Pertempuran Mu'tah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Mengembalikan suntingan oleh 36.68.9.17 (bicara) ke revisi terakhir oleh Vëantur07
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(38 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox military conflict
{{Hiperbolis}}
Pertempuran Mu'tah (bahasa Arab: مَعْرَكَة مُؤْتَة Maʿrakah Muʿtah, atau bahasa Arab: غَزْوَة مُؤْتَة Ghazwah Muʿtah) adalah pertempuran yang terjadi pada 629 M atau 5 Jumadil Awal 8 Hijriah), dekat kampung yang bernama Mu'tah, disebelah timur Sungai Yordan dan Al-Karak, antara pasukan Muslim yang dikirim oleh Nabi Muhammad dan pasukan (Bizantium).
 
Tiga tahun kemudian kaum muslimin kembali mengalahkan pasukan Bizantium dalam Ekspedisi Usama bin Zayd .{{Infobox military conflict
| conflict = Pertempuran Mu'tah<br>{{lang|ar|غَزْوَة مُؤْتَة}}<br>{{lang|ar|مَعْرَكَة مُؤْتَة}}
| partof = [[Peperangan Romawi Timur-Arab|Perang Bizantium]]
Baris 20 ⟶ 17:
| casus =
| territory =
| result = Kemenangan KaumRomawi musliminBizantium{{sfn|Kaegi|1992|p=67}}{{sfn|Donner|1981|p=105}}{{sfn|Buhl|1993|p=756-757}}
| combatant1 = {{flagicon image|Flag of the Taliban.svg}}[[Penaklukan Muslim Awal|Arab muslim]]
| combatant2 = [[File:Simple_Labarum2Vexilloid of the Roman Empire.svg|15px]] [[Kekaisaran Romawi]]<br>[[Ghassaniyah]]
| commander1 = {{flagicon image|Laskar mujahidin flag.jpg}}[[Zaid bin Haritsah]]{{KIA}}<br>{{flagicon image|Laskar mujahidin flag.jpg}}[[Ja'far bin Abi Thalib]]{{KIA}}<br>{{flagicon image|Laskar mujahidin flag.jpg}}[[Abdullah bin Rawahah]]{{KIA}}<br>{{flagicon image|Laskar mujahidin flag.jpg}}[[Khalid ibn Walid]]
| commander2 = [[File:Simple_Labarum2.svg|15px]][[Theodorus (saudara Heraklius)|Theodorus]]<br>[[File:Simple_Labarum2.svg|15px]]Mālik bin Zāfilah{{KIA}}<ref name=ishaq />
| strength1 = 3,000<ref>[[Ibnu Qayyim Al-Jauziyah]], [[Zadul Ma'ad]] 2/155</ref><ref>[[Ibnu Hajar al-'Asqalani]], [[Fathul Bari]] 7/511</ref><ref>General A. I. Akram, The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleed, Chapter 6, hlm. 2</ref>
| strength2 = 100,000 ([[Al-Waqidi]])<ref name=waqidi>{{Cite book| publisher = Cambridge University Press| isbn = 978-0-521-59984-9| last = Gil| first = Moshe| title = A History of Palestine, 634-1099| url = https://archive.org/details/historypalestine00gilm| url-access = limited| date = 1997-02-27|page=[https://archive.org/details/historypalestine00gilm/page/n49 23]}}</ref><br>200,000 ([[Ibn Ishaq]])<ref name=ishaq>{{Cite book| publisher = Oxford University Press, USA| isbn = 0-19-636033-1| last = Ibn Ishaq| others = A. Guillaume (trans.)| title = The Life of Muhammad| date = 2004|quote=Mereka melanjutkan perjalanan mereka sejauh Ma‘ān di Suriah di mana mereka mendengar bahwa Heraclius telah turun ke Ma’āb di Balqāʾ dengan 100,000 orang Yunani yang bergabung dengan 100,000 orang dari Lakhm dan Judhām dan al-Qayn dan Bahrāʾ dan Balī yang dipimpin oleh seorang pria Balī dari Irāsha yang disebut Mālik bin Zāfilah.| pages=532, 536}}</ref><br>{{small|(sumber awal)}}
Baris 30 ⟶ 27:
| casualties1 = 12<ref name=zayd>{{Cite book| publisher = University of Pennsylvania Press| isbn = 978-0-8122-4617-9| last = Powers| first = David S.| title = Zayd| date = 2014-05-23|pages=58–9}}</ref> {{small|(Diperdebatkan)}}{{sfn|Peterson|2007|p=142}}{{sfn|Powers|2009|p=80}}
| casualties2 = Tidak diketahui
}} {{Pertempuran Muhammad}}
}}
'''Pertempuran Mu'tah''' adalah sebuah [[pertempuran]] yang terjadi di Mu'tah pada bulan Jumadil Awal 8 H atau 629 M. Pihak yang terlibat dalam pertempuran ini ialah pasukan Muslim yang diutus oleh Muhammad, dan pasukan Bizantium serta vassal Ghassanid mereka. Pertempuran ini terjadi di desa Mu'tah di Palaestina Salutaris di sebelah timur Sungai Yordan dan Karak modern.
{{Pertempuran Muhammad}}
 
