Perang Aceh (1876-1877): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 14:
[[Berkas:Brug over de Atjeh-rivier.jpg||jmpl|ka|250px|[[Jembatan]] di [[Krueng Aceh]], Kutaraja (kini [[Kota Banda Aceh|Banda Aceh]]).]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Ruïnes van een overdekte put in een fort nabij Lam Njong Atjeh TMnr 10005275.jpg|jmpl|300px|Reruntuhan benteng dekat Lamnyong pada masa [[Hindia Belanda]]]]
Pada tanggal [[1 September]], 3 barisan di bawah May. Ruempol, Burgers dan Jeltes bertolak dari Kutaraja menuju [[Ulee Kareung, Indrapuri, Aceh Besar|Ulee Kareung]]; Overste Van Bennekom menjadi pimpinan umum, sementara Jend. Wiggers van Kerchem akan memimpin operasi selanjutnya bersama kepala staf. Meskipun terjadi perlawanan sengit dari musuh, tetap pasukan mencapai Tonga dan Lamnyong. Pada hari itu, 7 orang dan 3 perwira tewas sementara 42 orang lainnya terluka. Pada tanggal [[26 September]], musuh dikalahkan di mana-mana, 22 pucuk senjata dirampas dan sebuah pos dibangun di [[Kajhu, Baitussalam, Aceh Besar|Kajhu]], di mana Overste Ruempol dengan anak buahnya dapat kembali ke Kutaraja. Karena pandangan politiknya atas pemerintah Hindia Belanda yang tak terpecah, Wiggers van Kerchem dibebastugaskan dari kedudukannya secara terhormat, digantikan oleh May. AJE. Diemont dan Diemont mengemban tugas menaklukkan [[Tanjung Seumantoh, Karang Baru, Aceh Tamiang|Tanjung Seumantoh]] (pasukan yang dipimpin [[Hendrik Eduard Schoggers]] menunggu di sini) dan [[Simpang Ulim, Aceh Timur|Simpang Ulim]] di pantai timur Sumatera, yang masih menunjukkan sikap permusuhan. Di akhir tahun 1876, kedudukan Belanda di [[Aceh]] lebih aman.{{butuh rujukan}}
 
== Operasi militer di bawah pimpinan MayJend. Diemont ==
Pada tanggal [[25 Januari]] 1877, pasukan kembali dikerahkan ke daerah pantai Kuala Gigieng hingga Kuala Lue untuk merebutnya kembali (bagian terakhir rencana Jend. Pel yang belum terlaksana); [[Lamnga, Mesjid Raya, Aceh Besar|Lamnga]] diduduki tanpa perlawanan dan kini musuh mencegat sepanjang pantai dari Pedir ke Kuala Lue dan berjalan lebih lanjut ke XXII Mukim; kini rencana itu dilaksanakan sepenuhnya untuk mempertimbangkan tindakan selanjutnya. Untuk itu, [[Daftar Penguasa Hindia Belanda|GubJend.]] [[Johan Wilhelm van Lansberge]] mengadakan kunjungan ke Aceh; sejumlah penguasa dan tetua tiba di Kutaraja untuk memberikan penghormatan pada gubernur dan dalam pidatonya mereka mendorong kerja sama untuk menciptakan keamanan dalam pemerintahan Belanda dan menjanjikan renovasi Masjid Raya. Akta pengakuan diberikan terhadap pimpinan di negeri-negeri pesisir yang belum ditaklukkan, yakni Simpang Ulim dan Kluang; Rigaih, [[Teunom, Aceh Jaya|Teunom]], Teluk Kruet dan Sabee. Setelah itu, didirikanlah pemerintahan pribumi di XXV Mukim. Di awal tahun 1877, kekuatan pasukan penakluk berjumlah 351 perwira dan 9235 lainnya dan kekuatan perang tersebut tidak dapat berkurang karena negeri pesisir, seperti [[Samalanga, Bireuen|Samalanga]], kekuatan persenjataan Belanda tersebut masih dirasakan. Walaupun demikian, diputuskan pula pembangunan rumah sakit militer yang besar di Pante Perak, tempat 2.000 [[pasien]] dirawat. Di samping itu, pada bulan [[April]], Analabu diduduki dan tindakan militer diarahkan ke [[Lhoong, Aceh Besar|Lhoong]], Baba Awe dan No di pantai selatan, yang akhirnya bisa ditaklukkan. Karena MayJend. Diemont sakit, kepemimpinan harus dialihkan kepada Kol. Van der Heijden pada tanggal [[30 Juni]], yang untuk mempersiapkan peraturan yang lebih rinci, diangkat sebagai gubernur sipil dan militer sementara di Aceh.{{butuh rujukan}}
 
== Rujukan ==