Konfusianisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Wisnuest (bicara | kontrib)
→‎Masa prasejarah (sebelum 2205 SM): Penambahan mengenai gunung suci di Tiongkok dan tidak adanya istilah Nabi Purba
 
(5 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 36:
=== Konfusianisme sebagai agama dan filsafat ===
 
Konfusianisme umumnya memang tidak muncul dalam bentuk agama di dunia, bahkan di berbagai negara asia seperti [[Korea]], [[Jepang]], [[Taiwan]], Hongkong dan [[Tiongkok]] sekalipun. Namun di Indonesia Konghucu diakui sebagai salah satu dari 6 agama yang dianut masyarakat. Konghucu sebagai agama digagas Kang Youwei menjelang keruntuhan Dinasti Qing tahun 1900. Namun gagasan Kang Youwei tampaknya tidak diterima oleh komunitas Tionghoa perantauan di berbagai negara, apalagi di Tiongkok sendiri pemerintah merekognisi 5 agama yaitu Buddha, Tao, Kristen, Katolik, dan [[Islam]].<ref>{{Cite web|title=2019 Report on International Religious Freedom: China (Includes Tibet, Xinjiang, Hong Kong, and Macau.|url=https://www.state.gov/reports/2019-report-on-international-religious-freedom/china/#:~:text=The%20government%20recognizes%20five%20official,Islam%2C%20Protestantism%2C%20and%20Catholicism.|website=State Government|access-date=2023-04-11}}</ref> Dalam [[bahasa Tionghoa]], ajaran Konghucu dikenal dengan istilah ''Kongjiao'' (孔教) atau ''Rujiao'' (儒教). Alih-alih merekognisi sebagai agama, Tiongkok mendirikan Confusius Institutes di 146 negara untuk memperkenalkan bahasa mandarin dan kultur Tiongkok serta memfasilitasi pertukaran budaya. Hal yang dicurigai barat sebagai kuda troya pemerintah TiongkokCina dalam memperluas pengaruhnya secara global.
 
Konghucu sebagai institusi agama di Indonesia menerapkan hal-hal berikut.
Baris 53:
=== Agama Konghucu pada zaman [[Orde Baru]] ===
 
Di zaman Orde Baru, pemerintahan Soeharto melarang segala bentuk aktivitas berbau kebudayaan dan tradisi [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa di Indonesia]]. Ini menyebabkan banyak pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa menjadi tidak berstatus sebagai pemeluk salah satu dari 5 agama yang diakui. Untuk menghindari permasalahan politis (dituduh sebagai [[Ateisme|ateis]] dan [[komunis]]), pemeluk kepercayaan tadi kemudian diharuskan untuk memeluk salah satu agama yang diakui, mayoritas menjadi pemeluk [[agama Buddha]], [[Islam]], [[Katolik]], atau [[Protestanisme|Protestan]]. [[Klenteng]] yang merupakan tempat ibadah kepercayaanumat tradisionalBuddha Tionghoa juga terpaksa mengubah nama dari Mandarin ke terjemahan Sansekertanya. Hal ini dilakukan karena penguasa Orba melarang segala hal yang terkait Tiongkok, termasuk aksara dan menaungkanbahasa dirimelalui Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967. Maka Kwan Im Teng di berbagai wilayah berganti nama menjadi [[wihara]]Wihara yangAvalokitesvara merupakanatau tempatpun ibadahmenggunakan agamabahasa BuddhaIndonesia menjadi Wihara Dewi Welas Asih. Ho Tek Ceng Sin menjadi Wihara Amurwabumi dan sebagainya. Namun sebagian lainnya tetap menggunakan nama Mandarin tapi mengganti aksara Tiongkok menjadi huruf latin.
 