Dalam sumber sejarah Islam, pertempuran itu biasanya digambarkan sebagai upaya kaum Muslim untuk membalas dendam terhadap seorang kepala suku Ghassanid karena telah merenggut nyawa seorang utusan. Menurut sumber Bizantium, kaum Muslim berencana untuk melancarkan serangan mereka pada hari raya. Vicarius Bizantium setempat mengetahui rencana mereka dan mengumpulkan garnisun benteng-benteng. Melihat banyaknya pasukan musuh, kaum Muslim mundur ke selatan tempat pertempuran dimulai di desa Mu'tah dan mereka dikalahkan atau mundur tanpa memberikan hukuman kepada kepala suku Ghassanid.[14][4][2] Menurut sumber Muslim, setelah tiga pemimpin mereka terbunuh, komando diberikan kepada Khalid ibn al-Walid dan ia berhasil menyelamatkan sisa pasukan.[4]
== Latar belakang ==
Setelah [[Perjanjian Hudaibiyyah]] disepakati, Rasullulah mengirimkan surat-surat dakwah sekaligus berdiplomasi kepada para penguasa negeri yang berbatasan dengan [[Jazirah Arab]], termasuk kepada [[Heraklius]]. Pada tahun 7 [[Kalender Hijriyah|hijriah]] atau [[628]] [[Masehi|M]], Rasulullah menugaskan al-Harits bin Umair untuk mengirimkan surat dakwah kepada Gubernur Syam (Suriah) bernama Hanits bin Abi Syamr Al-Ghassani yang baru diangkat oleh Kekaisaran Romawi.
Dalam perjalanan, di daerah sekitar Mu'tah, al-Harits bin Umair dicegat dan dibunuh oleh penguasa setempat bernama Syurahbil bin Amr al-Ghassa[[Ghassaniyah|aniyah]] (Pada waktu itu yang berkuasa di wilayah [[Palestina]] dan sekitarnya).<ref>http://www.dakwatuna.com/2008/peperangan-di-masa-rasulullah-bagian-4/</ref><ref>{{Cite web |url=http://www.salaam.co.uk/books/show_comm_review.php?commreview_id=18 |title=Salinan arsip |access-date=2010-11-07 |archive-date=2010-11-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20101127212731/http://salaam.co.uk/books/show_comm_review.php?commreview_id=18 |dead-url=yes }}</ref><ref>Kelengkapan Tarikh Edisi Lux Jilid 2 Oleh Moenawar Chalil, K.H. hal 483</ref><ref>Fathul Baari (9/368)</ref> Dan pada t ahun yang sam a utusan Rasulullah pada Banu Sman dan Dhat aalh daerah di sekitar negeri Syam juga dibunuh oleh penguasa sekitar.<ref>{{Cite web |url=http://lsinsight.org/articles/2001/peace-war/ch3.htm |title=Salinan arsip |access-date=2010-11-07 |archive-date=2011-08-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110820082116/http://lsinsight.org/articles/2001/peace-war/ch3.htm |dead-url=yes }}</ref> Sebelumnya, tidak pernah seorang utusan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dibunuh dalam misinya.
 
