(85 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Short description|Indonesian ethnic group}}
{{Undue weight|date=Desember 2024}}
{{Bedakan|Suku Kao}}
{{Kegunaan lain|Karo}}
Baris 58 ⟶ 59:
}}
'''BatakSuku Karo''' ([[Surat Batak]]: {{batk|ᯂᯞᯂ᯳ ᯆᯗᯂ᯳ ᯂᯒᯭ}}, [[Alih aksara|transliterasi]]: ''Kalak'' Batak Karo; lazim disebut sebagai '''Karo''' saja) merupakan salah satu kelompok [[Kelompok etnik|etnis]] [[Suku Batak|Batak]] yang menyebar dan menetap di [[Tanah Karo]] (mendiami wilayah [[Sumatra Utara]] dan sebagian [[Aceh]]; meliputi Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]], sebagian Kabupaten [[Kabupaten Aceh Tenggara|Aceh Tenggara]], [[Kabupaten Langkat|Langkat]], [[Kabupaten Dairi|Dairi]], [[Kabupaten Simalungun|Simalungun]], [[Kabupaten Deli Serdang|Deli Serdang]], Kota [[kota Medan|Medan]], dan Kota [[Kota Binjai|Binjai]]). Etnis ini merupakan salah satu etnis terbesar di [[Sumatra Utara]]. Nama etnis ini dijadikan sebagai nama salah satu kabupaten di Sumatra Utara, yaitu Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]]. Etnis ini memiliki bahasa yang disebut [[bahasa Karo]] atau ''cakap Karo''. Pakaian adat Karo didominasi dengan warna [[merah]] serta [[hitam]] dan penuh dengan perhiasan [[emas]]. Konon, Kota [[Kota Medan|Medan]] didirikan oleh seorang tokoh Karo yang bernama [[Guru Patimpus|Guru Patimpus Sembiring Pelawi]].
== Sejarah dan etimologi ==
Baris 88 ⟶ 89:
=== Kota Binjai ===
Kota [[Kota Binjai|Binjai]] merupakan daerah yang memiliki interaksi paling kuat dengan Kota [[Kota Medan|Medan]] disebabkan oleh jaraknya yang relatif sangat dekat dari Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi [[Sumatra Utara]]. Nama "Binjai" juga dipercaya oleh sementara orang berasal dari gabungan kedua kosakata bahasa [[bahasa Karo|Karo]], "''ben''" dan "''i-jei''" yang artinya "bermalam di sini". Hal tersebut kemudian diucapkan "''Binjei''" dan menjadi "Binjai" hingga sekarang. Namun etimologi nama "Binjai" berasal dari buah [[Binjai|Binjai]].