Umar bin Khattab: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kikakikuk (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Mengembalikan suntingan oleh 180.251.119.167 (bicara) ke revisi terakhir oleh Fazoffic
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(84 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Redirect|Umar|kegunaan lain|Umar (nama)|nama umum yang merujuk pada gelarnya|Faruq}}
{{infobox royalty
| name = ʿUmar bin Khaṭṭāb<br />{{lang|ar|عمر بن خطابعُمَر}}
| title = [[Amirul Mukminin]]<br>[[Al-Faruq (gelar)|Al-Faruq]]{{sfn|Ibnu Sa'ad|2013|page=281}}
| image = Hagia Sopia 6163502494 (cropped).jpg
| image = Rashidun Caliphs Umar ibn Al-Khattāb - عُمر بن الخطّاب ثاني الخلفاء الراشدين.svg
| caption = Representasi [[Kaligrafi|kaligrafi Arab]] dari nama ʿUmar yang menonjol di salah satu sudut [[Hagia Sofia]], [[Turki]].
| succession = [[DaftarKhulafaur khalifahRasyidin|Khalifah]] [[Kekhalifahan Rasyidin]] Ke ke-2
| reign = 23 Agustus 634—3 November 644<br />({{age in years and days|634|8|23|644|11|3|duration=yes}})
| predecessor = [[Abu Bakar Ash-Shiddiq|Abu Bakar]]
Baris 12:
| birth_place = [[Mekkah|Makkah]], [[Jazirah Arab]]
| death_date = {{nowrap|3 November 644 M}} ({{nowrap|umur 60–61}}) (Dzulhijjah 23&nbsp;[[Kalender Hijriyah|H]]/Muharram 24&nbsp;H)<ref>{{cite book |last1=ath-Thabari |first1=Muhammad bin Jarir |author-link=Ibnu Jarir ath-Thabari |translator=G. Rex Smith |title='''The History of al-Tabari Vol. 14:''' The Conquest of Iran A.D. 641-643/A.H. 21-23》The Events of the Year 23;The Sources of [the Conflicting Report of Umar's Death] |date=1994 |publisher=[[SUNY Press]] |location=Albany, New York |isbn=978-07-91-41294-7 |pages=93-[https://books.google.com.pk/books?id=fRjsrA5tfLIC&pg=PA95&dq=history+of+al-tabari+vol14&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiKoZrVo7brAhXMYMAKHflADm0Q6AEwAHoECAIQAQ#v=onepage&q&f=false 95] |url=https://books.google.com/books?id=x6uA7Pyh4CIC&q=bibliogroup:%22Ta%CA%BCr%C4%ABkh+al-rusul+wa-al-mul%C5%ABk%22&pg=PA93 |access-date=23 August 2020}}</ref>{{sfn|Levi Dela Vida|Bonner|2000|p=820}}<ref>Ibnu Hajar al-Asqalani, Ahmad bin Ali. ''Lisanul Mizan: *Umar bin al-Khattab al-Adiyy''.</ref>
| death_place = [[Madinah]], [[JazirahKekhalifahan ArabRasyidin]]
| burial_place = [[Kubah Hijau]], [[Masjid Nabawi]],<ref>Abdul Ghani, M. Ilyas. 2005. op cit. Hal. 39-41.</ref> [[Madinah]]
| spouse = {{ubl|Zainab binti Mazh'un|Ummu Kultsum binti Jarwal|Quraibah binti Abu 'Umayyah|Jamilah binti Tsabit|'Atikah binti Zaid|Ummu Hakim binti al-Harits|Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib{{sfn|Ash-Shallabi|p=16}}}}
| issue = {{ubl|[[Abdullah bin Umar|Abdullah]]|[[Ashim bin Umar|Ashim]]|[[Hafshah binti Umar|Hafshah]]|[[Ubaidullah bin Umar|Ubaidullah]]|Iyadh|Fatimah|[[Zaid bin Umar|Zaid]]|Ruqayyah|'Abdurrahman al-Akbar|Abdurrahman|Zainab}}
Baris 25:
| mother = Hantamah binti Hisyam<ref name="SejarahIslam">{{cite book|last=Ja'farian|first=Rasul|authorlink=|year=[[2004]]|title=Sejarah Islam: sejak wafat Nabi s.a.w hingga runtuhnya Dinasti Bani Umayah (11 - 132 H)|edition=|publisher=Lentera|id=ISBN 979-3018-77-1 }}</ref>
| religion = [[Islam]]
| module = {{Infobox Arabic name
|signature = Signature Believed To Be Of ʿUmar B. Al-Khaṭṭāb.png
|embed=yes
|ism=ʿUmar
|nasab=''ʿUmar bin al-Khaṭṭāb bin Nufail bin ʿAbdul ʿUzzā bin Rāz bin ʿAdiyy bin Kaʿab bin Luʿayy bin Ghālib bin Fihr bin Mālik''
|kunya= ''Abul Hafs''
|laqab= [[Al-Faruq (gelar)|al-Fārūq]] ("Pembeda [antara yang benar dan yang salah]")}}
| signature = Signature Believed To Be Of ʿUmar B. Al-Khaṭṭāb.png
}}
{{Umar}}
'''ʿUmar bin Khattab''' ({{lang-ar|عُمَرُ بْنُ ٱلْخَطَّاب|ʿUmar bin al-Khaṭṭāb}}, juga dieja sebagai '''Omar''', {{circa|582/583 – 644}}) adalah [[sahabat Nabi|sahabat]] senior sekaligus mertua Nabi Islam [[Muhammad]], yang menjabat sebagai [[Khulafaur Rasyidin|Khalifah Rasyidin]] kedua, menggantikan [[Abu Bakar ash-Shiddiq]] ({{reign|632|634}}) dan memerintah sejak Agustus 634 hingga pembunuhannya pada tahun 644. Umar adalah khalifah pertama yang menyandang gelar ''[[Amirul Mukminin]]'', gelar yang kemudian menjadi standar para khalifah setelahnya.
'''ʿUmar bin Khattab''' ({{lang-ar|عمر بن خطاب}}; sekitar 584{{spaced ndash}}3 November 644 M) adalah [[khalifah]] kedua [[Kekhalifahan Rasyidin]] yang berkuasa pada tahun 634 M sampai 644 M. Dalam Islam [[Sunni]], Umar digolongkan sebagai salah satu ''[[Khulafaur Rasyidin]]''. ʿUmar merupakan salah satu [[Sahabat Nabi|sahabat]] dari Nabi Islam [[Muhammad]] dan juga merupakan ayah dari [[Hafshah binti Umar|Hafshah]], [[Ummahatul mu'minin|istri Muhammad]].<ref>{{Cite web|title=Sahih al-Bukhari 5122 - Wedlock, Marriage (Nikaah) - كتاب النكاح - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/bukhari:5122|website=sunnah.com|access-date=2021-12-09}}</ref><ref>{{Cite web|title=Sahih al-Bukhari 5145 - Wedlock, Marriage (Nikaah) - كتاب النكاح - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|url=https://sunnah.com/bukhari:5145|website=sunnah.com|access-date=2021-12-09}}</ref>
 
Pada awalnya, Umar menentang dakwah Muhammad. Setelah masuk Islam pada tahun 616, ia menjadi [[Muslim]] pertama yang berdoa secara terbuka di [[Ka'bah]]. Umar berpartisipasi dalam hampir semua pertempuran dan ekspedisi di bawah Muhammad. Muhammad kemudian menikahi putri Umar, [[Hafshah binti Umar|Hafshah]]. Setelah kematian Muhammad pada bulan Juni 632, Umar berjanji setia kepada [[Abu Bakar]] ({{Reign|632|634}}) sebagai khalifah pertama dan menjabat sebagai penasihat terdekatnya hingga pada Agustus 634, Abu Bakar yang sekarat mencalonkan Umar sebagai penggantinya.
ʿUmar adalah salah satu dari [[sepuluh orang yang dijanjikan masuk surga]]. Dia mengambil alih kekhalifahan Islam setelah kematian [[Abu Bakar ash-Shiddiq]] pada tanggal [[23 Agustus]] [[634|634 M]], bertepatan dengan tanggal 22 Jumadil Akhir tahun 13 H.<ref>Ad-Daulah al-Arabiyyah al-Islamiyyah al-Uula (1-41 H / 623-661 M). Edisi ketiga 1995 M. Dr Issam Syabaru. Dar an-Nahdhah al-Arabiyyah, Beirut - Lebanon. Halaman: 279</ref>
 
Selama masa pemerintahan Umar, kekhalifahan berkembang pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, menguasai [[Kekaisaran Sasaniyah]] dan lebih dari dua pertiga [[Kekaisaran Bizantium]].{{sfnp|Hourani|1991|p=23}} Serangannya terhadap Kekaisaran Sasaniyah mengakibatkan [[Penaklukan Persia oleh Muslim|penaklukan Persia]] dalam waktu kurang dari dua tahun (642–644). Menurut tradisi Yahudi, Umar mengesampingkan larangan [[umat Kristen]] terhadap [[Orang Yahudi|orang-orang Yahudi]] dan mengizinkan mereka kembali tinggal di [[Yerusalem]] dan beribadah di [[Bukit Bait Suci]].<ref>{{cite book|last=Dubnow|first=Simon|title=History of the Jews: From the Roman Empire to the Early Medieval Period|year=1968|publisher=Cornwall Books|url=https://books.google.com/books?id=MZ2MwNzB69IC&pg=PA326|volume=2|page=326|isbn=978-0-8453-6659-2}}</ref> Umar dibunuh oleh budak Persia [[Abu Lu'lu'ah]] pada tahun 644.
Dalam sudut pandang [[Sunni]], ʿUmar termasuk salah satu pemimpin yang hebat dan suri teladan dalam masalah keislaman.<ref name=EI2>{{Cite encyclopedia|author=Bonner, M.; Levi Della Vida, G.| title=Umar (I) b. al-K̲h̲aṭṭāb|encyclopedia=Encyclopaedia of Islam| edition=dua |publisher=Brill |editors=P. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel, W.P. Heinrichs|volume=10|page=820}}</ref> Beberapa hadits menyebutkan dirinya sebagai sahabat Nabi paling utama setelah Abu Bakar.<ref>{{cite web|url=http://sunnah.com/bukhari/62/21|title=Hadith - Book of Companions of the Prophet - Sahih al-Bukhari - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|work=sunnah.com}}</ref><ref>{{cite web|url=http://sunnah.com/bukhari/62/14|title=Hadith - Book of Companions of the Prophet - Sahih al-Bukhari - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|work=sunnah.com}}</ref> ʿUmar memiliki julukan yang diberikan oleh [[Muhammad]] yaitu ''Al-Faruq'' yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Namun di sisi lain, ʿUmar cenderung dipandang negatif dalam perspektif [[Syi'ah]].<ref>{{Cite encyclopedia|author=Bonner, M.; Levi Della Vida, G.| title=Umar (I) b. al-K̲h̲aṭṭāb|encyclopedia=Encyclopaedia of Islam| edition=dua |publisher=Brill |editors=P. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel, W.P. Heinrichs|volume=10|page=820|quote=Riwayat Syi'ah tidak pernah menyembunyikan kebenciannya kepada Umar karena dianggap telah menggagalkan klaim Ali dan Ahlul Bait.}}</ref>
 
Umar umumnya dipandang oleh para sejarawan sebagai salah satu khalifah Muslim paling kuat dan berpengaruh dalam sejarah.<ref>Ahmed, Nazeer, ''Islam in Global History: From the Death of Prophet Muhammad to the First World War'', American Institute of Islamic History and Cul, 2001, p. 34. {{ISBN|0-7388-5963-X}}.</ref> Dia dihormati dalam tradisi [[Islam Sunni]] sebagai penguasa besar yang adil dan teladan kebajikan Islam,<ref name=EI2>{{Cite encyclopedia|author=Bonner, M. |author2=Levi Della Vida, G.| title=Umar (I) b. al-K̲h̲aṭṭāb|encyclopedia=Encyclopaedia of Islam| edition=Second |publisher=Brill |editor=P. Bearman |editor2=Th. Bianquis |editor3=C.E. Bosworth |editor4=E. van Donzel |editor5=W.P. Heinrichs|volume=10|page=820}}</ref> dan beberapa [[hadis]] mengidentifikasi dia sebagai [[Sahabat Nabi|sahabat]] terbaik kedua setelah Abu Bakar.<ref>{{cite web|url=http://sunnah.com/bukhari/62/21|title=Hadith – Book of Companions of the Prophet – Sahih al-Bukhari – Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|work=Sunnah.com}}</ref><ref>{{cite web|url=http://sunnah.com/bukhari/62/14|title=Hadith – Book of Companions of the Prophet – Sahih al-Bukhari – Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|work=Sunnah.com}}</ref> Meskipun begitu, ia (bersama Abu Bakar) cenderung dipandang negatif dalam tradisi [[Syiah]] [[Syiah Dua Belas Imam|Dua Belas Imam]] sebagai perampas hak kekhalifahan dari [[Ali bin Abi Thalib]], sepupu dan menantu Muhammad, sekaligus [[Dua Belas Imam|Imam]] pertama bagi Syiah.<ref>{{Cite encyclopedia|author=Bonner, M. |author2=Levi Della Vida, G.| title=Umar (I) b. al-K̲h̲aṭṭāb|encyclopedia=Encyclopaedia of Islam| edition=Second |publisher=Brill |editor=P. Bearman |editor2=Th. Bianquis |editor3=C.E. Bosworth |editor4=E. van Donzel |editor5=W.P. Heinrichs|volume=10|page=820|quote=Shi'i tradition has never concealed its antipathy to Umar for having thwarted the claims of Ali and the House of the Prophet.}}</ref>
Pada masa kepemimpinannya, kekhalifahan menjadi salah satu kekuatan besar baru di wilayah Timur Tengah. Selain menaklukan [[Kekaisaran Sasaniyah]] yang sudah melemah hanya dalam kurun waktu dua tahun (642–644), ʿUmar berhasil mengambil alih kepemimpinan dua pertiga wilayah [[Kekaisaran Romawi Timur]].<ref>Hourani, hlm. 23.</ref> Perluasan wilayah ini juga diikuti berbagai pembaharuan. Dalam bidang pemerintahan dan politik, departemen khusus dibentuk sebagai tempat masyarakat dapat mengadu mengenai para pejabat dan negara. Pembentukan [[Baitul Mal]] menjadi salah satu pembaharuan ʿUmar dalam bidang ekonomi. Segala capaiannya menjadikan ʿUmar sebagai salah satu khalifah paling berpengaruh sepanjang sejarah.<ref>Ahmed, Nazeer, ''Islam in Global History: From the Death of Prophet Muhammad to the First World War'', American Institute of Islamic History and Cul, 2001, p. 34. {{ISBN|0-7388-5963-X}}.</ref>
 