Tiga tahun kemudian kaumumat musliminIslam kembali mengalahkan pasukan Bizantium dalam Ekspedisi Usama bin Zayd .{{Infobox military conflict
Sedangkan menurut sumber-sumber Barat modern, pertempuran ini adalah upaya penaklukan yang gagal terhadap bangsa Arab di sebelah timur Sungai Jordan.<ref name="Muta">{{cite encyclopedia | author = Buhl, F | editor = P.J. Bearman, Th. Bianquis, [[Clifford Edmund Bosworth|C.E. Bosworth]], E. van Donzel and W.P. Heinrichs | encyclopedia =[[Encyclopaedia of Islam]] Online Edition | title = Mu'ta | publisher = Brill Academic Publishers | id = ISSN 1573-3912}}</ref> Tentunya hal ini dikritisi sebab tidak mampu menjelaskan secara logis latar belakang pertempuran, antara pasukan muslim yang bahkan belum mempersatukan Jazirah Arab dan belum menguasai [[Makkah]] yang berani menentang kekuasaan bangsa adidaya Romawi di daerah utara yang sangat jauh dari [[Madinah]].
 
== PertempuranLatar Belakang ==
Selama masa [[gencatan senjata]] antara Kaum Quraisy dan Kaum Muslimin, Nabi [[Muhammad]] sebagai pemimpin Kaum Muslimin di [[Madinah]] mengadakan pengiriman utusan dan surat ke beberapa kepala negara dan kepala pemerintahan di negeri-negeri lain. Pengutusan dan pengiriman surat ini ditujukan untuk mengajak para kepala negara dan kepala pemerintah untuk menerima ajaran Islam.{{Sfn|Nasution|2013|p=51-52}}
Sebelum pasukan Islam berangkat untuk menegakkan panji La ilaha Illallah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam telah menunjuk tiga orang sahabat sekaligus mengemban amanah komandan secara bergantian bila komandan sebelumnya gugur dalam tugas di medan peperangan hingga mengakibatkan tidak dapat meneruskan kepemimpinan. Sebuah keputusan yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Mereka itu adalah [[Ja'far bin Abi Thalib]], [[Zaid bin Haritsah]] (berasal dari kaum muhajirin) dan seorang sahabat dari Anshar, [[Abdullah bin Rawahah]], [[penyair]] Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.<ref>Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Bila Zaid meninggal, makan (pemimpin kalian adalah) Ja’far. Jika Ja’far meninggal, maka (pemimpin kalian adalah) ‘Abdullah bin Rawahah (Hadits riwayat Imam Bukhari no.4260-4261)</ref>
 
Pengiriman utusan dan surat-surat dakwah diadakan pada akhir tahun keenam Hijriah. Salah satu surat ditujukan kepada [[amir]] di Bushra. Utusan yang dikirim ialah Al-Harits bin Umair Al-Azadi. Namun, Al-Harits dibunuh di Mu'tah sebelum Amir Bushra menerima surat dakwah.{{Sfn|Chalil|2001|p=483}} Al-Harits dibunuh oleh Syurahbil bin Amr al-Ghassani. Syurahbil merupakan salah satu pembesar negara di Mu'tah.{{Sfn|Chalil|2001|p=484}} Atas perlakuan ini, Nabi Muhammad mempersiapkan pasukan Muslimin untuk berperang dengan pasukan Ghassaniyah di Mu'tah pada tahun ke-8 Hijriah.{{Sfn|Nasution|2013|p=52}}
Singkatnya, pasukan islam yang berjumlah 3000 personel diberangkatkan. Ketika mereka sampai di daerah Ma’an, terdengar berita bahwa Heraklius mempersiapkan 100 ribu pasukannya. Selain itu, kaum Nasrani dari beberapa suku Arab pun telah siap dengan jumlah yang sama. Mendengar kabar yang demikian, sebagian sahabat radhiyallahu ‘anhum mengusulkan supaya meminta bantuan pasukan kepada Rasulullah atau dia memutuskan suatu perintah.
 
