Masjid Al-Atiiq: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pratama26 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
 
{{referensi}}
'''Masjid Al-Atiiq Kauman Salatiga ('''
 
== Sejarah Masjid ==
ꦩꦱ꧀ꦗꦶꦢ꧀ꦧꦼꦱꦫꦭꦠꦶꦲꦶꦛ꧀ꦏꦲꦸꦩꦤ꧀ꦱꦭꦠꦶꦒ (Masjid Besar Al-Atiiq Kauman Salatiga. Masjid ini oleh masyarakat disebut dengan nama Masjid Kauman Salatiga atau Masjid Al-Atiiq Kauman Salatiga. Masjid tertua kedua di Kota Salatiga memiliki sejarah panjang dan erat kaitannya dengan sejarah Perang Jawa atau Perang Diponegoro pada Tahun 1825-1830. Masjid dibangun sekitar tahun 1247 H/1832 M oleh Kyai Rono Sentiko/ Ki Rono Sentiko yang merupakan Abdi Ndalem Kraton Surakarta dan sekaligus Laskar Prajurit Pangeran Diponegoro ( hal ini berdasarkan dari tulisan di Mihrab Masjid). Masjid ini dulunya oleh Dinas Terkait akan dimasukkan dalam Situs Cagar Budaya sekitar tahun 2004-an. Namun, karena lamanya proses tersebut dan kurangnya edukasi terkait akan pentingnya sebuah sejarah, oleh pengurus Ta'mir dilakukan pembongkaran total bangunan masjid. Dalam sejarahnya Majid ini dahulu digunakan sebagai pusat keagamaan dan sebagai tempat untuk mengatur siasat perang.<ref>{{Cite web|title=MASJID BESAR AL-ATIIQ KAUMAN SALATIGA|url=https://alatiiqkaumansala3.blogspot.com/|website=alatiiqkaumansala3.blogspot.com|language=id|access-date=2021-11-26}}</ref>
 
=== Laskar Prajurit Diponegoro di Salatiga ===
Ketika ''Vereenigde Oot-Indische Compagnie'' (VOC) berkuasa di Jawa, Salatiga pun berada di bawah kekuasaaan kongsi dagang Belanda itu. Oleh VOC Salatiga di pandang sangat strategis, karena berada di jalur utama persimpangan Semarang, Surakarta, dan Magelang. Selain itu, Salatiga juga dipandang sangat strategis dalam kegiatan lalu lintas perdagangan dari pedalaman Jawa Tengah ke Pantai Utara Jawa sehingga dijadikan sebagai pusat persinggahan para pedagang. Oleh karena itu, maka Pemerintah Hindia Belanda memandang Salatiga sangat strategis untuk dijadikan sebagai kota militer. Sehingga pada tahun 1746 VOC mulai menempatkan pasukannya di SalatigaSbangunan dan membangun sebuahberalatiga dmaka,benteng yang diberi nama Bentengnamang ''De Hersteller.'''[1]'''''
 
Pembangunan BentengBesnteng ''De Hersteller'' di Salatiga tersebut terutama dimaksudkan untuk memberikan jaminan keamanan di sepanjang jalur Semarang-Surakarta. Selain itu, juga bermanfaat ketika terjadi suksesi di Kerajaan Surakarta tahun 1746-1757 yang berakhir dengan Perjanjian Giyanti Tahun 1755 yang melahirkan kesultanan Yogyakarta dan Perjanjian Salatiga pada 17 Maret 1757 yang melahirkan Kadipaten Mangkunegaran.[2]
 
Pecahnya Perang Jawa atau juga disebut dengan Perang Diponegoro pada tahun 1825 – 1830, sebagiamana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Pada waktu itulah muncul semangat dari warga primbumi dalam melawan pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Disebutkan bahwa awal mulanya peperangan tersebut dilandasi oleh kekecewaan Pangeran Diponegoro terhadap Kraton Yogyakarta yang tunduk pada pemerintahan Kolonia Hindia Belanda.
Baris 140 ⟶ 141:
Selain sebagai tempat Peradilan Agama, Masjid Besar Kauman Salatiga dahulu juga digunakan sebagai kantor Departemen Agama Kabupaten Semarang (sekarang: Kementerian Agama yang sebelumnya bernama Kantor Urusan Agama (KUA)). Kementerian Agama Kabupaten Semarang berdiri pada tahun 1974 dengan nama Kantor Perwakilan Departemen Agama Kabupaten Semarang yang berlokasi di Salatiga. Pada saat itu, Kepala Kantor Perwakilan Depertemen Agama adalah Bapak KH. M. Bakrie Tolchah (Alm) yang juga merupakan pengelola Masjid Besar Kauman Salatiga. Kantor Perwakilan Depertemen Agama Kabupaten Semarang di salatiga ini menenpati area Masjid Besar Kauman Salatiga selama kurang lebih 3 tahun yakni sekitar tahun 1974 sampai dengan tahun 1976.<ref>{{Cite web|title=Masjid Besar Al-Atiiq Kauman Dibangun Abdi Dalem Keraton Surakarta|url=https://wawasan.co/news/detail/19046/masjid-besar-al-atiiq-kauman-dibangun-abdi-ndalem-kraton-surakarta|website=Wawasan|access-date=26 Mei 2022}}</ref>
 
== ReferensiRujukan ==
{{reflist}}