Mariah al-Qibthiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Wadaihangit (bicara | kontrib)
melengkapi halaman dengan foto dan infobox #WPWP
 
(4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Refimprove-bio-tokohmuslim}}
{{Istri-istriMuhammad}}{{Infobox orang}}
 
'''Mariah binti Syama’un''' atau '''Mariah orang Koptik''' ({{lang-ar|مارية القبطية}}, ''Mariah al-Qibthiyah''; meninggal 637) adalah seorang budak [[Kristen Koptik]] yang dikirimkan oleh [[Muqawqis]], penguasa Mesir bawahan [[Kerajaan Bizantium]], sebagai hadiah kepada [[nabi Islam|nabi]] [[Islam]] [[Muhammad]] pada tahun 628.<ref>[[Ibn Ishaq]], ''The Life of Muhammad'', p. 653.</ref> Menurut sebagian tokoh Islam, ia juga merupakan istri [[Nabi Muhammad SAW]], dan "Ibu Orang-orang Beriman" (Arab: ''Ummul [[Mu'min|Mukminin]]''), sumber lain seperti [[Ibnul Qayyim]] menyatakan bahwa ia hanya seorang selir. Ia merupakan ibu dari putra Muhammad yang bernama [[Ibrahim bin Muhammad|Ibrahim]], yang meninggal ketika masih kecil. Saudaranya, [[Sirin (sejarah Islam|Sirin]], juga turut dikirimkan pula; dan Muhammad kemudian memberikannya kepada penyair muslim [[Hasan bin Tsabit]].<ref name="Tabari p.131">Tabari, p. 131.</ref> Mariah tidak pernah menikah lagi setelah kematian Muhammad pada tahun 632, dan ia meninggal lima tahun kemudian. Hari kelahirannya sampai saat ini tidak diketahui. Juga, tidak ada sumber-sumber kuat yang menyebutkan usianya.
 
== Biografi ==
Baris 16 ⟶ 17:
Rasulullah telah menerima kabar penolakan Muqawqis dan hadiahnya. Ia mengambil Mariyah untuk dirinya dan menyerahkan Sirin kepada penyairnya, Hasan bin Tsabit. Istri-istri Nabi yang lain sangat cemburu atas kehadiran orang Mesir itu sehingga Rasulullah menitipkan Mariyah di rumah Haritsah bin Nu’man yang terletak di sebelah masjid.
 
=== Pernikahan dengan Nabi Muhammad SAW ===
Banyak sumber Muslim mengatakan bahwa Muhammad kemudian memerdekakan dan menikahi Mariah, namun ini tidak jelas apakah ini fakta historis atau apologi. Budak tidak secara otomatis merdeka karena masuk Islam, sehingga tidak begitu jelas apakah Mariah dimerdekakan atau tidak.
 
Muhammad tinggal dalam rumah bata lumpur dekat dengan [[masjid]] [[Madinah]], dan setiap istrinya memiliki ruang tersendiri dalam rumah bata itu, yang dibangun dalam bentuk barisan yang dekat dengan ruangannya. Mariah walau begitu tetap ditempatkannditempatkan di rumah di tepi Madinah. Mariah juga tidak dikategorikan sebagai istri dalam beberapa sumber paling awal, seperti dalam catatan [[Ibnu Hisyam]] dalam [[Sirah]] [[Ibnu Ishaq]].<ref>Ibn Ishaq, pp. 691 – 798</ref> Sumber-sumber Muslim sepakat bahwa ia mendapatkan kehormatan yang sama sebagai istri Muhammad, dengan anggapan bahwa ia juga mendapat gelar yang sama seperti istri-istri Muhammad lainnya, yaitu "Ibu orang-orang Mu'min."
 