Pertempuran Mu'tah terjadi di sebuah perkampungan bernama Mu'tah. Lokasi Mu'tah berada di wilayah sebelum memasuki [[Syam]]. Perjalanan dari Mu'tah menuju ke Baitul Maqdis ditempuh selama dua hari bila berjalan kaki.{{Sfn|Zulyadain dan Sugiarto|2021|p=127}} Pertempuran Mu'tah terjadi pada bulan September 629 M. Kejadiannya bertepatan dengan bulan [[Jumadilawal|Jumadil Awal]] 8 H.{{Sfn|Ridha|2021|p=4}}
‘Abdullah bin Rawahah radhiyallahu ‘anhu lantas mengobarkan semangat juang para sahabat radhiyallahu ‘anhum pada waktu itu dengan perkataannya, “Demi Allah, sesungguhnya perkata yang kalian tidak sukai ini adalah perkata yang kamu keluar mencarinya, yaitu syahadah (gugur dimedan perang dijalan Allah Azza wa Jalla). Kita itu tidak berjuang karena karena jumlah pasukan atau kekuatan. Kita berjuang untuk agama ini yang Allah Azza wa Jalla telah memuliakan kita dengannya. Bergeraklah. Hanya ada salah satu dari dua kebaikan: kemenangan atau gugur (syahid) di medan perang.”
 
== Kekuatan tempur ==
Orang-orang menanggapi dengan berkata, “ Demi Allah, Ibnu Rawahah berkata benar”.
[[Muhammad|Nabi Muhammad]] sebagai pemimpin utama pasukan Muslim tidak ikut serta dalam Pertempuran Mu'tah.{{Sfn|Ridha|2021|p=4}} Jumlah pasukan Muslimin yang disiapkan oleh nabi Muhammad untuk berangkat ke Mu'tah sebanyak 3 ribu orang. Panglima perang dari Pasukan Muslimin untuk mengikuti Pertempuran Mu'tah dipilih langsung oleh Nabi Muhammad. Panglima perang yang terpilih ialah [[Zaid bin Haritsah]], Ja'far bin Abu Thalib dan Abdullah bin Rawahah.{{Sfn|Ridha|2021|p=4-5}} Ketiga panglima ini menjadi pemimpin secara berurutan dalam kondisi pemimpin sebelumnya gugur dalam pertempuran. Nabi Muhammad menetapkan bahwa ketika panglima tersebut gugur, maka posisi panglima perang berikutnya dipilih langsung oleh Pasukan Muslimin.{{Sfn|Aizid|2015|p=25}}
 
==== Abdullah bin Rawahah ====
Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu, panglima pertama yang ditunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, kemudian membawa pasukan ke wilayah Mu’tah. Dua pasukan berhadapan dengan sengit. Komandan pertama ini menebasi anak panah-anak panah pasukan musuh sampai akhirnya tewas terbunuh di jalan Allah Azza wa Jalla.
[[Abdullah bin Rawahah]] pada masa Jahiliah adalah seorang penyair. Ia menjadi muslim sebelum terjadinya Baiat Aqabah dan tetapi menekuni pekerjaan sebagai penyair.  Setelah menjadi Muslim, ia mengikuti peperangan bersama Nabi Muhammad.<ref>{{Cite book|last=Wargadinata, W., dan Fitriani, L.|date=2018|url=http://repository.uin-malang.ac.id/7856/1/7856.pdf|title=Sastra Arab: Masa Jahiliyah dan Islam|location=Malang|publisher=UIN-Maliki Press|isbn=978-602-1190-93-7|editor-last=Hamid|editor-first=M. Abdul|pages=250|access-date=2023-09-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20230619140923/http://repository.uin-malang.ac.id/7856/1/7856.pdf|archive-date=2023-06-19|url-status=live|dead-url=no}}</ref>
 