Sejak berdirinya Boen Bio di Surabaya pada 1906, lalu diikuti berdirinya organisasi Kong Kau Hwe di Surakarta 1923, Kong Tju Bio di Cirebon 1932, dan lain-lain, jumlah penganut Konghucu memang tidak berkembang sebagaimana diharapkan. Hal ini diakibatkan sejak semula, gagasan dari Kang Youwei ini di Hindia Belanda ditentang mayoritas masyarakat Tionghoa. Perdebatan di media massa pada jaman tersebut menunjukkan bahwa gagasan ini tidak menjadi arusutama. Apalagi setelah masa orde baru, kondisi sosial politik sangat tidak kondusif bagi perkembangan Agama Konghucu.
 
Sejak berdirinya Boen Bio di Surabaya pada 1906, lalu diikuti berdirinya organisasi Kong Kau Hwe di Surakarta 1923, Kong Tju Bio di Cirebon 1932, dan lain-lain, jumlah penganut Konghucu memang tidak berkembang sebagaimana diharapkan. Hal ini diakibatkan sejak semula, gagasan dari Kang Youwei ini di Hindia Belanda ditentang mayoritas masyarakat Tionghoa. Perdebatan di media massa pada jaman tersebut menunjukkan bahwa gagasan ini tidak menjadi arusutama. Apalagi setelah masa orde baru, kondisi sosial politik sangat tidak kondusif bagi perkembangan Agama Konghucu.
 
=== Agama Konghucu pada zaman [[Orde Reformasi]] ===
 
Seusai Orde Baru, pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa mulai mendapatkan kembali pengakuan atas identitas mereka sejak masa kepemimpinan presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) melalui UU No 1/Pn.Ps/1965 yang menyatakan bahwa agama-agama yang banyak pemeluknya di Indonesia antara lain Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu.
 
== Ajaran Konfusianisme ==
Baris 162 ⟶ 161:
=== Masa prasejarah (sebelum 2205 SM) ===
{{lihat pula|Tiga Maharaja dan Lima Kaisar}}
*Dalam ajaran Konghucu tidak dikenal istilah Nabi Purba, demikian pula mantra dan ritual untuk dewa. Konghucu tidak menambahkan apapun pada kosmologi dewata Tiongkok kuno yang telah diisi oleh dua agama yaitu Tao dan Buddha. Hal ini sejalan dengan penetapan gunung suci di Tiongkok dari masa klasik, untuk agama Buddha ditetapkan gunung Wutai, Putuo, Emei, dan Jiuhua.<ref>{{Cite book|last=Litian|first=Fang|date=2022|title=Chinese Buddhism and Traditional Culture|location=London|publisher=Routledge|isbn=9780367663919|pages=47-58|url-status=live}}</ref> Sedangkan untuk Agama Tao ditetapkan gunung Heng Shan, Tai Shan, Hua Shan, Song Shan, dan Heng Shan.<ref>{{Cite book|last=Brockman|first=Norbert C|date=1999|title=Encylopedia of Sacred Places|location=Oxford|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0195127393|pages=542-544|url-status=live}}</ref> Sedangkan untuk Konghucu tidak ada satupun gunung yang ditetapkan sebagai gunung sucinya, karena di Tiongkok sejak masa klasik hingga saat ini Konghucu tidak ditetapkan sebagai agama.
*Fu Xi, Shennong, Huang Di dan lain-lain yang disebutkan di bagian bawah sebagai nabi adalah bagian dari mitologi Tiongkok kuno, jauh sebelum perkembangan agama. Apalagi gagasan menjadikan ajaran Konghucu sebagai agama sebagaimana pendekatan barat (religion) baru digagas pada awal abad keduapuluh oleh Kang Youwei menjelang keruntuhan dinasti Qing.
* Nabi Purba [[Fu Xi]] ([[Hanzi]]: 伏羲), hidup sekitar 2952 – 2836 SM.
:Dia menerima wahyu ''He tu'' (peta sungai) yang tergambar di punggung seekor hewan gaib [[Long ma]], yang keluar dari dalam [[Sungai Kuning|Sungai Huang Ho]]. Lambang wahyu tersebut kini dikenal sebagai lambang [[Bagua]]. Nabi [[Nüwa|Nu Wa]] ([[Hokkien]]:Lie Kwa), istri Fuxi, menciptakan Hukum Pernikahan.<ref name="Matrisia"/>