Mariah melahirkan seorang putra, yaitu [[Ibrahim bin Muhammad]]. Selain Mariah, hanya [[Khadijah]] saja istri Muhammad yang telah memberikannya anak. Ibrahim meninggal ketika masih dalam masa pertumbuhan. Perhatian Muhammad terhadap Mariah diyakini menyebabkan kecemburuan di antara istri-istri yang lain, hingga turunnya [[surah]] ke-66 dalam [[Al-Qur'an]]. Berikut bagian surah tersebut:
Baris 31 ⟶ 32:
Allah menghendaki Mariah al-Qibthiyah melahirkan seorang putra Rasulullah setelah Khadijah. Betapa gembiranya Rasulullah mendengar berita kehamilan Mariah, terlebih setelah putra-putrinya, yaitu Abdullah, Qasim, dan Ruqayah meninggal dunia.
 
Mariah mengandung setelah setahun tiba di Madinah. Kehamilannya membuat istri-istri Rasul cemburu karena telah beberapa tahun mereka menikah, namun tidak kunjung dikaruniai seorang anak pun. Rasulullah menjaga kandungan istrinya dengan sangat hati-hati. Pada bulan [[Zulhijah|Dzulhijjah]] tahun kedelapan hijrah, Mariyah melahirkan bayinya yang kemudian Rasulullah memberinya nama Ibrahim demi mengharap berkah dari nama bapak para nabi, Ibrahim. Lalu ia memerdekakan Mariah sepenuhnya. Kaum muslimin menyambut kelahiran putra Rasulullah dengan gembira.
 
Akan tetapi, di kalangan istri Rasul lainnya api cemburu tengah membakar, suatu perasaan yang Allah ciptakan dominan pada kaum wanita. Rasa cemburu semakin tampak bersamaan dengan terbongkarnya rahasia pertemuan Rasulullah dengan Mariah di rumah Hafshah sedangkan Hafshah tidak berada di rumahnya. Hal ini menyebabkan Hafshah marah. Atas kemarahan Hafshah itu Rasulullah mengharamkan Mariah atas diri dia. Kaitannya dengan hal itu, Allah telah menegur lewat firman-Nya:
Baris 41 ⟶ 42:
Beberapa orang dari kalangan golongan munafik menuduh Mariah telah melahirkan anak hasil perbuatan serong dengan Maburi, budak yang menemaninya dari Mesir dan kemudian menjadi pelayan bagi Mariah. Akan tetapi, Allah membukakan kebenaran untuk diri Mariah setelah Ali menemui Maburi dengan pedang terhunus. Maburi menuturkan bahwa dirinya adalah laki-laki yang telah dikebiri oleh raja.
 
Pada usianya yang kesembilan belas bulan, Ibrahim jatuh sakit sehingga meresahkan kedua orang tuanya. Mariah bersama Sirin senantiasa menunggui Ibrahim. Suatu malam, ketika sakit Ibrahim bertambah parah, dengan perasaan sedih Nabi bersama [[Abdurrahman bin Auf]] pergi ke rumah Mariyah. Ketika Ibrahim dalam keadaan sekarat, Rasulullah bersabda, “Kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah, wahai Ibrahim.”
 
Tanpa dia sadari, air mata telah bercucuran. Ketika Ibrahim meninggal dunia, dia kembali bersabda, “Wahai Ibrahim, seandainya ini bukan perintah yang haq, janji yang benar, dan masa akhir kita yang menyusuli masa awal kita, niscaya kami akan merasa sedih atas kematianmu lebih dari ini. Kami semua merasa sedih, wahai Ibrahim… Mata kami menangis, hati kami bersedih, dan kami tidak akan mengucapkan sesuatu yang menyebabkan murka Allah.”
Baris 52 ⟶ 53:
== Referensi ==
* Gilchrist, John. ''Muhammad and the Religion of Islam''. Benoni, Republic of South Africa, 1986.
* [[Ibnu Ishaq]], translation by A. Guillaume (1955). ''The Life of Muhammad''. [[Oxford University Press]].
* [[Maxime Rodinson|Rodinson, Maxime]] ''Muhammad''. Random House, Inc., New York, 2002.
* [[Muhammad bin Jarir al-Tabari|Tabari]] (1997). Vol. 8 of the ''[[History of the Prophets and Kings|Tarikh al-Rusul wa al-Muluk]]''. [[State University of New York Press]].