== Masa muda ==
Umar lahir di [[Makkah]] dari klan [[Bani Adi]], yang bertanggung jawab atas arbitrase antar suku. Ayahnya adalah [[Khattab bin Nufail]] dan ibunya adalah Hantamah binti Hisyam, dari suku [[Bani Makhzum]]. Di masa mudanya dia biasa merawat unta ayahnya di dataran dekat Makkah. Ayahnya terkenal karena kecerdasannya di antara sukunya.<ref>{{cite web|url=https://archive.org/stream/UmarIbnAl-KhattabHisLifeAndTimesVolume1/100714724-Umar-Ibn-Al-Khattab-Vol-1#page/n37/mode/2up|title=Umar Ibn Al-Khattab : His Life and Times, Volume 1|work=archive.org}}</ref> Umar sendiri berkata: "Ayahku, al-Khattab, adalah orang yang kejam. Dia biasa membuatku bekerja keras; jika aku tidak bekerja dia biasa memukuliku dan dia biasa membuatku kelelahan."<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=hkgfCgAAQBAJ|title=Umar Al Farooq: Man and Caliph|last=Qazi|first=Moin|publisher=Notion Press|isbn=9789352061716|language=en}}</ref>
 
Meskipun baca tulis tidak umum di [[Arabia pra-Islam]], Umar belajar membaca dan menulis di masa mudanya. Meskipun bukan seorang [[penyair]], dia mengembangkan kecintaan pada puisi dan [[sastra]].<ref name="haykal-ch1">[[Muhammad Husayn {{harvtxt|Haykal]] (|1944). ''Al Farooq, Umar''.}} Chapter 1, p. 45.</ref> Menurut tradisi kaum [[Quraisy]], saat masih remaja, Umar mempelajari seni bela diri, menunggang kuda, dan gulat. Dia tinggi, kuat secara fisik dan pegulat terkenal.<ref name="haykal-ch1" /><ref>[[Muhammad bin Jarir ath-Thabari]], ''[[Sejarah Para Nabi dan Raja]]''</ref> Ia juga seorang orator berbakat yang menggantikan ayahnya sebagai penengah di antara suku-suku.<ref name="haykal-ch1"/><ref>Tabqat ibn Sa'ad. Chapter: Umar ibn Khattab.</ref>
 
Umar menjadi seorang pedagang dan melakukan beberapa perjalanan ke [[Kekaisaran Romawi Timur|Romawi Bizantium]] dan [[kekaisaran Sasaniyah|Persia Sasaniyah]], di mana ia dikatakan telah bertemu dengan berbagai sarjana dan menganalisis masyarakat Romawi dan Persia. Sebagai seorang pedagang dia tidak berhasil.<ref>Haykal, 1944. Chapter 1, pp. 40–41.</ref> Seperti orang lain di sekitarnya, Umar gemar minum di masa pra-Islamnya.<ref>Haykal, 1944. Chapter 1, p. 47.</ref>
 
== Masa kenabian Muhammad ==
=== Menentang Islam ===
Pada tahun 610, Muhammad mulai mengkhotbahkan pesan Islam. Namun, seperti banyak orang lain di Mekkah, Umar menentang Islam dan bahkan mengancam akan membunuh Muhammad. Dia memutuskan untuk mempertahankan agama politeistik tradisional Arab. Dia bersikeras dan kejam dalam menentang Muhammad, dan sangat menonjol dalam menganiaya umat Islam.<ref name="haykal-p51">Haykal, 1944. Chapter 1, p. 51</ref> Dia merekomendasikan kematian Muhammad.<ref>Haykal, 1944. Chapter 1, p. 53.</ref> Dia sangat percaya pada kesatuan Quraisy dan melihat keyakinan baru Islam sebagai penyebab perpecahan dan perselisihan.<ref name="haykal-p51"/>
Baris 50 ⟶ 56:
 
=== Masuk Islam dan melayani Muhammad ===
Umar masuk Islam pada tahun 616, satu tahun setelah Migrasi ke [[Abyssinia]]. Kisah ini diceritakan dalam Sirah karya [[Ibnu Ishaq]]. Dalam perjalanannya untuk membunuh Muhammad, Umar bertemu dengan sahabatnya Nu'aim bin Abdullah yang diam-diam telah masuk Islam tetapi tidak memberi tahu Umar. Ketika Umar memberitahunya bahwa dia telah bersiap untuk membunuh Muhammad, Nu'aim berkata, “Demi"Demi Tuhan, kamu telah menipu dirimu sendiri, wahai Umar! Apakah menurut Anda Banu Abdu Manaf akan membiarkan Anda berlarian hidup-hidup setelah Anda membunuh putra mereka, Muhammad? Mengapa Anda tidak kembali ke rumah Anda sendiri dan setidaknya meluruskannya?".<ref>{{cite web|url=https://www.al-islam.org/restatement-history-islam-and-muslims-sayyid-ali-ashgar-razwy/umars-conversion-islam|title=Umar's Conversion to Islam|website=Al-Islam.org|date=10 November 2013|access-date=4 August 2016}}</ref>
 
Nu'aim menyuruhnya untuk menanyakan tentang rumahnya sendiri didan manamengabarkan bahwa saudara perempuannya, [[Fatimah binti Khattab|Fatimah]] dan suaminya telah masuk Islam. Setibanya di rumahnya, Umar mendapati adik dan iparnya, [[Sa'id bin Zaid]] (sepupu Umar) sedang membaca ayat-ayat [[alAl-Qur'an]] dari [[surah Ta Ha]], diajari oleh seorang sahabat Muhammad, [[Khabbab bin al-Arat]]. Ketika Umar sampai di depan pintu, Khabbab segera bersembunyi.<ref>as-Suyuti, ''The History of Khalifahs Who Took The Right Way'' (London, 1995), pp. 107–108.</ref> Umar mulai bertengkar dengan saudara iparnya, Sa'id. Ketika saudara perempuannyaFatimah datang untuk menyelamatkan suaminya, dia juga mulai bertengkar dengannya. Namun tetap saja mereka terusia mengatakan "Anda boleh membunuh kami tetapi kami tidak akan meninggalkan Islam". Mendengar kata-kata ini, Umar marah dan menampar adiknya begitu keras sehingga diaia jatuh ke tanah dengandan darah keluar dari mulutnya. Ketika dia melihat apadarah yangkeluar dia lakukandari padamulut saudara perempuannya, dia terdiam karena rasa bersalah dan memintasecara halus membujuk saudara perempuannya untukagar memberinyamemberikannya apa yang diabaru saja mereka baca. Saudarinya menjawab negatif dan berkata, "Kamu najis, dan tidak ada orang najis yang dapat menyentuh Kitab Suci." DiaUmar bersikeras, tetapi saudara perempuannya tidak bersedia mengizinkannya menyentuh halaman kecuali dia membasuh tubuhnya. Umar akhirnya menyerah. Ia membasuh tubuhnya dan kemudian mulai membaca ayat-ayat yang berbunyi:
{{Kutipan|اِنَّنِيْٓ ''Sesungguhnyaاَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ<br>Sungguh, AkulahAku ini Allah:, tidak ada Tuhantuhan selain Aku;, maka sembahlah Aku (hanya), dan dirikanlahlaksanakanlah shalat yang teratursalat untuk mengingat-Ku'' (Quran Aku.|author={{Qref|20:|14).|b=yl}}}}
Umar Diakemudian menangis dan menyatakan, "Sesungguhnya ini adalah firman Allah. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah." Mendengar ini, Khabbab keluar dari dalam dan berkata: "Wahai Umar! Kabar gembira untukmu. Kemarin Nabi [Muhammad] berdoa kepada Allah, 'Ya Allah!, kuatkanlah Islam dengan Umar atau Abu Jahl, siapapun di antara mereka yang Engkau sukai.' Sepertinya doanya telah terkabul untuk kebaikanmu."<ref>{{cite book|last=Al Mubarakpury|first=Safi ur Rahman|title=Ar-Raheeq Al-Makhtum (The Sealed Nectar)|year=2002|publisher=Darussalam|isbn=9960-899-55-1|pages=130–131|url=https://books.google.com/books?id=r_80rJHIaOMC&pg=PA130}}</ref>
 
Umar kemudian pergi ke Muhammad dengan pedang yang sama yang dia maksudkan untuk membunuhnya dan menerima Islam di hadapannya dan teman-temannya. Umar berusia 39 tahun ketika dia menerima Islam.<ref name="Tahthib 2002 page 170">Tartib wa Tahthib Kitab [[Al-Bidayah wan Nihayah|al-Bidayah wan-Nihayah]] by [[Ibnu Katsir]], published by Dar al-Wathan publications, Riyadh Kingdom of Saudi Arabia, 1422 [[Hijriyah|Anno hegiræ]] (2002), compiled by Muhammad ibn Shamil as-Sulami, p. 170, {{ISBN|978-9960-28-117-9}}</ref>
 
Menurut satu catatan, setelah masuk Islam Umar secara terbuka berdoamelakukan [[salat]] di depan [[Ka'bah]] sebagai pemimpintetua Quraisy. Sementara itu, tetua Quraisy lainnya seperti [[Abu Jahal]] dan [[Abu Sufyan bin Harb|Abu Sufyan]], dilaporkan menyaksikan hal tersebut dengan marah.{{sfnp|Armstrong|p=35}} IniHal ini semakin membantu umat Islam untuk mendapatkan kepercayaan dalam mempraktikkan ajaran Islam secara terbuka. Pada tahap ini Umar bahkan menantang siapa saja yang berani melarang umat Islam melaksanakan [[salat]], meskipun tidak ada yang berani mengganggu Umar ketika ia sedang shalatsalat terang-terangan.{{sfnp|Armstrong|p=35}}
 
Pertobatan Umar ke Islam memberikan kekuatan kepada umat Islam dan iman Islam di Makkah. Setelah peristiwa inilah umat Islam melakukan sholat secara terbuka di Masjid al-Haram[[Masjidilharam]] untuk pertama kalinya. [[Abdullah bin Mas'ud]] berkata,{{sfn|Aadil|2015|page=30}}
{{Kutipan|Masuk Islamnya Umar adalah kemenangan kita, hijrahnya ke Madinah adalah kesuksesan kita, dan pemerintahannya berkah dari Allah. Kami tidak salat di Masjid al-Haram sampai Umar masuk Islam. Ketika dia masuk Islam, kaum Quraisy terpaksa membiarkan kami shalat di Masjid.{{sfn|Aadil|2015|page=30}}
 
==== Hijrah ke Madinah ====
Pada tahun 622 M, karena keamanan yang ditawarkan oleh Yathribpenduduk Yatsrib (kemudian berganti nama menjadi ''Madīnat an-Nabī'', atau singkatnya [[Madinah]]), Muhammad memerintahkan para pengikutnya untuk bermigrasi ke Medina. Sebagian besar Muslim bermigrasi pada malam hari karena takut akan perlawanan suku Quraisy, tetapi Umar dilaporkan telah pergi secara terbuka pada siang hari dengan mengatakan: "Siapa pun yang ingin menjadikan istrinya janda dan anak-anaknya yatim harus datang dan menemuiku di gerbang kota."{{sfn|Aadil|2015|page=119}}{{sfnp|Armstrong|p=152}} Umar hijrah ke Madinah ditemani oleh sepupu dan saudara iparnya, [[Sa'id bin Zaid]].<ref name="Tahthib 2002 page 170"/>
 
==== Kehidupan di Madinah ====
Ketika Muhammad tiba di Madinah, dia memasangkan setiap imigran ([[Muhajirin|Muhajirin]]) dengan salah satu penduduk kota ([[Kaum Anshar|Anshar]]). Muhammad memasangkan Umar dengan Itban bin Malik dan menjadikan mereka saudara seiman.<ref>{{cite web|title=Khalifa Umar:Early Life in Madina|url=https://www.alim.org/history/khaleefa/umar/3/2/#:~:text=In%20this%20roll%20of%20brotherhood,Malik%20of%20Banu%20Al%2DKhazraj.|website=alim.org|access-date=2023-04-19}}</ref> Muslim tetap damai di Madinah selama kurang lebih satu tahun sebelum Quraisy mengumpulkan pasukan untuk menyerang mereka. Pada tahun 624, Umar berpartisipasi dalam pertempuran pertama antara Muslim dan Quraisy di Mekkah yaitu [[Pertempuran Badar]]. Pada tahun 625, dia ikut serta dalam [[Pertempuran Uhud]]. Pada fase kedua pertempuran, kavaleri [[Khalid bin Walid]] menyerang bagian belakang Muslim dan mengubah gelombang pertempuran, desas-desus tentang kematian Muhammad tersebar dan banyak prajurit Muslim dialihkan dari medan perang, Umar termasuk di antara mereka. Namun, mendengar bahwa Muhammad masih hidup, dia mendatangi Muhammad di gunung Uhud dan bersiap untuk mempertahankan bukit tersebut.{{sfn|Aadil|2015|page=40–41}}
Kemudian di tahun Umar menjadi bagian dari kampanye melawan suku Yahudi [[Bani Nadhir]]. Pada tahun 625, putri Umar [[Hafshah binti Umar|Hafshah]] menikah dengan Muhammad.{{sfn|Aadil|2015|page=42}}
Kemudian pada tahun 627, dia berpartisipasi dalam [[Pertempuran Parit]] dan juga dalam [[Bani Quraizah|Pertempuran Bani Quraizah]].<ref name="Maghazi">Tabqat ibn al-Saad book of Maghazi, p. 62</ref> Pada 628, Umar menyaksikan [[Perjanjian Hudaibiyah]].<ref name="Maghazi"/>
Baris 73 ⟶ 81:
==== Kematian Muhammad ====
Ketika Muhammad meninggal dunia pada tanggal 8 Juni 632 Umar awalnya tidak percaya bahwa dia telah meninggal.<ref name="Suyuti54-61">{{cite book|last=as-Suyuti|first=Jalaluddin|author-link=Jalaluddin as-Suyuthi|title=The History of Khalifahs Who Took The Right Way|url=https://www.amazon.com/History-Khalifahs-Who-Took-Right/dp/1897940254|location=London|date=2008|page=54–61|isbn=978-1897940259|publisher=Ta-Ha Publishers Ltd}}</ref> Dikatakan bahwa Umar berjanji akan membunuh siapa pun yang mengatakan bahwa Muhammad mati. Umar berkata: "Dia tidak mati tetapi dia telah pergi ke tuhannya seperti [[Musa]] pergi, menghilang dari kaumnya selama empat puluh malam setelah itu dia kembali kepada mereka. Demi Allah, Nabi akan kembali sebagaimana Musa kembali (kepada kaumnya) dan dia akan memotong tangan dan kaki orang-orang yang mengatakan bahwa dia (Rasul) telah mati.”<ref>{{cite web|url=https://archive.org/stream/TheBiographyOfAbuBakrAsSiddeeq/TheBiographyOfAbuBakrAs-siddeeq#page/n199/mode/2up|title=The Biography of Abu Bakr As-Siddeeq|work=archive.org|year=2007}}</ref> [[Abu Bakr]] kemudian secara terbuka berbicara kepada komunitas di masjid, mengatakan: {{quote|"Barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka ketahuilah bahwa Muhammad telah mati, namun barangsiapa yang menyembah Allah, maka ketahuilah bahwa Allah itu hidup dan tidak pernah mati ."<ref name="http://sunnah.com/bukhari/62/19">{{cite web|url=http://sunnah.com/bukhari/62/19 |title=Hadith – Book of Companions of the Prophet – Sahih al-Bukhari – Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم) |website=Sunnah.com |date=26 April 2012 |access-date=29 January 2019}}</ref>}} Abu Bakar kemudian membacakan ayat-ayat dari al-Qur'an:
{{quote|''Dan Muhammad tidak lain hanyalah seorang Rasul. Sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia mati atau terbunuh, kamu akan berbalik ke belakang? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka dia tidak akan merugikan Allah sedikitpun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur'' (|author={{qref|2|144|b=yl}})<ref name="http://sunnah.com/bukhari/62/19"/>}} Mendengar ini, Umar berlutut dalam kesedihan dan menerima kematian Muhammad. Muslim Sunni mengatakan bahwa penyangkalan atas kematian Muhammad disebabkan oleh cintanya yang dalam kepadanya.<ref name="Suyuti54-61" />
 