== Berlangsungnya pertempuran ==
Bendera pun beralih ke tangan Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Sepupu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam ini berperang sampai tangan kanannya putus. Bendera dia pegangi dengan tangan kiri, dan akhirnya putus juga oleh tangan musuh. Dalam kondisi demikian, semangat dia tak mengenal surut, saat tetap berusaha mempertahankan bendera dengan cara memeluknya sampai dia gugur oleh senjata lawan. Berdasarkan keterangan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, salah seorang saksi mata yang ikut serta dalam perang itu, terdapat tidak kurang 90 luka di bagian tubuh depan dia baik akibat tusukan pedang dan maupun anak panah.<ref>Hadits riwayat Imam Bukhari no.4261</ref>
 
=== Pertemuan antara pasukan Muslimin dan pasukan Ghassaniyah ===
Giliran ‘Abdullah bin Rawahah radhiyallahu ‘anhu pun datang. Setelah menerjang musuh, ajal pun menjemput dia di medan peperangan.
Pasukan Muslim dapat mencapai wilayah Ma'an di negeri Syam. Lokasi ini dapat dicapai karena pasukan Muslim telah mengadakan perjanjian damai dengan kabilah-kabilah yang berada di jalur Madinah-Mu'tah.{{Sfn|Amahzun|2004|p=319}} Pada awal pertempuran, pasukan Muslimin dipimpin oleh [[Zaid bin Haritsah]].{{Sfn|Zulyadain dan Sugiarto|2021|p=128}}
 
=== Penunjukan Khalid bin Walid sebagai panglima perang ===
Tsabit bin Arqam radhiyallahu ‘anhu mengambil bendera yang telah tak bertuan itu dan berteriak memanggil para Sahabat Nabi agar menentukan pengganti yang memimpin kaum muslimin. Maka, pilihan mereka jatuh pada Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu. Dengan kecerdikan dan kecemerlangan siasat dan strategi – setelah taufik dari Allah Azza wa Jalla – kaum muslimin berhasil memukul Romawi hingga mengalami kerugian yang banyak.
Kaum Muslim bertempur melawan Bizantium di perkemahan mereka di dekat desa Musharif dan kemudian mundur menuju Mu'tah. Di sinilah kedua pasukan bertempur. Beberapa sumber Muslim melaporkan bahwa pertempuran itu terjadi di sebuah lembah di antara dua dataran tinggi, yang meniadakan keunggulan jumlah pasukan Bizantium. Selama pertempuran, ketiga pemimpin Muslim gugur satu demi satu saat mereka mengambil alih komando pasukan: pertama, Zayd, lalu Ja'far, lalu 'Abdullah. Setelah kematian 'Abdullah, tentara Muslim berada dalam bahaya untuk dikalahkan. Thabit ibn Aqram, melihat keadaan pasukan Muslim yang putus asa, mengangkat panji dan mengumpulkan rekan-rekannya, sehingga menyelamatkan pasukan dari kehancuran total. Setelah pertempuran, ibn Aqram mengambil panji, sebelum meminta Khalid ibn al-Walid untuk memimpin.
 
== Pasca pertempuranDampak ==
Menyaksikan peperangan yang tidak seimbang antara kaum muslimin dengan kaum kuffar, yang merupakan pasukan aliansi antara kaum Nashara Romawi dan Nashara Arab, secara logis, kekalahan bakal di alami oleh para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
 
=== Kematian sahabat Nabi ===
Imam [[Ibnu Katsir]] rahimahullah mengungkapkan ketakjubannya terhadap kekuasaan Allah Azza wa Jalla melalui hasil peperangan yang berakhir dengan kemenangan kaum muslimin dengan berkata: “Ini kejadian yang menakjubkan sekali. Dua pasukan bertarung, saling bermusuhan dalam agama. Pihak pertama pasukan yang berjuang dijalan Allah Azza wa Jalla, dengan kekuatan 3000 orang. Dan pihak lainnya, pasukan kafir yang berjumlah 200 ribu pasukan. 100 ribu orang dari Romawi dan 100 ribu orang dari Nashara Arab. Mereka saling bertarung dan menyerang. Meski demikian sengitnya, hanya 12 orang yang terbunuh dari pasukan kaum muslimin. Padahal, jumlah korban tewas dari kaum musyirikin sangat banyak”.<ref>Lihat [[al-Bidayah wan Nihayah]] (4/214)</ref>
Ibnu Hisyam mencatat bahwa jumlah sahabat Nabi yang meninggal dalam Pertempuran Mu'tah hanya 12 orang.{{Sfn|Gulen|2012|p=363}} Ketiga pemimpin pasukan Muslim mengalami kematian, yaitu Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abu Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Pemakaman ketiganya dilakukan di Mu'tah.{{Sfn|Gulen|2012|p=360}}
 
