadi pada kasus [[pelecehan seksual]], penyerangan seksual, dan [[pemerkosaan]], di mana korban seringkali dituduh memancing serangan karena pakaian atau perilaku korban. Salah satu blaming the victim yang kasusnya ada dimana-mana ialah kasus pelecehan seksual. Menurut Sulistio & Putra (2023), Komnas Perempuan menyatakan bahwa pelecehan seksual adalah salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan, yang tidak memandang usia, baik anak-anak maupun dewasa. [[Komisi Perlindungan Anak Indonesia]] (KPAI) mencatat lebih dari seratus kasus kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia pada Januari hingga Februari 2023. Selama periode tersebut, kasus [[kekerasan seksual]] terhadap anak adalah yang paling banyak dilaporkan. Perilaku blaming the victim secara [[verbal]] terjadi ketika seseorang menggunakan kata-katanya untuk menyalahkan korban, dengan menyatakan atau mengklaim bahwa korban pantas menerima perlakuan yang diterimanya. Kecenderungan masyarakat untuk melakukan blaming the victim semakin mengabaikan korban dan bahkan membuatnya terasing dari lingkungannya. Akibatnya, korban menjadi semakin sulit untuk menentukan arah hidupnya, merasa tidak berdaya, dan putus asa.
 
== Pengulangan traumatisasi terhadap korban pelecehan seksual ==