== Pendirian Khilafahkhilafah ==
{{See also|Saqifah Bani Sa'idah}}
Kapasitas politik Umar pertama kali terwujud sebagai pembantu kekhalifahan setelah kematian Muhammad pada 8 Juni 632.{{sfnp|Madelung|1997|p={{pn|date=June 2022}}}} Sementara pemakaman Muhammad sedang diatur, sekelompok pengikut Muhammad yang merupakan penduduk asli MedinaMadinah, ''[[kaum Anshar|Anshar]]'' (pembantu), mengadakan pertemuan di pinggiran kota, secara efektif mengunci keluar orang-orang sahabat yang dikenal sebagai ''[[Muhajirin|Muhajirin]]'' (imigran) termasuk Umar.{{sfnp|Madelung|1997|p={{pn|date=June 2022}}}} Umar yang mengetahui tentang pertemuan ini di [[Saqifah Bani Sa'idah]], bergegas pergi menuju pertemuan tersebut dengan membawa dua Muhajir lainnya, [[Abu Bakar]] dan [[Abu Ubaidah bin Jarrah]]. Umar mungkin ingin mencegah rencana Ansar untuk pemisahan politik. Sesampainya di pertemuan tersebut, Umar dihadapkan pada kesatuan masyarakat suku dari Anshar yang menolak menerima kepemimpinan kaum Muhajirin.{{sfnp|Madelung|1997|p={{pn|date=June 2022}}}} Namun, Umar tidak gentar dengan keyakinannya bahwa kekhalifahan harus berada di bawah kendali kaum Muhajir.<ref name="history">{{cite book|title=The History of al-Tabari|publisher=State University of New York Press|year=1990}}</ref> Umar, setelah negosiasi tegang yang berlangsung satu atau dua hari, dengan cemerlang membagi Anshar menjadi faksi lama mereka yang bertikai [[Aus|Aus]] dan suku [[Khazraj]]. Umar menyelesaikan perpecahan dengan meletakkan tangannya di tangan Abu Bakar sebagai calon persatuan bagi mereka yang berkumpul di Saqifah. Orang lain di Saqifah mengikutinya, kecuali suku Khazraj dan pemimpin mereka, [[Sa'ad bin Ubadah]], yang dikucilkan sebagai akibatnya. Suku Khazraj dikatakan tidak menimbulkan ancaman berarti karena ada cukup banyak prajurit dari suku Madinah seperti Bani Aus untuk segera mengatur mereka menjadi pengawal militer untuk Abu Bakar.{{sfnp|Madelung|1997|p={{pn|date=June 2022}}}}
 
[[Wilferd Madelung]] merangkum kontribusi Umar:{{sfnp|Madelung|1997|p=33}}
{{quote|Umar menilai hasil majelis Saqifa sebagai ''falta'' [diterjemahkan oleh Madelung sebagai 'kesepakatan yang tergesa-gesa dan tidak dipertimbangkan dengan baik']{{sfnp|Madelung|1997|p=22}} karena ketidakhadiran sebagian besar tokoh Muhajirun, termasuk keluarga dan klan Nabi sendiri, yang partisipasinya dianggap penting untuk konsultasi yang sah (syura, musyawara). Hal itu, dia mengingatkan masyarakat, agar tidak menjadi preseden untuk masa depan. Namun dia juga membela hasilnya, mengklaim bahwa umat Islam merindukan Abu Bakar tidak seperti orang lain. Dia meminta maaf, terlebih lagi, bahwa para Muhajirin yang hadir terpaksa mendesak untuk segera bersumpah setia karena Anshar tidak dapat dipercaya untuk menunggu konsultasi yang sah dan mungkin akan memilih salah satu pemimpin dari mereka sendiri. Alasan lain bagi Umar untuk mengecam pertemuan Saqifah sebagai falta tidak diragukan lagi adalah akhir yang bergolak dan tidak bermartabat, karena dia dan para pengikutnya menyerang pemimpin Khazraj, Sa'ad bin Ubadah untuk memberinya pelajaran, atau untuk membunuhnya karena berani menantang satu-satunya hak kaum Quraisy untuk memerintah. Terlebih lagi, pembubaran rapat yang kejam ini menunjukkan bahwa kaum Anshar tidak mungkin semuanya terpengaruh oleh kebijaksanaan dan kefasihan pidato Abu Bakar dan telah menerimanya sebagai pilihan terbaik untuk suksesi, seperti yang disarankan oleh [[Leone Caetani|Caetani]]. Tidak ada gunanya memukul kepala Khazraj jika semua orang datang untuk bersumpah setia kepada calon Umar. Sejumlah besar kaum Ansar, mungkin khususnya dari Khazraj, pasti menolak untuk mengikuti jejak Muhajirin.{{sfnp|Madelung|1997|p=33}}}}
 
Menurut berbagai sumber [[Syiah Dua Belas Imam]] dan Madelung, <ref name="iis.ac.uk">{{cite web|url=http://www.iis.ac.uk/view_article.asp?ContentID=106316|title=Umar at Ismaili sect|work=Institute of Ismaili Studies|access-date=8 August 2013|archive-date=3 July 2015|archive-url=https://web.archive.org/web/20150703110811/http://www.iis.ac.uk/view_article.asp?ContentID=106316|url-status=dead}} <!-- It is unclear what article is being referenced or what it is being referenced for--></ref> Umar dan Abu Bakar pada dasarnya melakukan kudeta politik terhadap [[Ali bin Abi Thalib]] di Saqifah. {{sfnp|Madelung|1997|p={{pn|date=June 2022}}}} Menurut salah satu versi riwayat di [[sumber primer]], Umar dan Abu Bakar juga dikatakan telah menggunakan kekerasan untuk mencoba mendapatkan kesetiaan dari Ali dan pengikutnya. Telah dilaporkan dalam sebagian besar sumber sejarah Persia yang ditulis 300 tahun kemudian, seperti dalam ''[[Sejarah Para Nabi dan Raja]]'', bahwa setelah penolakan Ali untuk memberi penghormatan, Abu Bakar mengirim Umar dengan bersenjata. kontingen ke rumah [[Fatimah binti Muhammad|Fatimah]] tempat Ali dan para pendukungnya konon berkumpul. Umar dilaporkan telah memperingatkan orang-orang di rumah tersebut, bahwa Ali harus menyerah pada Abu Bakar, atau dia akan membakar rumah Fatimah, <ref name="history"/>{{page needed|date=August 2021}} dan dalam keadaan seperti ini Ali terpaksa menyerah. Versi peristiwa ini, yang diterima sepenuhnya oleh ulama Syiah, umumnya ditolak oleh ulama Sunni yang, mengingat laporan lain dalam literatur mereka, percaya bahwa Ali bersumpah setia kepada Abu Bakar tanpa ada keluhan. Tapi kemudian sumber-sumber Sunni dan Syiah lainnya mengatakan bahwa Ali tidak bersumpah setia kepada Abu Bakar setelah pemilihannya, tetapi enam bulan kemudian setelah kematian istrinya, Fatimah. Baik Sunni maupun Syiah sama-sama menerima bahwa Ali merasa bahwa Abu Bakar seharusnya memberitahunya sebelum pergi ke pertemuan dengan Anshar dan bahwa Ali bersumpah setia kepada Abu Bakar.
 
Sarjana Barat cenderung setuju bahwa Ali percaya dia memiliki mandat yang jelas untuk menggantikan Muhammad,{{citation needed|date=July 2012}} tetapi menawarkan pandangan yang berbeda tentang sejauh mana penggunaan kekuatan oleh Umar dalam upaya untuk mengintimidasi Ali dan para pendukungnya. Misalnya, Madelung menolak klaim penggunaan kekerasan dan menyatakan bahwa:
Baris 89 ⟶ 97:
Menurut Tom Holland, kesejarahan Umar tidak diragukan lagi.<ref name=holland>{{cite book |title=In the shadow of the sword, The Battle for Global Empire and the End of the Ancient World |url=https://archive.org/details/inshadowofswordb0000holl_i1h8 |first=Tom |last=Holland |year=2013 |isbn=978-0-349-12235-9 |publisher=Abacus |pages=[https://archive.org/details/inshadowofswordb0000holl_i1h8/page/381 381]–382}}</ref> Seorang uskup Armenia yang menulis satu dekade atau lebih setelah [[Pertempuran al-Qadisiyah]] menggambarkan Umar sebagai "penguasa perkasa yang mengoordinasi kemajuan putra-putra Ismail dari kedalaman padang pasir".<ref name=holland /><ref>Sebeos 139</ref> Tom Holland menulis "Apa yang menambah prestasinya, adalah bahwa kualitasnya yang mengguncang bumi sebagai seorang generalissimo, digabungkan dengan kebajikan yang paling khas. Daripada meniru cara seorang Kaisar, seperti yang telah dilakukan raja-raja Ghassaniyah, dia menggunakan contoh dari jenis orang Kristen yang sangat berbeda. Jubah Umar yang tipis, pola makannya yang terdiri dari roti, garam dan air, dan penolakannya terhadap kekayaan duniawi akan mengingatkan siapa pun dari padang pasir yang menjangkau ke luar Palestina akan jenis orang yang sangat khusus. Gurun Yudea telah lama menjadikan diri mereka sebagai pejuang Tuhan. Pencapaian Umar adalah membawa bahasa seperti itu ke tingkat yang literal dan ekstrem yang tak terbayangkan sebelumnya."<ref name=holland />
 
== Masa kekhalifahanPenasihat Abu Bakar ==
Karena situasi politik yang sulit di Arab, Umar awalnya menentang operasi militer terhadap suku-suku pemberontak di sana,{{cn}} berharap mendapatkan dukungan mereka jika terjadi invasi dari Romawi atau Persia. Namun kemudian, dia setuju dengan strategi Abu Bakar untuk menumpas pemberontakan dengan kekerasan. Menjelang akhir tahun 632 M, Jenderal [[Khalid bin Walid]] berhasil menyatukan Arab setelah kemenangan berturut-turut melawan para pemberontak. Selama masa pemerintahannya sendiri nanti, Umar kebanyakan mengadopsi kebijakan menghindari perang dan mengkonsolidasikan kekuasaannya di tanah yang tergabung daripada memperluas kerajaannya melalui peperangan terus menerus.<ref>''Medieval Islamic political thought'', Patricia Crone, p. 18</ref>
 
Umar menasihati Abu Bakar untuk menyusun al-Qur'an dalam bentuk buku setelah 300 {{transliteration|ar|huffāẓ}} (penghafal) al-Qur'an tewas dalam [[Pertempuran Yamamah]].<ref name="sunnah.com">{{cite web|url=http://sunnah.com/bukhari/93/53|title=Hadith – Book of Judgments (Ahkaam) – Sahih al-Bukhari – Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|work=Sunnah.com}}</ref>
 
=== Wasiat Abu Bakar ===
Abu Bakar menunjuk Umar sebagai penggantinya sebelum meninggal pada tahun 634 M.<ref>{{cite web|url=https://archive.org/stream/TheBiographyOfAbuBakrAsSiddeeq/TheBiographyOfAbuBakrAs-siddeeq#page/n711/mode/2up|title=The Biography of Abu Bakr As-Siddeeq|work=archive.org|year=2007}}</ref> ​​KarenaKarena sifatnya yang keras dan otokratis, Umar bukanlah sosok yang sangat populer di antara tokoh-tokoh Madinah dan anggota Majelis Syura; oleh karena itu, para sahabat Abu Bakar yang berpangkat tinggi berusaha mencegahnya untuk tidak menyebut nama Umar.{{sfn|Aadil|2015|page=58–59}}<ref>{{The History of al-Tabari|volume=11|page=157|ref={{sfnref|Blankinship|1993}}}}</ref> Namun demikian, Abu Bakar tetap memutuskan untuk menjadikan Umar sebagai penggantinya. Umar terkenal karena kemauannya yang luar biasa, kecerdasannyasikap penuh perhitungan, kecerdasan politiknya, ketidakberpihakannya, keadilannya, dan kepeduliannya terhadap orang miskin.<ref>''Early caliphate'', Muhammad Ali, Muḥammad Yaʿqūb K̲h̲ān, p. 85</ref> Abu Bakar dilaporkan telah berkata kepada para penasihat tinggi:
 
{{Kutipan|Ketegasannya (Umar) ada karena kelembutanku. ketikaKetika beban kekhalifahan telah berada di atas bahunya, dia tidak akan lagi tegas. Jika saya akan diminta oleh Tuhan kepada siapa saya telah menunjuk pengganti saya, saya akan mengatakan kepadanya bahwa saya telah menunjuk pria terbaik di antara pria Anda.<ref>'ʿUmar Farooq-i-Azam'', Mohammad Hussain Haikal, chapter 4, pp. 112–113</ref>}}
 
Abu Bakar menyadari kekuatan dan kemampuan Umar untuk menggantikannya. Dia mungkin merupakan salah satu transisi kekuasaan yang paling mulus dari satu otoritas ke otoritas lain di negeri-negeri Muslim.{{sfn|Blankinship|1993|page=145-153}} Sebelum kematiannya, Abu Bakar memanggil [[Utsman bin Affan]] untuk menulis wasiatnya di mana dia menyatakan Umar sebagai penggantinya:
{{Kutipan|Atas nama Tuhan Yang Maha Penyayang. Ini adalah wasiat dan wasiat terakhir Abu Bakar bin Abu Quhafah, pada detik-detik terakhirnya di dunia, dan awal perjalanannya menuju akhirat; yaitu suatu waktu di mana orang-orang yang ingkar akan percaya, dan orang-orang fasik akan meyakini serta melihat hasil dari kejahatan mereka. Kemudian, saya mencalonkan Umar bin al-Khattab sebagai pengganti saya. Karena itu, dengarkan dan patuhilah dia. Jika dia bertindak sesuai kebenaran, maka dukunglah dan itulah yang saya ketahui dari dirinya. Hanya kebaikan yang saya inginkan, tetapi saya tidak bisa melihat hasil di masa depan. Namun, orang-orang yang zalim dan jahat kelak akan mengetahui tempat kembali seperti apa yang akan mereka dapati. Semoga nikmat dan barakah dari Allah senantiasa tercurah kepada kalian.<ref>{{Cite web|url=http://www.alim.org/library/biography/khalifa/content/KAB/18/2|title=Islamic history of Khalifa Abu Bakr – Death of Abu Bakr &#124; Al Quran Translations &#124; Alim|website=www.alim.org}}</ref>}}
 