=== Pengislaman ===
Allah Azza wa Jalla berfirman: {{cquote|''Orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah? Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Al-Baqarah 2:249)}}
Salah seorang komandan [[Kekaisaran Romawi Timur]] yang bernama Farwah bin Amr memilih untuk menjadi muslim setelah Pertempuran Mu'tah berakhir. Farwah adalah penguasa di wilayah-wilayah Jazirah Arab yang menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi Timur. Ia berasal dari Banu Judzam. Setelah menerima ajaran Islam, Farwah mengirimkan utusan serta hadiah kepada Muhammad. Hadiah yang diberikannya berupa bagal dengan kulit berwarna putih. Namun Farwah akhirnya ditangkap dan dipenjara oleh penguasa Kekaisaran Romawi Timur setelah keislamannya diketahui. Ia akhirnya disalib di sebuah mata air yang bernama Afra' di Palestina. Hukuman mati yang diberikan kepada Farwah adalah pemenggalan leher.<ref>{{Cite book|last=Tahir|first=Muhammad Suaib|url=https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/476/1/Naskah%20Buku.pdf|title=Pidato Terakhir Sang Nabi: Menyelami Makna-makna Universal dan Kemanusiaan dalam Pidato Terakhir Rasulullah Muhammad Saw.|publisher=Yayasan Bumi Suci Indonesia|isbn=978-623-9727-20-8|editor-last=Gunawan|editor-first=Roland|pages=14-15|url-status=live|access-date=2023-09-22|archive-date=2023-06-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20230608023838/https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/476/1/Naskah%20Buku.pdf|dead-url=no}}</ref>
 
== Historiografi ==
Para ulama sejarah tidak bersepakat pada satu kata mengenai jumlah syuhada Mu’tah. Namun, yang jelas jumlah mereka tidak banyak. Hanya berkisar pada angka belasan, menurut hitungan yang terbanyak. Padahal, peperangan Mu’tah sangat sengit. Ini dapat dibuktikan bahwa Khalid bin Walid Radhiyallahu anhu menghabiskan 9 pedang dalam perang tersebut. Hanya satu pedang yang tersisa, hasil buatan Yaman.
Menurut al-Waqidi (w. 823) dan Ibn Ishaq (w. 767), kaum Muslim diberitahu bahwa sekitar 200 ribu pasukan musuh berkemah di Balqa'.{{Sfn|Nasution|2013|p=52}} Sebanyak 100 ribu pasukan berasal dari Kekaisaran Romawi Timur, sedangkan 100 ribu lainnya berasal dari pasukan Ghassaniyah.{{Sfn|Aizid|2015|p=26}} Beberapa sejarawan modern menyatakan bahwa angka tersebut dibesar-besarkan. Menurut Walter Emil Kaegi, profesor sejarah Bizantium di Universitas Chicago, jumlah seluruh pasukan Bizantium selama abad ke-7 mungkin berjumlah 100.000, bahkan mungkin setengah dari jumlah tersebut. Sementara pasukan Bizantium di Mu'tah tidak mungkin berjumlah lebih dari 10.000.
 
