Mangkunegara II: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Mengembalikan suntingan oleh 36.72.214.246 (bicara) ke revisi terakhir oleh Cyduck Tag: Pengembalian |
||
(12 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 8:
| father = KPH. Prabu Hamijaya
| issue = 69<ref name=silsilah>Sumahatmaka et al. 1973. Pratelan Para Darah Dalem Soewargi Kangdjeng Goesti Pangeran Adipati Arja Mangkoenagara I hing Soerakarta Hadiningrat: Asalsilah djilid I. Mangkunegaran. Surakarta.</ref>
| house = [[Mangkunegara I|Mangkunegaran]]
| temple name =
| posthumous name =
| era dates =
| full name =
| death_place = [[Pura Mangkunegaran]], [[Surakarta]], [[Hindia Belanda]]
| title = Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya
| death_date = {{death date and age|1835|01|17|1768|01|05}}
| birth_place = [[Pura Mangkunegaran]], [[Surakarta]],
| birth_date = {{birth date|1768|01|05}}
| birth_name = BRM. Sulama
Baris 30:
}}
'''Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara II''' adalah Adipati kedua dari
== Asal Usul ==
KGPAA. Mangkunegara II memiliki nama kecil yaitu BRM. Sulama. Beliau merupakan putra dari KPH. Prabu Hamijaya dengan GKR. Alit yang merupakan putra dari Susuhunan Pakubuwana III. Sehingga dalam diri KGPAA. Mangkunegara II mengalir darah [[Paku Buwono III|Susuhunan Pakubuwana III]] dan [[Mangkunegara I|KGPAA. Mangkunegara I]]. Tampil sebagai Adipati di [[Mangkunegaran|Pura Mangkunegaran]] menggantikan kakeknya yang wafat di tahun 1795. Hal ini menjadi peristiwa yang menarik mengenai metode suksesi di Pura Mangkunegaran yang nampak berbeda dengan saudara tua pecahan Mataram lainnya. Perbedaan ini makin tampak dalam pergantian dan masa pemerintahannya.{{butuh rujukan}}
Tidak heran bila KGPAA. Mangkunegara II yang berasal dari dinasti pejuang tentu yang kental sekali dengan nuansa kemiliteran. Sehingga dalam hal suksesi pergantian Pengageng Pura selalu disiapkan seorang calon yang siap mewarisi tradisi dan cita-cita pendahulunya untuk diwujudkan dalam masa pemerintahan penerusnya. Tradisi dan adat Jawa yang tidak membedakan laki-laki dan wanita dalam mengurus negara terbukti dengan keberadaan pasukan tempur wanita sejak perjuangan pendahulunya Pangeran Sambernyawa
Dalam masa pemerintahannya, KGPAA. Mangkunegara II banyak disibukkan oleh beberapa peperangan dan perluasan wilayah sehingga bisa dikatakan kurang menghasilkan karya seni di bidang kesenian. Dalam asuhan kakeknya, [[Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I|KGPAA. Mangkunegara I]], persiapan untuk menjadi pengganti kakeknya telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan ayahnya yang bernama KPH. Prabu Hamijaya telah meninggal mendahului sebelum kakeknya wafat. Dan suasana antar kekuasaan di Jawa saat itu sedang dalam ketidakramahan mengenai penentuan tapal batas wilayah kekuasaan. Sehingga antar tetangga sering terjadi ketegangan yang berujung pada perang terbuka. Dengan pengalaman pada masa mudanya BRM. Sulama tumbuh menjadi seorang pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan mengikuti jejak kakeknya yang legendaris.
Rivalitas antar kekuasaan yang sering dibumbui oleh [[Belanda]] demi mempertahankan neraca keseimbangan perpolitikan antar kerajaan pada masa sebelum pembubaran [[VOC]] sering dipertahankan, karena Belanda menyadari bahwa kekuatan pemaksa militernya adalah lemah. Sehingga dalam kondisi itu tidak jarang malah terjebak situasi rumit dengan berbagai intrik dan desas-desus yang memanaskan situasi. Sehingga keadaan semacam ini adalah suatu kondisi super ideal bagi penguasa Pura Mangkunegaran untuk bermain di air keruh.