== Kekhalifahan (634–644) ==
=== Tantangan awal ===
Meskipun hampir semua umat Islam telah memberikan janji kesetiaan mereka kepada Umar, dia lebih ditakuti daripada dicintai. Menurut [[Muhammad Husayn Haykal]], tantangan pertama bagi Umar adalah mendapat dukungan dari rakyatnya dan anggota Majelis Syura.<ref>{{harvtxt|Haykal, |1944.}} Chapter 5, p. 119.</ref>
 
Umar adalah seorang orator berbakat, dan dia menggunakan kemampuannya untuk meningkatkan reputasinya di antara orang-orang.<ref>''Modern Islamic political thought'', Hamid Enayat, p. 6.</ref>
 
Muhammad Husain Haykal menulis bahwa penekanan Umar adalah pada kesejahteraan orang miskin dan kurang mampu.<ref>{{harvtxt|Haykal, |1944.}} Chapter 5, p. 130.</ref> Selain itu, Umar, untuk meningkatkan reputasi dan hubungannya dengan [[Bani Hasyim]], suku [[Ali]], menyerahkan tanah miliknya yang disengketakan di Khaibar kepada yang terakhir. Ia mengikuti keputusan Abu Bakar atas [[Khotbah Fadak|sengketa tanah Fadak]], tetap memperlakukannya sebagai milik negara. Dalam [[perang Riddah]], ribuan tahanan dari suku pemberontak dan murtad dibawa sebagai budak selama ekspedisi. Umar memerintahkan amnesti umum untuk para tahanan, dan emansipasi segera mereka.<ref>{{harvtxt|Haykal, |1944.}} Chapter 5, p. 135.</ref> Hal ini membuat Umar cukup populer di kalangan suku Arab Badui. Dengan dukungan publik yang diperlukan di pihaknya, Umar mengambil keputusan berani untuk memanggil kembali dan memberhentikan Khalid bin Walid dari jabatan komando tertinggi di garis depan Romawi.<ref>{{harvtxt|Haykal, |1944.}} Chapter 5, p. 140.</ref>
 
=== Administrasi politik dan sipil ===
Baris 144 ⟶ 152:
 
=== Kunjungan ke Yerussalem ===
{{Main|Pengepungan Yerusalem (636–637)#Penyerahan}}
{{See also|Surat jaminan oleh Umar}}
[[Berkas:Grands conquerants - Omar, le 2eme calife, prenant en personne possession de Jerusalem l'an 638 de l'ere chretienne.jpg|thumb|250px|ka|''Penaklukan Besar'' (1905), menggambarkan Umar memasuki Yerussalem.]]
Kunjungan Umar ke Yerusalem pada 638 didokumentasikan dalam beberapa sumber. Sebuah teks Yudeo-Arab yang baru ditemukan mengungkapkan anekdot berikut:<ref name="Simha Assaf 1946, pp. 20-21"/>
{{Kutipan|Umar memerintahkan orang bukan Yahudi dan sekelompok orang Yahudi untuk membersihkan area Bukit Bait Suci. Umar mengawasi pekerjaan itu. Orang-orang Yahudi yang datang mengirim surat kepada orang-orang Yahudi lainnya di Palestina dan memberi tahu mereka bahwa Umar telah mengizinkan pemukiman kembali Yerusalem oleh orang Yahudi. "Umar, setelah beberapa konsultasi, mengizinkan tujuh puluh rumah tangga Yahudi untuk kembali. Mereka kembali untuk tinggal di bagian selatan kota, yaitu Pasar Yahudi. (Tujuan mereka adalah berada di dekat air Silwan dan Bukit Kuil dan gerbangnya). Kemudian Panglima Umar mengabulkan permintaan mereka. Tujuh puluh keluarga pindah ke Yerusalem dari Tiberias dan daerah sekitarnya dengan istri dan anak-anak mereka.}}
 
"Umar memerintahkan orang bukan Yahudi dan sekelompok orang Yahudi untuk membersihkan area Bukit Bait Suci. Umar mengawasi pekerjaan itu. Orang-orang Yahudi yang datang mengirim surat kepada orang-orang Yahudi lainnya di Palestina dan memberi tahu mereka bahwa Umar telah mengizinkan pemukiman kembali Yerusalem oleh orang Yahudi. "Umar, setelah beberapa konsultasi, mengizinkan tujuh puluh rumah tangga Yahudi untuk kembali. Mereka kembali untuk tinggal di bagian selatan kota, yaitu Pasar Yahudi. (Tujuan mereka adalah berada di dekat air Silwan dan Bukit Kuil dan gerbangnya). Kemudian Panglima Umar mengabulkan permintaan mereka. Tujuh puluh keluarga pindah ke Yerusalem dari Tiberias dan daerah sekitarnya dengan istri dan anak-anak mereka."
 
Dilaporkan juga atas nama Uskup Aleksandria [[Eutikius dari Aleksandria|Eutikius]] (932–940 M) bahwa batu karang yang dikenal sebagai Bukit Bait Suci pernah menjadi tempat reruntuhan sejak zaman Permaisuri Helena, ibu dari [[Konstantinus Agung]], yang membangun gereja di Yerusalem, "orang Bizantium, telah dengan sengaja meninggalkan situs kuno Kuil seperti aslinya, dan bahkan membuang sampah di atasnya, sehingga terbentuk tumpukan puing yang besar." Hanya ketika Umar berbaris ke Yerusalem dengan pasukan, dia bertanya kepada [[Kaab al-Ahbar]], seorang Yahudi sebelum dia masuk Islam, "Di mana Anda menyarankan saya untuk membangun tempat ibadah?" Kaab menunjuk Batu Bait Suci, yang sekarang menjadi timbunan reruntuhan raksasa dari bait Yupiter.<ref>''The History of al-Tabari'', vol. XII, Albany: State University of New York Press 2007, pp. 194–195</ref> Menurut Ka'ab, orang-orang Yahudi secara singkat memenangkan kembali ibu kota lama mereka seperempat abad sebelumnya (ketika Persia menyerbu Suriah dan Palestina), tetapi mereka tidak punya waktu untuk membersihkan situs Kuil, karena Rum (Bizantium) telah merebut kembali kota. Saat itulah Umar memerintahkan sampah di Ṣakhra (batu) untuk disingkirkan oleh suku Nabataean, dan setelah tiga kali hujan deras membersihkan Batu itu, dia mendirikan sembahyang di sana. Sampai hari ini, tempat itu dikenal sebagai ''ḳubbat es ṣakhra'', [[Kubah Batu]].
Baris 160 ⟶ 169:
Pada tahun 638 M, Arab mengalami kekeringan parah yang diikuti oleh kelaparan. Tak lama kemudian, cadangan makanan di Madinah mulai habis. Umar memesan karavan perbekalan dari Suriah dan Irak, dan secara pribadi mengawasi distribusinya. Tindakannya menyelamatkan banyak nyawa di seluruh Arabia.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=3HYQ3vETMgcC&q=umar+saved+famine&pg=PA44|title=Umar: Makers of Islamic Civilization|last1=Numani|first1=Shibli|last2=Numani|first2=Muhammad Shibli|date=6 November 2004|publisher=I.B.Tauris|isbn=9781850436706|pages=44–45|language=en}}</ref> Gubernur pertama yang menanggapi adalah [[Abu Ubaidah bin Jarrah]], gubernur Suriah dan panglima tertinggi [[Pasukan Rasyidin|tentara Rasyidin]].<ref>{{cite web |title=Life and Works of 2nd Caliph Umar Al Khattab |url=http://www.lscollege.ac.in/sites/default/files/e-content/2nd%20Caliph%20Umar%20al%20Khattab.pdf |website=[[Langat Singh College]], MUZAFFARPUR, India}}</ref>
 
Belakangan, Abu Ubaidah melakukan kunjungan pribadi ke Madinah dan bertindak sebagai petugas penanggulangan bencana, yang dipimpin langsung oleh Umar. Untuk pengungsi internal, Umar menyelenggarakan makan malam setiap malam di Madinah, yang menurut perkiraan, dihadiri lebih dari seratus ribu orang.<ref>{{harvtxt|Haykal, |1944.}} Chapter 22.</ref>
 
=== Wabah penyakit ===
{{Main|Wabah Amwas}}
Saat kelaparan berakhir di Arab, banyak distrik di Suriah dan Palestina dihancurkan oleh [[Wabah Amwas|wabah]]. Sementara Umar sedang dalam perjalanan untuk mengunjungi Suriah, di [[Eilat]], dia diterima oleh Abu Ubaidah bin Jarrah, gubernur Suriah, yang memberitahunya tentang wabah dan intensitasnya, dan menyarankan agar Umar kembali ke Madinah. Umar mencoba membujuk Abu Ubaidah untuk ikut bersamanya ke Madinah, namun ia menolak meninggalkan pasukannya dalam situasi genting itu. Abu Ubaidah meninggal pada 639 karena terkena wabah, yang juga merenggut nyawa 25.000 Muslim di Suriah. Setelah wabah mereda, pada akhir tahun 639, Umar mengunjungi Suriah untuk reorganisasi politik dan administrasi, karena sebagian besar komandan dan gubernur veteran telah meninggal karena wabah.<ref>{{harvtxt|Haykal, |1944.}} Chapter 21.</ref><ref>{{cite journal |last1=Dols |first1=M. W. |title=Plague in Early Islamic History |journal=Journal of the American Oriental Society |date=July–September 1974 |volume=94 |issue=3 |pages=371–383 |doi=10.2307/600071 |jstor=600071 |ref=harv |issn=0003-0279}}</ref>
 
=== Negara kesejahteraan ===
Agar dekat dengan orang miskin, Umar tinggal di gubuk lumpur sederhana tanpa pintu dan berjalan-jalan setiap malam. Setelah berkonsultasi dengan orang miskin, Umar mendirikan biro kesejahteraan pertama, [[Baitul Mal]]. <ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=kWp8aeuqKaYC&q=umar+walked+the+streets+every+evening&pg=PT44|title=Umar bin Al Khattab – The Second Caliph of Islam|first=Abdul Basit|last=Ahmad|date=6 September 2017|publisher=Darussalam|isbn=9789960861081|via=Google Books}}</ref><ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=T-uN7tDGSZMC&q=umar+lived+in+a+mud+hut&pg=PA20|title=Men Around the Messenger|first=Khālid Muḥammad|last=Khālid|date=1 February 2005|publisher=The Other Press|isbn=9789839154733|via=Google Books}}</ref><ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=RQxYnAykK6sC&q=umar+lived+in+a+mud+hut&pg=PT132|title=The Living Thoughts of the Prophet Muhammad|isbn=9781934271223|last1=Ali|first1=Maulana Muhammad|date=16 April 2015}}</ref> Baitul mal membantu Muslim dan non-Muslim yang miskin, membutuhkan, lanjut usia, yatim piatu, janda, dan orang cacat. Baitul mal berlangsung selama ratusan tahun, dari Kekhalifahan RashidunRasyidin pada abad ke-7 hingga periode [[Kekhalifahan Umayyah]] (661–750) dan bahkan tetap ada hingga era [[Kekhalifahan Abbasiyah]]. Umar juga memperkenalkan tunjangan anak dan pensiun untuk anak-anak dan orang tua.<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=HJE9AAAAIAAJ&q=umar+welfare+state&pg=PA254|title=Administrative Development: An Islamic Perspective|first=Muhammad|last=Al-Buraey|date=6 September 1985|publisher=KPI|isbn=9780710303332|via=Google Books}}</ref><ref>The challenge of Islamic renaissance By Syed Abdul Quddus</ref><ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=lT8OAAAAQAAJ&q=umar+Bayt+al-mal&pg=PA252|title=Administrative Development: An Islamic Perspective|first=Muhammad|last=Al-Buraey|date=6 September 1985|publisher=KPI|isbn=9780710300591|via=Google Books}}</ref><ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=EnT_zhqEe5cC&q=umar+Bayt+al-mal&pg=PA539|title=Ottoman History|isbn=9789090261089|last1=Akgündüz|first1=Ahmed|last2=Öztürk|first2=Said|year=2011}}</ref>
 
=== Perdagangan bebas ===
Penduduk lokal Yahudi dan Kristen, yang dianiaya sebagai minoritas agama dan dikenakan pajak yang tinggi untuk membiayai [[Perang Romawi–Persia|Perang Bizantium–SassanidBizantium–Sasaniyah]], sering membantu umat Islam untuk mengambil alih tanah mereka dari Bizantium dan Persia, menghasilkan penaklukan yang sangat cepat.{{sfnp|Esposito|2010|p=38}}{{sfnp|Hofmann|2007|p=86}} Karena daerah-daerah baru bergabung dengan kekhalifahan, mereka juga mendapat manfaat dari perdagangan bebas, sementara berdagang dengan daerah-daerah lain di kekhalifahan (untuk mendorong perdagangan, dalam Islam perdagangan tidak dikenakan pajak, tetapi kekayaan tunduk pada [[zakat]]).<ref>Islam: An Illustrated History By Greville Stewart Parker Freeman-Grenville, Stuart Christopher Munro-Hay, p. 40</ref> Sejak [[Konstitusi Madinah]], yang disusun oleh Muhammad disahkan, orang Yahudi dan Kristen terus menggunakan hukum mereka sendiri di Kekhalifahan dan memiliki hakim sendiri.<ref>R. B. Serjeant, "Sunnah Jami'ah, pacts with the Yathrib Jews, and the Tahrim of Yathrib: analysis and translation of the documents comprised in the so-called 'Constitution of Medina'", Bulletin of the School of Oriental and African Studies (1978), 41: 1–42, Cambridge University Press.</ref><ref>Watt. Muhammad at Medina and R. B. Serjeant "The Constitution of Medina." Islamic Quarterly 8 (1964) p.4.</ref><ref name="Constitution of Medina">{{cite web|url=https://www.scribd.com/doc/15118390/Madinah-Peace-Treaty|title=Madinah Peace Treaty|via=Scribd}}</ref>
 
== Pembunuhan ==
{{Main|Abu Lu'lu'ah}}
[[File:Tarikhuna bi-uslub qasasi-The Conspiracy to kill Umar.jpg|thumb|upright=.85|left|Penggambaran awal abad ke-20 tentang Abdurrahman ([[Abdurrahman bin Auf|bin Auf]] atau [[Abdurrahman bin Abi Bakar|bin Abu Bakar]]) yang menyaksikan konspirasi Abu Lu'lu'ah, [[Hurmuzan]], dan Jufainah (digambarkan secara keliru di sini sebagai seorang wanita; penggambaran senjata pembunuh mungkin juga keliru).]]
Pada suatu subuh yang gelap, ketika Umar sedang memimpin salat subuh berjamaah di [[Masjid Nabawi]], [[Madinah]], seorang budak dari Persia, [[Abu Lu'lu'ah]] menikamnya dengan belati bermata dua.<ref>{{harvnb|El-Hibri|2010|p=109}}</ref> Ada beberapa versi yang berbeda tentang kronologi kejadiannya: menurut salah satu versi, dia juga membunuh Kulaib bin Bukair al-Laitsi yang berada di belakang Umar,<ref>{{The History of al-Tabari | volume = 14 | page = 90}} lihat {{harvnb|El-Hibri|2010|p=109}}. Lihat {{harvnb|Caetani|1905–1926|loc=vol. V, hlm.}} [https://archive.org/details/annalidellislam05caetuoft/page/216/mode/1up 216].</ref> sementara menurut versi lain dia menikam tiga belas orang yang mencoba menahannya.<ref>{{harvnb|El-Hibri|2010|p=109}}.</ref> Menurut beberapa catatan, Umar meninggal pada hari yang sama, sementara catatan lain menyatakan bahwa dia meninggal tiga hari kemudian.<ref name="Pellat 2011">{{harvnb|Pellat|2011}}.</ref> Bagaimanapun, Umar meninggal karena luka-lukanya pada hari Rabu 26 Dzulhijjah 23 [[Hijriyah]] (6 November 644 menurut penanggalan Masehi).<ref>{{harvnb|Levi Della Vida|Bonner|1960–2007}}; {{harvnb|Pellat|2011}}.</ref>
 