Catatan Muslim tentang pertempuran tersebut berbeda-beda mengenai hasilnya. Menurut David S. Powers, sumber-sumber Muslim paling awal seperti al-Waqidi mencatat pertempuran tersebut sebagai kekalahan yang memalukan (''hazīma''). Akan tetapi, Montgomery Watt mencatat bahwa al-Waqidi juga mencatat sebuah catatan di mana pasukan Bizantium melarikan diri. Powers berpendapat bahwa sejarawan Muslim di kemudian hari mengolah kembali materi sumber awal untuk mencerminkan pandangan Islam tentang rencana Tuhan. Sumber-sumber berikutnya menyajikan pertempuran tersebut sebagai kemenangan Muslim karena sebagian besar prajurit Muslim kembali dengan selamat.
Khalid Radhiyallahu Anhu berkata, “Telah patah Sembilan pedang ditanganku, tidak tersisa kecuali pedang buatan Yaman.<ref>Hadits riwayat Imam Bukhari 4265-4266.</ref>
 
== Referensi ==
Menurut Imam [[Ibnu Ishaq]] seorang Imam dalam ilmu sejarah Islam, syuhada perang Mu’tah hanya berjumlah 8 Sahabat saja. Secara terperinci yaitu Ja’far bin Abi Thalib, dan mantan budak Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam Zaid bin Haritsah al-Kalbi, Mas’ud bin al-Aswad bin Haritsah bin Nadhlah al-‘Adawi, [[Wahab bin Sa'ad|Wahb bin Sa’d bin Abi Sarh]] radhiyallahu ‘anhum.
=== Catatan kaki ===
{{Reflist}}
 
=== Daftar pustaka ===
Sementara dari kalangan kaum anshar, ‘Abdullah bin Rawahah, ‘Abbad bin Qais al-Khozarjayyan, al-Harits bin an-Nu’man bin Isaf bin Nadhlah an-Najjari, Suraqah bin ‘Amr bin Athiyyah bin Khansa al-Mazini radhiyallahu ‘anhum.
* {{Cite book|last=Aizid|first=Rizem|date=2015|url=https://www.google.co.id/books/edition/Para_Panglima_Perang_Islam/R6ZxEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Pertempuran+mu%27tah&pg=PA25&printsec=frontcover|title=Para Panglima Perang Islam|location=Yogyakarta|publisher=Saufa|isbn=978-602-7695-69-6|editor-last=Rusdianto|ref={{sfnref|Aizid|2015}}|url-status=live}}
 
* {{Cite book|last=Amahzun|first=Muhammad|date=2004|url=https://www.google.co.id/books/edition/Manhaj_Dakwah_Rasulullah/UqLzDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Pertempuran+mu%27tah&pg=PA319&printsec=frontcover|title=Manhaj Dakwah Rasulullah|location=Jakarta|publisher=Qisthi Press|isbn=978-979-3715-30-8|translator-last=Maftukhin, A., dan Burhanuddin, N.|trans-title=Manhajun Nabiyy fid Da'wah min Khilâlis Sîrah ash-Shâlihah|ref={{sfnref|Amahzun|2004}}|url-status=live}}
Di sisi lain, Imam [[Ibnu Hisyam]] rahimahullah dengan berlandaskan keterangan az-Zuhri rahimahullah, menambahkan empat nama dalam deretan [[sahabat Nabi]] shallallahu ‘alaihi wasallam yang gugur di medan perang Mu’tah. Yakni, Abu Kulaib dan Jabir. Dua orang ini saudara sekandung. Ditambah ‘Amr bin ‘Amir putra Sa’d bin Tsa’labah bin Malik bin Afsha. Mereka juga berasal dari kaum anshar. Dengan ini, jumlah syuhada bertambah menjadi 12 jiwa.<ref>Menurut penulis as-Sirah ash-Shahihah (hal.468) jumlah Sahabat yang gugur 13 orang.</ref>
* {{Cite book|last=Chalil|first=Moenawar|date=2001|url=https://www.google.co.id/books/edition/Kelengkapan_Tarikh_Edisi_Lux_Jilid_2/xpOBgEVKMzYC?hl=id&gbpv=1&dq=Pertempuran+mu%27tah&pg=PR18&printsec=frontcover|title=Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad saw. 2|location=Depok|publisher=Gema Insani|isbn=979-561-711-7|ref={{sfnref|Chalil|2001}}|url-status=live}}
 