== Kangjeng Pangeran Adipati Prangwadana ==
Baris 45:
Sedari masa KGPAA. Mangkunegara I, penggunaan nama selalu mengundang faktor kecurigaan dan sensitif yang tinggi karena nama yang dipakai sering memuat sejumlah harapan dan cita cita yang diklaim sebagai hegemoni dan pelebaran kekuasaan. Contohnya BRM. Sulama yang pernah memiliki nama Pangeran Surya Mataram kemudian diganti menjadi Pangeran Surya Mangkubumi.<ref>{{Cite web|title=Jejak Sejarah Mataram|url=https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid02CMqSQERvPBKFpSet4QPYBadPi2bhM8LSU4xeLH6B89v3RmtdvRHaHCTcrWW1wCsjl&id=100009397006908|website=www.facebook.com|language=id|access-date=2023-07-24}}</ref> Nama [[Pangeran Surya Mataram]] sempat membuat panik Belanda karena nama itu memuat unsur keagungan yang dapat memancing kekeruhan stabilitas tiga penguasa antara Kasultanan - Kasunanan - Mangkunegaran.
Pergantian nama gelar Pangeran Surya Mataram menjadi [[Pangeran Surya Mangkubumi]] jadi sumber kepanikan Belanda lagi, karena bisa mengundang kemarahan [[Hamengku Buwono I|Sultan Hamengkubuwana I]]. Belanda khawatir karena nama Pangeran Surya Mataram maupun Pangeran Surya Mangkubumi belum pernah ada waktu itu, dan rasanya bisa mengundang curiga bagi pihak pecahan Mataram yang lain. Dan ini merupakan ancaman terjadinya perselisihan bahkan perang terbuka yang akan menyeret Belanda kembali ke dalam perang. Sehingga Belanda tidak ingin mengambil resiko dalam perselisihan dan perang yang berlarut larut.
Tak ayal nama surat protes pun dilayangkan oleh [[Hamengku Buwono I|Sultan Hamengkubuwana I]] lewat patihnya, karena nama [[Mangkubumi]] adalah nama untuk dirinya sebagai anggota tertua yang masih hidup dalam dinasti Mataram. akhirnya diganti lagi dengan nama Pangeran Prangwadana atau dengan gelar lengkapnya sebagai '''"Kangjeng Pangeran Arya Prabu Prangwadana"'''. Hal ini berkaitan dengan aturan yang disepakati hingga penerus-penerusnya nanti, bahwa diperkenankan memakai nama "Mangkunegara" setelah berusia 40 tahun.
Baris 67:
Pemerintahan KGPAA. Mangkunegara II mengalami kesuksesan dalam meredam konflik di Yogyakarta serta membentuk pemerintahan baru di Yogyakarta yakni Kadipaten Pakualaman dengan wilayah yang diambil dari Kasultanan. Sebagai Adipati yang pertama di Kadipaten yang baru ini Pangeran [[Natakusuma]] diangkat sebagai [[Paku Alam I]] dengan gelar [[Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya|Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya]]. Tanggal 13 Maret 1813 merupakan awal dan hari jadi Kadipaten.
Pada masa KGPAA. Mangkunegara II, di Yogyakarta yang bertahta adalah [[Hamengku Buwono II|Sultan Hamengkubuwana II]]. Sultan Yogyakarta ini dalam pemerintahannya mengalami intrik dan rongrongan kekuasaan dari kerabat dan saudaranya, sehingga jalan pemerintahan Kasultanan mengalami pasang surut dan penuh dengan ketegangan dan muatan konflik yang berakibat melemahnya pemerintahan. Yogyakarta kurang siap dalam membaca perubahan abad yang menyangkut kekuatan asing / Eropa [[Kekaisaran Prancis Pertama]] di Pulau Jawa yang berbeda dengan [[VOC
Tahun 1807, [[Daendels]] datang ke Jawa dan membenahi admnistratif Jawa dan Nusantara dengan aturan-aturan yang baru semacam protokoler kepada penguasa setempat termasuk para raja di Jawa. [[Paku Buwono IV|Susuhunan Pakubuwana IV]] dari [[Keraton Surakarta Hadiningrat|Surakarta]] yang tadinya menolak, dengan cepat membaca situasi dan kemudian menerimanya. [[Kadipatèn Mangkunagaran|Pura Mangkunegaran]] tidak kalah terampil dan cepat membaca perubahan zaman dengan segera merespon dan menjalin kemitraan dengan pembentukan Angkatan Bersenjata Kerajaan. Namun di Yogyakarta agaknya terlambat dalam membaca perubahan, sehingga menerima risiko kemerosotan.