=== Akibat ===
{{See also|Pemilihan Utsman}}
Beberapa sumber sejarah melaporkan bahwa Abu Lu'lu'ah ditawan dan dieksekusi karena membunuh Umar bin Khattab, sementara sumber lain mengeklaim bahwa dia bunuh diri.<ref name="Pellat 2011"/> Setelah kematian Abu Lu'lu'ah, putrinya dibunuh oleh [[Ubaidullah bin Umar]], salah satu putra Umar. Ubaidullah bertindak setelah mendengar klaim salah satu orang (antara [[Abdurrahman bin Auf]] atau [[Abdurrahman bin Abi Bakar]]) yang mengaku melihat Abu Lu'lu'ah bersekongkol dengan dua orang Persia lainnya yaitu [[Hurmuzan]] (penasihat militer Persia Umar), dan Jufainah, seorang pria Kristen dari Irak yang dibawa ke Madinah untuk menjadi guru sebuah keluarga di Madinah.<ref>{{harvnb|Madelung|1997|p=69}} (lihat hlm. 404, dimana Madelung menyebutnya "Jufayna al-Naṣrānī" dari al-Hirah).</ref> Pada akhirnya, Hurmuzan dan Jufainah juga dibunuh oleh Ubaidullah.<ref>{{harvnb|Madelung|1997|p=69–70}}</ref> Setelah Ubaidullah ditahan karena pembunuhan ini, dia mengancam akan membunuh semua tawanan asing yang tinggal di Madinah, serta beberapa orang lainnya. Meskipun sejarawan [[Syiah]] cenderung berpendapat bahwa Ubaidullah mungkin telah dihasut oleh saudara perempuannya [[Hafshah binti Umar]] untuk membalas kematian ayah mereka, pembunuhanya terhadap Hurmuzan dan Jufainah kemungkinan disebabkan oleh gangguan mental daripada konspirasi seperti yang dituduhkan oleh para sejarawan Syiah. Hal itu tentu dianggap oleh rekan-rekannya sebagai kejahatan daripada tindakan pembalasan dendam.<ref>{{harvnb|Madelung|1997|p=69}}.</ref>
 
Pada awalnya, Umar sempat bimbang dengan suksesinya.{{Sfn|Crone|2001|p=4}} Meskipun begitu, dikabarkan bahwa ia telah membentuk panitia pemilihan khalifah yang terdiri atas enam orang sahabat terkemuka: [[Utsman bin Affan]], [[Ali bin Abi Thalib]], [[Sa'ad bin Abi Waqqash]], [[Abdurrahman bin Auf]], [[Zubair bin Awwam]], dan [[Thalhah bin Ubaidillah]].{{Sfn|Madelung|1997|p=71}}{{Sfn|Jafri|1979|p=51}} Setelah kematian Umar, hasil rapat panitia ini memutuskan bahwa Utsman diangkat sebagai khalifah ketiga.{{Sfn|Afsaruddin|2013|p=44}} Sementara itu, Ali menganggap bahwa keputusan tersebut sepihak dan merasa keberatan dengan hasil musyawarah panitia,{{Sfn|Halm|1997|p=4}} meskipun ia tidak menentang keputusan akhirnya.{{Sfn|Halm|1997|p=4}}
[[File:Tarikhuna bi-uslub qasasi-The Conspiracy to kill Umar.jpg|thumb|left|Early 20th-century depiction of Abd al-Rahman ([['Abd al-Rahman ibn 'Awf|ibn Awf]] or [[Abdul-Rahman ibn Abi Bakr|ibn Abi Bakr]]) witnessing the purported conspiracy of Abu&nbsp;Lu'lu'a, [[Hurmuzān]], and Jufayna (wrongly depicted here as a woman; the depiction of the murder weapon may also be wrong)<ref>{{harvnb|Madelung|1997|p=404}} refers to Jufayna as "al-Naṣrānī", indicating that he was a man. Moreover, while the murder weapon seems to be depicted here as a split-blade sword (like [[Zulfiqar]]), {{harvnb|El-Hibri|2010|p=109}} describes it as "a unique dagger", having "two pointed sharp edges, with a handle in the middle". The picture is taken from {{transliteration|ar|Tārīkhunā bi-uslūb qaṣaṣī}} ('Our History in a Narrative style'), a popular history book first published in Iraq in 1935.</ref>]]
[[File:Tombstone of Umar (r.a) by mohammad adil rais.JPG|thumb|Tombstone of caliph Umar, in the [[Green Dome]] in [[al-Masjid al-Nabawi]], Medina. The first window from the right gives a view of Umar's grave.]]
 
In 644, Umar was assassinated by a Persian slave named [[Abu Lu'lu'a Firuz]]. His motivation for the assassination is not clear, but medieval sources attribute it to a tax dispute with his Arab master [[al-Mughira ibn Shu'ba]].{{sfnp|Pellat|2011}}
 
According to some historical accounts, Abu Lu'lu'a was a [[Zoroastrian]] from [[Nahavand]] (Iran), though other reports describe him as a [[Eastern Christianity|Christian]].<ref>{{harvnb|Pellat|2011}}. Modern authors also take different views: {{harvnb|Levi Della Vida|Bonner|2000}} merely state that he was a Christian slave, whereas {{harvnb|Madelung|1997|p=75, note 67}} finds the sources claiming he was Christian unreliable. {{harvnb|Ishkevari|Nejad|2008}} mention that according to the {{transliteration|ar|Mujmal al-tawārīkh wa-l-qiṣaṣ}}, an anonymous work written c. 1126 CE, Abu Lu'lu'a came from Fin, a village near [[Kashan]].</ref> A highly skilled [[joiner]] and [[blacksmith]],<ref name="Pellat2011">{{harvnb|Pellat|2011}}.</ref> Abu Lu'lu'a was probably taken captive by his master al-Mughira in the [[Battle of Nahavand]] (642) and subsequently brought to [[Arabia]], where he may also have converted to Islam.<ref>This is the view of {{harvnb|Madelung|1997|p=75, note 67}}.</ref> Other historical sources report that he was rather taken captive by al-Mughira in the [[Battle of al-Qadisiyya]] (636), or that he was sold to al-Mughira by [[Hurmuzān]], an ex-[[Sassanid]] military officer who had been working for Umar as an adviser after his own capture by the Muslims.<ref>See the sources cited by {{harvnb|El-Hibri|2010|pp=108–109}} (cf. also p. 112).</ref> Although [[Medina]] was generally off-limits to the {{transliteration|ar|[[ʿajam]]}} (non-[[Arabs]]) under Umar's reign, Abu Lu'lu'a was exceptionally allowed to enter the capital of the [[Rashidun Caliphate|early caliphate]], being sent there by al-Mughira to serve the caliph.<ref>{{harvnb|Pellat|2011}}; cf. {{harvnb|Madelung|1997|p=75, note 64}}.</ref>
 
When al-Mughira forced Abu Lu'lu'a to pay a {{transliteration|ar|[[kharāj]]}} tax of two [[dirham]]s a day,<ref>Other sources speak of three dirhams a month; see {{harvnb|Pellat|2011}}.</ref> Abu Lu'lu'a turned to Umar to protest this tax. However, Umar refused to lift the tax, thus provoking Abu Lu'lu'a's rage.<ref>{{harvnb|Pellat|2011}}; {{harvnb|Levi Della Vida|Bonner|2000}}. As pointed out by Pellat 2011, other accounts rather maintain that Abu Lu'lu'a's was angry about the caliph's raising a {{transliteration|ar|kharāj}} tax on his master al-Mughira.</ref> Although this is the reason given by most historical accounts for Abu Lu'lu'a's assassination of Umar,<ref>{{harvnb|Levi Della Vida|Bonner|2000}}.</ref> Umar's biased policies against non-Arab captives may also have played a prominent role.<ref>This is the hypothesis of {{harvnb|Madelung|1997|p=75}}.</ref> One day when Umar was leading the congregational prayer in the [[mosque of Medina]], Abu Lu'lu'a stabbed him with a double-bladed dagger.<ref>{{harvnb|El-Hibri|2010|p=109}} describes the dagger as "unique", having "two pointed sharp edges, with a handle in the middle".</ref> There are different versions of how this happened: according to one version, he also killed Kulayb ibn al-Bukayr al-Laythi who was behind Umar,<ref>{{The History of al-Tabari | volume = 14 | page = 90}} Cf. {{harvnb|El-Hibri|2010|p=109}}. See also {{harvnb|Caetani|1905–1926|loc=vol. V, p.}} [https://archive.org/details/annalidellislam05caetuoft/page/216/mode/1up 216].</ref> while in another version he stabbed thirteen people who tried to restrain him.<ref>{{harvnb|El-Hibri|2010|p=109}}.</ref> According to some accounts, the caliph died on the same day, while other accounts maintain that he died three days later.<ref name="Pellat2011"/> In any case, Umar died of his wounds on Wednesday {{nowrap|26 [[Dhu al-Hijja]]}} of the {{nowrap|[[Islamic calendar|Islamic year]] 23}} ({{nowrap|6 November 644}} according to the [[Gregorian calendar]]).<ref>{{harvnb|Levi Della Vida|Bonner|2000}}; {{harvnb|Pellat|2011}}.</ref>
 
Some historical sources report that Abu Lu'lu'a was taken prisoner and executed for his assassination of Umar, while other sources claim that he committed suicide.<ref name="Pellat2011"/> After Abu Lu'lu'a's death, his daughter was killed by [[Ubayd Allah ibn Umar]], one of Umar's sons. Acting upon the claim of one man (either [[Abd al-Rahman ibn Awf]] or [[Abd al-Rahman ibn Abi Bakr]]) that they had been seen conspiring with Abu Lu'lu'a while he was holding the double-bladed dagger, Ubayd Allah also killed Hurmuzān (Umar's Persian military adviser), and Jufayna, a Christian man from [[al-Hira]] (Iraq) who had been taken to Medina to serve as a private tutor to a family in Medina.<ref>{{harvnb|Madelung|1997|p=69}} (cf. p. 404, where Madelung refers to him as "Jufayna al-Naṣrānī").</ref> After Ubayd Allah was detained for these murders, he threatened to kill all foreign captives residing in Medina, as well as some others. Although Ubayd Allah may have been encouraged by his sister [[Hafsa bint Umar]] to avenge their father's death, his murder of Hurmuzān and Jufayna was likely the result of a mental breakdown rather than of a true conspiracy. It was regarded by his peers as a crime rather than as a legitimate act of retaliation.<ref>{{harvnb|Madelung|1997|p=69}}.</ref>
 
In early 20th-century scholarship it was sometimes supposed that Abu Lu'lu'a had really been an instrument in the hands of a conspiracy, though not a conspiracy led by Hurmuzān, but rather one led by [[Ali]], [[al-Zubayr ibn al-Awwam]], and [[Talha ibn Ubayd Allah]]. These men, who according to the historical sources were appointed by Umar himself as members of the council who would elect the next caliph, were thought by scholars to have conspired to overthrow Umar's reign and to put Ali in his place.<ref>{{harvnb|Caetani|1905–1926|loc=vol. V, pp. 40–51}}, as reported by {{harvnb|Madelung|1997|pp=68–70}}.</ref> This hypothesis, however, is rejected by more recent scholars.<ref>{{harvnb|Madelung|1997|pp=68–70}}; {{harvnb|Levi Della Vida|Bonner|2000}}; {{harvnb|Pellat|2011}}.</ref> Nevertheless, while Ubayd Allah was subsequently acquitted of his crimes by Umar's successor [[Uthman]] (r. 644–656), who considered the execution of Ubayd Allah an excessive measure in view of his father's recent assassination,{{sfn|Madelung|1997|p=70}} Ali, among others, did protest against this and vowed to apply the regular punishment for murder if he were ever to be caliph.<ref>{{harvnb|Madelung|1997|pp=69–70}}.</ref>
 
Umar was buried at the [[Green Dome]] in al-Masjid al-Nabawi alongside Muhammad and the caliph Abu Bakr, by the permission of [[Aisha]] given to his son Abdullah ibn Umar on Umar's request.{{sfn|Fayda|Koçak|2007|p=46}}
 
===Aftermath===
On his deathbed, Umar vacillated on his succession. However, it has been reported that he said that if Abu Ubaidah ibn al-Jarrah, Khalid ibn Walid or [[Salim Mawla Abu-Hudhayfah|Salim]], the [[mawla]] and freed Persian slave, were alive he would have appointed one of them his successor.{{Citation needed|date=December 2014}} Umar finally appointed a committee of six persons to [[The election of Uthman|choose a caliph from amongst them]]: [[Abdur Rahman bin Awf]], [[Saad ibn Abi Waqqas]], [[Talha ibn Ubaidullah]], [[Uthman ibn Affan]], [[Ali ibn Abi Talib]] and [[Zubayr ibn al-Awwam]].<ref>{{cite web|url=https://archive.org/stream/UmarIbnAl-KhattabHisLifeAndTimesVolume2/100713541-Umar-Ibn-Al-Khattab-Vol-2#page/n381/mode/2up|title=Umar Ibn Al-Khattab : His Life and Times, Volume 2|work=archive.org}}</ref>
 
All six are among [[the ten to whom Paradise was promised]] according to Sunnis.<ref>{{cite web|url=http://sunnah.com/abudawud/42/54|title=Hadith – Book of Model Behavior of the Prophet (Kitab Al-Sunnah) – Sunan Abi Dawud – Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)|work=Sunnah.com}}</ref> The only one out of the 'famous ten' left out of the committee who was still alive at the time was Saeed ibn Zaid, the cousin and brother-in-law of Umar. He was excluded on the basis of being related by blood and of the same tribe as Umar. Umar had a policy of not appointing anyone related to him to a position of authority even if they were qualified by his standards.<ref>{{cite web|url=https://archive.org/stream/UmarIbnAl-KhattabHisLifeAndTimesVolume2/100713541-Umar-Ibn-Al-Khattab-Vol-2#page/n45/mode/2up|title=Umar Ibn Al-Khattab : His Life and Times, Volume 2|work=archive.org}}</ref>
 
Umar appointed a band of fifty armed soldiers to protect the house where the meeting was proceeding.
Until the appointment of the next caliph, Umar appointed a notable [[Sahaba|Sahabi]] and mawla, [[Suhayb ar-Rumi]] (''Suhayb the Roman''), as a caretaker caliph.{{Citation needed|date= December 2017}}
While the meeting for selection of a caliph was proceeding, [[Abdulrehman ibn Abu Bakr]] and Abdur Rahman bin Awf revealed that they saw the dagger used by Abu Lu'lu'a, the assassin of Umar. A night before Umar's assassination, reported Abdur Rahman bin Awf, he saw Hurmuzan, Jafina and Abu Lu'lu'a, while they were suspiciously discussing something.{{Citation needed|date= December 2017}} Surprised by his presence, the dagger fell; it was the same two-sided dagger used in the assassination. Abdulrehman ibn Abu Bakr, son of the late caliph Abu Bakr, confirmed that, a few days before Umar's assassination, he saw this dagger in Hurmuzan's possession. After this revelation, it seemed clear that it had been planned by the Persians residing in Medina. Infuriated by this, Umar's younger son [[Ubayd Allah ibn Umar|Ubaidullah ibn Umar]] sought to kill all the Persians in Medina.{{Citation needed|date= December 2017}} He killed Hurmuzan, Jafinah, and the daughter of Umar's assassin Abu Lu'lu'a, who is believed to have been a Muslim. Ubaidullah was intercepted by the people of Medina, who prevented him from continuing the massacre. [[Amr ibn al-Aas]] is said to have intercepted him and convinced him to hand over his sword. The murder of Jafinah enraged Saad ibn Abi Waqqas, his foster brother, and he assaulted Ubaidullah ibn Umar; again the companions intervened. When Umar was informed about the incident, he ordered Ubaidullah imprisoned, and that the next caliph should decide his fate.<ref name="haykal-death">Haykal, 1944. Chapter "Death of Umar".</ref>
 
Umar died on 3 November 644; on 7 November [[The election of Uthman|Uthman bin 'Affansucceeded him]] as caliph. After prolonged negotiations, the tribunal decided to give [[blood money (restitution)|blood money]] to the victims, and released Umar's son Ubaidullah on the ground that, after the tragedy of Umar's assassination, people would be further infuriated by the execution of his son the very next day.--->
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk pada saat menjadi imam sholat subuh pada Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M.
 