* {{Cite book|last=Gulen|first=Muhammad Fethullah|date=2012|url=https://www.google.co.id/books/edition/CAHAYA_ABADI_MUHAMMAD_SAW_2/ZkniDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Pertempuran+mu%27tah&pg=PA360&printsec=frontcover|title=Cahaya Abadi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam Kebanggan Umat Manusia 2|publisher=Republika Penerbit|isbn=978-623-279-049-0|translator-last=Saefuddin|translator-first=Fuad|trans-title=An-Nûr Al-Khâlid Muhammad Mafkhirat Al-Insaniyah|ref={{sfnref|Gulen|2012}}|url-status=live}}
== Referensi ==
* {{Cite book|last=Nasution|first=Syamruddin|date=2013|url=https://repository.uin-suska.ac.id/10391/1/Sejarah%20Peradaban%20Islam.pdf|title=Sejarah Peradaban Islam|location=Pekanbaru|publisher=Yayasan Pusaka Riau|isbn=|ref={{sfnref|Nasution|2013}}|url-status=live}}
* [http://al-quran.bahagia.us/_q.php?_q=sihab&dft=&dfa=&dfi=&dfq=&u2=&ui=1&nba=93 Pertempuran Muhammad disitus Al-Quran.bahagia.us]
* {{Cite book|last=Ridha|first=Muhammad|date=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Perang_Mu_tah_Melawan_Romawi_dan_Perang/NzxjEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Perang+Mu%27tah&pg=PA4&printsec=frontcover|title=Perang Mu’tah Melawan Romawi dan Perang Fathu Makkah|publisher=Hikam Pustaka|editor-last=Sumbodo dan Oesman, E.|translator-last=Abu Farhan|translator-first=Anshori Umar Sitanggal|trans-title=Muhammad SAW.|ref={{sfnref|Ridha|2021}}|url-status=live}}
* [http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/ Sejarah Hidup Muhammad oleh Muhammad Husain Haekal disitus Media.Isnet.org]
* {{Cite book|last=Zulyadain dan Sugiarto, F.|date=2021|url=http://repository.uinmataram.ac.id/785/1/9.%20Zul_Fitrah_SIRAH%20NABAWIYAH%20%282%29.pdf|title=Sirah Nabawiyah|location=Mataram|publisher=Sanabil|isbn=978-623-317-166-3|editor-last=Muhammad|ref={{sfnref|Zulyadain dan Sugiarto|2021}}|url-status=live}}
* Majalah As-Sunnah, edisi 7-8/X/1427 H/2006 M, Mabhats: "Misi Kaum Muslimin Menaklukkan Tanah Palestina", hal. 31-33.
*{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=IvPVEb17uzkC|title=Byzantium and the Early Islamic Conquests|last=Kaegi|first=Walter E.|author-link=Walter Kaegi|publisher=[[Cambridge University Press]]|year=1992|isbn=978-0521411721|location=Cambridge|language=en|ol=OL1536684M|ref={{sfnref|Kaegi|1992}}}}
*Buhl, F. (1993). "Muʾta". In Bosworth, C. E.; van Donzel, E.; Heinrichs, W. P. & Pellat, Ch. (eds.). Encyclopaedia of Islam. Volume VII: Mif–Naz (2nd ed.). Leiden: E. J. Brill. p. 756. <nowiki>ISBN 978-90-04-09419-2</nowiki>.
** Donner,{{cite book|first=Fred M.|last=Donner|author-link=Fred (1981)M. Donner|year=1981|title=The Early Islamic Conquests|url=https://archive. org/details/earlyislamicconq0000donn|publisher=[[Princeton University Press.]]|language=en|isbn=9781400847877|ol=OL29235283M|ref={{sfnref|Donner|1981}}}}
*{{Encyclopaedia of Islam, New Edition|volume=7|title=Muʾta|last=Buhl |first=F.|author-link=|pages=756||ref={{sfnref|Buhl|1993}}}}
** Kaegi, Walter E. (1992). Byzantium and the Early Islamic Conquests. Cambridge: Cambridge University Press. <nowiki>ISBN 978-0521411721</nowiki>.
 
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
 
[[Kategori:Pertempuran|Mu'tah]]