Baris 73:
=== Kekuatan Eropa di Jawa ===
Berbeda dengan [[VOC]] dan [[Belanda]], kekuatan Eropa yang datang pada tahun 1800-an
=== Intervensi Eropa di Jawa ===
Baris 79:
Dalam dua periode Gubernur Jenderal ([[Daendels]] dan [[Raffles]]), Yogyakarta ditekan dengan kekuatan militer untuk memaksa [[Hamengku Buwono II|Sultan Hamengkubuwana II]] turun tahta. Desember tahun 1810 Daendels dengan pasukan 4.200 tentara menyerbu Yogyakarta. Daendels menurunkan [[Hamengku Buwono II|Sultan Hamengkubuwana II]] kemudian mengangkat putera mahkota Yogyakarta sebagai Sultan [[Hamengku Buwono III|Hamengkubuwana III]] dan kembali ke Batavia dengan membawa Pangeran Natakusuma sebagai tawanan. Pada bulan Juli 1812, Raffles dengan 2.000 tentara menyerbu Yogyakarta. Waktu yang bersamaan Tentara Gurkha-Spehi yang datang ke Jawa bersama Inggris terlibat rencana pemberontakan terhadap kekuasaan Inggris karena beredar desas-desus bahwa mereka akan dijual ke Belanda dan ditinggalkan [[Inggris]] sehingga untuk memperbesar jumlah pasukan dalam menekan Yogyakarta, maka Raffles mengkontak [[Pangeran Prangwadana]] dari [[Kadipatèn Mangkunagaran|Pura Mangkunegaran]] untuk mengerahkan [[Legiun Mangkunegaran]] guna mendukung pasukan [[Natakusuma]]. Kekuatan Eropa yang datang ke Jawa adalah kekuatan yang memiliki kemampuan untuk memaksa karena dilengkapi dengan pasukan tempur yang sangat memadai. Terhadap yang mementang maka kekuatan ini tidak segan-segan untuk bertindak keras bahkan kalau perlu membubarkan kekuasaan dan penguasa tradisional di [[Jawa]]. Korban pertama dengan datangnya [[Daendels]] ke [[Jawa]] adalah [[Banten]]. Kasultanan Banten dibubarkan oleh [[Herman Willem Daendels|Daendels]].
=== Destabilisasi karaton
Pada masa [[Raffles]] memerintah [[Jawa]] menggantikan [[Jansens]], Kasultanan [[Yogyakarta]] terancam dibubarkan. Campur tangan [[Kadipatèn Mangkunagaran|Pura Mangkunegaran]] dengan [[Legiun Mangkunegaran]] berhasil mencegah pembubaran Kasultanan dengan penyelesaian berdirinya Kadipaten [[
=== Kompromi Kekuasaan di
Konflik kekuasaan di [[Yogyakarta]] berakhir dengan dilantiknya Pangeran [[Natakusuma]] sebagai [[Paku Alam]] yang dihadiri oleh KGPAA. [[Mangkunegara II]] (yang waktu itu masih [[Pangeran Prangwadana]]) mewakili dari [[Surakarta]]. Peran Paku Alaman dalam peta konflik di Yogyakarta menemukan bentuk baru dalam kedudukannya sebagai pangeran merdeka. Purna sudah pembagian [[Mataram]] kedalam dua karaton dan dua kadipaten.
== Menyikapi Perang Jawa 1825-1830 ==
Baris 91:
Dalam tahun 1825 sampai tahun 1830 di Jawa dilanda perang yang menghadapkan Belanda pada pasukan Diponegoro. Dan dalam perang ini KGPAA. Mangkunegara II lebih mengambil sikap netral dengan hanya berjaga-jaga saja di perbatasan wilayah Kasultanan dan [[Mangkunegaran]]. Sikap berjaga-jaga ini sebagai upaya untuk membendung Perang Diponegoro agar tidak menjalar ke wilayah Pura Mangkunegaran, serta menutup kemungkinan adanya pelarian perang memasuki wilayah Praja Mangkunegaran yang dapat menyeret masuk dalam kancah perang.
KGPAA. Mangkunegara II baru terlibat dalam Perang Jawa ini
== Konfigurasi Kekuasaan Setelah Perang Jawa ==
Bertambahnya satu pusat kekuasaan di
== Lihat pula ==
Baris 105 ⟶ 103:
* Peter Carey: The Power of Prophecy Prince Dipanagara and The End of An Old Older in Java 1785-1855,
* MC.Ricklefs; ''
* MC. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
* Djumadi, Thojip,Majalah ''SENANG'', Jakarta; 7 Maret 1982
Baris 111 ⟶ 109:
* Moedjanto, G., 1987, ''Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram'', Yogyakarta: Kanisius
* Purwadi. 2007. '''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
* Soekanto, Dr., ''Sekitar
=== Catatan kaki ===
{{reflist}}
Baris 122 ⟶ 120:
{{DEFAULTSORT:Mangkunegara 02}}
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
|