== Deskripsi fisik ==
Umar kuat, bugar, atletis, dan jago gulat. Dia dikatakan telah berpartisipasi dalam pertandingan gulat pada kesempatan pekan raya tahunan Ukaz.<ref name=hadrat>"Hadrat Umar Farooq" by Masud-Ul-Hasan</ref> Dari catatan langsung tentang penampilan fisiknya, Umar dikatakan sebagai orang yang kuat dan sangat tinggi; di pasar dia akan menjulang tinggi di atas orang-orang. Bagian depan kepalanya gundul, selalu ''A'sara Yusran'' (bekerja dengan dua tangan),<ref>Lisan al-Arab 4/196</ref> kedua matanya hitam, dengan kulit kuning; namun, [[Ibnu Sa'ad]] dalam bukunya menyatakan bahwa dia tidak pernah tahu bahwa Umar berkulit kuning, kecuali pada tahun-tahun tertentu dari kehidupan Umar di mana warna kulitnya berubah karena sering mengkonsumsi minyak.<ref name="tabaqat-3-324"/> Yang lain mengatakan dia memiliki kulit putih kemerahan. Giginya ''ashnabul asnan'' (sangat putih bersinar). Dia akan selalu mewarnai janggutnya dan merawat rambutnya menggunakan sejenis tanaman.<ref name="tabaqat-3-324">ibn Sa'ad, 3/ 324</ref><ref>{{The History of al-Tabari|volume=4|page=196}}</ref>
 
Sejarawan Muslim awal ''Ibnu Saad'' dan ''al-Hakim'' menyebutkan bahwa Abu Miriam Zir, penduduk asli Kufah, menggambarkan Umar sebagai "Seorang pria tua yang sudah lanjut usia, botak, berkulit kuning kecoklatan, seorang pria kidal, tinggi dan menjulang di atas orang".<ref name=hadrat /> Putra sulung Umar [[Abdullah bin Umar|Abdullah]] menggambarkan ayahnya sebagai "seorang pria dengan kulit cerah, warna kemerahan yang dominan, tinggi, botak dan abu-abu".{{Citation needed|date= December 2017}} Sejarawan Salima bin al-Akwa'a mengatakan bahwa "Umar ambidextrous, dia bisa menggunakan kedua tangannya dengan sama baiknya". Atas otoritas ''Abu Raja al-U'taridi'', [[Ibnu Asakir]] mencatat bahwa "Umar adalah seorang pria tinggi, gemuk, sangat botak, sangatberkulit kemerahan dengan rambut tipis di pipi, kumisnya besar, dan ujungnya kemerahan".<ref name=hadrat />
 
== Warisan ==
Baris 231 ⟶ 221:
 
=== Warisan militer ===
Bersama dengan [[Khalid bin Walid]], Umar berpengaruh dalam [[perang Riddah]].<ref>{{cite web|url=https://archive.org/stream/UmarIbnAl-KhattabHisLifeAndTimesVolume2/100713541-Umar-Ibn-Al-Khattab-Vol-2#page/n415/mode/2up|title=Umar Ibn Al-Khattab : His Life and Times, Volume 2|work=archive.org}}</ref> Salah satu keberhasilan strategisnya adalah pemisahan aliansi Bizantium-Sassaniyah pada tahun 636, ketika Kaisar [[Heraklius]] dan Kaisar [[Yazdegerd III]] bersekutu melawan musuh bersama mereka. Dia beruntung bahwa Kaisar Persia Yazdegerd III tidak bisa melakukan sinkronisasi dengan Heraklius seperti yang direncanakan. Umar sepenuhnya memanfaatkan kesempatan itu dengan membujuk Bizantium untuk bertindak sebelum waktunya. Ini bertentangan dengan perintah Kaisar Heraklius, yang mungkin menginginkan serangan terkoordinasi bersama dengan Persia. Umar melakukannya dengan mengirimkan bala bantuan ke garis depan Romawi dalam [[Pertempuran Yarmuk]], dengan instruksi bahwa mereka harus muncul dalam bentuk kelompok kecil, satu demi satu, memberikan kesan aliran bala bantuan yang terus menerus yang akhirnya memikat Bizantium ke pertempuran sebelum waktunya. Di sisi lain, Yazdegerd III terlibat dalam negosiasi yang selanjutnya memberi Umar waktu untuk memindahkan pasukannya dari Suriah ke Irak. Pasukan ini terbukti menentukan dalam [[Pertempuran al-Qadisiyyah]].
 
Salah satu keberhasilan strategisnya adalah pemisahan aliansi Bizantium-Sassaniyah pada tahun 636, ketika Kaisar [[Heraklius]] dan Kaisar [[Yazdegerd III]] bersekutu melawan musuh bersama mereka. Dia beruntung bahwa Kaisar Persia Yazdegerd III tidak bisa melakukan sinkronisasi dengan Heraklius seperti yang direncanakan. Umar sepenuhnya memanfaatkan kesempatan itu dengan membujuk Bizantium untuk bertindak sebelum waktunya. Ini bertentangan dengan perintah Kaisar Heraklius, yang mungkin menginginkan serangan terkoordinasi bersama dengan Persia. Umar melakukannya dengan mengirimkan bala bantuan ke garis depan Romawi dalam [[Pertempuran Yarmuk]], dengan instruksi bahwa mereka harus muncul dalam bentuk kelompok kecil, satu demi satu, memberikan kesan aliran bala bantuan yang terus menerus yang akhirnya memikat Bizantium ke pertempuran sebelum waktunya. Di sisi lain, Yazdegerd III terlibat dalam negosiasi yang selanjutnya memberi Umar waktu untuk memindahkan pasukannya dari Suriah ke Irak. Pasukan ini terbukti menentukan dalam [[Pertempuran al-Qadisiyyah]].
 
Strateginya menghasilkan kemenangan Muslim di Pertempuran Emesa Kedua pada tahun 638, di mana orang-orang Arab Kristen pro-Bizantium di [[Jazirah Arab|Jazirah]], dibantu oleh Kaisar Bizantium, melakukan gerakan mengapit yang tak terduga dan mengepung [[Emesa]] (Homs).
Baris 243 ⟶ 231:
=== Warisan keagamaan ===
==== Pandangan Sunni ====
{{main|Pandangan Sunni tentang Umar|Khulafaur Rasyidin}}
Umar dikenang oleh kaum Sunni sebagai seorang Muslim yang kaku dan berwatak adil dalam urusan agama; seorang pria yang mereka beri jukukanjulukan ''al-Fārūq'', yang berarti "pembeda antara yang benar dan salah", dan yang kedua''[[Khulafaur dariRasyidin]]'' (khalifah yang mendapat petunjuk) dengan benarkedua. Ia menambal bajunya dengan kulit, membawa ember di kedua pundaknya, selalu menunggangi keledainya tanpa sadel, jarang tertawa dan tidak pernah bercanda dengan siapapun. Di cincinnya tertulis kata-kata "Cukuplah Kematian sebagai pengingat bagimu wahai Umar".<ref name="misas168">''Tartib wa Tahthib Kitab [[al-Bidayah wan Nihayah]]'' by [[Ibnu Katsir]], published by Dar al-Wathan publications, [[Riyadh]], [[Saudi Arabia]], 1422 AH (2002), compiled by Muhammad ibn Shamil as-Sulami, p. 168</ref> Ia tidak mencari kemajuan untuk keluarganya sendiri, melainkan berusaha untuk memajukan kepentingan komunitas Muslim, ([[ummah]]). Menurut salah satu sahabat Muhammad, [[Abdullah bin Mas'ud]]:
 
{{Kutipan|Ketundukan Umar kepada Islam adalah sebuah penaklukan, hijrahnya adalah kemenangan, Imamahnya (masa pemerintahan) adalah berkah, saya telah melihat ketika kami tidak dapat berdoa di Ka'bah sampai Umar menyerah, ketika dia tunduk pada Islam, dia melawan mereka. (orang kafir) sampai mereka meninggalkan kami sendirian dan kami berdoa.<ref>as-Suyuti, ''The History of the Khalifas Who Took the Right Way'', p. 112.</ref>}}
Baris 250 ⟶ 238:
==== Pandangan Syiah ====
{{main|Pandangan Syiah tentang Umar}}
Umar dipandang sangat negatif dalam literatur [[Syiah Dua Belas Imam]] (cabang utama Islam Syiah)<ref>{{cite web|url=http://www.worldatlas.com/articles/shia-islam-s-holiest-sites.html|title=Shia Islam's Holiest Sites|date=25 April 2017}}</ref>{{sfnp|The World Factbook|2010}} dan sering dianggap sebagai perampas hak Ali atas Kekhalifahan.<ref>{{cite book |first=Edward |last=Gibbon |title=[[The History of the Decline and Fall of the Roman Empire]] |chapter-url=http://www.ccel.org/g/gibbon/decline/volume2/chap50.htm |chapter=50. Mahomet |year=1788 |quote=In their private converse, in their public worship, they bitterly execrate the three usurpers who intercepted his indefeasible right to the dignity of Imam and Caliph; and the name of Umar expresses in their tongue the perfect accomplishment of wickedness and impiety. The ''Sonnites'', who are supported by the general consent and orthodox tradition of the Mussulmans, entertain a more impartial, or at least a more decent, opinion. They respect the memory of Abu Bakr, Umar, Othman, and Ali the holy and legitimate successors of the prophet. But they assign the last and most humble place to the husband of Fatima, in the persuasion that the order of succession was determined by the decrees of sanctity. ''[Dalam percakapan pribadi mereka, dalam ibadah umum mereka, mereka dengan kejam mengutuk tiga perampas yang mencegat haknya yang tidak dapat dicabut atas martabat Imam dan Khalifah; dan nama Umar mengungkapkan di lidah mereka pencapaian sempurna dari kejahatan dan ketidaksopanan. Orang -orang Sonnit, yang didukung oleh persetujuan umum dan tradisi ortodoks Muslim, memiliki pendapat yang lebih tidak memihak, atau setidaknya lebih baik. Mereka menghormati ingatan Abu Bakar, Umar, Otsman, dan Ali para penerus nabi yang suci dan sah. Tetapi mereka memberikan tempat terakhir dan paling rendah hati kepada suami Fatima, dengan keyakinan bahwa urutan suksesi ditentukan oleh ketetapan kesucian.]''}}</ref> Setelah majelis Saqifah memilih Abu Bakar sebagai khalifah, Umar berbaris dengan orang-orang bersenjata ke rumah Ali untuk mendapatkan kesetiaan Ali dan para pendukungnya. Sumber menunjukkan bahwa ada ancaman untuk membakar rumah Ali jika dia menolak, tetapi pertemuan itu berakhir ketika [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]], istri Ali , turun tangan.<ref>{{Cite book |url=https://books.google.com/books?id=zot5IK1csp0C&pg=PA19 | title = An Introduction to Shiʿi Islam: The History and Doctrines of Twelver Shiʿism | isbn = 978-0-300-03531-5 | last1 = Momen | first1 = Moojan | year = 1985|page=19}}</ref> Menurut mayoritas tulisan ulama [[Dua Belas Imam]], [[Umar di rumah Fatimah|Fatimah diserang secara fisik oleh Umar]], sehingga menyebabkan keguguran anaknya, [[Muhsin bin Ali]]; dan menyebabkan kematiannya segera setelah itu.<ref>{{Cite book |url=https://books.google.com/books?id=vGhp8Obm3bgC&pg=PA45 | title = The Conference of Baghdad's Ulema|page=45| isbn = 9781605067087}}</ref> Namun, beberapa ulama [[Dua Belas Imam]], seperti [[Muhammad Hussein Fadlallah|Fadlallah]], menolak cerita tentang penganiayaan fisik ini sebagai "mitos",<ref>{{Cite book| publisher = Oxford University Press| isbn = 9780195137996| last = Walbridge| first = Linda S.| title = The Most Learned of the Shiʿa: The Institution of the Marjaʿ Taqlid| date = 30 August 2001|page=211}}</ref> meskipun Fadlallah menyebutkan bahwa ucapannya adalah kemungkinan, dan bukan alasan tertentu untuk menolak peristiwa itu.<ref>{{cite web|url=http://www.aparat.com/v/NayZp|title=تدلیس شبکه وهابی در سخنان آقای محمد حسین فضل الله|website=آپارات}}</ref><ref>{{cite web|url=http://shayeaat.ir/post/798|title=شایعات – کلیپ رد هجوم به منزل حضرت زهرا(س)، توسط آیت الله سید حسین فضل الله ! / شایعه 0717|website=shayeaat.ir|date=11 March 2017}}{{Pranala mati|date=Mei 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
 
