Amangkurat IV: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k ~ |
||
(7 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox royalty
| name = Amangkurat IV<br />{{java|
| title = Sunan Jawi
| titletext =
Baris 20:
| birth_date = 1680
| birth_place = {{negara|Kesultanan Mataram}} [[Kartasura, Mataram]]
| death_date =
| death_place = {{negara|Kesultanan Mataram}} [[Kartasura, Mataram]]
| burial_place = [[Pemakaman Imogiri|Astana Pakubuwanan]], [[Imogiri, Bantul]], [[Yogyakarta]]
Baris 37:
| temple name =
| native_lang1 = [[Bahasa Jawa]]
| native_lang1_name1 =
| house = [[Wangsa Mataram|Mataram]]
| father = [[Pakubuwana I]]
Baris 48:
}}
'''Amangkurat IV''' ({{lang-jv|
== Silsilah ==
Baris 72:
Pada tahun 1719 Pakubuwana I mangkat, selanjutnya Raden Mas Suryaputra, menggantikan posisi ayahnya sebagai raja Mataram. Namun, ia tidak mengambil gelar Pakubuwana tetapi bergelar Amangkurat IV, meneruskan gelar saudara sepupuya yaitu Amangkurat III.
Di tengah-tengah era kepemimpinan Amangkurat IV, suksesi takhta Jawa kembali terjadi. Perebutan pucuk penguasa Mataram tak bisa dihindari, berdampak besar bagi Mataram, juga wilayah-wilayahnya di mancanagara. Dan karena kurang berkenannya banyak keluarga karaton atas penobatan Amangkurat IV, rakyat Jawa kemudian terpecah kepercayaannya, menjadi lima kubu, yaitu pihak Amangkurat IV kemudian ketiga saudaranya, yaitu; Pangeran Purbaya, Pangeran Balitar, [[Panembahan Heru Cokro Madhiun|Arya Dipanagara]], dan juga Pangeran Arya Mataram (paman Amangkurat IV).
Sementara itu Pangeran Balitar mencoba mendirikan kembali bekas istana [[Sultan Agung]], yang diberi nama Kartasekar dan mengkuhkan diri sebagai Sultan Ibnu Mustafa Pakubuwana. Disusul Arya Dipanagara mengukuhkan diri bergelar [[Panembahan Heru Cokro Madhiun|Panembahan Herucakra]], beristana di [[Madiun]]. Sementara itu, Arya Mataram memilih mengungsi dari Kartasura menuju pesisir utara. Setelah sampai di Santenan (Cengkal Sewu), pasukan Arya Mataram bergerak dan menyerang wilayah Grobogan, Warung, Blora dan Sesela.<ref name ="babadkarta1">{{cite book | author= R. Ng. Yasadipura I | year = 1729-1803 | title= Babad Kartasura | location = Jakarta }}</ref>
=== Meredamkan pemberontakan ===
|