Sekte Syiah lainnya, pengikut [[Zaidiyah]] dari [[Zaid bin Ali]], umumnya memiliki dua pandangan tentang hal itu. Beberapa cabang, seperti Jaroudiah (Sarhubiyah), tidak menerima Umar dan Abu Bakar sebagai khalifah yang sah. Misalnya, Jarudiyya percaya bahwa Muhammad menunjuk Ali dan percaya bahwa penyangkalan Imamah Ali setelah kematian Muhammad akan menyebabkan kekafiran dan penyimpangan dari jalan yang benar. Pandangan lain menerima Umar dan Abu Bakar sebagai khalifah yang sah, meskipun derajat mereka diletakkan lebih rendah dari Ali.<ref>{{Cite book| publisher = Oxford University Press| isbn = 9780195305036| last = Ruthven| first = Malise| title = Islam in the World| url = https://archive.org/details/islaminworld0000ruth_c4c4| date = 20 April 2006| page=[https://archive.org/details/islaminworld0000ruth_c4c4/page/186 186]}}</ref> Menurut [[ath-Thabari]] (dan [[Ibnu A'tham]]),<ref>{{Cite book| edition = 1st| publisher = Dār al-ḍwāʾ| author = Alī Shīrī| title = Kitāb al-Futūḥ by Aḥmad ibn Aʿtham al-Kūfī| location = Lebanon| date = 1991|volume=8|page=289}}</ref> ketikaKetika ditanya tentang Abu Bakar dan Umar, [[Zaid bin Ali]] menjawab: "Aku tidak mendengar seorangpun dari keluargaku yang meninggalkan keduanya atau mengatakan apapun kecuali kebaikan tentang mereka... kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah".<ref>''The waning of the Umayyad caliphate'' by Tabarī, Carole Hillenbrand, 1989, pp. 37–38</ref><ref>''The Encyclopedia of Religion'' Vol. 16, Mircea Eliade, Charles J. Adams, Macmillan, 1987, p. 243. ''"They were called "Rafida by the followers of Zayd"''</ref>
 
===Warisan Arkeologiarkeologi ===
[[File:Signature Believed To Be Of ʿUmar B. Al-Khaṭṭāb.png|thumb|upright=1|Prasasti batu diduga merupakan tanda tangan dari Umar]]
Pada tahun 2012, sebuah [[epigrafi|prasasti]] ditemukan di sebuah batu di al-Murakkab (Arab Saudi) yang dianggap sebagai [[tanda tangan]] dari Umar.<ref>{{cite book|last1=Imbert|first1=Frédéric|date=2019|chapter=Espaces de liberté et contraintes graphiques dans les graffiti du début de l’islam|title=Savants, amants, poètes et fous : Séances offertes à Katia Zakharia|pages=161–174|location=Beirut|publisher=Presses de l’Ifpo|chapter-url=http://books.openedition.org/ifpo/13413|isbn=9782351595503|doi=10.4000/books.ifpo.13413|s2cid=213324606}}</ref>
 
== Keluarga ==
Umar adalah putra dari pasangan [[Khattab bin Nufail]] dari [[Bani 'Adi]] dan Hantamah binti Hisyam, putri [[Hisyam bin al-Mughirah]], salah satu tetua Makkah yang berpengaruh dari [[Bani Makhzum]]. Ia memiliki beberapa orang saudara, di antaranya adalah [[Zaid bin Khattab]] dan [[Fatimah binti Khattab]]. Nasab Umar diperkirakan bertemu dengan nasab nabi Islam [[Muhammad]] di kakeknya yang bernama Ka'ab bin Lu'ayy.<ref>{{Cite web|title=Sejarah Peradaban Islam Masa Umar bin Khattab – Universitas Islam An Nur Lampung|url=https://an-nur.ac.id/sejarah-peradaban-islam-masa-umar-bin-khattab/#:~:text=Nama%20lengkapnya%20adalah%20Umar%20bin,pihak%20ibunya%20pada%20kakek%20keenam.|website=an-nur.ac.id|access-date=2024-01-23}}</ref>
=== Orangtua ===
'''Ayah''' — '''Al-Khaththab''' bin Nufail dari [[Bani 'Adi]].
 
'''Ibu''' — '''Hantamah''' binti [[Hisyam bin al-Mughirah|Hisyam]] dari [[Bani Makhzum]].
 
=== Saudara ===
Saudara laki-laki — '''[[Zaid bin Khattab]]'''.
 
Saudara perempuan — '''[[Fatimah binti al-Khattab]]
 
Umar tercatat menikahi sembilan wanita selama hidupnya, dua ata tiga di antaranya diceraikan dan beberapa di antaranya meninggal dunia. Dari pernihakannya, ia mempunyai empat belas anak: sepuluh putra dan empat putri.
=== Pasangan dan anak ===
* '''Zainab''' binti Mazh'un. Dia berasal dari [[Bani Jumah]].<ref name="Saad3">{{cite book|last=Ibnu Sa'ad|first=Muhammad|author-link=Ibnu Sa'ad|title=Kitab al-Tabaqat al-Kabir: The Companions of Badr|volume= 3|url=https://www.slideshare.net/docsforu/kitab-at-tabaqat-alkabir-volume-3-the-companions-of-by-abu-abdullah-muhammad-ibn-sad-translated-by-aisha-bewley|isbn=978-1-84200-133-2|translator-last=Bewley|translator-first=Aisha|year=2013|place=London|publisher=Ta-Ha Publishers|ref={{sfnref|Ibnu Sa'ad|2013}}}}</ref>{{rp|204}} Zainab menikah dengan ʿUmar sebelum tahun 605.<ref name="Saad8">{{cite book|last=Ibn Sa'ad|first=Muhammad|author-link=Ibnu Sa'ad|title=Kitab al-Tabaqat al-Kabir:The Women of Madina|volume=8|translator-last=Bewley|translator-first=Aisha|year=1995|url=https://www.tahapublishers.com/kitab-at-tabaqat-al-kabir-volume-viii%3A-the-women-of-madina~103|place=London|publisher=Ta-Ha Publishers|isbn=978-1-89794-024-2}}</ref>{{rp|56}} Tidak diketahui sikap Zainab terhadap Islam maupun waktu pasti dirinya menjadi mualaf. Saat ʿUmar hijrah ke Madinah pada 622, sebagian catatan tidak menyertakan seorang wanitapun dari keluarga ʿUmar yang turut serta<ref name="Ishaq" />{{rp|218}} sehingga diasumsikan bahwa Zainab telah meninggal bila mengacu pendapat ini. Namun menurut penuturan putra ʿUmar, 'Abdullah, dia hijrah bersama kedua orangtuanya.<ref>Ibn Hajar al-Asqalani. ''Al-Isaba fi tamyiz al-Sahaba'', vol. 7 #11250.</ref> ʿUmar menceraikan dua istrinya yang lain pada 628 atas perintah Nabi Muhammad yang tidak memperkenankan mempertahankan pernikahan dengan orang musyrik, sehingga Zainab pasti telah menjadi Muslimah jika dia masih hidup pada saat tersebut. Anak-anak ʿUmar dari Zainab adalah: [[Abdullah bin Umar|Abdullah]], salah satu sahabat terkemuka, Abdurrahman al-Akbar dan [[Hafshah binti Umar|Hafshah]], [[Ummahatul mu'minin|istri Muhammad]].{{sfn|Ash-Shallabi|p=15}}
* Ummu Kultsum binti Jarwal, juga dikenal dengan Mulaikah. Dia berasal dari [[Bani Khuza'ah]].<ref name=Saad3 />{{rp|204}} Dia menikah dengan ʿUmar sebelum tahun 616.<ref name=Tabari8>Muhammad ibn Jarir al-Tabari. ''Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk''. Translated by Fishbein, M. (1998). ''Volume 8: The Victory of Islam''. Albany: State University of New York Press.</ref>{{rp|92}} Ummu Kultsum turut serta hijrah ke Madinah meski masih menyembah berhala.<ref name=Ishaq />{{rp|218}}<ref name=Ishaq />{{rp|510}}<ref name=Bukhari /> Segera setelah [[Perjanjian Hudaibiyyah]] pada 628, Muhammad tidak memperkenankan umat Muslim mempertahankan pernikahan dengan orang musyrik sehingga ʿUmar kemudian menceraikan Ummu Kultsum. Ummu Kultsum kembali ke Makkah setelah perceraian tersebut.<ref name=Saad3 />{{rp|204}}<ref name=Ishaq>Muhammad ibn Ishaq. ''Sirat Rasul Allah''. Translated by Guillaume, A. (1955). ''The Life of Muhammad''. Oxford: Oxford University Press.</ref>{{rp|510}}<ref name=Bukhari>Bukhari 3:50:891.</ref> Dia adalah ibu dari [[Ubaidillah bin Umar]].
** [[Abdullah bin Umar|'Abdullah]]. Periwayat hadits terbanyak setelah Abu Hurairah.
* Quraibah binti Abu Umayyah. Dia berasal dari [[Bani Makhzum]]. Ayah Quraibah, Abu Umayyah bin Al-Mughirah, adalah pemimpin Makkah pada awal abad ketujuh. Ibunya, Atikah binti 'Utbah, berasal dari [[Bani Abdu Syams]]. Quraibah juga merupakan saudari seayah dari [[Hindun binti Abi Umayyah|Ummu Salamah Hindun]], istri Muhammad. [[Hindun binti Utbah|Hindun binti 'Utbah]] adalah bibi Quraibah dari pihak ibu. Quraibah menikah dengan ʿUmar sebelum tahun 616 dan ʿUmar menjadi suami keduanya. Quraibah berstatus penyembah berhala saat hijrah ke Madinah. Setelahnya, Quraibah menikah dengan [[Mu'awiyah bin Abu Sufyan]] dan pernikahan ketiganya juga berakhir dengan perceraian.<ref name=Tabari8/>{{rp|92}}<ref name=Bukhari/> Setelahnya Quraibah menikah dengan putra [[Abu Bakar Ash-Shiddiq]], [[Abdurrahman bin Abi Bakar|'Abdurrahman]].<ref name=Malik>[http://sunnah.com/urn/411980 Malik ibn Anas. ''Al-Muwatta'' 29:14.]</ref> Ia tidak memiliki anak dari ʿUmar. Dia diceraikan oleh ʿUmar pada 628.<ref name=Ishaq />
** 'Abdurrahman al-Akbar
* Jamilah binti Tsabit, nama aslinya adalah 'Ashiyah. Dia berasal dari [[Bani Aus]] dari pihak ayah dan ibu.<ref>Muhammad ibn Saad. ''Kitab al-Tabaqat al-Kabir'' vol. 3. Translated by Bewley, A. (2013). ''The Companions of Badr'', hlm. 204. London: Ta-Ha Publishers.</ref><ref>Muhammad ibn Saad. ''Kitab al-Tabaqat al-Kabir'' vol. 8. Translated by Bewley, A. (1995). ''The Women of Madina'', hlm. 7, 235, 236. London/Ta-Ha Publishers.</ref> Jamilah dan ibunya, Asy-Syamus binti Abu Amir, adalah termasuk dari sepuluh wanita yang berbaiat pada Muhammad pada 622.<ref>Ibn Saad/Bewley vol. 8 hlm. 7.</ref> Muhammad kemudian memberinya nama baru, Jamilah, yang berarti 'cantik'.<ref>Ibn Saad/Bewley vol. 3 hlm. 204.</ref> Dia menikah dengan ʿUmar antara tahun 627 sampai 628.<ref name="Thabari/Fishbein vol. 8 hlm. 95">{{The History of al-Tabari|volume=8|p=95}}</ref> Pada satu kesempatan, Jamilah meminta uang kepada ʿUmar dan ʿUmar melaporkan pada Muhammad bahwa dia menampar Jamilah sampai jatuh lantaran istrinya tersebut meminta sesuatu yang dia tidak miliki.<ref>Ibn Saad/Bewley vol. 8 hlm. 131.</ref> Dia adalah ibu dari [[Ashim bin Umar]], kakek dari [[Umar bin Abdul Aziz|ʿUmar bin 'Abdul 'Aziz]], Khalifah Umayyah kedelapan. Pernikahan Umar dan Jamilah berakhir dengan perceraian.<ref name="Thabari/Fishbein vol. 8 hlm. 95"/><ref>Muwatta 37:6.</ref><ref>{{The History of al-Tabari|volume=14|page=100-101}}</ref>
** [[Hafshah binti Umar|Hafshah]], [[Ummahatul mu'minin|istri Nabi Muhammad]]
* Atikah binti Zaid. Dia berasal dari [[Bani 'Adi]].<ref name="Saad8"/> 'Atikah termasuk [[sahabat Nabi]] dan juga seorang penyair. Dia total menikah lima kali dan ʿUmar adalah suami ketiganya. Suami pertamanya adalah Zaid, saudara ʿUmar sendiri, dan suami keduanya adalah [[Abdullah bin Abi Bakar|'Abdullah bin Abu Bakar]] yang meninggal pada tahun 633. 'Atikah sendiri berada di masjid dan menyaksikan saat ʿUmar ditikam yang berujung pada kematiannya pada 644. Pernikahannya dengan Umar dikaruniai seorang anak yang diberi nama Iyadh. Setelah kematian Umar, Atikah menikah dengan [[Zubair bin Awwam|Zubair bin 'Awwam]] yang kemudiam gugur di [[Perang Jamal]] pada tahun 656. Atikah kemudian menikah dengan [[Husain bin Ali|Husain]], cucu Muhammad. 'Atikah meninggal pada tahun 672.<ref name="Ahmed">Ahmed, L. (1992). ''Women and Gender in Islam: Historical Roots of a Modern Debate'', hlm. 76. New Haven & London: Yale University Press.</ref>
* '''Ummu Kultsum''' binti Jarwal, juga dikenal dengan Mulaikah. Dia berasal dari [[Bani Khuza'ah]].<ref name=Saad3 />{{rp|204}} Dia menikah dengan ʿUmar sebelum tahun 616.<ref name=Tabari8>Muhammad ibn Jarir al-Tabari. ''Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk''. Translated by Fishbein, M. (1998). ''Volume 8: The Victory of Islam''. Albany: State University of New York Press.</ref>{{rp|92}} Ummu Kultsum turut serta hijrah ke Madinah meski masih menyembah berhala.<ref name=Ishaq />{{rp|218}}<ref name=Ishaq />{{rp|510}}<ref name=Bukhari /> Segera setelah [[Perjanjian Hudaibiyyah]] pada 628, Nabi Muhammad tidak memperkenankan umat Muslim mempertahankan pernikahan dengan orang musyrik sehingga ʿUmar kemudian menceraikan Ummu Kultsum. Ummu Kultsum kembali ke Makkah setelah perceraian tersebut.<ref name=Saad3 />{{rp|204}}<ref name=Ishaq>Muhammad ibn Ishaq. ''Sirat Rasul Allah''. Translated by Guillaume, A. (1955). ''The Life of Muhammad''. Oxford: Oxford University Press.</ref>{{rp|510}}<ref name=Bukhari>Bukhari 3:50:891.</ref>
* Ummu Hakim binti al-Harits. Dia berasal dari [[Bani Makhzum]]. ʿUmar sendiri adalah suami ketiga Ummu Hakim. Suami pertamanya adalah [[Ikrimah bin Abu Jahal]] dan suami keduanya adalah [[Khalid bin Sa'id]]. Pada Perang Marj Ash-Shaffar (634) antara pihak kekhalifahan dengan [[Kekaisaran Romawi Timur]] yang menewaskan suami keduanya, Ummu Hakim turut serta dalam perang dan membunuh tujuh prajurit Romawi dengan tiang tenda di dekat jembatan yang kemudian dikenal dengan Jembatan Ummu Hakim dekat [[Damaskus]].<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=P8AwZPnXADgC&pg=PA191&dq=umm+hakim&hl=en&sa=X&ei=-Z7aUumKBMH_rQfH6YHYCA&ved=0CFYQ6AEwBw#v=onepage&q=hakim&f=false |title=The Qurʼan, Women, and Modern Society - Asgharali Engineer - Google Books |publisher=Books.google.co.in |date= |accessdate=2014-01-18}}</ref><ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=U0Grq2BzaUgC&pg=PA70&dq=Umm+Hakim+battle&hl=en&sa=X&ei=Kn9PUaCxMIXj4APyjICwCw&ved=0CDcQ6AEwAQ#v=onepage&q=Umm%20Hakim%20battle&f=false |title=Women and Gender in Islam: Historical Roots of a Modern Debate - Leila Ahmed - Google Books |publisher=Books.google.com |date= |accessdate=2014-01-18}}</ref> Ia dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Fatimah.
** 'Ubaidillah
* [[Ummu Kultsum binti Ali]] atau Zainab as-Sughra. Dia adalah cucu Muhammad, putri [[Fatimah az-Zahra]] dan '[[Ali bin Abi Thalib]]. ʿUmar memberikan mahar untuk pernikahannya dengan Ummu Kulstum sebesar 40.000 dirham<ref>Muhammad ibn Jarir al-Tabari. ''Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk''. Translated by Smith, G. R. (1994). ''Volume 14: The Conquest of Iran'', hlm. 101. Albany: State University of New York Press.</ref> dan mereka hidup sebagai suami istri pada tahun 638.<ref>Muhammad ibn Jarir al-Tabari. ''Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk''. Translated by Juynboll, G. H. A. (1989). ''Volume 13: The Conquest of Iraq, Southwestern Persia, and Egypt'', hlm. 109-110. Albany: State University of New York Press.</ref> Tercatat Ummu Kultsum pernah memberikan hadiah parfum kepada Permaisuri Martina, istri Kaisar Romawi Timur [[Heraklius]]. Sebagai balasan, Martina menghadiahi kalung kepada Ummu Kultsum. Namun ʿUmar yang percaya bahwa istrinya tak seharusnya ikut campur dalam urusan kenegaraan akhirnya menyerahkan kalung tersebut ke dalam perbendaharaan negara.<ref>Muhammad ibn Jarir al-Tabari. ''Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk''. Translated by Humphreys, R. S. (1990). ''Volume 15: The Crisis of the Early Caliphate'', hlm. 28. Albany: State University of New York Press</ref> Dalam sudut pandang Syi'ah, pernikahan antara Ummu Kulstum dan ʿUmar adalah kisah rekaan.<ref>Umar's Marriage to Umm Kulthum in Shiite Narrations. (n.d) Retrieved from https://www.al-islam.org/critical-assessment-umm-kulthums-marriage-umar-sayyid-ali-al-husayni-al-milani/section-4-umars.</ref> Ia dikaruniai dua orang anak, [[Zaid bin Umar|Zaid]] dan Ruqayyah.
* '''Quraibah''' binti Abu Umayyah. Dia berasal dari [[Bani Makhzum]]. Ayah Quraibah, Abu Umayyah bin Al-Mughirah, adalah pemimpin Makkah pada awal abad ketujuh. Ibunya, Atikah binti 'Utbah, berasal dari [[Bani Abdu Syams]]. Quraibah juga merupakan saudari seayah dari [[Hindun binti Abi Umayyah|Ummu Salamah Hindun]], istri Nabi Muhammad. [[Hindun binti Utbah|Hindun binti 'Utbah]] adalah bibi Quraibah dari pihak ibu. Quraibah menikah dengan ʿUmar sebelum tahun 616 dan ʿUmar menjadi suami keduanya. Quraibah berstatus penyembah berhala saat hijrah ke Madinah. Dia diceraikan oleh ʿUmar pada 628.<ref name=Ishaq /> Setelahnya, Quraibah menikah dengan [[Mu'awiyah bin Abu Sufyan]] dan pernikahan ketiganya juga berakhir dengan perceraian.<ref name=Bukhari/><ref name=Tabari8/>{{rp|92}} Setelahnya Quraibah menikah dengan putra [[Abu Bakar Ash-Shiddiq]], [[Abdurrahman bin Abi Bakar|'Abdurrahman]].<ref name=Malik>[http://sunnah.com/urn/411980 Malik ibn Anas. ''Al-Muwatta'' 29:14.]</ref>
* Luhyah, seorang wanita Yaman. [[Al-Waqidi]] menyatakan bahwa dia adalah seorang budak-selir.<ref name="Nasab">{{cite book|first=Mush'ab bin Abdullah|last=az-Zubairi|author-link=Mush'ab az-Zubairi|title=Nasab Quraisy|page=349}}</ref> Ia dikaruniai anak yang diberi nama Abdurrahman.
** tidak memiliki anak dengan ʿUmar
* Rukayhah, seorang budak-selir.<ref name="Bidayah2">{{cite book|last=[[Ibnu Katsir]]|title=Kitab [[Al-Bidaya wa'l-Nihaya|al-Bidayah wan-Nihayah]]|publisher=Dar al-Wathan publications|year=2002|page=168|isbn=9960-28-117-5}}</ref> Pernikahannya dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Zainab.
* '''Jamilah''' binti Tsabit, nama aslinya adalah 'Ashiyah. Dia berasal dari [[Bani Aus]] dari pihak ayah dan ibu.<ref>Muhammad ibn Saad. ''Kitab al-Tabaqat al-Kabir'' vol. 3. Translated by Bewley, A. (2013). ''The Companions of Badr'', hlm. 204. London: Ta-Ha Publishers.</ref><ref>Muhammad ibn Saad. ''Kitab al-Tabaqat al-Kabir'' vol. 8. Translated by Bewley, A. (1995). ''The Women of Madina'', hlm. 7, 235, 236. London/Ta-Ha Publishers.</ref> Jamilah dan ibunya, Asy-Syamus binti Abu Amir, adalah termasuk dari sepuluh wanita yang berbaiat pada Nabi Muhammad pada 622.<ref>Ibn Saad/Bewley vol. 8 hlm. 7.</ref> Nabi Muhammad kemudian memberinya nama baru, Jamilah, yang berarti 'cantik'.<ref>Ibn Saad/Bewley vol. 3 hlm. 204.</ref> Dia menikah dengan ʿUmar antara tahun 627 sampai 628.<ref>Thabari/Fishbein vol. 8 hlm. 95.</ref> Pada satu kesempatan, Jamilah meminta uang kepada ʿUmar dan ʿUmar melaporkan pada Nabi Muhammad bahwa dia menampar Jamilah sampai jatuh lantaran istrinya tersebut meminta sesuatu yang dia tidak miliki.<ref>Ibn Saad/Bewley vol. 8 hlm. 131.</ref> Pernikahan mereka berakhir dengan perceraian.<ref>Muwatta 37:6.</ref><ref>Thabari/Fishbein vol. 8 hlm. 95.</ref><ref>Thabari/Smith vol. 14 hlm. 100-101.</ref>
** [[Ashim bin Umar|'Ashim]]. Kakek dari [[Umar bin Abdul-Aziz|Khalifah ʿUmar bin 'Abdul 'Aziz]].
* ''''Atikah''' binti Zaid. Dia berasal dari [[Bani 'Adi]].<ref name="Saad8"/> 'Atikah termasuk [[sahabat Nabi]] dan juga seorang penyair. Dia total menikah lima kali dan ʿUmar adalah suami ketiganya. Suami pertamanya adalah Zaid, saudara ʿUmar sendiri, dan suami keduanya adalah [[Abdullah bin Abi Bakar|'Abdullah bin Abu Bakar]] yang meninggal pada tahun 633. 'Atikah sendiri berada di masjid saat ʿUmar ditikam yang berujung pada kematiannya pada 644, 'Atikah menikah dengan [[Zubair bin Awwam|Zubair bin 'Awwam]] yang gugur di [[Perang Jamal]] pada tahun 656. 'Atikah kemudian menikah dengan [[Husain bin Ali|Husain]], cucu Nabi Muhammad. 'Atikah meninggal pada tahun 672.<ref name="Ahmed">Ahmed, L. (1992). ''Women and Gender in Islam: Historical Roots of a Modern Debate'', hlm. 76. New Haven & London: Yale University Press.</ref>
** Iyadh
* '''Ummu Hakim''' binti al-Harits. Dia berasal dari [[Bani Makhzum]]. ʿUmar sendiri adalah suami ketiga Ummu Hakim. Suami pertamanya adalah [[Ikrimah bin Abu Jahal]] dan suami keduanya adalah [[Khalid bin Sa'id]]. Pada Perang Marj Ash-Shaffar (634) antara pihak kekhalifahan dengan [[Kekaisaran Romawi Timur]] yang menewaskan suami keduanya, Ummu Hakim turut serta dalam perang dan membunuh tujuh prajurit Romawi dengan tiang tenda di dekat jembatan yang kemudian dikenal dengan Jembatan Ummu Hakim dekat [[Damaskus]].<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=P8AwZPnXADgC&pg=PA191&dq=umm+hakim&hl=en&sa=X&ei=-Z7aUumKBMH_rQfH6YHYCA&ved=0CFYQ6AEwBw#v=onepage&q=hakim&f=false |title=The Qurʼan, Women, and Modern Society - Asgharali Engineer - Google Books |publisher=Books.google.co.in |date= |accessdate=2014-01-18}}</ref><ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=U0Grq2BzaUgC&pg=PA70&dq=Umm+Hakim+battle&hl=en&sa=X&ei=Kn9PUaCxMIXj4APyjICwCw&ved=0CDcQ6AEwAQ#v=onepage&q=Umm%20Hakim%20battle&f=false |title=Women and Gender in Islam: Historical Roots of a Modern Debate - Leila Ahmed - Google Books |publisher=Books.google.com |date= |accessdate=2014-01-18}}</ref>
** Fatimah
* [[Ummu Kultsum binti Ali|'''Ummu Kultsum''' binti 'Ali]] atau Zainab as-Sughra. Dia adalah cucu Nabi Muhammad, putri [[Fatimah az-Zahra]] dan '[[Ali bin Abi Thalib]]. ʿUmar memberikan mahar untuk pernikahannya dengan Ummu Kulstum sebesar 40.000 dirham<ref>Muhammad ibn Jarir al-Tabari. ''Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk''. Translated by Smith, G. R. (1994). ''Volume 14: The Conquest of Iran'', hlm. 101. Albany: State University of New York Press.</ref> dan mereka hidup sebagai suami istri pada tahun 638.<ref>Muhammad ibn Jarir al-Tabari. ''Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk''. Translated by Juynboll, G. H. A. (1989). ''Volume 13: The Conquest of Iraq, Southwestern Persia, and Egypt'', hlm. 109-110. Albany: State University of New York Press.</ref> Tercatat Ummu Kultsum pernah memberikan hadiah parfum kepada Permaisuri Martina, istri Kaisar Romawi Timur [[Heraklius]]. Sebagai balasan, Martina menghadiahi kalung kepada Ummu Kultsum. Namun ʿUmar yang percaya bahwa istrinya tak seharusnya ikut campur dalam urusan kenegaraan akhirnya menyerahkan kalung tersebut ke dalam perbendaharaan negara.<ref>Muhammad ibn Jarir al-Tabari. ''Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk''. Translated by Humphreys, R. S. (1990). ''Volume 15: The Crisis of the Early Caliphate'', hlm. 28. Albany: State University of New York Press</ref> Dalam sudut pandang Syi'ah, pernikahan antara Ummu Kulstum dan ʿUmar adalah kisah rekaan.<ref>Umar's Marriage to Umm Kulthum in Shiite Narrations. (n.d) Retrieved from https://www.al-islam.org/critical-assessment-umm-kulthums-marriage-umar-sayyid-ali-al-husayni-al-milani/section-4-umars.</ref>
**[[Zaid bin Umar|Zaid]]
** Ruqayyah
* '''Luhyah''', wanita Yaman. [[Al-Waqidi]] menyatakan bahwa dia adalah seorang budak-selir.<ref name="Nasab">{{cite book|first=Mush'ab bin Abdullah|last=az-Zubairi|author-link=Mush'ab az-Zubairi|title=Nasab Quraisy|page=349}}</ref>
** 'Abdurrahman
* '''Rukayhah''', seorang budak-selir.<ref name="Bidayah2">{{cite book|last=[[Ibnu Katsir]]|title=Kitab [[Al-Bidaya wa'l-Nihaya|al-Bidayah wan-Nihayah]]|publisher=Dar al-Wathan publications|year=2002|page=168|isbn=9960-28-117-5}}</ref>
** Zainab
 
== Lihat pula ==
Baris 313 ⟶ 281:
* {{cite book|last=Aadil|first=Muhammad Alias|url=https://www.amazon.com/Seerat-Hazrat-Farooq-Muhammad-Ilyas/dp/B07LF692NQ|title=Serat-i-Hazrat Umar-i-Farooq|asin=B07LF692NQ|date=2015|ref={{sfnref|Aadil|2015}}}}
*{{cite book|last1=Caetani|first1=Leone|author1-link=Leone Caetani|date=1905–1926|title=Annali dell'Islam|series=10 vols.|location=Milan|publisher=Ulrico Hoepli|oclc=3423680|url=https://archive.org/details/annalidellislam05caetuoft|ref=}}
* {{cite book|author-link=Muhammad Husain Haekal|last=Haykal|first=Muhammad Hussein|title=Al Faruq Umar|publisher=Dar Al Ma'arif|location=Kairo|ref={{sfnref|Haykal|1944}}|year=1944}} {{Issn|977-02-6060-0}}.
* Guillaume, A., ''The Life of Muhammad'', Oxford University Press, 1955.
* Previte-Orton, C. W. (1971). ''The Shorter Cambridge Medieval History''. Cambridge: Cambridge University Press.
Baris 327 ⟶ 296:
* {{citation |author=Barnaby Rogerson |url=https://books.google.com/books?id=ExbdVf5fFmUC |title=The Heirs Of The Prophet Muhammad: And the Roots of the Sunni-Shia Schism |date=4 November 2010 |publisher=Little, Brown Book Group |isbn=978-0-74-812470-1 |author-link=Barnaby Rogerson}}
* {{cite encyclopedia |last1=Pellat |first1=Charles |author1-link=Charles Pellat |year=2011 |title=Abū Loʾloʾa |encyclopedia=Encyclopaedia Iranica |editor1-last=Yarshater |editor1-first=Ehsan |editor1-link=Ehsan Yarshater |url=https://iranicaonline.org/articles/abu-loloa-a-persian-slave-of-mogira-b|ref={{sfnref|Pellat|2011}}}}
* {{Cite book |last=Jafri |first=S.H.M |url=https://archive.org/details/OriginsAndEarlyDevelopmentOfShiaIslamBySyedHusainMohammadJafri/mode/2up |title=Origins and Early Development of Shia Islam |publisher=Longman |year=1979 |location=London|ref={{sfnref|Jafri|1979}}}}
* {{cite book|title=Shi'a Islam: From Religion to Revolution|author-first=Heinz|author-last= Halm|publisher=Markus Wiener Publishers|year= 1997|isbn= 9781558761346|url=https://archive.org/details/shiaislamfromrel0000halm/mode/2up|ref={{sfnref|Halm|1997}}}}
{{refend}}